Panel listrik yang berfungsi untuk mengkoreksi faktor daya ( cos phi) yang memberikan beban
capacitif ketika beban listrik yang ada menghasilkan beban induktif yang berlebihan. Hal ini untuk
menghindari denda oleh pihak PLN akibat terjadinya beban induktif yang melebihi batas yang
diijinkan oleh PLN. Selain itu dengan dipasangnya Capacitor Bank ini dapat menghemat
penggunaan energi listrik.
Komponen Panel Capasitor BANK
Main switch ini sebagai peralatan kontrol dan isolasi jika ada pemeliharaan panel . Sedangkan
untuk pengaman kabel / instalasi sudah tersedia disisi atasnya (dari) MDP.Mains switch atau
lebih dikenal load break switch adalah peralatan pemutus dan penyambung yang sifatnya on
load yakni dapat diputus dan disambung dalam keadaan berbeban, berbeda dengan on-off
switch model knife yang hanya dioperasikan pada saat tidak berbeban .Untuk menentukan
kapasitas yang dipakai dengan perhitungan minimal 25 % lebih besar dari perhitungan KVar
terpasang dari sebagai contoh :
Jika daya kvar terpasang 400 Kvar dengan arus 600 Ampere , maka pilihan kita berdasarkan
2. Kapasitor Breaker
Kapasitor Breaker digunakan untuk mengamankan instalasi kabel dari breaker ke Kapasitor
bank dan juga kapasitor itu sendiri. Kapasitas breaker yang digunakan sebesar 1,5 kali dari arus
nominal dengan rumus
I m = 10 x Ir.
In = Qc / 3 . VL
Sebagai contoh :
masing masing steps dari 10 steps besarnya 20 Kvar maka dengan menggunakan rumus diatas
didapat besarnya arus sebesar 29 ampere , maka pemilihan kapasitas breaker sebesar 29 + 50
% = 43 A atau yang dipakai 40 Ampere.
Selain breaker dapat pula menggunakan Fuse, Pemakaian Fuse ini sebenarnya lebih baik karena
respon dari kondisi over current dan Short circuit lebih baik namun tidak efisien dalam
pengoperasian jika dalam kondisi putus harus selalu ada penggantian fuse. Jika memakai fuse
perhitungannya juga sama dengan pemakaian breaker.
3. Magnetic Contactor
4. Kapasitor Bank
Kapasitor bank adalah peralatan listrik yang mempunyai sifat kapasitif..yang akan berfungsi
sebagai penyeimbang sifat induktif. Kapasitas kapasitor dari ukuran 5 KVar sampai 60 Kvar. Dari
tegangan kerja 230 V sampai 525 Volt.
Peralatan ini berfungsi untuk mengatur kerja kontaktor agar daya reaktif yang akan disupply ke
jaringan/ system dapat bekerja sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Dengan acuan pembacaan
besaran arus dan tegangan pada sisi utama Breaker maka daya reaktif yang dibutuhkan dapat
terbaca dan regulator inilah yang akan mengatur kapan dan berapa daya reaktif yang
diperlukan. Peralatan ini mempunyai bermacam macam steps dari 6 steps , 12 steps sampai 18
steps.
6. Detuned Reactor
di bawah ini adalah gambar pemasangan kapasitor bank dengan detuned reactor,
Peralatan tambahan yang biasa digunakan pada panel kapasitor antara lain :
1. Push button on dan push button off yang berfungsi mengoperasikan magnetic contactor
secara manual (klik disini untuk melihat dasar tombol ON OFF). Selektor, auto – off –
manual yang berfungsi memilih system operasional auto dari modul atau manual dari
push button. Klik disini untuk melihat wiring diagram pengendali panel kapasitor.
2. Exhaust fan + thermostat yang berfungsi mengatur ambein temperature dalam ruang
panel kapasitor. Karena kapasitor, kontaktor dan kabel penghantar mempunyai disipasi
daya panas yang besar maka temperature ruang panel meningkat, setelah setting dari
thermostat terlampaui maka exhaust fan akan otomatis berhenti (klik disini untuk
membaca dasar perangkat sensor suhu)
Perawatan Kapasitor
Kapasitor bank yang digunakan untuk memperbaiki pf supaya tahan lama tentunya harus dirawat
secara teratur. Dalam perawatan itu perhatian harus dilakukan pada tempat yang lembab yang
tidak terlindungi dari debu dan kotoran. Sebelum melakukan pemeriksaan pastikan bahwa
kapasitor tidak terhubung lagi dengan sumber. Kemudian karena kapasitor ini masih
mengandung muatan berarti masih ada arus/tegangan listrik maka kapasitor itu harus dihubung
singkatkan supaya muatannya hilang.
