Anda di halaman 1dari 43

i

STUDI KOORDINASI SETTING RELAY PROTEKSI


OCR DAN GFR PADA PENYULANG DI GARDU INDUK

HALAMAN SAMPUL

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan diploma tiga (D-3) Program Studi Teknik Listrik
Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Ujung Pandang

INAYAH AFIFAH
321 18 063

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2021

ii
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT atas segala berkat, rahmat

dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tugas akhir ini

dengan judul “Studi Koordinasi Setting Relay Proteksi OCR Dan GFR pada

Penyulang di Gardu Induk …”.

Proposal tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan program pendidikan Diploma III di Politeknik Negeri Ujung

Pandang. Proses penyelesaian proposal tugas akhir ini tidak lepas dari banyak

pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan rasa syukur

dan berterima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua serta keluarga atas segala dukungan baik berupa moril,

materil, motivasi serta doa yang telah diberikan.

2. Bapak Ir. Muhammad Anshar, M.si., Ph.D., selaku Direktur Politeknik

Negeri Ujung Pandang.

3. Bapak Ahmad Rizal Sultan, ST., MT., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik

Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang.

4. Bapak H. Ruslan L., ST., MT., selaku Ketua Program Studi Diploma III

Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang.

5. Bapak Ir. Syarifuddin, MT. sebagai dosen pembimbing I yang mencurahkan

waktu dan kesempatannya untuk mengarahkan penulis dalam menyelesaikan

proposal tugas akhir ini.

iii
6. Bapak Sofyan, ST., MT. sebagai dosen pembimbing II yang sedia

memberikan masukan yang berupa kritik dan saran demi mencapai

kesempurnaan proposal tugas akhir ini.

7. Seluruh dosen dan staff Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung

Pandang, khususnya Program Studi Diploma III Teknik Listrik.

8. Seluruh teman-teman seperjuangan D3 Listrik kelas C angkatan 2018 yang

telah ikut memberikan support serta semangat.

Tak lupa penulis menyampaikan permohonan maaf apabila selama

penyusunan proposal tugas akhir ini terdapat kesalahan, baik yang disengaja

maupun tidak disengaja. Penulis menyadari bahwa proposal tugas akhir ini masih

jauh dari sempurna. Sehingga dengan rendah hati mengharapkan kritik dan saran

yang sifatnya membangun untuk perbaikan di penyusunan tugas akhir. Semoga

tulisan ini bermanfaat.

Makassar, Januari 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI............................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii

DAFTAR TABEL................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan...........................................................................3
1.4 Tujuan dan Manfaat Kegiatan...................................................................3
1.4.1 Tujuan Kegiatan.................................................................................3
1.4.2 Manfaat Kegiatan...............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

2.1 Sistem Proteksi..........................................................................................5


2.1.1 Pengertian dan Fungsi Sistem Proteksi..............................................5
2.1.2 Fungsi Sistem Proteksi.......................................................................5
2.2 Sistem Proteksi Relay................................................................................6
2.2.1 Pengertian Relay................................................................................6
2.2.2 Fungsi Relay Pengaman.....................................................................6
2.2.3 Syarat-Syarat Relay Pengaman..........................................................7
2.3 Gangguan Hubung Singkat.....................................................................10
2.4 Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat........................................11
2.4.1 Menghitung Impedansi....................................................................11
2.4.2 Menghitung Arus Gangguan Hubungan Singkat.............................15

v
2.5 Over Current Relay (OCR) / Relay Arus Lebih......................................18
2.5.1 Pengertian.........................................................................................18
2.5.2 Jenis Relay Berdasarkan Karakteristik Waktu.................................19
2.6 Prinsip Kerja OCR...................................................................................21
2.6.1 Setting OCR.....................................................................................22
2.7 Relay Hubung Tanah / Ground Fault Relay (GFR)................................24
2.7.1 Pengertian Ground Fault Relay (GFR)............................................24
2.7.2 Prinsip Kerja Ground Fault Relay (GFR)........................................24
2.7.3 Setting Ground Fault Relay (GFR)..................................................25
2.8 Koordinasi OCR dan GFR......................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................28

3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan...................................................................28


3.2 Prosedur Kegiatan...................................................................................28
3.3 Teknik Pengumpulan Data......................................................................30
3.4 Teknik Pengolahan/Analisis Data...........................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Suatu Sistem Tenaga Listrik yang Sederhana Mengalami Gangguan

pada Titik K.............................................................................................................8

Gambar 2. 2 Gangguan hubung singkat 3 fasa......................................................16

Gambar 2. 3 Gangguan hubung singkat 2 fasa......................................................17

Gambar 2. 4 Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah........................................17

Gambar 2. 5 Karakteristik Waktu Seketika (Instantaneous)..................................19

Gambar 2. 6 Karakteristik Waktu tertentu (Definite)............................................20

Gambar 2. 7 Karakteristik Waktu Terbalik (Inverse)............................................20

Gambar 2. 8 Rangkaian Pengawatan OCR............................................................21

Gambar 2. 9 Karakteristik Relay Arus Lebih........................................................23

Gambar 2. 10 Rangkaian Pengawatan GFR...........................................................24

Gambar 2. 11 Sistem Pengaman Jaringan Distribusi.............................................26

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Karakteristik operasi waktu jenis relay inverse time............................23

viii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh PLN adalah

terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik. Adapun gangguan pada sistem

tenaga listrik merupakan segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya kondisi

abnormal pada sistem tenaga listrik. Salah satu bentuk gangguan adalah

gangguan hubung singkat. Gangguan ini dapat menyebabkan terhentinya atau

terganggunya penyaluran energi listrik ke konsumen yang dapat menimbulkan

kerugian bagi pihak PT. PLN maupun konsumen.

