PENDAHULUAN
A. Latar belakang
terjadi melalui rute fecal-oral melalui konsumsi makanan atau air yang
memiliki sanitasi buruk dan rendahnya akses mendapatkan makanan dan air
minuman yang terkontaminasi dapat juga dengan kontak langsung jari tangan
yang terkontaminasi tinja, urin, secret, saluran nafas atau dengan pus
meliputi demam tinggi, malaise, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan,
sembelit atau diare, bitnik-bintik merah muda di dada (Rose spots), dan
berasal dari tinja atau urin penderita atau bahkan carrier (pembawa penyakit
yang tidak sakit) yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui air dan
tercemar kuman. Kontaminasi juga dapat terjadi pada sayuran mentah dan
2018).
typhi (S.typhi). Pravalensi data dari WHO tahun 2020 di dapatkan Jumlah
2019 penderita typhus abdominals yang di rawat inap di rumah sakit sebanyak
RI,2020).
tahun 2018 terdapat 46,63 per 100.000 penduduk tertinggi di kota padang.
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan di RSI Ibnu Sina Padang ditemukan
dapatkan data dari bulan januari sampai febuari jumlah penderita Typhus
ensefalopati, bronkopneumoni.
tujuan keperawatan pada setiap waktu (Nurkhasanah, Taamu & Atoy, 2018).
Salah satu dampak yang timbul pada pasien Typhus abdominalis yaitu
ketika sistem kontrol suhu normal tubuh tidak dapat secara efektif mengatur
suhu internal. Biasanya, pada suhu tinggi tubuh akan mendinginkan melalui
misalnya cairan RL dan mengompres dengan air hangat apabila terjadi panas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, didapat rumuskan maslah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan typus
Tujuaan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan typus
D. Manfaat Penelitian
typus abdominalis
Sebagai keluarga atau pasien hasil dari asuhan keperawatan ini dapat
abdominalis
terjadi melalui rute fecal-oral melalui konsumsi makanan atau air yang
memiliki sanitasi buruk dan rendahnya akses mendapatkan makanan dan air
infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella typoid dan
salmonella thypi dan salmonella para Thypi A,B,C sinonim dari penyakit ini
2. Anatomi Fisiologi
( Hartono, 2018)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Usus halus terdiri dari tiga bagian
yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum), dan usus
penyerapan (ileum). Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu
dari pankreas dan kantung empedu. Usus halus merupakan saluran berkelok-
kelok yang panjangnya sekitar 6-8 meter, lebar 25 mm dengan banyak lipatan
yang di sebut Vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini berfungsi memperluas
Selama di usus halus, semua molekul pati dicernakan lebih sempurna menjadi
molekul-molekul glukosa.
asam amino, dan semua molekul lemak dicernakan menjadi gliserol dan asam
lemak. Pencernaan makanan yang terjadi di usus halus lebih banyak bersifat
kimiawi ini. Hati, pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang berperan di usus halus
a. Cairan empedu
Cairan empedu berwarna kuning kehijauan, 86% berupa air dan tidak
usus halus. Dalam proses pencernaan ini, empedu berperan dalam proses
b. Getah pankreas
sebut pulau-pulau langerhans. Insulin ini berfungsi menjaga gula darah agar
tetap normal dan mencegah diabetes melitus. Getah pankreas ini dari pankreas
terdapat tiga macam enzim, yaitu lipase yang membantu dalam pemecahan
berikut :
terakhir di usus halus mulai diabsorpi atau di serap melalui dinding usus halus
terutama di bagian jejunum dan ileum. Selain itu vitamin dan mineral juga di
tiap mineral dan perbedaan struktur bagian-bagian usus. Di dalam Vili ini
terdapat pembuluh darah, pembuluh kil ( limfa ), dan sel goblet . Di sini asam
amino dan glukosa diserap dan di angkut oleh darah menuju hati melalui
sistem Vena porta hepatikus, sedangkan asam lemak bereaksi terlebih dahulu
pembuluh kil (limpfa). Melalui pembeluh kil, emulsi lemak menuju Vena
sedangkan garam empedu masuk kedalam darah menuju hati dan dibentuk
lagi menjadi empedu. Bahan-bahan yang tidak dapat diserap di usus halus
akan di dorong menuju usus besar (kolon) . ( Andra saferi wijaya ,2013 )
3. Etiologi
para typhi A,B, dan C . Ada dua sumber penularan salmonella Thypi yaitu
pasien dengan Typhus abdominalis dan Pasien dengan carier . Carier adalah
orang yang sembuh dari demam typoid dan masih terus mengekresi
salmonella Thypi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun ( Padila,
2013 ).
merupakan kuman negatif, dan tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat
hidup baik sekali pada pada suhu tubu manusia maupun suhu yang lebih
rendah sedikit serta mati pada suhu 70° C maupun oleh antiseptik. Sampai
saat ini diketahui bahwa kuman ini hanya menyerang manusia. Salmonella
termolabil
4. Patofisiologi
fomitus (muntah), fly (lalat), dan melalui feses. Feses dan muntah pada
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang
seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman Salmonella typhi
masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke
dalam lambung, sebagai kuman akan di musnahkan oleh asam lambung dan
sebagaian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan
limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk
empedu.
patogenesis typoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus.
merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan
6. Manifestasi Klinis
Nyeri kepala, lemah, lesu, demam yang tidak terlalu tinggi dan
berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun
pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat, dan pada
Gangguan pada saluran cerna yaitu halitosis, bibir kering, dan pecah-
pada perabaaan.