Feeder kecil
Pada rangkaian cabang
Langsung pada beban
Agar Power Factor Regulator (PFR) yang terpasang pada Panel Kapasitor Bank dapat bekerja
secara maksimal dalam melakukan otomatisasi pengendalian kerja kapasitor maka diperlukan
setup C/K yang sesuai. Berikut ini cara menghitung C/K pada PFR:
Sebuah Panel Capacitor Bank 6 Step x 60 KVAR, 3 Phase, 400 Volt, dengan CT sensor terpasang
1000/5A. Berapa nilai setup C/K ?
Solusi:
60 KVAR = 60.000 VAR
60.000
---------------- = 86 A
400 x 1.732
86
---------- = 0,43
1000/5
atau bisa juga melihat dalam tabel dari produk Power Factor Controller yang digunakan.
Dibawah ini saya contohkan tabel dari produk RVC ABB
Agar Power Factor Regulator (PFR) yang terpasang pada Panel Kapasitor Bank dapat bekerja
secara maksimal dalam melakukan otomatisasi pengendalian kerja kapasitor maka diperlukan
setup C/K yang sesuai. Berikut ini cara menghitung C/K pada PFR:
Sebuah Panel Capacitor Bank 6 Step x 60 KVAR, 3 Phase, 400 Volt, dengan CT sensor terpasang
1000/5A. Berapa nilai setup C/K ?
Solusi:
60 KVAR = 60.000 VAR
60.000
---------------- = 86 A
400 x 1.732
86
---------- = 0,43
1000/5
atau bisa juga melihat dalam tabel dari produk Power Factor Controller yang digunakan.
Dibawah ini saya contohkan tabel
Capacitor step rating (kvar)
CT Ratio k 90 10 12
5 10 15 20 30 40 50 60 70
0 0
150/ .14 .29 .44 .59 .89 1.1 1.4 1.7 2.0 2.6 2.9
30/1 30
5 9 8 7 7 5 9 9 9 9 8 8
200/ .11 .22 .33 .44 .67 .89 1.1 1.3 1.5 2.0 2.2 2.6
40/1 40
5 2 4 6 7 1 5 2 4 7 1 4 8
300/ .07 .14 .22 .29 .44 .59 .74 .89 1.0 1.3 1.4 1.7
60/1 60
5 5 9 4 8 7 7 6 5 4 4 9 9
400/ .05 .11 .16 .22 .33 .44 .55 .67 .78 1.0 1.1 1.3
80/1 80
5 6 2 8 4 6 7 9 1 3 1 2 4
100/ 500/ 10 .04 .08 .13 .17 .26 .35 .44 .53 .62 .80 .89 1.0
1 5 0 5 9 4 9 8 8 7 7 6 5 5 7
120/ 600/ 12 .03 .07 .11 .14 .22 .29 .37 .44 .52 .67 .74 .89
1 5 0 7 5 2 9 4 8 3 7 2 1 6 5
160/ 800/ 16 .02 .05 .08 .11 .16 .22 .28 .33 .39 .50 .55 .67
1 5 0 8 6 4 2 8 4 0 6 2 3 9 1
200/ 1000 20 .02 .04 .06 .08 .13 .17 .22 .26 .31 .40 .44 .53
1 /5 0 2 5 7 9 4 9 4 8 3 3 7 7
300/ 1500 30 .01 .03 .04 .06 .08 .11 .14 .17 .20 .26 .29 .35
1 /5 0 5 0 5 0 9 9 9 9 9 8 8 8
400/ 2000 40 .01 .02 .03 .04 .06 .08 .11 .13 .15 .20 .22 .26
1 /5 0 1 2 4 5 7 9 2 4 7 1 4 8
600/ 3000 60 .01 02 .03 .04 .06 .07 .08 .10 .13 .14 .17
1 /5 0 5 2 0 5 0 5 9 4 4 9 9
DAFTAR HARGA PANEL CAPASITOR BANK
1. Panel Kapasitor Bank 15kVAr, 3 Phase, 400 V, 6 Step : Rp.15.000.000,-
2. Panel Kapasitor Bank 30kVAr, 3 Phase, 400 V, 6 Step : Rp.17.000.000,-
3. Panel Kapasitor Bank 50kVAr, 3 Phase, 400 V, 5 Step : Rp.25.000.000,-
4. Panel Kapasitor Bank 90kVAr, 3 Phase, 400 V, 6 Step : Rp.33.000.000,-
5. Panel Kapasitor Bank 150kVAr, 3 Phase, 400 V, 6 Step : Rp.42.000.000,-
6. Panel Kapasitor Bank 200kVAr, 3 Phase, 400 V, 8 Step : Rp.53.000.000,-
7. Panel Kapasitor Bank 250kVAr, 3 Phase, 400 V,10 Step : Rp.63.000.000,-
8. Panel Kapasitor Bank 400kVAr, 3 Phase, 400 V, 12 Step : Rp.85.000.000,-
9. Panel Kapasitor Bank 600kVAr, 3 Phase, 400 V, 12 Step : Rp.113.000.000,-
1. Volt Meter
2. Frekuensi Meter
3. Ampere meter
Voltmeter gunanya untuk menampilkan tegangan keluaran dari generator sesuai yang
tertera pada pelat nama generator.