Selain itu, panjangnya penyulang menjadi salah satu faktor terjadinya

gangguan pada sistem tenaga listrik selain faktor-faktor lainnya diantaranya

gangguan yang terjadi akibat alam dan kesalahan sumber daya manusia baik

yang disengaja maupun tidak disengaja. Seperti yang dijelaskan di atas

gangguan hubung singkat dapat menyebabkan terhentinya atau terganggunya

penyeluran energi listrik dikarenakan gangguan ini menyebabkan kinerja

peralatan seperti penyulang dan transformator tidak bekerja secara normal.

Untuk mencegah atau meminimalisir gangguan tadi, pada permasalahan tugas

akhir ini akan dibahas mengenai sistem proteksi. Salah satu peralatan utama

dalam sistem proteksi yang digunakan pada jaringan adalah Over Current

Relay (OCR) dan relay Ground Fault Relay (GFR). Diperlukan adanya suatu

koordinasi antara komponen penunjang sistem proteksi tersebut yang terdiri

dari OCR dan GFR pada saluran penyulang. Koordinasi ini bertujuan untuk

menjaga kontinuitas aliran daya karena ketika salah satu busbar mengalami

1
gangguan dan tidak adanya pengaman yang mengamankan busbar tersebut

seperti yang ada pada gardu induk lain, hal ini akan mengakibatkan adanya

ketidakseimbangan yang dirasakan oleh sistem dan dapat mengakibatkan

terganggunya kontinuitas aliran daya.

Besarnya gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam

suatu sistem kelistrikan perlu diketahui sebelum gangguan yang sesungguhnya

terjadi. Besar arus gangguan hubung singkat ditiap titik di dalam jaringan

diperlukan yaitu untuk menghitung penyetelan relay proteksi (OCR dan GFR).

Untuk keperluan penyetelan relay proteksi, arus gangguan yang dihitung tidak

hanya pada titik gangguan, tetapi juga kontribusinya (Arus gangguan yang

mengalir ditiap cabang dalam jaringan yang menuju ke titik gangguan). Untuk

itu diperlukan cara menghitung arus gangguan hubung singkat yang dapat

segera membantu dalam perhitungan penyetelan relay proteksi.

Hasil yang diharapkan adalah sistem proteksi yang handal dapat segera

mengantisipasi gangguan sedini mungkin dan meminimalisir efek yang terjadi

akibat gangguan sehingga tidak mempengaruhi bagian lain dari sistem yang

tidak terganggu (normal) dan sistem lainnya yang tidak terganggu tersebut

dapat terus bekerja. Dengan alasan tersebut penulis mengangkat permasalahan

yang berkaitan dengan koordinasi setting Over Current Relay (OCR), dan

Ground Fault Relay (GFR) pada Pengulang di Gardu Induk….

2
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimana menentukan penyetelan Over Current Relay (OCR) dan

Ground Fault Relay (GFR) yang terpasang pada jaringan?

2. Bagaimana waktu kerja relay terhadap titik gangguan yang terjadi pada

jaringan?

3. Bagaimana perbandingan antara hasil perhitungan setting OCR dan GFR

dengan realisasi di lapangan?

1.3 Ruang Lingkup Kegiatan

Dari perumusan masalah di atas, dapat difokuskan pada ruang lingkup

penulisan yang penulis akan tulis pada laporan ini yaitu menetukan atau

menghitung setting koordinasi relay OCR dan GFR yang terpasang pada

penyulang di gardu induk… dan instrument pengukuran berupa Transformator

Arus dan Tegangan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Kegiatan

Tujuan dan Manfaat dari kegiatan ini adalah:

1.4.1 Tujuan Kegiatan

1. Menentukan penyetelan Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault

Relay (GFR) yang terpasang pada jaringan.

3
2. Untuk mengetahui waktu kerja relay terhadap titik gangguan yang

terjadi pada jaringan.

3. Membandingkan hasil perhitungan setting antara OCR dan GFR

dengan data/realisasi yang ada di lapangan.

1.4.2 Manfaat Kegiatan

1. Dapat mengetahui bagaimana setting proteksi OCR dan GFR pada

penyulang … agar dapat melindungi peralatan listrik terhadap

gangguan -gangguan arus hubung singkat.

2. Sebagai referensi untuk mahasiswa dalam menentukan setting OCR dan

GFR.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Proteksi

2.1.1Pengertian Sistem Proteksi

Sistem pengaman atau sistem proteksi tenaga listrik merupakan sistem

pengaman pada peralatan-peralatan yang terpasang pada sistem tenaga listrik,

seperti generator, bus bar, transformator, saluran udara tegangan tinggi, saluran

kabel bawah tanah, dan lain sebagainya terhadap kondisi abnormal operasi sistem

tenaga listrik tersebut.

2.1.2 Fungsi Sistem Proteksi

Fungsi dari sistem pengaman tenaga listrik, antara lain untuk :

1. Mencegah kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik akibat

terjadinya gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak normal;

2. Mengurangi kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik akibat

terjadinya gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak normal;

3. Mempersempit daerah yang terganggu sehingga gangguan tidak melebar pada

sistem yang lebih luas;

4. Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu tinggi

kepada konsumen;

5. Mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh tenaga listrik.

5
2.2 Sistem Proteksi Relay

2.2.1Pengertian Relay

Relay adalah sebuah saklar yang di kendalikan oleh arus. Relay memiliki

sebuah kumparan tegangan rendah yang dililitkan pada sebuah inti. Terdapat

sebuah armatur besi yang tertarik menuju inti apabila arus mengalir melewati

kumparan. Armature terpasang pada sebuah tuas berpegas. Ketika armatur tertarik

menuju inti, kontak jalur bersama akan berubah posisi dari kontak normal-tertutup

ke kontak normal-terbuka.