Bitnik-bintik kemerahan pada kulit (roscola) akibat emboli basil dalam kapiler
7. Pemeriksaan Diagnostik
tes 4 kali lipat selama 2-3 minggu memastikan diagnosis Typhus abdominalis.
Pada beberapa pasien uji widal tes tetap negatif pada pemeriksaan ulang
1. Widal Tes
positif tetapi tidak pernah didektasi adanya antibodi dengan tes ini,
bila dapat dideteksi adanya titer antibodi sering titer naik sebelum
timbul gejala klinis, sehingga sulit untuk memperlihatkan terjadinya
sesudah infeksi. Untuk dapat memberikan hasil yang akurat, Widal tes
sebaiknya tidak hanya dilakukan satu kali saja melainkan perlu satu
seri pemeriksaan, kecuali bila hasil tersebut sesuai atau melewati nilai
a. Jika hasil titer widal tes terjadi pada antigen O (+) positif > 1/200
b. Jika hasil titer widal tes terjadi pada antigen H dan V1 (+) positif >
8. Klasifikasi
9. Komplikasi
1. Komplikasi Intestinal
a. Perdarahan Usus
b. Perforasi Usus
2. Komplikasi Ekstraintestinal
hemolitik.
kolelitiasis.
artritis.
10. Penatalaksanaan
makanan, minuman, mandi, buang air kecil dan buang air besar akan
dan dijaga.
akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun
abdominalis.
3. Pemberian antibiotik
a. Klorampenikol
b. Tiampenikol
c. Kotrimoksazol
minggu.
anjurkan adalah 3-4 gram dalam dektrose 100cc diberikan selma 1/2
wijaya ,2013 ).
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a) Identitas klien
identitas (nama, alamat, no. MR, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
b) Keluhan Utama
mual, muntah, dan kembung, nafsu makan menurun, nyeri kepala, dan
demam.
penyakit yang bisa ditularkan melalui makanan, jari tangan/kuku, lalat, dan
melalui feses.
f) Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Tanda-tanda vital
2. Kepala
Biasanya bentuk kepada bulat tidak terdapat luka, tidak
adanya edema, dahi pasien teraba panas, dan biasanya kepala pasien
terasa nyeri
3. Mata
4. Telinga
5. Hidung
pendarahan)
selaput putih kotor, lidah kotor dan memutih pada bagian tengah dan
sonor
9. Jantung
terlihat
(batas jantung karena RIC II, linea stralis dekstra, batas jantung kiri
atau tidak
10. Abdomen
11. Genitalia
genitalia
12. Ektremitas
3x sehari jenis
sayur sayur
3. Biasanya
nafsu makan
berkurang
Minuman 1. Biasanya dalam Biasanya klien
pendarahan pada
kuning dikarenakan
oleh asupan
nutrisi yang
tidak
terpenuhi
oleh tubuh
2. Biasanya
warna kuning
encer
Miksi 1. Biasanya BAK 1. Biasanya
sehari ) sedikit
2. Biasanya
warna keruh
agak
kekuning-
kuningan
3. Istirahat dan tidur Biasanya lama tidur Biasanya klien
dan persendian
maupun istirahatnya
berkurang.
sehat abdominalis
terganggu karena
dibantu oleh
keluarga
Umum .
i) Data psikososial
j) Data spiritual
penyakitnya.
k) Penatalaksaan
bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien, diet pada
dapat meningkat.
a. Jika hasil titer widal tes terjadi pada antigen O (+) positif >
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawtan Indonesia
(SLKI) (SIKI)
1. Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan intervensi ,Maka Manajemen hipetermia (I.15506)
Edukasi :
Kolaborasi :
intravena
2. Resiko ketidakseimbang Setelah dilakukan intervensi,Maka Manajemen cairan ( I.03098 )
skala (5)
skla (5)
Teraupetik:
6. Perasaan cepat kenyang
1. Lakukan oral hygene sebelum makan jika
meningkat skala (5)
perlu
7. Nyeri abdomen menurun skala (1)
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
8. Diare menurun skala (1)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
9. Berat badan membaik skala (5)
yang sesuai
10. Frekuensi makan membaik skala
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
42
11. Nafsu makan membaik skala (5) 5. Berikan makanan tinggi kalori da tinggi
(5) Edukasi:
Kolaborasi:
menerima informasi
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
skala (5)
meningkatkan dan menurunkan motivasi
2. Pengetahuan tentang suatu topik
perilaku hidup bersih dan sehat
skala (5)
3. Sediakan materi dan media pendidikan
3. Perilaku sesuai dengan
kesehatan
pengetahuan skala (5)
4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
4. Pertanyaan tentang masalah yang
kesepakatan
dihadapi skala (1)
5. Berikan kesempatan untuk bertanya
5. Persepsi yang keliru terhadap
6. Jelaskan faktor resiko yang dapat
masalah skala (1)
mempengaruhi kesehatan
6. Menajalani pemeriksaan yang
7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
tidak tepat skala (1)
8. Ajarkan strategi yang dapat di gunakan untuk
44
4. Implementasi
5. Evaluasi
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk
6. Dokumentasi
atau bukti bagi individu yang berwenang. Tujuan dari dokumentasi ini
DAFTAR PUSTAKA
Medika
Aru. (2018). Buku Ajar Ilmu Penyekit Dalam. Jilid III edisi 5. Jakarta.
sarana air bersih, riwayat tifoid keluarga, kebiasaan jajan di luar rumah
samarinda .
nafiah, F. (2018). Kenali demam tifoid dan mekanismenya . jakarta: Dr.dr Hasta