Frekuensi meter untuk melihat frekuensi keluaran generator.
Ampere meter untuk menampilkan berapa besar arus listrik yang disalurkan ke beban
terpasang .
Ada juga panel generator ditambahkan sebuah alat ukur daya Listrik (KWH). Selain dilengkapi
beberapa alat ukur, panel generator dilengkapi juga Lampu Indikator , alat pengaman generator
dan instalasi listrik seperti MCCB ( Moulded case circuit breaker) atau MCB(Mini Circuit
Breaker).
MACAM – MACAM PEMASANGAN GENSET
Sistem Generator Tunggal
Generator Panel Set Operator
Panel Operator disertakan dengan genset dan fungsi mesin antarmuka dengan fungsi
pembangkit. Hal ini memungkinkan untuk mesin dan generator untuk dikontrol oleh komponen
tunggal. panel Operator menyediakan pengguna dengan mudah untuk melihat dan
menggunakan informasi, set kontrol generator dan alarm dan monitoring. Banyak pemasok
menawarkan pilihan untuk panel seperti metering AC dan menampilkan alfanumerik.
Generator Set - Terdiri dari mesin dan generator dan rumah-rumah panel operator.
Operator Panel - Berkomunikasi dengan switch transfer otomatis (untuk memulai sinyal).
Kontrol mulai, menjalankan dan kegiatan untuk mesin dan generator pemantauan.
Automatic Transfer Beralih - Monitor daya pada panel switch. Ketika penurunan atau
hilangnya kekuatan yang signifikan terjadi, sinyal beralih genset panel operator untuk
menghidupkan mesin.
Beralih Panel - Mendistribusikan kekuatan untuk berbagai sirkuit.
Kehilangan Daya
Ketika daya utama hilang peristiwa berikut terjadi:
1. Switch transfer panel operator sinyal generator set otomatis untuk memulai.
2. Panel operator dimulai generator set dan monitor mesin dan generator fungsi.
3. Generator memasok listrik untuk beralih panel. listrik darurat didistribusikan sebagai
dirancang.
4. Ketika daya utama tersedia, transfer otomatis terputus saklar genset dan
menghubungkan ke jaringan listrik utama.
5. Panel operator kontrol mesin waktu berjalan untuk memungkinkan pendinginan.
Generator Set - Terdiri dari mesin dan generator dan panel operator.
Operator Panel - Berkomunikasi dengan switch transfer otomatis, mesin dan generator.
Kontrol mulai, menjalankan dan alarm dan kegiatan pemantauan.
Automatic Transfer Beralih - Monitor daya pada panel switch. Ketika penurunan yang
signifikan atau kehilangan daya terjadi, beralih sinyal HMI ke panel Operator genset yang
tepat untuk memulai mesin.
Control dan Paralelisasi Panel - panel Rumah HMI, pemutus sirkuit dan switch digunakan
untuk mendistribusikan listrik ke berbagai sirkuit.
Menggunakan dasar komponen sistem generator dapat setup dan dikonfigurasi dalam dua cara
yang berbeda. Di bawah ini adalah contoh dari konfigurasi Redundant dan Konfigurasi Paralel.
kemungkinan konfigurasi hanya dibatasi oleh kemampuan peralatan.
Konfigurasi berlebihan
konfigurasi berlebihan digunakan saat listrik darurat konstan sangat penting untuk operasi
fasilitas. Redundansi dapat dibentuk dengan dua atau lebih generator. Generator primer (s) harus
mampu mendukung kebutuhan beban fasilitas. Generator sekunder (s) harus berukuran untuk
menerima persyaratan beban ketika generator utama (s) gagal.
Power Loss Redundant Konfigurasi
Generator Set (A) dan Generator Set (B) adalah generator utama. Generator Set (C) adalah
generator berlebihan (Gambar 2). Ketika daya utama hilang atau rusak dan Generator Set (A)
gagal selama operasi, peristiwa berikut terjadi:
1. Automatic Transfer Switch sinyal panel HMI untuk memulai startup dari Generator Set (A)
dan Generator Set (B) melalui panel Operator pembangkit.
2. Panel HMI memonitor pembangkit utama set operasi dan sejajar mereka ke dalam sistem
operasi.