Relay merupakan sebuah saklar, fungsinya untuk memutuskan dan

menghubungkan rangkaian. Relay memiliki perbedaan dengan saklar biasa dari

cara kerjanya. Saklar biasa bekerja secara manual dengan bentuan tenaga luar,

sedangkan relay dibantu oleh arus yang mengalir ke kumparan. Setelah arus

mengalir di dalam kumparan, inti besi menghasilkan medan manet yang

menyebabkan gaya tarik terhadap armatur. Tarikan armature ini menghubungkan

kontak, sehingga arus dapat mengalir ke rangkaian kerja. Relay dapat bekerja

lebih cepat dari saklar biasa, kecepatan kerja relay bervariasi.

2.2.2Fungsi Relay Pengaman

Fungsi dari relay pengaman adalah untuk menentukan dengan segera

pemutusan/penutupan peIayanan penyaluran setiap elemen sistem tenaga Iistrik

bila mendapatkan gangguan atau kondisi kerja yang abnormal, yang dapat

mengakibatkan kerusakan alat atau akan mempengaruhi sistem/ sebagian sistem

6
yang masih beroperasi normal. Pemutusan beban (C.B.) merupakan satu

rangkaian dengan relay pengaman.

Oleh karena itu C.B. harus mempunyai kemampuan untuk memutuskan

arus hubung singkat yang mengalir melaluinya. SeIain itu, juga harus mampu

terhadap penutupan pada kondisi hubung singkat yang kemudian diputuskan lagi

sesuai dengan sinyal yang diterima relay. BiIa pemakaian relay pengaman dan

C.B. diperhitungkan tidak ekonomis, maka dapat dipakai fuse / sekring.

Fungsi yang lain dari relay pengaman adalah untuk mengetanui letak dan

jenis gangguan. Sehingga dari pengamatan ini dapat dipakai untuk pedoman

perbaikan peralatan yang rusak.

Biasanya data tersebut dianalisa secara efektif guna Iangkah pencegahan

terhadap gangguan dan juga untuk mengetahui kekurangankekurangan apa yang

ada pada sistem dan pada pengaman (termasuk relay) itu sendiri.

2.2.3Syarat-Syarat Relay Pengaman

Syarat-syarat agar peralatan relay pengaman dapat dikatakan bekerja

dengan baik dan benar adalah:

1. Cepat Bereaksi

Relay harus cepat bereaksi/bekerja bila sistem mengalami gangguan atau kerja

abnormal. Kecepatan bereaksi dari relay adalah saat relay muIai merasakan

adanya gangguan sampai dengan pelaksanaan pelepasan circuit breaker (C.B)

karena komando dari relay tersebut.

7
Waktu bereaksi ini harus diusahakan secepat mungkin sehingga dapat

menghindari kerusakan pada alat serta membatasi daerah yang mengalami

gangguan / kerja abnormal.

Mengingat suatu sistem tenaga mempunyai batas-batas stabiIitas serta kadang-

kadang gangguan sistem bersifat sementara, maka relay yang semestinya bereaksi

dengan cepat kerjanya perlu diperlambat (time delay).

2. Selektif

Yang dimaksud dengan selektif di sini adalah kecermatan pemilihan dalam

mengadakan pengamanan, di mana haI ini menyangkut koordinasi pengamanan

dari sistem secara keseluruhan. Untuk rnendapatkan keandalan yang tinggi, maka

relay pengaman harus mempunyai kemampuan selektif yang baik.

Dengan demikian, segala tindakannya akan tepat dan akibatnya gangguan

dapat dieliminir menjadi sekecil mungkin. Berikut diberikan contohnya pada

Gambar 2. 1 Suatu Sistem Tenaga Listrik yang Sederhana


Mengalami Gangguan pada Titik K

Gambar 2.1:

(Sumber : Buku Sistem Proteksi Tenaga Listrik, Drs. F.J. Tasiam, M.Pd. 2017)

DaIam sistem tenaga Iistrik seperti gambar di atas, apabila terjadi gangguan

pada titik K, maka hanya C.B.6 saja yang boleh bekerja sedangkan untuk C.B.1,

C.B.2 dan C.B. - C.B. yang lain tidak boleh bekerja,

8
3. Peka / Sensitif

Relay harus dapat bekerja dengan kepekaan yang tinggi, artinya harus cukup

sensitif terhadap gangguan didaerahnya meskipun gangguan tersebut minimum,

selanjutnya memberikan jawaban/response

4. Andal / Reliability

Keandalan relay dihitung dengan jumlah relay bekerja/mengamankan

daerahnya terhadap jumlah gangguan yang terjadi. Keandalan relay dikatakan

cukup baik bila mempunyai harga : 90 % - 99%. Misal, dalam satu tahun terjadi

gangguan sebanyak 25 X dan relay dapat bekerja dengan sempurna sebanyak 23

X, maka :

KeandaIan relay = 23/25 x 100 % = 92 % ..................................................................(2.1)

Keandalan dapat di bagi 2 :

a. Dependability : relay harus dapat diandalkan setiap saat.

b. Security : tidak boleh salah kerja / tidak boleh bekerja yang bukan seharusnya

bekerja.

5. Sederhana / Simplicity

Makin sederhana sistem relay semakin baik, mengingat setiap peraIatan/

komponen relay memungkinkan mengalami kerusakan. Jadi sederhana

maksudnya kemungkinan terjadinya kerusakan kecil (tidak sering mengalami

kerusakan).

6. Murah / Economy

9
Relay sebaiknya yang murah, tanpa meninggaIkan persyaratan-persyaratan

yang telah tersebut di atas.

