KANTOR PUSAT
NOTA DINAS
Nomor : 00086 /REN.03.o3/KDIVDIS JB/2015
Kepada KSHK
Dari KDIVDIS JB
Tanggal 2* Juni 2015
Lampiran 1 (satu) berkas
Perihal Draft Surat Edaran Direksi tentang Metode Pemeliharaan Kubikel 20 kV pada Gardu
Distribusi dan Gardu Hubung Berbasis pada Kaidah Manajemen Aset
Terlampir kami sampaikan konsep Surat Edaran Direksi tentang, Pemeliharaan Kubikel
20 kV pada Gardu Distribusi dan Gardu Hubung Berbasis pada Kaidah Manajemen
Aset. Mohon kiranya konsep tersebut dapat dikoreksi dari segi hukumnya, sehingga
dapat diproses lebih lanjut ke Direksi PT PLN (Persero).
Demikian kami sampaikan atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
NOMOR : .E/D|R/2015
TENTANG
I, PENDAHULUAN
Pertumbuhan pelanggan energi listrik yang terus meningkat dewasa ini telah mendorong PLN
untuk melakukan pembangunan jaringan distribusi tenaga listrik dalam volume dan tingkat
utilisasi yang semakin tinggi. Peningkatan kuantitas dan utilisasi aset distribusi tersebut
membutuhkan pengelolaan yang baik pada setiap tahapan life-cyclenya sehingga
pemanfaatan aset distribusi tersebut dapat dioptimalkan dengan performa yang baik, biaya
yang efisien dan risiko yang terkendali.
Salah satu tahapan life-cycle yang penting dalam pemanfaatan aset distribusi adalah fase
pemeliharaan yang tujuan utamanya adalah untuk menjamin kehandalan penyaluran tenaga
listrik kepada konsumen yang dalam pelaksanaannya senantiasa dihadapkan pada
optimalisasi tiga faktor yang saling bertentangan (conflicting drivers) yang terdiri dari biaya
(cost), kinerja (peiormance) dan risiko (r,.sk).
Secara khusus, pembahasan metoda pemeliharaan kubikel 20 kV yang merupakan salah satu
peralatan utama sistem distribusi, disusun dengan memperhatikan perkembangan metodologi
pemeliharaan kubikel 20 kV terbaik dan kaidah manajemen aset, dimana diharapkan
peningkatan performa kubikel 20 kV dapat dicapai dengan biaya yang efisien dan resiko yang
rendah.
Penyusunan Metode Pemeliharaan Kubikel 20 kV Berbasis pada Kaidah Manajemen Aset
adalah sebagai tindak lanjut Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor: 074.KDIR/2008
tentang Pedoman Pengelolaan Aset Sistem Distribusi yang dituangkan dalam Edaran Direksi
PT PLN (Persero).
2.1 lvlaksud penyusunan Edaran ini adalah sebagai acuan dalam penerapan lvletode
Pemeliharaan Kubikel 20 kV Berbasis pada Kaidah Manajemen Aset.
2.2 fujuan utama penyusunan Edaran ini adalah untuk menjamin penyaluran tenaga listrik
yang andal, efisien dan berkualitas kepada pelanggan. Sebagai upaya pencapaian tujuan
utama tersebut, secara khusus diarahkan pada pencapaian hal-hal sebagai berikut:
3.'1. Prosedur pemeliharaan kubikel 20 kV yang menggunakan metoda preventif dan prediktif
serta dilengkapi dengan kaidah manajemen Aset.
3.2. Penggunaan deskripsi kuantitatif dan kualitatif Health lndicator pada aset kubikel 20 kV
hanya merupakan angka tipikal yang dapat disempurnakan oleh Kepala Divisi Distribusi
dengan mempertimbangkan hasil pengamatan lapangan dan maturity level manajemen
aset.
2
4.1. PLN adalah PT (Persero) Perusahaan Listrik Negara yang didirikan dengan Akta Notaris
Sutjipto, SH Nomor 169 tanggal 30 Juli 1994 beserta perubahannya.
4.2. Direksi adalah Direksi PLN.
4.3. Kubikel adalah kubikel 20 kV pada Gardu Distribusi dan Gardu Hubung dituar
Gardu lnduk.
4.4. Corrective action adalah langkahJangkah perbaikan yang dilakukan sebagai tindak
lanjut evaluasi pemeriksaan kondisi onrre (orl,ne assessrne,t) atau pemeriksaan
kondisi offline (offline assessment) untuk memperbaiki kondisi kubikel 20 kV tersebut.
4.5. Frequency muftiplier adalah koefisien pengali untuk menentukan interval pemeliharaan.
4.6. Health lndicator kubikel 20 kV adalah indikator kesehatan yang dibuat berdasarkan
pengamatan, pengukuran dan histori suatu peralatan kubikel 20 kV.