3. Beralih panel mendistribusikan kekuasaan darurat yang ditunjuk.
4. Generator Set (A) memiliki peringatan shutdown yang aktif.
5. Panel HMI memulai startup dari Generator Set (C), Generator Set (A) akan dihapus dari
konfigurasi dan cool-down / operasi penutupan dilakukan.
6. Panel HMI sejajar Generator Set (C) dengan Generator Set (B), beban sistem monitor dan
kondisi alarm untuk generator online.
7. Ketika daya utama tersedia, transfer otomatis terputus saklar genset dan
menghubungkan ke jaringan listrik utama.
8. HMI Panel sinyal Generator Set (B) dan panel Generator Set (C) operator untuk melakukan
mendinginkan operasi / shutdown.
Konfigurasi paralel
konfigurasi paralel adalah biaya yang lebih efektif daripada konfigurasi berlebihan. Dalam
konfigurasi paralel generator semua generator utama dan ukuran untuk memenuhi kebutuhan
beban tanpa redundansi apapun. Dalam konfigurasi ini jika pembangkit setiap gagal, sirkuit harus
diisolasi untuk mengurangi kebutuhan beban.
1. Automatic Transfer Switch sinyal panel HMI untuk memulai startup dari Generator Set
(A), Generator Set (B) dan Generator Set (C) melalui panel Operator pembangkit.
2. HMI monitor panel generator set operasi dan sejajar mereka ke dalam sistem untuk
menerima beban.
3. Beralih panel mendistribusikan kekuasaan darurat yang ditunjuk.
4. Generator Set (C) memiliki peringatan shutdown yang aktif.
5. Panel HMI memulai shutdown Generator Set (C) dan dihapus dari konfigurasi untuk
operasi pendinginan / shutdown.
6. Sirkuit harus diisolasi untuk mengurangi kebutuhan beban.
7. Ketika daya utama tersedia, transfer otomatis terputus saklar genset dan
menghubungkan ke jaringan listrik utama.
8. HMI Panel sinyal Generator Set (A) dan Generator Set (B) untuk melakukan mendinginkan
operasi / shutdown.
Remote Network Interfacing
Jarak Jauh Unit - Satuan dapat mengontrol generator di lokasi jauh dari panel kontrol
utama.
Bar Grafik - Menampilkan informasi grafis pada generator kinerja elektromekanis.
Annunciator - Menyediakan indikasi visual dan terdengar alarm atau kondisi status.
Generator besar sering dapat terletak di ruang yang terpisah dari switching kamar. Untuk contoh
ini, annunciators dihubungkan jauh di ruang saklar untuk memungkinkan pemantauan generator
set individu (Gambar 3). Untuk operasi kritis menonton dapat diimplementasikan untuk
memeriksa operasi pembangkit selama gangguan listrik.
Remote Monitoring
Pemasangan Monitor Jauh memungkinkan kemampuan pemantauan diperpanjang. Beberapa
kemampuan antara lain:
Ada beberapa jenis panel genset yang digunakan untuk menunjang system kerja genset, hal ini
biasnya untuk memudahkan dalam mengoprasikannya, biasanya dalam panel terdapat beberapa
indicator yang menunjukan secara detail apa-apa saja yang bekerja dalam genset tersebut. Ada
beberapa panel yang di biasa di gunakan pada genset di antaranya adalah ATS ( Automatic
Transfer Switch), AMF (Automatic Main Failure), Panel Sinkronisasi dan Panel PKG. Untuk
lebih jelasnya berikut penjelasan panel-panel yang di gunakan pada genset:
AMF atau automatic Main Falure adalah sebuah rangkaian elektrikal pada panel yang bekerja
secara otomatis untuk mematikan atau menghidupan genset secara otomatis tanpa dihidupkan
oleh manusia. Prinsip utamanya adalah ketika listrik PLN padam maka panel AMF akan
langsung menyalakan genset secara otomatis dan mengalirkan aliran listrik dan sebaliknya
apabila listrik PLN menyala makan secara otomatis juga panel AMF akan mematikan genset
tersebut. Alat ini akan membaca berbagai sensor sensor pada arus PLN tersebut diantaranya:
1. Membaca apabila ada pemadaman listrik dari PLN
2. Membaca apabila ada gangguan salah satu Phase ada yang putus
3. Membaca Over Voltege
4. Membaca Low Voltage
5. Membaca Over Current
6. Membaca apabila terjadi phase terbalk
apabila pada aliran Listrik PLN tersebut bermasalah dari salah satu kasus diatas maka AMF akan
bekerja untuk memutus Alliran
Listrik ke Beban, kemudian AMF tersebut mengirim signal untuk memerintahkan Genset supaya
hidup atau Runing,
setelah Genset Runing maka giliran ATS (Automatik Transfer Switch) yang bekerja selanjut nya.