2.3 Gangguan Hubung Singkat

Gangguan hubung singkat dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu :

1. Hubung Singkat Simetris.

2. Hubung Singkat Asimetris.

Gangguan hubung singkat yang termasuk ke dalam gangguan simetris adalah

gangguan hubung singkat tiga fasa, sedangkan gangguan tak simetris adalah

hubung singkat satu fasa dan dua fasa. Semua gangguan hubung singkat tersebut,

arus gangguannya dapat dengan menggunakan rumus:

V
I= .......................................................................................................................(2.2)
Z

Dimana :

I = Arus yang mengalir pada hambatan Z (A)

V = Tegangan sumber (V)

Z = Impedansi jaringan,nilai ekuivalen dari seluruh impedansi di dalam

jaringan

dari sumber tegangan sampai titik gangguan (Ohm)

Perbedaan antara gangguan hubung singkat tiga fasa, dua fasa dan satu

fasa adalah impedansi yang terbentuk sesuai dengan macam gangguan itu

sendiri dan tegangan yang memasok arus ke titik gangguan. Impedansi yang

terbentuk dapat ditunjukkan seperti berikut ini :

Z untuk gangguan tiga fasa, Z = Z1

10
Z untuk gangguan dua fasa, Z = Z1 + Z2

Z untuk gangguan satu fasa, Z = Z1 + Z2 + Z3

Dimana :

Z1 = Impedansi urutan positif (ohm)

Z2 = Impedansi urutan negative (ohm)

Z3 = Impedansi urutan nol (ohm)

2.4 Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat

Berdasarkan PUIL 2000, “Arus hubung singkat adalah arus lebih yang

diakibatkan oleh gangguan impedansi yang sangat kecil mendekati nol antara dua

penghantar aktif dalam kondisi operasi normal berbeda potensialnya”.

Perhitungan arus hubung dari sistem 20 kV yang di pasok dari gardu induk. Untuk

menghitung arus hubung singkat pada sistem di atas, pertama-tama menghitung

impedansi sumber (reaktansi) dalam hal ini diambil dari data hubung sinkat pada

bus 150 kV, kedua menghitung impedansi transformator, dan ketiga menghitung

impedansi penyulang.

2.4.1Menghitung Impedansi

1. Impedansi Sumber

Untuk menghitung impedansi sumber disisi bus 20 kV, maka harus dihitung

dulu impedansi sumber di bus 150 kV. Impedansi sumber di bus 150 kV diperoleh

dengan rumus :

kV 2
Xs = .....................................................................................................................(2.3)
MVA hs

Dimana :

11
Xs = Impedansi sumber (ohm)

kV 2 = Tegangan sisi primer trafo tenaga (kV)

MVA hs = Data hubung singkat di bus 150 kV (MVA)

Arus gangguan hubung singkat di sisi 20 kV diperoleh dengan cara

mengkonversikan dulu impedansi sumber di bus 150 kV ke sisi 20 kV. Untuk

mengkonversikan Impedansi yang terletak di sisi 150 kV ke sisi 20 kV, dapat

dihitung dengan menggunakan rumus :

kV 2
Xs (sisi 20 kV) = × Xs (sisi 150 kV)....................................................................................(2.4)
MVAhs

2. Impedansi Transformator

Pada perhitungan impedansi suatu transformator yang diambil adalah harga

reaktansi,sedangkan tahanan diabaikan karena harganya kecil. Untuk mencari

nilai reaktansi trafo dalam ohm dihitung dengan cara berikut :

Langkah pertama mencari nilai ohm pada 100 % untuk trafo pada 20 kV, yaitu

dengan menggunakan rumus:

kV 2
Xt (pada 100 %) = ..........................................................................................................(2.5)
MVA

Dimana :

Xt = Impedansi trafo tenaga (ohm)

kV 2 = Tegangan sisi sekunder trafo tenaga (kV)

MVA = Kapasitas daya trafo tenaga (MVA)

Lalu tahap selanjutnya yaitu mencari nilai reaktansi tenaganya :

1. Mengitung reaktansi urutan positif dan negatif (Xt1 = Xt2) dihitung dengan

menggunakan rumus :

12
Xt = yang diketahui x Xt (pada posisi 100%).................................................................(2.6)

2. Sebelum mengitung reaktansi urutan nol (Xt0) terlebih dahulu harus diketahui

data trafo tenaga itu sendiri yaitu data dari kapasitas belitan delta yang ada

dalam trafo :

a. Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan dimana kapasitas belitan ΔY

delta sama besar dengan kapasitas belitan Y, maka Xt0 = Xt1.

b. Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan Y yd dimana kapasitas

belitan delta (d) biasanya adalah sepertiga dari kapasitas belitan Y (belitan

yang dipakai untuk menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap ada di

dalam tetapi tidak dikeluarkan kecuali satu terminal delta untuk

ditanahkan), maka nilai Xt0 = 3 x Xt1.

c. Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan YY dan tidak mempunyai

belitan delta di dalamnya, maka untuk menghitung besarnya Xt0 berkisar

antara 9 s/d 14 x Xt.

3. Impedansi Penyulang

Untuk perhitungan impedansi penyulang, perhitungannya tergantung dari

besarnya impedansi per km dari penyulang yang akan dihitung, dimana besar

nilainya tergantung pada jenis penghantar, yaitu dari bahan apa penghantar

tersebut dibuat dan juga tergantung dari besar kecilnya penampang dan Panjang

penghantarnya.

