HALAMAN SAMPUL
INAYAH AFIFAH
321 18 063
ii
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT atas segala berkat, rahmat
dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tugas akhir ini
dengan judul “Studi Koordinasi Setting Relay Proteksi OCR Dan GFR pada
Proposal tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
Pandang. Proses penyelesaian proposal tugas akhir ini tidak lepas dari banyak
pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan rasa syukur
1. Kedua orang tua serta keluarga atas segala dukungan baik berupa moril,
3. Bapak Ahmad Rizal Sultan, ST., MT., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik
4. Bapak H. Ruslan L., ST., MT., selaku Ketua Program Studi Diploma III
iii
6. Bapak Sofyan, ST., MT. sebagai dosen pembimbing II yang sedia
7. Seluruh dosen dan staff Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung
penyusunan proposal tugas akhir ini terdapat kesalahan, baik yang disengaja
maupun tidak disengaja. Penulis menyadari bahwa proposal tugas akhir ini masih
jauh dari sempurna. Sehingga dengan rendah hati mengharapkan kritik dan saran
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
v
2.5 Over Current Relay (OCR) / Relay Arus Lebih......................................18
2.5.1 Pengertian.........................................................................................18
2.5.2 Jenis Relay Berdasarkan Karakteristik Waktu.................................19
2.6 Prinsip Kerja OCR...................................................................................21
2.6.1 Setting OCR.....................................................................................22
2.7 Relay Hubung Tanah / Ground Fault Relay (GFR)................................24
2.7.1 Pengertian Ground Fault Relay (GFR)............................................24
2.7.2 Prinsip Kerja Ground Fault Relay (GFR)........................................24
2.7.3 Setting Ground Fault Relay (GFR)..................................................25
2.8 Koordinasi OCR dan GFR......................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................28
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I PENDAHULUAN
terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik. Adapun gangguan pada sistem
abnormal pada sistem tenaga listrik. Salah satu bentuk gangguan adalah
gangguan yang terjadi akibat alam dan kesalahan sumber daya manusia baik
akhir ini akan dibahas mengenai sistem proteksi. Salah satu peralatan utama
dalam sistem proteksi yang digunakan pada jaringan adalah Over Current
Relay (OCR) dan relay Ground Fault Relay (GFR). Diperlukan adanya suatu
dari OCR dan GFR pada saluran penyulang. Koordinasi ini bertujuan untuk
menjaga kontinuitas aliran daya karena ketika salah satu busbar mengalami
1
gangguan dan tidak adanya pengaman yang mengamankan busbar tersebut
seperti yang ada pada gardu induk lain, hal ini akan mengakibatkan adanya
terjadi. Besar arus gangguan hubung singkat ditiap titik di dalam jaringan
diperlukan yaitu untuk menghitung penyetelan relay proteksi (OCR dan GFR).
Untuk keperluan penyetelan relay proteksi, arus gangguan yang dihitung tidak
hanya pada titik gangguan, tetapi juga kontribusinya (Arus gangguan yang
mengalir ditiap cabang dalam jaringan yang menuju ke titik gangguan). Untuk
itu diperlukan cara menghitung arus gangguan hubung singkat yang dapat
Hasil yang diharapkan adalah sistem proteksi yang handal dapat segera
akibat gangguan sehingga tidak mempengaruhi bagian lain dari sistem yang
tidak terganggu (normal) dan sistem lainnya yang tidak terganggu tersebut
yang berkaitan dengan koordinasi setting Over Current Relay (OCR), dan
2
1.2 Rumusan Masalah
berikut:
2. Bagaimana waktu kerja relay terhadap titik gangguan yang terjadi pada
jaringan?
penulisan yang penulis akan tulis pada laporan ini yaitu menetukan atau
menghitung setting koordinasi relay OCR dan GFR yang terpasang pada
3
2. Untuk mengetahui waktu kerja relay terhadap titik gangguan yang
GFR.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
seperti generator, bus bar, transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran
kabel bawah tanah, dan lain sebagainya terhadap kondisi abnormal operasi sistem
kepada konsumen;
5
2.2 Sistem Proteksi Relay
2.2.1Pengertian Relay
Relay adalah sebuah saklar yang di kendalikan oleh arus. Relay memiliki
sebuah kumparan tegangan rendah yang dililitkan pada sebuah inti. Terdapat
sebuah armatur besi yang tertarik menuju inti apabila arus mengalir melewati
kumparan. Armature terpasang pada sebuah tuas berpegas. Ketika armatur tertarik
menuju inti, kontak jalur bersama akan berubah posisi dari kontak normal-tertutup
ke kontak normal-terbuka.