4.7. Mana.iemen aset adalah langkah-langkah sistematis dan terkoordinasi yang
dilaksanakan suatu perusahaan secara optimal dan berkesinambungan dalam
mengelola asetnya dengan mempertimbangkan aspek performa, biaya dan resiko
sepanjang siklus hidup (lite-cycle) aset tersebut sebagai upaya pencapaian tujuan
strategis perusahaan.
4.8. Pemeliharaan prediktif adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara khusus
pada peralatan yang memiliki potensi kegagalan operasi setelah melalui tahapan-
tahapan assessmenuinspeksi yang memadai.
4.9. Pemeliharaan preventif (pemeliharaan periodik) adalah kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan secara periodik pada Kubikel untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan
yang tiba{iba dan mempertahankan unjuk kerja Kubikel tersebut agar selalu beroperasi
dengan keandalan dan efisiensi yang tinggi.
4.10. Siklus Hidup Aset (Asset L/e Cycle) adalah siklus waktu yang dialami suatu peralatan
utama distribusi yang mencakup pengadaan, pengoperasian, pemeliharaan dan
penghapusan nilai aset distribusi tersebut.
4.1'1. Tahapan Screening adalah tahapan pengamatan awal terhadap seluruh kubikel yang
meliputi data lokasi penempatan dan data histori operasi-pemeliharaan sehingga dapat
diketahui tingkat prioritas keberadaan kubikel untuk dilakukan pemeliharaan Tier-1
4.12. Online Assessmenl Tier-1 adalah tahapan awal proses pemeliharaan yang ditujukan
untuk memeriksa secara visual panca lndra terhadap kondisi lingkunganekternal dan
internal dari kubikel dalam keadaan bertegangan yang dilakukan sesuai jadwal tertentu
(Time Based Maintenance).
4.13. Online Assesment fier2 adalah tahapan keduayang merupakan tindak lanjut dari tier-1 ,
atau tindakan terencana untuk mengetahui kondisi peralatan kubikel secara lebih
komprehensif dengan menggunakan alat bantu (Condition Based Maintenance). Tier_2
menghasilkan informasi Health lndicator peralatan kubikel tersebut.
4.14. Offline Assessmenl tier-3 merupakan tindak lanjut atas hasil tahapan Online
,4ssessmenl Tier-2 yang memiliki hasil assessment buruk.
3
4.15. lnspeksi Umum adalah kegiatan online assessment tier-1 lethadap kondisi eksternal dan
internal kubikel yang tidak berpengaruh langsung terhadap kesehatan kubikel. Uraian
kegiaatan inspeksi umum dijelaskan pada lampiran '1.
4.'16. lnspeksi Khusus adalah kegiatan online assessmenl tlor-, untuk mengetahui adanya
fenonema discharge kubikel yang akan berpengaruh langsung terhadap kesehatan
kubikel. Uraian kegiatan inspeksi khusus dijelaskan pada lampiran 2.
5.2. Pada edaran ini, model metodologi pemeliharaan yang diterapkan merupakan integrasi
dari kaidah pemeliharaan preventif (time based maintenance) dan condition based
maintenance yang berada pada tingkat matuity ke-3 seperti diperlihatkan pada
gambar 1.
5.3. Model metodologi pemeliharaan dengan lingkat maturity ke-3 tersebut ditandai dengan
dilaksanakannya pembuatan Health lndicator dan Kelas asset untuk peralatan utama
distribusi.
VI, METODA PEMELIHARAAN KUBIKEL
Metoda ini merupakan integrasi metode preventif (rime based maintenance)dan prediktif
(condition based maintenance) yang dilengkapi dengan kaidah manajemen aset.
6.2.1. Penggolongan kelas aset kubikel didasarkan pada perbedaan daerah tujuan
pelayanan seperti ditunjukan pada tabel 1:
6.2.2. Aset kubikel yang berada pada kelas aset yang berbeda akan mendapat
frekuensi pemeliharaan yang berbeda. Misalnya, frekuensi pemeliharaan
terhadap kubikel pada kelas 1 lebih sering/cepat dibandingkan kelas 2, dst.
6.3.1. Nilai Health lndicator suatu kubikel diperoleh dari hasit inspeksi onllne
assessmerl tier-2 yang menggunakan alat bantu CBM.
6.3.2. Nilai Heafth lndicator pada point 6.2.1 digunakan sebagal salah satu dasar
perencanaan pemeliharaan kubikel untuk mencapai optimasi antara biaya,
kinerja dan risiko.
6 3.3. secara kuarilaif Heafth rndicator memiriki interpretasi seperti ditunjukan pada
tabel 2.