Disamping itu penghantar juga dipengaruhi perubahan temperature dan

konfigurasi dari penyulang juga sangat mempengaruhi besarnya impedansi

13
penyulang tersebut. Contoh besarnya nilai impedansi suatu penyulang Z = (R +

jX) Sehingga untuk impedansi penyulang dapat ditentukan dengan menggunakan

rumus:

a. Urutan positif dan urutan negative

Z1 = Z2 = % panjang x panjang penyulang (km) x Z1/Z2 (ohm) ...........................(2.7)

Dimana :

Z1 = Impedansi urutan positif (ohm)

Z2 = Impedansi urutan negatif (ohm)

b. Urutan nol

Z0 = % panjang x panjang penyulang (km) x Zo (ohm)............................................(2.8)

Dimana :

Z0 = Impedansi urutan nol (ohm)

4. Impedansi Ekivalen Jaringan

Perhitungan yang akan dilakukan di sini adalah perhitungan besar nilai

impedansi ekivalen positif, negatif dan nol dari titik gangguan sampai ke sumber.

Karena dari sejak sumber ke titik gangguan impedansi yang terbentuk adalah

tersambung seri maka perhitungan Z1eq dan Z2eq dapat langsung dengan cara

menjumlahkan impedansi tersebut, sedangkan untuk perhitungan Z0eq dimulai

dari titik gangguan sampai ke trafo tenaga yang netralnya ditanahkan. Akan tetapi

untuk menghitung impedansi eq ini, harus diketahui dulu hubungan belitan

trafonya. Sehingga untuk impedansi ekivalen jaringan dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

14
a. Urutan positif dan urutan negative (Z1eq = Z2eq )

Z1eq = Z2eq = Zs1 + Zt1 + Z1 + penyulang...................................................................(2.9)

Dimana :

Z1 eq = Impedansi ekivalen jaringan urutan positif (ohm)

Z2eq = Impedansi ekivalen jaringan urutan negative (ohm)

Zs1 = Impedansi sumber sisi 20 kV (ohm)

Zt1 = Impedansi trafo tenaga urutan positif dan negative (ohm)

Z1 = Impedansi urutan positif dan negative (ohm)

b. Urutan nol

Z0eq = Zt0 + 3RN + Z0 penyulang ...........................................................................(2.10)

Dimana :

Z0 eq = Impedansi ekivalen jaringan nol (ohm)

Zt0 = Impedansi trafo tenaga urutan nol (ohm)

RN = Tahanan tanah trafo tenaga (ohm)

Z0 = Impedansi urutan nol (ohm)

2.4.2Menghitung Arus Gangguan Hubungan Singkat

Perhitungan arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan

menggunakan rumus dasar, impedansi ekivalen mana yang dimasukkan ke dalam

rumus dasar tersebut adalah jenis gangguan hubung singkat tiga fasa, dua fasa,

atau satu fasa ke tanah. Sehingga formula yang digunakan untuk perhitungan arus

hubung singkat tiga fasa, dua fasa, dan satu fasa ke tanah berbeda.

1. Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa

15

Gambar 2. 2 Gangguan hubung singkat 3 fasa


(Sumber : Adrial Mardensyah. 2008)

Rangkaian gangguan tiga fasa pada suatu jaringan dengan hubungan

transformator tenaga YY dengan netral ditanahkan melalui suatu tahanan.

Ditunjukan pada gambar dibawah ini :

Rumus dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya arus gangguan

hubungan singkat tiga adalah:

V
I = ...............................................................................................................................(2.11)
Z

Sehingga arus gangguan hubung singkat tiga fasa dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

V ph
I3fasa = .....................................................................................................................(2.12)
Z 1 eq

Dimana :

I3fasa = Arus gangguan hubung singkat tiga fasa (A)

20.000
V ph = Tegangan fasa – netral sistem 20 kV = (V)
√3
Z1 eq = Impedansi ekivalen urutan positif (ohm)

2. Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa

Gambar 2. 3 Gangguan hubung singkat 2 fasa

(Sumber : Adrian Mardensyah. 2008)

16
Arus gangguan hubung singkat dua fasa dapat dihitung dengan menggunakan

rumus:

V ph−ph
I2fasa = ................................................................................................................(2.13)
2× Z 1 eq

Dimana :

I2fasa = Arus gangguan hubung singkat dua fasa (A)

V ph− ph = Tegangan fasa – fasa sistem 20 kV = 20.000 (V)

Z1 eq = Impedansi urutan positif (ohm)

3. Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa ke Tanah

Gambar 2. 4 Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah

(Sumber : Adrian Mardensyah. 2008)

Arus hubung singkat satu fasa ke tanah dapat dihitung dengan menggunakan

rumus:

3× V ph
I1fasa = ........................................................................................................(2.14)
2× Z 1 eq +Z 0 eq

Dimana :

I1fasa = Arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah (A)

20.000
V ph= Tegangan fasa – netral sistem 20 kV = (V)
√3
Z1 eq = Impedansi urutan positif (ohm)

Z 0 eq = Impedansi urutan nol (ohm)

17
2.5 Over Current Relay (OCR) / Relay Arus Lebih

2.5.1Pengertian

Relay arus lebih atau yang lebih dikenal dengan Over Current Relay (OCR)

merupakan peralatan proteksi yang mensinyalir adanya arus lebih, baik yang

disebabkan oleh adanya gangguan hubung singkat atau overload.

Relay ini dapat digunakan sebagai pengaman utama ataupun pengaman

cadangan. Pada transfomator tenaga, OCR hanya berfungsi sebagai pengaman

cadangan (back up protection ) untuk gangguan eksternal atau sebagai back up

bagi outgoing feeder.

OCR dapat dipasang pada sisi tegangan tinggi saja, atau pada sisi tegangan

menengah saja atau pada sisi tegangan tinggi dan menengah sekaligus.