cara kerjanya. Saklar biasa bekerja secara manual dengan bentuan tenaga luar,
sedangkan relay dibantu oleh arus yang mengalir ke kumparan. Setelah arus
kontak, sehingga arus dapat mengalir ke rangkaian kerja. Relay dapat bekerja
bila mendapatkan gangguan atau kondisi kerja yang abnormal, yang dapat
6
yang masih beroperasi normal. Pemutusan beban (C.B.) merupakan satu
arus hubung singkat yang mengalir melaluinya. SeIain itu, juga harus mampu
terhadap penutupan pada kondisi hubung singkat yang kemudian diputuskan lagi
sesuai dengan sinyal yang diterima relay. BiIa pemakaian relay pengaman dan
Fungsi yang lain dari relay pengaman adalah untuk mengetanui letak dan
jenis gangguan. Sehingga dari pengamatan ini dapat dipakai untuk pedoman
ada pada sistem dan pada pengaman (termasuk relay) itu sendiri.
1. Cepat Bereaksi
Relay harus cepat bereaksi/bekerja bila sistem mengalami gangguan atau kerja
abnormal. Kecepatan bereaksi dari relay adalah saat relay muIai merasakan
7
Waktu bereaksi ini harus diusahakan secepat mungkin sehingga dapat
kadang gangguan sistem bersifat sementara, maka relay yang semestinya bereaksi
2. Selektif
dari sistem secara keseluruhan. Untuk rnendapatkan keandalan yang tinggi, maka
Gambar 2.1:
(Sumber : Buku Sistem Proteksi Tenaga Listrik, Drs. F.J. Tasiam, M.Pd. 2017)
DaIam sistem tenaga Iistrik seperti gambar di atas, apabila terjadi gangguan
pada titik K, maka hanya C.B.6 saja yang boleh bekerja sedangkan untuk C.B.1,
8
3. Peka / Sensitif
Relay harus dapat bekerja dengan kepekaan yang tinggi, artinya harus cukup
4. Andal / Reliability
cukup baik bila mempunyai harga : 90 % - 99%. Misal, dalam satu tahun terjadi
X, maka :
b. Security : tidak boleh salah kerja / tidak boleh bekerja yang bukan seharusnya
bekerja.
5. Sederhana / Simplicity
kerusakan).
6. Murah / Economy
9
Relay sebaiknya yang murah, tanpa meninggaIkan persyaratan-persyaratan
gangguan hubung singkat tiga fasa, sedangkan gangguan tak simetris adalah
hubung singkat satu fasa dan dua fasa. Semua gangguan hubung singkat tersebut,
V
I= .......................................................................................................................(2.2)
Z
Dimana :
jaringan
Perbedaan antara gangguan hubung singkat tiga fasa, dua fasa dan satu
fasa adalah impedansi yang terbentuk sesuai dengan macam gangguan itu
sendiri dan tegangan yang memasok arus ke titik gangguan. Impedansi yang
10
Z untuk gangguan dua fasa, Z = Z1 + Z2
Dimana :
Berdasarkan PUIL 2000, “Arus hubung singkat adalah arus lebih yang
diakibatkan oleh gangguan impedansi yang sangat kecil mendekati nol antara dua
Perhitungan arus hubung dari sistem 20 kV yang di pasok dari gardu induk. Untuk
impedansi sumber (reaktansi) dalam hal ini diambil dari data hubung sinkat pada
bus 150 kV, kedua menghitung impedansi transformator, dan ketiga menghitung
impedansi penyulang.