5
Tabel2. Penentuan kesimpulan Health lndicator kubikel
Health
lndikasi Interpretasi
lndicator
- tidak ada hasil
buruk pada hasil
online assessment
Baik Resiko Kegagalan Rendah
tier-1
- Tidak dilakukan tier-
2
Ada hasil buruk
pada online
assessment tier-1
Cukup Resiko Kegagalan Sedang
inspeksi umum
Tidak dilakukan tier-
2
Dilakukan online
assessment tier-2
Kurang karena terdapat hasil Resiko Kegagalan Tinggi
buruk pada assessment
tier-1 inspeksi khusus
Dilakukan tier-3 offline
assessment karena hasil Resiko Kegagalan Sangat
Buruk
buruk pada assessment Tinggi
lier-2
6
6.5. Peralatan inspeksi khusus (CBM)
6.6.1.1. Tahapan screening dilakukan satu kali pada tahap awal pelaksanaan
kegiatan pemeliharaan untuk menghasilkan database sebagai dasar dalam
7
menentukan urutan prioritas pemeliharaan kubikel. Database akan diupdate
seiring dengan perubahan asset.
6.6.1.2. Acuan yang digunakan dalam pembuatan daftar prioritas tersebut adalah data
histori penyulang yang mencakup:
a. Performance, dengan parameter total gangguan kubikel 20 kV dan
komponennya selama 2 tahun terakhir;
b. Tingkat utility, dengan parameter rasio beban feeder terhadap rating CB;
c. Tingkat resiko, dengan parameter daerah tujuan/lokasi pelayanan sesuai
klasifikasi aset.
8
Tabel 5. Tindak Lanjut Pekerjaan Berdasarkan Hasil Online Assessment tier-1
6.6.3.1. Tahapan orllne assessmenl tier-2 merupakan tindak lanjut dari hasil
tahapan online assessment tier-1 inspeksi khusus.
6.6.3.2. Tahapan offline assessment tier-2 merupakan tahapan assessment lanjutan
yang dilakukan pada kondisi operasi untuk memperoleh informasi kondisi
kubikel secara lebih komprehensif dengan menggunakan alat CBM.
6.6.3.3. Teknik diagnosa yang digunakan pada tahapan online assessment tier-2
seperti ditunjukan pada pada lampiran 3.
6.6.3.4. Deskripsi kuantitatif dan kualitatif pada lampiran 3 dapat disempurnakan
oleh Kepala Divisi Distribusi dengan mempertimbangkan hasil-hasil
pengamalan lapangan.
6.6.3.5. Pelaksanaan pekerjaan pada tahapan online assessment tier-2 dapat
dilakukan oleh PLN atau vendor yang memiljki peralatan yang lengkap.
6.6.3.6. Hasil online assessment tier-2 yang buruk harus ditindaklanjuti ke tahap
offl,he assessrnent
Menunggu online
Mengikuti jadwal pemeliharaan
Baik, Cukup, Kurang assessment Tier-'l
periodik
berikutnya
9
6.6.4. Tahapan Offline Assesment tier-s
6.6.4.1. Tahapan offline aasessment tier-3 merupakan tindak lanjut dari hasil
tahapan online assessment tier-2 yang menghasilkan Health lndicator
buruk.
6.6.4.2. Tahapan offine assessment dilakukan guna menghasilkan rekomendasi
conective action yang berupa work order perbaikan atau penggantian
6.6.5. Tahapan Corrective Action sebagai tindak lanjut Offtine Assesment
6.6.5.1. Corrective aclion pada tahap ini merupakan tindak lanjut dari hasil offline
assessment tier-3 yang dapat berupa work order perbaikan ataupun work
order pergantian.
6.6.5.2. Corrective action yang berupa perbaikan dilakukan dengan mengacu pada
standar PLN yang ada.
VII, KETENTUANLAIN-LAIN
7.1. Ketentuan sebagaimana diatur dalam Edaran ini berlaku untuk seluruh Unit pLN.
7 .2.Bagi yang sudah menerapkan EAM maka penyusunan database Health lndicator kubikel
dilakukan terintegrasi dengan aplikasi EAM.
7.3. Sedangkan bagi unit yang belum menggunakan EAM maka penyusunan database
Health lndicator kubikel sesuai edaran ini dilakukan secara manual dengan bantuan
aplikasi excel sesuai tingkat maturity unit pelaksana.
VIII, PENUTUP
Pada saat Edaran ini mulai berlaku, maka ketentuan-ketentuan lain yang bertentangan
dengan Edaran ini, dinyatakan tidak berlaku.