Selanjutnya OCR dapat menjatuhkan PMT pada sisi dimana relay terpasang atau

dapat menjatuhkan PMT di kedua sisi transformator tenaga. OCR jenis definite

time ataupun inverse time dapat dipakai untuk proteksi transformator terhadap

arus lebih. Sebagai pengaman transformator tenaga dan SUTT bertujuan untuk :

1. Mencegah kerusakan Transformator tenaga atau SUTT dari gangguan hubung

singkat

2. Membatasi luas daerah terganggu (pemadaman) sekecil mungkin

3. Hanya bekerja bila pengaman utama Transformator tenaga atau SUTT tidak

bekerja

18
2.5.2Jenis Relay Berdasarkan Karakteristik Waktu

1. Relay arus lebih sesaat (instantaneous)

Relay arus lebih sesaat adalah relay arus lebih yang tidak mempunyai

waktu tunda/waktu kerja sesaat. Relay bekerja pada gangguan yang paling dekat

dengan lokasi dimana relay terpasang atau dibedakan berdasarkan level gangguan

secara lokasi sistem.

Gambar 2. 5 Karakteristik Waktu Seketika (Instantaneous)

(Sumber : Adisyah Putra. 2018)

2. Relay arus lebih definite (definite time)

19
Relay arus lebih definite dalah relay dimana waktu tundanya tetap, tidak

tergantung pada besarnya arus gangguan. Jika arus gangguan telah melebihi arus

Gambar 2. 6 Karakteristik Waktu tertentu (Definite)


settingnya berapapun besarnya arus gangguan relay akan bekerja dengan waktu

yang tetap.

(Sumber : Sumber : Adisyah Putra. 2018)

3. Relay arus lebih inverse (inverse time)

Relay arus lebih indverse adalah relay dimana waktu tundanya

mempunyai karakteristik tergantung pada besarnya arus gangguan. Jadi semakin

besar arus gangguan maka waktu keja relay akan semakin cepat, arus gangguan

berbanding terbalik dengan waktu kerja relay.

Gambar 2. 7 Karakteristik Waktu Terbalik (Inverse)

(Sumber : Adisyah Putra. 2018)

Pada relay jenis ini karakteristik kecuraman waktu arus dikelompokan menjadi :

20
a. Normal Inverse

b. Very Inverse

c. Long Inverse

d. Extremely Inverse

2.6 Prinsip Kerja OCR

Prinsip Kerja OCR Prinsip kerja relay OCR adalah berdasarkan adanya arus

lebih yang dirasakan relay, baik disebabkan adanya gangguan hubung singkat atau

overload (beban lebih) untuk kemudian memberikan perintah trip ke PMT sesuai

dengan karakteristik waktunya.

Gambar 2. 8 Rangkaian Pengawatan OCR

(Sumber: Irfan Affandi. 2009)

Cara kerjanya dapat diuraikan sebagai berikut :

21
1. Pada kondisi normal arus beban (Ib) mengalir pada SUTM / SKTM dan oleh

trafo arus besaran arus ini di transformasikan ke besaran sekunder (Ir). Arus

(Ir) mengalir pada kumparan relai tetapi karena arus ini masih lebih kecil dari

pada suatu harga yang ditetapkan (setting), maka relai tidak bekerja.

2. Bila terjadi gangguan hubung singkat, arus (Ib) akan naik dan menyebabkan

arus (Ir) naik pula, apabila arus (Ir) naik melebihi suatu harga yang telah

ditetapkan (diatas setting), maka relai akan bekerja dan memberikan perintah

trip pada tripping coil untuk bekerja dan membuka PMT, sehingga

SUTM/SKTM yang terganggu dipisahkan dari jaringan.

2.6.1Setting OCR

1. Arus setting OCR

Penyetelan relai OCR pada sisi primer dan sisi sekunder transformator

tenaga terlebih dahulu harus dihitung arus nominal transformator tenaga. Arus

setting untuk relay OCR baik pada sisi primer maupun pada sisi sekunder

transformator tenaga adalah:

Iset (prim) = 1,05 x Inominal trafo...........................................................................(2.15)

Nilai tersebut adalah nilai primer, Untuk mendapatkan nilai setelan

sekunder yang dapat disetkan pada OCR, maka harus dihitung dengan

menggunakan ratio trafo arus (CT) yang terpasang pada sisi primer maupun sisi

sekunder transformator tenaga.

1
Iset (sek) = Iset (pri) × ..................................................................................(2.16)
Ratio CT

2. Setting waktu (TMS)

22
Hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat, selanjutnya digunakan

untuk menentukan nilai setelan waktu (TMS). Rumus untuk menetukan nilai

setelan waktu bermacam – macam sesuai dengan desain pabrik pembuat relay.

Dalam hal ini diambil rumus MS dengan relai merk MC 30.

Tipe Relay Setelan Waktu


Standar Inverse 13,5× t
If 0.02
( )
Is
−1
Very Inverse 13,5 ×t
If
( )
Is
−1

Extremely Inverse 80× t


If 2
( )
Is
−1
Long Time Earth Fault 120 ×t
If
( )
Is
−1

Tabel 2. 1 Karakteristik operasi waktu jenis relay inverse time


(Sumber : Studi Analisis Koordinasi OCR dan GFR literatur, Budi Agung)

23
Gambar 2. 9 Karakteristik Relay Arus Lebih
(Sumber: Irfan Affandi. 2009)
2.7 Relay Hubung Tanah / Ground Fault Relay (GFR)

2.7.1Pengertian Ground Fault Relay (GFR)

Relai hubung tanah yang lebih dikenal dengan Ground Fault Relay (GFR)

mempunyai prinsip kerja yang sama dengan relai arus lebih namun memiliki

perbedaan dalam kegunaannya. Bila OCR mendeteksi adanya hubung singkat

antara phasa, maka GFR mendeteksi adanya hubung singkat fasa ke tanah.