2.4.1Menghitung Impedansi
1. Impedansi Sumber
Untuk menghitung impedansi sumber disisi bus 20 kV, maka harus dihitung
dulu impedansi sumber di bus 150 kV. Impedansi sumber di bus 150 kV diperoleh
dengan rumus :
kV 2
Xs = .....................................................................................................................(2.3)
MVA hs
Dimana :
11
Xs = Impedansi sumber (ohm)
kV 2
Xs (sisi 20 kV) = × Xs (sisi 150 kV)....................................................................................(2.4)
MVAhs
2. Impedansi Transformator
Langkah pertama mencari nilai ohm pada 100 % untuk trafo pada 20 kV, yaitu
kV 2
Xt (pada 100 %) = ..........................................................................................................(2.5)
MVA
Dimana :
1. Mengitung reaktansi urutan positif dan negatif (Xt1 = Xt2) dihitung dengan
menggunakan rumus :
12
Xt = yang diketahui x Xt (pada posisi 100%).................................................................(2.6)
2. Sebelum mengitung reaktansi urutan nol (Xt0) terlebih dahulu harus diketahui
data trafo tenaga itu sendiri yaitu data dari kapasitas belitan delta yang ada
dalam trafo :
belitan delta (d) biasanya adalah sepertiga dari kapasitas belitan Y (belitan
yang dipakai untuk menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap ada di
3. Impedansi Penyulang
besarnya impedansi per km dari penyulang yang akan dihitung, dimana besar
nilainya tergantung pada jenis penghantar, yaitu dari bahan apa penghantar
tersebut dibuat dan juga tergantung dari besar kecilnya penampang dan Panjang
penghantarnya.
13
penyulang tersebut. Contoh besarnya nilai impedansi suatu penyulang Z = (R +
rumus:
Dimana :
b. Urutan nol
Dimana :
impedansi ekivalen positif, negatif dan nol dari titik gangguan sampai ke sumber.
Karena dari sejak sumber ke titik gangguan impedansi yang terbentuk adalah
tersambung seri maka perhitungan Z1eq dan Z2eq dapat langsung dengan cara
dari titik gangguan sampai ke trafo tenaga yang netralnya ditanahkan. Akan tetapi
menggunakan rumus :
14
a. Urutan positif dan urutan negative (Z1eq = Z2eq )
Dimana :
b. Urutan nol
Dimana :
rumus dasar tersebut adalah jenis gangguan hubung singkat tiga fasa, dua fasa,
atau satu fasa ke tanah. Sehingga formula yang digunakan untuk perhitungan arus
hubung singkat tiga fasa, dua fasa, dan satu fasa ke tanah berbeda.
15
V
I = ...............................................................................................................................(2.11)
Z
Sehingga arus gangguan hubung singkat tiga fasa dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
V ph
I3fasa = .....................................................................................................................(2.12)
Z 1 eq
Dimana :
20.000
V ph = Tegangan fasa – netral sistem 20 kV = (V)
√3
Z1 eq = Impedansi ekivalen urutan positif (ohm)
16
Arus gangguan hubung singkat dua fasa dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
V ph−ph
I2fasa = ................................................................................................................(2.13)
2× Z 1 eq
Dimana :
Arus hubung singkat satu fasa ke tanah dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
3× V ph
I1fasa = ........................................................................................................(2.14)
2× Z 1 eq +Z 0 eq
Dimana :
20.000
V ph= Tegangan fasa – netral sistem 20 kV = (V)
√3
Z1 eq = Impedansi urutan positif (ohm)
17
2.5 Over Current Relay (OCR) / Relay Arus Lebih
2.5.1Pengertian
Relay arus lebih atau yang lebih dikenal dengan Over Current Relay (OCR)
merupakan peralatan proteksi yang mensinyalir adanya arus lebih, baik yang
OCR dapat dipasang pada sisi tegangan tinggi saja, atau pada sisi tegangan
menengah saja atau pada sisi tegangan tinggi dan menengah sekaligus.
Selanjutnya OCR dapat menjatuhkan PMT pada sisi dimana relay terpasang atau
dapat menjatuhkan PMT di kedua sisi transformator tenaga. OCR jenis definite
time ataupun inverse time dapat dipakai untuk proteksi transformator terhadap
arus lebih. Sebagai pengaman transformator tenaga dan SUTT bertujuan untuk :
singkat
3. Hanya bekerja bila pengaman utama Transformator tenaga atau SUTT tidak
bekerja
18
2.5.2Jenis Relay Berdasarkan Karakteristik Waktu
Relay arus lebih sesaat adalah relay arus lebih yang tidak mempunyai
waktu tunda/waktu kerja sesaat. Relay bekerja pada gangguan yang paling dekat
dengan lokasi dimana relay terpasang atau dibedakan berdasarkan level gangguan
19
Relay arus lebih definite dalah relay dimana waktu tundanya tetap, tidak
tergantung pada besarnya arus gangguan. Jika arus gangguan telah melebihi arus
yang tetap.