ATS ( AUTOMATIC TRANSFER SWITCH)
ATS sendiri adalah kepanjangan dari Automatic Transfer Switch yaitu sebuah rangkaian
elektrikal listrik yang memiliki fungsi sebagai saklar yang berfungsi secara otomatis ketika
terjadi pemadaman arus listrik yang sifatnya terencana atau mendadak, maka secara otomatis
panel ini akan bekerja sendiri memindahkan pengambilan sumber listrik dari sumber lain yang
pada umumnya menggunakan mesin genset. Sebagai sumber listrik baru. Kerja panel ATS ini
juga sebaliknya ketika daya listrik dari PLN sudah menyala maka secara otomatis pula genset
akan mati sendiri dan kembali sumber listrik PLN yang di gunakan. Setelah Genset di transfer ke
beban
maka AMF terus bekerja untuk mendeteksi aliran yang di keluarkan dari Genset dengan
beberapa sensor yang dideteksi diantaranya:
1. Membaca Over Voltage dari Genset
2. Membaca Low Voltage dari Genset
3. Membaca Over Current dari Genset
4. Membaca High Frekuesi Genset
5. Membaca Low Frekuensi Genset
6. Membaca High Temperature
&. Membaca Low Presure oil
apabila AMF membaca dari salah satu masalah diatas maka akan memerintahkan ATS untuk
memutus Arus dari Genset ke beban dan Genset akan langsung SHUTDOWN
PANEL ATS-AMF
Panel Sinkronisasi biasanya berfungsi untuk mensinkronisasikan kinerja dari 2 genset atau lebih
unit Genset yang ada. Panel Sinkronisasi biasa digunakan apabila beban bervariasi dan cukup
besar serta pemakaian genset non-stop. Apabila beban bervariasi cukup besar dari waktu ke
waktu, akan sangat boros untuk memakai 1 genset. Sebagai contoh, misalkan beban bervariasi
dari 300 kVA s/d 1.000 kVA, akan lebih efisien untuk menggunakan 2 x 500 kVA, dibanding
menggunakan 1 x 1.000 kVA. Apabila menggunakan 2 x 500 kVA yang disinkronisasi, apabila
beban masih berada di bawah 500 kVA, maka hanya 1 genset yang akan menyala. Apabila beban
berada di 750 kVA, maka beban akan dibagi seimbang 375 kVA / unit dengan kedua Genset
menyala.
Panel PKG
Panel PKG sebenarnya hampir sama fungsinya dengan panel generator AC dan DC, bedanya jika
panel PKG dipisahkan dengan unit generator sedangkan jika panel DC dan AC terpasang dengan
unit gensetnya.adapun dan fungsinya hampir sama fungsinya untuk mengoperasikan generator
yang meliputi mulai, berjalan, berhenti, berhenti darurat dan dilengkapi dengan perlindungan dan
monitor yang baik, proteksi dan pemantauan mesin diesel maupun alternator (generator), untuk
saat ini panel pkg sudah banyak menggunakan modul yng juga berfungsi sebagai
AMF(Automatic Main Failure)
Fire Alarm Control Panel
1. Panel kode
2. Panel konvensional
3. Panel addressable dan
4. Sistem multipleks.
Tampak luar Panel Fire Alarm umumnya berupa metal kabinet dari bahan yang kokoh seperti
terlihat pada gambar di atas. Dalam sistem alarm, panel berfungsi sebagai pusat pengendali
semua sistem dan merupakan inti dari semua sistem alarm. Oleh sebab itu, maka lokasi
penempatannya harus direncanakan dengan baik, terlebih lagi pada sistem Fire Alarm. Syarat
utamanya adalah tempatkan panel sejauh mungkin dari lokasi yang berpotensial menimbulkan
kebakaran dan jauh dari campur tangan orang yang tidak berhak. Perlu diingat, kendati bukan
merupakan alat keselamatan, namun sistem Fire Alarm sangat bersangkutan jiwa manusia,
sehingga kekeliruan sekecil apapun sebaiknya diantisipasi sejak dini.
Panel Fire Alarm memiliki kapasitas zone, misalnya 1 Zone, 5 Zone, 10 dan seterusnya.
Pemilihan kapasitas panel disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang akan diproteksi, selain
tentu saja pertimbangan soal harga. Di bagian depannya tertera sederetan lampu indikator yang
menunjukkan aktivitas sistem. Kesalahan sekecil apapun akan terdeteksi oleh panel ini,
diantaranya:
- Indikator Zone yang menunjukkan Lokasi Kebakaran (Fire) dan kabel putus (Zone Fault).
- Indikator Power untuk memastikan bagus tidaknya pasokan listrik pada sistem.
- Indikator Battery untuk memastikan kondisi baterai masih penuh atau sudah lemah.
- Indikator Attention untuk mengingatkan operator akan adanya posisi switch yang salah.