Dibawah ini merupakan gambar rangkaian pengawatan GFR

Gambar 2. 10 Rangkaian Pengawatan GFR

.(Sumber: Irfan Affandi. 2009)

2.7.2Prinsip Kerja Ground Fault Relay (GFR)

Pada kondisi normal beban seimbang Ir, Is, It sama besar, sehingga pada

kawat netral tidak timbul arus dan rele hubung tanah tidak dialiri arus.Bila terjadi

24
ketidakseimbangan arus tau terjadi gangguan hubung singkat ke tanah, maka akan

timbul arus urutan nol pada kawat netral sehingga rele hubung tanah akan bekerja

2.7.3 Setting Ground Fault Relay (GFR)

1. Arus setting GFR

Penyetelan relai gangguan tanah pada sisi primer dan sisi sekunder

transformator tenaga terlebih dahulu harus dihitung arus nominal transformattor

tenaga. Arus setting untuk relai gangguan tanah baik pada sisi primer maupun

pada sisi sekunder transformator tenaga adalah :

Iset(prim)= 0,2 x Inominal trafo...............................................................................(2.17)

Nilai tersebut adalah nilai primer, Untuk mendapatkan

nilai setelan sekunder yang dapat disetkan pada rele OCR, maka harus dihitung

dengan menggunakan rasio trafo arus (CT) yang terpasang pada sisi primer

maupun sisi sekunder transformator tenaga

1
Iset (sek) = Iset (pri) x ..........................................................(2.18)
Ratio CT

2. Setelan waktu (TMS)

Hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat, selanjutnya digunakan

untuk menentukan nilai setelan waktu kerja relay. Sama halnya dengan rele OCR,

relay GFR menggunakan rumus penyetingan TMS yang sama dengan rele OCR.

Tetapi waktu kerja rele yang diinginkan berbeda. Rele GFR cenderung lebih

sensitive dari pada rele OCR. Untuk menetukan nilai TMS yang akan disetkan

pada rele GFR sisi incoming 20 kV dan sisi 150 kV transformator tenaga diambil

arus hubung singkat 1 fasa ke tanah.

25
2.8 Koordinasi OCR dan GFR

Koordinasi Sistem Pengaman Jaringan Distribusi Peralatan proteksi perlu

dikoordinasikan untuk memastikan bahwa peralatan yang berada di titik terdekat

dengan gangguan harus dioperasikan terlebih dahulu.Relay pengaman dengan

kemampuan selektif yang baik dibutuhkan untuk mencapai keandalan sistem yang

tinggi karena tindakan pengaman yang cepat dan tepat akan dapat mengurangi

gangguan menjadi sekecil mungkin

Gambar 2. 11 Sistem Pengaman Jaringan Distribusi


(Sumber : Indra Baskara , I W. Sukerayasa , dan W.G. Ariastina. 2015)
Keterangan :

1. Differential Relay Pengaman Utama Trafo

2. Over Current Relay Trafo sisi 150 kVPengaman Cadangan

LokalTrafoPengaman Cadangan Jauh Bus B

3. OCR dan GFR Trafo sisi 20 kV Pengaman Utama Bus B1

PengamanCadanganJauh saluran BC

26
4. OCR dan GFR di B2Pengaman Utama saluran BCPengaman Cadangan

Jauhsaluran CD

5. OCR dan GFR di C Pengaman Utama saluran CDPengaman Cadangan Jauh

seksi berikut

Berdasarkan gambar 1, OCR dan GFR trafo sisi 20 kV merupakanpengaman

utama busB1 dan sekaligus sebagai pengaman cadanganjauh saluran BC. OCR

dan GFR di titik B2 merupakanpengaman utama saluran BC sekaligus sebagai

pengaman cadangan Jauhsaluran CD. OCR dan GFR di titik C

merupakanpengaman utama saluran CD sekaligus sebagai pengaman cadangan

jauh seksiberikutnya.

27
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan

Kegiatan dengan pembahasan “Studi Koordinasi Setting Relay Proteksi

OCR dan GFR pada Penyulang di Gardu Induk …” dilaksanakan di kantor

PT. PLN (Persero) … yang beralamat di …. Waktu kegiatan ini dilaksanakan

sejak … hingga ….

3.2 Prosedur Kegiatan

Dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini, penulis mengikuti

langkah-langkah yang terstruktur agar laporan ini dapat dikerjakan secara

sistematis dan terarah. Berikut langkah-langkah yang menjadi acuan dari penulis:

1. Melakukan studi Pustaka literatur yang telah dikumpulkan;

2. Melakukan pengenalan lingkup kerja atau studi lapangan;

3. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian yaitu data hubung

singkat pada jaringan 150 kV, transformator tenaga, penghantar penyulang,

dan data arus bebean maksimum penyulang;

4. Melakukan pengolahan data dengan menghitung impedansi ekivalen jaringan,

menghitung arus hubung singkat 3 fasa, 2 fasa, dan 1 fasa, menghitung arus

setting OCR dan GFR sert setting waktu (TMS) OCR dan GFR;

5. Menganalisis data-data yang telah diolah;

28
6. Membandingkan hasil perhitungan dengan data lapangan;

7. Menarik kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan sehingga tujuan

ataupun rumusan masalah dari obyek penelitian dapat terjawab.

