PELAPORAN
PENGERTIAN
• Seorang operator yang akan memonitor gardu induk
perlu pemahaman terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan monitor.
• Monitor dalam hal ini adalah melihat / mengamati
/membaca dan mencatat apa yang ditunjukkan alat-
alat ukur, misalnya alat ukur ampere meter, volt meter,
kwh meter, kvarh meter dan lain - lain sesuai
dengan formulir yang ada.
• Seorang operator juga harus mengamati secara visual
peralatan – peralatan yang terpasang pada gardu
induk / gardu induk tegangan extra tinggi ( gi/gitet
).
TUJUAN MONITORING GARDU INDUK
• Tujuan monitoring gardu induk adalah untuk
mengetahui besaran - besaran yang dibaca pada alat
ukur yang terpasang di gardu induk, misalnya
alat ukur ampere meter, volt meter, kwh meter,
kvarh meter dan lain - lain sesuai dengan formulir
yang ada.
• Seorang operator juga harus mengetahui bahwa
tujuan monitoring adalah untuk
membandingkan / mengetahui kemampuan dari
peralatan & untuk perencanaan masa depan.
Contoh : Suatu Trafo dengan daya 60 MVA, tegangan
primer 150 kV, tegangan Sekunder 20 kV,
pada Cos φ = 0,9
Hitung arus nominal sisi Preimer dan sisi Skunder ?
60000 kVA
Is = = 1731 Ampere.
20 kV x √ 3
MONITORING PARAMETER / BESARAN
OPERASI
• Tranformator.
• Pemutus tenaga ( PMT )
• Lightning Arrester, PMS, CT dan PT
• Batere dan rectifier
MONITORING UNJUK KERJA PERALATAN UTAMA GARDU INDUK.
• Faktor Kapasitas
• Faktor Beban
PENGELOLAAN DATA OPERASI GARDU INDUK
Fasa R
1 Dielektrik
1.1 Level Minyak CT maksimum medium minimum tidak bisa dimonitor
1.2 Level tekanan gas maksimum medium minimum tidak bisa dimonitor
(khusus CT dengan rubber bellow)
1.3 Kondisi isolator porselin CT bersih kotor retak flek Jika ada retak :
Pada piringan
Pada body
1.4 Kebocoran minyak CT tidak ada ada Jika ada kebocoran :
Terminal utama
Flange
2 Current Carrying Circuit
2.1 Suhu Kawat penghantar/Klem CT / o
( C)
2.2 Selisih suhu < 3 oC 3 - 7 oC > 7 oC
3 Mechanical Structure
3.1 Kondisi core housing CT normal retak korosi
3.2 Kondisi pondasi normal retak miring ambles
3.3 Kondisi Support Structure normal bengkok korosi
4 Grounding
Kondisi grounding kencang kendor lepas korosi hilang/tidak ada
Fasa S
1 Dielektrik
1.1 Level Minyak CT maksimum medium minimum tidak bisa dimonitor
1.2 Level tekanan gas maksimum medium minimum tidak bisa dimonitor
(khusus CT dengan rubber bellow)
1.3 Kondisi isolator porselin CT bersih kotor retak flek Jika ada retak :
Pada piringan
Pada body
1.4 Kebocoran minyak CT tidak ada ada Jika ada kebocoran :
Terminal utama
Flange
2 Current Carrying Circuit
2.1 Suhu Kawat penghantar/Klem CT / (oC)
2.2 Selisih suhu < 3 oC 3 - 7 oC > 7 oC
3 Mechanical Structure
3.1 Kondisi core housing CT normal retak korosi
3.2 Kondisi pondasi normal retak miring ambles
3.3 Kondisi Support Structure normal bengkok korosi
4 Grounding
Kondisi grounding kencang kendor lepas korosi hilang/tidak ada
Fasa T
1 Dielektrik