besar arus gangguan maka waktu keja relay akan semakin cepat, arus gangguan
Pada relay jenis ini karakteristik kecuraman waktu arus dikelompokan menjadi :
20
a. Normal Inverse
b. Very Inverse
c. Long Inverse
d. Extremely Inverse
Prinsip Kerja OCR Prinsip kerja relay OCR adalah berdasarkan adanya arus
lebih yang dirasakan relay, baik disebabkan adanya gangguan hubung singkat atau
overload (beban lebih) untuk kemudian memberikan perintah trip ke PMT sesuai
21
1. Pada kondisi normal arus beban (Ib) mengalir pada SUTM / SKTM dan oleh
trafo arus besaran arus ini di transformasikan ke besaran sekunder (Ir). Arus
(Ir) mengalir pada kumparan relai tetapi karena arus ini masih lebih kecil dari
pada suatu harga yang ditetapkan (setting), maka relai tidak bekerja.
2. Bila terjadi gangguan hubung singkat, arus (Ib) akan naik dan menyebabkan
arus (Ir) naik pula, apabila arus (Ir) naik melebihi suatu harga yang telah
ditetapkan (diatas setting), maka relai akan bekerja dan memberikan perintah
trip pada tripping coil untuk bekerja dan membuka PMT, sehingga
2.6.1Setting OCR
Penyetelan relai OCR pada sisi primer dan sisi sekunder transformator
tenaga terlebih dahulu harus dihitung arus nominal transformator tenaga. Arus
setting untuk relay OCR baik pada sisi primer maupun pada sisi sekunder
sekunder yang dapat disetkan pada OCR, maka harus dihitung dengan
menggunakan ratio trafo arus (CT) yang terpasang pada sisi primer maupun sisi
1
Iset (sek) = Iset (pri) × ..................................................................................(2.16)
Ratio CT
22
Hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat, selanjutnya digunakan
untuk menentukan nilai setelan waktu (TMS). Rumus untuk menetukan nilai
setelan waktu bermacam – macam sesuai dengan desain pabrik pembuat relay.
23
Gambar 2. 9 Karakteristik Relay Arus Lebih
(Sumber: Irfan Affandi. 2009)
2.7 Relay Hubung Tanah / Ground Fault Relay (GFR)
Relai hubung tanah yang lebih dikenal dengan Ground Fault Relay (GFR)
mempunyai prinsip kerja yang sama dengan relai arus lebih namun memiliki
antara phasa, maka GFR mendeteksi adanya hubung singkat fasa ke tanah.
Pada kondisi normal beban seimbang Ir, Is, It sama besar, sehingga pada
kawat netral tidak timbul arus dan rele hubung tanah tidak dialiri arus.Bila terjadi
24
ketidakseimbangan arus tau terjadi gangguan hubung singkat ke tanah, maka akan
timbul arus urutan nol pada kawat netral sehingga rele hubung tanah akan bekerja
Penyetelan relai gangguan tanah pada sisi primer dan sisi sekunder
tenaga. Arus setting untuk relai gangguan tanah baik pada sisi primer maupun
nilai setelan sekunder yang dapat disetkan pada rele OCR, maka harus dihitung
dengan menggunakan rasio trafo arus (CT) yang terpasang pada sisi primer
1
Iset (sek) = Iset (pri) x ..........................................................(2.18)
Ratio CT
untuk menentukan nilai setelan waktu kerja relay. Sama halnya dengan rele OCR,
relay GFR menggunakan rumus penyetingan TMS yang sama dengan rele OCR.
Tetapi waktu kerja rele yang diinginkan berbeda. Rele GFR cenderung lebih
sensitive dari pada rele OCR. Untuk menetukan nilai TMS yang akan disetkan
pada rele GFR sisi incoming 20 kV dan sisi 150 kV transformator tenaga diambil
25
2.8 Koordinasi OCR dan GFR
kemampuan selektif yang baik dibutuhkan untuk mencapai keandalan sistem yang
tinggi karena tindakan pengaman yang cepat dan tepat akan dapat mengurangi
PengamanCadanganJauh saluran BC
26
4. OCR dan GFR di B2Pengaman Utama saluran BCPengaman Cadangan
Jauhsaluran CD
seksi berikut
utama busB1 dan sekaligus sebagai pengaman cadanganjauh saluran BC. OCR
jauh seksiberikutnya.