Berikut gambar flowchart penelitian ini :

Mulai

Studi Literatur

Pengambilan data:
1. Data hubung singkat pada jaringan
2. Transformator tenaga
3. Data penghantar penyulang meliputi
jenis, ukuran, dan penjangnya
4. Data arus beban maksimum penyulang

Pengolahan Data:
1. Menghitung impedansi ekivalen jaringan
2. Menghitung arus hubung singkat 3 fasa, 2 fasa,
dan 1 fasa
3. Menghitung arus setting (Iset) OCR dan GFR
4. Menghitung setting waktu (TMS) OCR dan GFR

Membandingkan hasil
perhitungan dengan data yang
ada di lapangan

Ya

Tidak
Sesuai

29
A

Analisis

Kesimpulan

Selesai

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Berikut adalah metode atau teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data

dari penelitian yang dilakukan:

1. Studi literatur

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan berbagai referensi,

baik melalui buku, tugas akhir ataupun jurnal penelitian, hingga melalui

internet berbentuk dokumen ataupun digital library.

2. Metode observasi

Dalam sebuah penelitian, observasi menjadi bagian hal terpenting yang

harus dilakukan. Dikarenakan dengan observasi keadaan subjek maupun objek

yang diteliti dapat dilihat dan dirasakan oleh peneliti. Pengambilan data

30
dengan metode observasi dilakukan dengan melihat nameplate atau spesifikasi

setiap peralatan seperti transformator, OCR, GFR, data penyulang 20 kV

untuk keperluan perhitungan setelan OCR dan GFR itu sendiri.

3. Metode wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

proses tanya jawab secara langsung antara pewawancara dengan responden.

Pengambilan data dengan metode wawancara dilakukan dengan cara

mewawancarai penanggung jawab tempat yang bersangkutan atau orang ahli

pada bidangnya sesuai dengan topik yang diangkat. Informasi yang ingin

diperoleh adalah mengenai seberapa sering terjadinya gangguan dan berapa

lama dalam mengatasi gangguan pada sistem proteksi yang sangat diperlukan

untuk mengetahui seberapa lama relay proteksi bekerja untuk mengamankan

jaringan.

3.4 Teknik Pengolahan/Analisis Data

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat 3 metode yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu studi literatur, observasi, dan wawancara. Metode studi

literatur pengumpulan data dengan menggunakan berbagai referensi, baik melalui

buku, tugas akhir ataupun jurnal penelitian, hingga melalui internet berbentuk

dokumen ataupun digital library.

Metode observasi dengan cara melihat nameplate atau spesifikasi peralatan

yang terpasang seperti relai, transformator daya dan penghantar yang digunakan.

Setelah itu dilanjutkan dengan metode wawancara dilakukan dengan cara

31
mewawancarai penanggung jawab tempat yang bersangkutan atau orang ahli pada

bidangnya sesuai dengan topik yang diangkat.

Setelah semua data diperoleh, selanjutnya data tersebut dihitung berdasarkan

perhitungan yang telah ditentukan yaitu :

1. Menghitung impedansi sumber, impedansi transformator daya dan

impedansi penyulang.

2. Menghitung impedansi ekivalen jaringan.

3. Menghitung arus hubung singkat 3 fasa, 2 fasa, dan 1 fasa ke tanah.

4. Menghitung setelan arus OCR dan GFR pada sisi incoming dan

penyulang.

5. Menghitung setelan waktu (TMS) OCR dan GFR pada sisi incoming dan

penyulang.

Sehingga dari hasil perhitungan itu dapat diketahui bagaimana waktu kerja

relai ketika terjadi gangguan pada setiap titik gangguan yang berbeda-beda yang

terjadi pada jaringan, Selanjutnya dari hasil perhitungan tersebut, akan

dibandingkan dengan data yang ada di lapangan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Irfan. 2009. “Analisa Setting Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan
Tanah Pada Penyulang Sadewa Di Gi Cawang Skripsi.” Depok: Universitas
Indonesia.

Agung Budhi Udiana, I Dewa Gde, I G Dyana Arjana, and Tjok Gede Indra
Partha. 2017. “Studi Analisis Koordinasi Over Current Relay (Ocr) Dan
Ground Fault Relay (Gfr) Pada Recloser Di Saluran Penyulang Penebel” 16:
38–39.

Badan Standarisasi Nasional. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000


(PUIL 2000).

Rosidi, Hafizh Rahman dan Ir. Tejo Sukmadi, MT. 2019. Rele Arus Lebih / OCR
dan GFR Sebagai Proteksi Trafo Dan Penyulang Pada GI 150 KV Krapyak
Vol 3.

Mardensyah, Adrial. 2008. Studi Perencanaan Koordinasi Rele Proteksi Pada


Saluran Udara Tegangan Tinggi Gardu Induk Gambir Lama-Pulomas.
Depok: Universitas Indonesia.

Nova, Syahrizal Tirza. 2013. Perhitungan Setting Rele OCR Dan GFR Pada
Sistem Interkoneksi Diesel Generator Di Perusahaan “ X “ 1 (1).

Paramadita, I Kadek Purniawan. 2019. Pengaman Yang Terpasang Pada Jaringan


Distribusi 20 KV Penyulang Mambal Vol 6 : (3).

Patsal, Khairunnisa dan Wardiman. 2014. Studi Penyetelan OCR Dan GFR Pada
Penyulang 20 KV Tragi Panakkukang. Makassar: Politeknik Negeri Ujung
Pandang

Putra, Adisyah. 2018. Analisis Setting Proteksi Ocr Dan Gfr Di Penyulang Srl-01
Srondol Menggunakan Software Etap 12.6.0.

Tasiam, F.J. 2017. Proteksi Sistem Tenaga Listrik. Yogyakarta: Teknosain

Baskara, Indra , I W. Sukerayasa , dan W.G. Ariastina. 2015. Studi Koordinasi

33
Peralatan Proteksi OCR dan GFR Pada Penyulang Tibubeneng. Vol.14 No. 2
: 51.

34

Anda mungkin juga menyukai