- Indikator Accumulation untuk menandakan bahwa sesaat lagi akan terjadi deteksi dan
sederetan indikator lainnya.
Panel Fire Alarm tidak memerlukan pengoperasian manual secara rutin, karena secara teknis ia
sudah beroperasi selama 24 jam non-stop. Namun yang diperlukan adalah pengawasan dan
pemeliharaan oleh pekerja yang memang sebaiknya ditunjuk khusus untuk melakukan itu.
Setiap kesalahan (trouble) yang terjadi harus segera dilaporkan dan ditindaklanjuti, sebab kita
tidak pernah tahu kapan terjadinya bahaya kebakaran.
Pengujian berkala perlu dilakukan sedikitnya dua kali dalam setahun guna memastikan
keseluruhan sistem bekerja dengan baik. Untuk menguji sistem diperlukan satu standar operasi
yang benar, jangan sampai menimbulkan kepanikan luar biasa bagi orang-orang di sekitarnya
disebabkan oleh bunyi bell alarm dari sistem yang kita uji.
Disebut tiga serangkai, karena ketiganya biasa dipasang di tembok berjajar ke bawah ataupun
ditempatkan dalam satu plat metal yang berada tepat di atas lemari hidran (selang pemadam api).
System fire alarm addressable banyak digunakan untuk instalasi fire alarm pada tempat seperti
Gedung-gedung bertingkat seperti Hotel, Mall, perkantoran, dll. Pada system kebakaran ini
setiap detector mempunyai address masing-masing untuk menyatakan identitas dari setiap
detector secara cepat dan tepat. Maka dari itu apabila terjadinya kebakaran, system control pada
panel dapat mengkonfirmasi dengan cepat alamat atau titik terjadinya kebakaran. Sehingga
dengan adanya system fire alarm ini proses evakuasi dapat menjadi lebih mudah dan cepat
karena petugas sudah mengetahui tempat terjadinya kebakaran.
4. Multiplex systems
Multiplex systems merupakan semacam transisi antara sistem conventional dan modern
addressable system, yang sering digunakan di gedung – gedung besar dan kompleks dari
pertengahan hingga akhir 1970-an ke 1980-an.Sistem ini sering mampu mengendalikan lebih
dari sistem alarm kebakaran bangunan (yaitu HVAC , keamanan , kunci pintu elektronik ) tanpa
jenis alarm atau kesulitan kondisi sekarang . Sementara panel utama adalah otak dari sistem dan
dapat digunakan untuk mengakses fungsi-fungsi tertentu , kontrol alarm kebakaran biasanya
diakses melalui transponder . Ini adalah panel konvensional lebih kecil diprogram untuk '
berkomunikasi ' status bagian dari sistem untuk panel utama dan juga dapat digunakan untuk
mengakses fungsi kontrol alarm kebakaran dasar .
Jenis-jenis Detector Fire Alarm
Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR adalah yang paling banyak
digunakan saat ini, karena selain ekonomis juga aplikasinya luas. Area deteksi sensor bisa
mencapai 50m2 untuk ketinggian plafon 4m. Sedangkan untukplafon lebih tinggi, area
deteksinya berkurang menjadi 30m2. Ketinggian pemasangan max. hendaknya tidak melebihi
8m. ROR banyak digunakan karena detector ini bekerja berdasarkan kenaikan temperatur secara
cepat di satu ruangan kendati masih berupa hembusan panas. Umumnya pada titik 55oC - 63oC
sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell kebakaran. Dengan begitu bahaya kebakaran
(diharapkan) tidak sempat meluas ke area lain. ROR sangat ideal untuk ruangan kantor, kamar
hotel, rumah sakit, ruang server, ruang arsip, gudang pabrik dan lainnya.
Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak saat mendeteksi
panas. Karena tidak memerlukan tegangan (supply), maka bisa dipasang langsung pada panel
alarm rumah. Dua kabelnya dimasukkan ke terminal Zone-Com pada panel alarm. Jika dipasang
pada panel Fire Alarm, maka terminalnya adalah L dan LC. Kedua kabelnya boleh terpasang
terbalik, sebab tidak memiliki plus-minus. Sedangkan sifat kontaknya adalah NO (Normally
Open).
Fix Temperature termasuk juga ke dalam Heat Detector. Berbeda dengan ROR, maka Fix
Temperature baru mendeteksi pada derajat panas yang langsung tinggi. Oleh karena itu cocok
ditempatkan pada area yang lingkungannya memang sudah agak-agak "panas", seperti: ruang
genset, basement, dapur-dapur foodcourt, gudang beratap asbes, bengkel las dan sejenisnya.