27
BAB III METODE PENELITIAN
sejak … hingga ….
sistematis dan terarah. Berikut langkah-langkah yang menjadi acuan dari penulis:
menghitung arus hubung singkat 3 fasa, 2 fasa, dan 1 fasa, menghitung arus
setting OCR dan GFR sert setting waktu (TMS) OCR dan GFR;
28
6. Membandingkan hasil perhitungan dengan data lapangan;
7. Menarik kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan sehingga tujuan
Mulai
Studi Literatur
Pengambilan data:
1. Data hubung singkat pada jaringan
2. Transformator tenaga
3. Data penghantar penyulang meliputi
jenis, ukuran, dan penjangnya
4. Data arus beban maksimum penyulang
Pengolahan Data:
1. Menghitung impedansi ekivalen jaringan
2. Menghitung arus hubung singkat 3 fasa, 2 fasa,
dan 1 fasa
3. Menghitung arus setting (Iset) OCR dan GFR
4. Menghitung setting waktu (TMS) OCR dan GFR
Membandingkan hasil
perhitungan dengan data yang
ada di lapangan
Ya
Tidak
Sesuai
29
A
Analisis
Kesimpulan
Selesai
Berikut adalah metode atau teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data
1. Studi literatur
baik melalui buku, tugas akhir ataupun jurnal penelitian, hingga melalui
2. Metode observasi
yang diteliti dapat dilihat dan dirasakan oleh peneliti. Pengambilan data
30
dengan metode observasi dilakukan dengan melihat nameplate atau spesifikasi
3. Metode wawancara
pada bidangnya sesuai dengan topik yang diangkat. Informasi yang ingin
lama dalam mengatasi gangguan pada sistem proteksi yang sangat diperlukan
jaringan.
penelitian ini, yaitu studi literatur, observasi, dan wawancara. Metode studi
buku, tugas akhir ataupun jurnal penelitian, hingga melalui internet berbentuk
yang terpasang seperti relai, transformator daya dan penghantar yang digunakan.
31
mewawancarai penanggung jawab tempat yang bersangkutan atau orang ahli pada
impedansi penyulang.
4. Menghitung setelan arus OCR dan GFR pada sisi incoming dan
penyulang.
5. Menghitung setelan waktu (TMS) OCR dan GFR pada sisi incoming dan
penyulang.
Sehingga dari hasil perhitungan itu dapat diketahui bagaimana waktu kerja
relai ketika terjadi gangguan pada setiap titik gangguan yang berbeda-beda yang
32
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Irfan. 2009. “Analisa Setting Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan
Tanah Pada Penyulang Sadewa Di Gi Cawang Skripsi.” Depok: Universitas
Indonesia.
Agung Budhi Udiana, I Dewa Gde, I G Dyana Arjana, and Tjok Gede Indra
Partha. 2017. “Studi Analisis Koordinasi Over Current Relay (Ocr) Dan
Ground Fault Relay (Gfr) Pada Recloser Di Saluran Penyulang Penebel” 16:
38–39.
Rosidi, Hafizh Rahman dan Ir. Tejo Sukmadi, MT. 2019. Rele Arus Lebih / OCR
dan GFR Sebagai Proteksi Trafo Dan Penyulang Pada GI 150 KV Krapyak
Vol 3.
Nova, Syahrizal Tirza. 2013. Perhitungan Setting Rele OCR Dan GFR Pada
Sistem Interkoneksi Diesel Generator Di Perusahaan “ X “ 1 (1).
Patsal, Khairunnisa dan Wardiman. 2014. Studi Penyetelan OCR Dan GFR Pada
Penyulang 20 KV Tragi Panakkukang. Makassar: Politeknik Negeri Ujung
Pandang
Putra, Adisyah. 2018. Analisis Setting Proteksi Ocr Dan Gfr Di Penyulang Srl-01
Srondol Menggunakan Software Etap 12.6.0.
33
Peralatan Proteksi OCR dan GFR Pada Penyulang Tibubeneng. Vol.14 No. 2
: 51.
34