Ditetapkan di Jakarta
Juni, 2015
DIREKTUR UTAMA
SOFYAN BASYIR
10
LAMPIRAN 1
HASIL ASSESSMENT
NO ITEM
BAIK I CUKUP KU RANG BURUK
Ekster nal Visual (lnspeksi Umum)
Bersih, kering, tak kering, tak bocor, tak keaing, tak bocor,
1 fisik bangunan Kotor, bocor, berdebu
bocor. tak berdebu berdebu berdebu
3 kuncigardu kunci cyber ada ada, bukan cyber ada. rusak tidak ada
ada ventilasitapi
5 ventilasi ruangan jarak cukup jauh dari ada ventilasi dekat ada ventilasi dekat
kedap
kubikel kubikel
kubikel
berdebu, berasap,
Bersih, tidak berdebu, Bersih, tidak berdebu, berdebu, berasap, korosif, uap air dan
Kondisi udara
9 berasap, korosif, uap berasap, korosii uap korosif, uap air dan kadar garam sangat
lingkungan
air dan kadar garam air dan kadar garam kadar garam tinggi tinggi (Untuk outdoor
terkena radiasi UV)
Sistem pembumian
teminasi konduktor
12
dan relpembumian Ada, Terpasang Ada, Terpasang Ada, lidak terpasang
yang terhubung dengan baak dengan baik dengan baik (putus)
Tidak ada
dengan mur+baul ke
pembumian gardu
11
tekanan SF6 unluk levelsesuai stadar levelsesuai standar level dibawah standar
16 level berkurang
yang ada indikator pabrikan pabrikan pabrikan
17
Counter operasi CB
N< 3000 kali
3000<=N<5000 5000<=N<10000
(mekanik). N >= 10000 kali
kali kali
Counler Operasi
media interuptor CB
18
akibat Short circuit
N< 10 kali 10 <= N < 25 kali 25<:N<50kal N>= 50 kali
(vacuum/SF6)
20 Lampu lndikalor Ada, menyala terang Ada, menyala terang Ada, menyala redup Tidak ada,/ rusak/
tidak menyala
Mur/baut penutup lengkap, kencang lengkap, kencrng tidak lengkap,lidak tidak lengkap, tidak
22
kubikel teDasang terpasang kencang kencang
tl
LAMPIRAN 2
HASIL ASSESSMENT
No ITEM
BAIK CUKUP KURANG BURUK
A lnternal Visual (lnspeksi Khusus)
tidak ada suara tidak ada suara ada suara jelas
Suara discharge di dalam terdengar discharge
1 discharge di dalam terjadinya discharge
kubikel baby arching
kubikel arching
LAMPIRAN 3
HASIL ASSESSMENT
No ITEM
BAIK CUKUP KURANG BURUK
A lnfrared Thermography
Suhu permukaan < Suhu permukaan < Suhu permukaan > Suhu permukaan >
90 .c
1 Pada Terminasi
90 "c 90'c 90 "c
Pada sambungan Suhu permukaan < Suhu permukaan < Suhu permukaan > Suhu permukaan >
2
busbar 75 'C 75'C 75 "C 75 .C
B Airborne Ultrasound
t3
LAMPIRAN 4
HASIL ASSESSEMENT
No ITEM
BAIK CUKUP KURANG BURUK
1 Contact Resistance (Busbar) R <= 65 trQ R<=65pO R>65pO R>65pO
3 lnsulation Resistance R >= 1000 MO R >= 1000 MO R <= 1000 MO R <= 1000 MO
tidak ada
ada corona konstruksi korona ring,
Pemasangan kabel 3-core dan single konstruksi
12 ring, konstruksi kabel tidak konstruksi
core yang terhubung ke terminasi kabel rapih
kabel rapih rapih dan kabel tidak
tidak terbelit
tidak terbelit terbelit rapih dan
terbelik
berfungsi berfungsi
dengan baik dengan baik tidak berfungsi tidak berfungsi
(pintu tdk bisa (pintu tdk bisa (pintu dapat (pintu dapat
16 Sistem interlock Pintu kubikel dan CB
dibuka dalam dibuka dalam dibuka dalam dibuka dalam
keadaan CB keadaan CB keadaan CB keadaan CB
masuk (on) masuk (on) masuk (on) masuk (on)
t4
berfungsi berfungsi
dengan baik
tidak berfungsi tidak berfungsi
dengan baik
(CA dapat (CB dapat
(CB tdk bisa (CB tdk bisa
Sistem interlock CB dan Sistem dimasukkan
dimasukkan dimasukkan
16 dimasukkan
dalam keadaan
dalam keadaan dalam keadaan
Pembumian dalam keadaan
Pt\4S PMS
PMS PMS
Pembumian pembumian
Pembumian Pembumian masuk (on)
masuk (on) masuk (on) masuk (on)
l5
LAMPIRAN 5
YA {----'---------------
Corrective Action :
'1.Work Order Perbaikan atau
2. Work Order Penggantian baru
t6