Alasannya, jika pada area itu dipasang ROR, maka akan rentan terhadap False Alarm (Alarm
Palsu), sebab hembusan panasnya saja sudah bisa menyebabkan ROR mendeteksi. Area efektif
detektor jenis ini adalah 30m2 (pada ketinggian plafon 4m) atau 15m2 (untuk ketinggian plafon
antara 4 - 8m). Seperti halnya ROR, kabel yang diperlukan untuk detector ini cuma 2, yaitu L
dan LC, boleh terbalik dan bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah merk apa saja.
sifat kontaknya adalah NO (normaly Open)
3. Smoke Detector
Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki partikel-partikel yang
kian lama semakin memenuhi ruangan smoke (smoke chamber) seiring dengan meningkatnya
intensitas kebakaran. Jika kepadatan asap ini (smoke density) telah melewati ambang batas
(threshold), maka rangkaian elektronik di dalamnya akan aktif. Oleh karena berisi rangkaian
elektronik, maka Smoke memerlukan tegangan. Pada tipe 2-Wire tegangan ini disupply dari
panel Fire bersamaan dengan sinyal, sehingga hanya menggunakan 2 kabel saja. tipe 4-Wire.
Pertanyaan yang sering diajukan adalah di area mana kita menempatkan Smoke dan di area
mana kita menempatkan Heat. Apabila titik-titiknya sudah ditetapkan secara detail oleh
Konsultan Proyek, maka kita harus mengikuti gambar titik yang diberikan. Namun apabila
belum, maka secara umum patokannya adalah:
Jika diperkirakan di area tersebut saat awal terjadi kebakaran lebih didominasi hembusan panas
ketimbang kepulan asap, maka tempatkanlah Heat Detector. Contoh: ruang filing cabinet,
gudang spare parts dari logam (tanpa kardus), bengkel kerja mekanik dan sejenisnya.
Sebaliknya jika didominasi asap, sebaiknya memasang Smoke. Contoh: ruangan no smoking
area yang beralas karpet (kecuali kamar hotel), gudang kertas, gudang kapas, gudang ban,
gudang makanan-minuman (mamin) dan sejenisnya.
Photoelectric Type Smoke Detector (Optical) yang bekerjanya berdasarkan pembiasan cahaya
lampu LED di dalam ruang detector oleh adanya asap yang masuk dengan kepadatan tertentu.
Smoke Ionisasi cocok untuk mendeteksi asap dari kobaran api yang cepat (fast flaming fires),
tetapi jenis ini lebih mudah terkena false alarm, karena sensitivitasnya yang tinggi. Oleh
karenanya lebih cocok untuk ruang keluarga dan ruangan tidur.
Smoke Optical (Photoelectric) lebih baik untuk mendeteksi asap dari kobaran api kecil, sehingga
cocok untuk di hallway (lorong) dan tempat-tempat rata. Jenis ini lebih tahan terhadap false
alarm dan karenanya boleh diletakkan di dekat dapur.
4. Flame Detector
Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang
ditimbulkan oleh nyala api. Tetapi detector ini tidak bereaksi pada lampu ruangan, infra
merah atau sumber cahaya lain yang tidak ada hubungannya dengan nyala api (flame).
-Tempat yang mudah terbakar: gudang kimia, pompa bensin, pabrik, ruangan mesin, ruang panel
listrik.
Penempatan detector harus bebas dari objek yang menghalangi, tidak dekat dengan lampu
mercury, lampu halogen dan lampu untuk sterilisasi. Juga hindari tempat-tempat yang sering
terjadi percikan api (spark), seperti di bengkel-bengkel las atau bengkel kerja yang
mengoperasikan gerinda. Dalam percobaan singkat, detector ini menunjukkan performa yang
sangat bagus. Respon detector terbilang cepat saat korek api dinyalakan dalam jarak 3 - 4m. Oleh
sebab itu, pemasangan di pusat keramaian dan area publik harus sedikit dicermati. Jangan sampai
orang yang hanya menyalakan pemantik api (lighter) di bawah detector dianggap sebagai
kebakaran. Bisa juga dipasang di ruang bebas merokok (No Smoking Area) asalkan bunyi alarm-
nya hanya terjadi di ruangan itu saja sebagai peringatan bagi orang yang "membandel".
Alat-alat yang bersangkutan dengan fire alarm suatu Gedung antara lain :
Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan kaca, karena sudah tersedia
tongkat atau kunci khusus, sehingga saklar bisa tertekan tanpa harus memecahkan kaca. Kaca
yang telanjur retak atau pecah bisa diganti dengan yang baru. Di beberapa tipe ada yang
dilengkapi dengan fungsi intercom (TEL). Petugas penguji dapat melakukan komunikasi dengan
penjaga di Panel Control Room dengan memasukkan handset telepon ke dalam jack pada MCP.
Seketika itu juga telepon di panel akan aktif,sehingga kedua orang ini bisa saling berkomunikasi.