1.1 Level Minyak CT maksimum medium minimum tidak bisa dimonitor
1.2 Level tekanan gas maksimum medium minimum tidak bisa dimonitor
(khusus CT dengan rubber bellow)
1.3 Kondisi isolator porselin CT bersih kotor retak flek Jika ada retak :
Pada piringan
Pada body
1.4 Kebocoran minyak CT tidak ada ada Jika ada kebocoran :
Terminal utama
Flange
2 Current Carrying Circuit
2.1 Suhu Kawat penghantar/Klem CT / o
( C)
2.2 Selisih suhu < 3 oC 3 - 7 oC > 7 oC
3 Mechanical Structure
3.1 Kondisi core housing CT normal retak korosi
3.2 Kondisi pondasi normal retak miring ambles
PT. PLN ( PERSERO )
PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN JAWA BALI
Fasa R
1 Dielektrik
1.1 Level Minyak CT maksimum medium minimum tidak bisa dimonitor
1.2 Level tekanan gas maksimum medium minimum tidak bisa dimonitor
(khusus CT dengan rubber bellow)
1.3 Kondisi isolator porselin CT bersih kotor retak flek Jika ada retak :
Pada piringan
Pada body
1.4 Kebocoran minyak CT tidak ada ada Jika ada kebocoran :
Terminal utama
Flange
2 Current Carrying Circuit
2.1 Suhu Kawat penghantar/Klem CT / (oC)
2.2 Selisih suhu < 3 oC 3 - 7 oC > 7 oC
3 Mechanical Structure
3.1 Kondisi core housing CT normal retak korosi
3.2 Kondisi pondasi normal retak miring ambles
3.3 Kondisi Support Structure normal bengkok korosi
4 Grounding
Kondisi grounding kencang kendor lepas korosi hilang/tidak ada
Fasa S
1 Dielektrik
1.1 Level Minyak CT maksimum medium minimum tidak bisa dimonitor
1.2 Level tekanan gas maksimum medium minimum tidak bisa dimonitor
(khusus CT dengan rubber bellow)
1.3 Kondisi isolator porselin CT bersih kotor retak flek Jika ada retak :
Pada piringan
Pada body
1.4 Kebocoran minyak CT tidak ada ada Jika ada kebocoran :
Terminal utama
Flange
2 Current Carrying Circuit
2.1 Suhu Kawat penghantar/Klem CT / (oC)
2.2 Selisih suhu < 3 oC 3 - 7 oC > 7 oC
3 Mechanical Structure
3.1 Kondisi core housing CT normal retak korosi
3.2 Kondisi pondasi normal retak miring ambles
3.3 Kondisi Support Structure normal bengkok korosi
4 Grounding
Kondisi grounding kencang kendor lepas korosi hilang/tidak ada
Fasa T
1 Dielektrik
1.1 Level Minyak CT maksimum medium minimum tidak bisa dimonitor
1.2 Level tekanan gas maksimum medium minimum tidak bisa dimonitor
(khusus CT dengan rubber bellow)
1.3 Kondisi isolator porselin CT bersih kotor retak flek Jika ada retak :
Pada piringan
Pada body
1.4 Kebocoran minyak CT tidak ada ada Jika ada kebocoran :
Terminal utama
Flange
2 Current Carrying Circuit
2.1 Suhu Kawat penghantar/Klem CT / (oC)
2.2 Selisih suhu < 3 oC 3 - 7 oC > 7 oC
3 Mechanical Structure
3.1 Kondisi core housing CT normal retak korosi
3.2 Kondisi pondasi normal retak miring ambles
3.3 Kondisi Support Structure normal bengkok korosi
4 Grounding
Kondisi grounding kencang kendor lepas korosi hilang/tidak ada
Catatan ketidaknormalan dan perbaikan : Tanda tangan
(………………………….)
SISTEM PELAPORAN
• Mempersiapkan laporan
• Membuat laporan.
• Melaksanakan pelaporan.