2. Alarm Bell
Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup nyaring dalam
jarak yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar dari dari panel Fire Alarm adalah 24VDC,
3. Indicator Lamp
Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif-tidaknya sistem Fire Alarm
atau sebagai pertanda adanya kebakaran:
Jadi apabila demikian, maka yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada Fire Alarm adalah
lampu yang menunjukkan adanya power pada panel ataupun menunjukkan trouble dan atau
kebakaran. Di dalamnya hanya berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau lampu LED
berarus rendah. Oleh karena itu, dalam sistem yang normal (tidak pada saat kebakaran)
seyogianya lampu ini menyala (On). Sebaliknya apabila lampu mati, ya tentu saja ada trouble
pada power. Pada beberapa merk, indikasi kebakaran dinyatakan dengan lampu indikator yang
berkedip-kedip.
Fire alarm merupakan sistem untuk membantu pemilik gedung untuk mengetahui secepatnya
suatu sumber kebakaran , sehingga sebelum api menjadi besar pemilik gedung sudah dapat
mengambil tindakan pemadaman .
Sistem ini memakai panel kontrol [ MCFA ] yang biasanya dikontrol dari ruang teknik dan panel
Annuciator [panel kontrol tambahan] di pasang di ruang posko security agar petugas keamanan
juga bisa cepat mengetahui lokasi kebakaran pada setiap lantai
Panel Kontrol Alarm Kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 harus memenuhi beberapa
persyaratan, diantaranya:
PENYEBAB KEBAKARAN
Kebakaran dapat terjadi bila terdapat 3 hal sebagai berikut :
1. Terdapat bahan yang mudah terbakar baik berupa bahan padat cair atau gas ( kayu, kertas, textil,
bensin, minyak,acetelin dll)
2. Terdapat suhu yang tinggi yang disebabkan oleh sumber panas seperti Sinar Matahari, Listrik
(kortsluiting, panas energy mekanik (gesekan), Reaksi Kimia, Kompresi Udara
3. Terdapat Oksigen (02) yang cukup kandungannya. Makin besar kandungan oksigen dalam udara maka
nyal api akan semakin besar. Pada kandungan oksigen kurang dari 12% tidak akan terjadi kebakaran.
Dalam keadaan normal kandungan oksigen di udara 21%, cukup efektif untuk terjadinya kebakaran
Bila tiga unsur tersebut cukup tersedia maka kebakaran terjadi. Apabila salah satu dari 3 unsur tersebut
tidak tersedia dalam jumlah yang cukup maka tidak mungkin terjadi kebakaran. Jadi api dapat
dipadamkan dengan tiga cara yaitu :
a. Dengan menurunkan suhunya dibawah suhu kebakaran,
b. Menghilangkan zat asam
c. Menjauhkan barang-barang yang mudah terbakar
PENGELOMPOKAN KEBAKARAN
Pengelompokkan kebakaran menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
04/MEN/1980 Bab I Pasal 2, ayat 1 mengkalisikasikan kebakaran menjadi 4 yaitu katagori A,B,C,D.
Sedangkan National Fire Protection Association (NFPA) menetapkan 5 katagori jenis penyebab
kebakaran, yaitu kelas A, B, C, D dan K. Bahkan beberapa Negara menetapkan tambahan klasikasi
dengan kelas E.
Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebakaran Klas A
Adalah kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam. Contoh : Kebakaran kayu,
kertas, kain, plastik, dsb.
Alat/media pemadam yang tepat untuk memadamkan kebakaran klas ini adalah dengan : pasir,
tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan air .
2. Kebakaran Klas B
Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar.
Contoh : Kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng.
Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah Tepung pemadam (dry
powder), busa (foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus.
3. Kebakaran Klas C
Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat rumah tangga lainnya yang
menggunakan listrik.
Alat Pemadam yang dipergunakan adalah : Carbondioxyda (CO2), tepung kering (dry chemical). Dalam
pemadaman ini dilarang menggunakan media air.
4. Kebakaran Klas D
Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum, alumunium, natrium, kalium, dsb.
Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus.
5. Kebakaran Klas K
kebakaran yang disebabkan oleh bahan akibat konsentrasi lemak yang tinggi. Kebakaran jenis ini banyak
terjadi di dapur. Api yang timbul didapur dapat dikategorikan pada api Klas B.
6. Kebakaran kelas E
Kebakaran yang disebabkan oleh adanya hubungan arus pendek pada peralatan elektronik. Alat
pemadam yang bisa digunakan untuk memadamkan kebakaran jenis ini dapat juga menggunakan
tepung kimia kering (dry powder), akan tetapi memiliki resiko kerusakan peralatan elektronik, karena
dry powder mempunyai sifat lengket. Lebih cocok menggunakan pemadam api berbahan clean agent.