Anda di halaman 1dari 4

Orde lama adalah sebutan bagi periode pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno

yang berlangsung pada tahun 1945 sampai tahun 1968. Pada periode ini, Presiden Soekarno berlaku
sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan.

Latar belakang orde lama

Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa Gerakan
30 September 1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah
berlangsung lama       Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana
pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga bahan bakar
menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat       Rakyat melakukan
demonstrasi menuntut agar PKI berserta Organisasi Masanya dibubarkan serta
tokoh-tokohnya diadili       Pembentukan kesatuan aksi berupa Front Pancasila
yang selanjutnya lebih dikenal dengan Angkatan 66untuk menghacurkan tokoh
yang terlibat dalam Gerakan 30 September 1965

Masa Pemerintahan Pasca Kemerdekaan (1945-1950)


Pada tahun 1945-1950, terjadi perubahan sistem pemerintahan dari presidensial menjadi
parlementer. Dimana dalam sistem pemerintahan presidensial, presiden memiliki fungsi ganda,
yaitu sebagai badan eksekutif dan merangkap sekaligus sebagai badan legislatif.
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno ini juga terjadi penyimpangan UUD 1945. Berikut
Penyimpangan UUD 1945 yang terjadi pada masa orde lama:
Fungsi Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) berubah, dari pembantu presiden menjadi
badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN yang merupakan
wewenang MPR.
Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer.

Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)

Masa pemerintahan pada tahun 1950-1959 disebut masa liberal, karena dalam politik maupun
sistem ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Pada saat negara kita menganut sistem
demokrasi liberal, terdapat ciri-ciri sistem pemerintahan sebagai berikut:

 Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.


 Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan.
 Presiden berhak membubarkan DPR.
 Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.
 Pada 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959 Presiden Soekarno memerintah menggunakan
konstitusi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950. Dewan
Konstituante diserahi tugas membuat undang-undang dasar yang baru sesuai amanat
UUDS 1950. Namun sampai tahun 1959 badan ini belum juga bisa membuat konstitusi
baru. Akhirnya, Soekarno mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959, yang membubarkan
Konstituante. Isi Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah:

 Pembentukan MPRS dan DPAS


 Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
 Pembubaran Konstituante

Tahun 1959 – 1968 (Demokrasi Terpimpin)

Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi dimana seluruh keputusan serta pemikiran
berpusat pada pemimpin negara, yaitu Presiden Soekarno. Sistem Pemerintahan Demokrasi
Terpimpin pertama kali diumumkan oleh Presiden Soekarno dalam pembukaan sidang
konstituante pada tanggal 10 November 1956.
Pada masa demokrasi terpimpin ini terjadi berbagai penyimpangan yang menimbulkan beberapa
peristiwa besar di Indonesia. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada masa Demokrasi
terpimpin yaitu:

 Pancasila diidentikkan dengan NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan Komunis)


 Produk hukum yang setingkat dengan undang-undang (UU) ditetapkan dalam bentuk
penetapan presiden (penpres) daripada persetujuan
 MPRS mengangkat Soekarno sebagai presiden seumur hidup
 Presiden membubarkan DPR hasil pemilu 1955
 Presiden menyatakan perang dengan Malasya
 Presiden menyatakan Indonesia keluar dari PBB
 Hak Budget tidak jalan

Pada masa ini terjadi persaingan antara Angkatan Darat, Presiden, dan PKI. Persaingan ini mencapai
klimaks dengan terjadinya perisiwa Gerakan 30 September 1965 yang dilakukan oleh PKI. Adapun
dampak dari peristiwa G 30 S adalah :

 Demostrasi menentang PKI


 Mayjen Soeharto menjadi Panglima AD
 Keadaan ekonomi yang buruk
 Kabinet seratus menteri
 Munculnya TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat)

Tritura adalah singkatan dari tri tunturan rakyat atau tiga tuntutan rakyat yang dicetuskan dan
diserukan oleh para mahasiswa KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dengan didukung oleh
ABRI pada tahun 1965. Tuntutan ini ditujukan kepada Pemerintah. Isi TRITURA yaitu:

1. Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya.


2. Pembersihan kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI.
3. Penurunan harga barang-barang.

Peralihan Kekuasaan politik dari Orde lama ke Orde Baru


Terjadinya peristiwa G 30 S PKI sangat berpengaruh terhadap proses peralihan  pemerintahan dari
Orde Lama ke Orde baru. Berikut proses peralihan pemerintahan dari Orde Lama ke Orde baru:

Tanggal 16 Oktober 1966 Mayjen Soeharto telah dilantik menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat
dan dinaikkan pangkatnya menjadi Letnan Jenderal.

Keberanian KAMI dan KAPPI yang memberikan kesempatan bagi Mayjen Soeharto untuk
menawarkan jasa baik demi pulihnya kemacetan roda pemerintahan dapat diakhiri. Untuk itu ia
mengutus tiga Jenderal yaitu M.Yusuf, Amir macmud dan Basuki Rahmat oleh Soeharto untuk
menemui presiden guna menyampaikan tawaran itu pada tanggal 11 Maret 1966. Sebagai hasilnya
lahirlah surat perintah 11 Maret 1966 (SUPERSEMAR).

SUPERSEMAR atau Surat Perintah Sebelas Maret adalah surat perintah yang ditandatangani
Presiden Soekarno pada 11 Maret 1966. Isinya berupa instruksi Presiden Soekarno kepada Letjen
Soeharto, selaku Menteri Panglima Angkatan Darat, untuk mengambil segala tindakan yang
dianggap perlu untuk mengawal jalannya pemerintahan pada saat itu. Sampai saat ini belum ada
yang tahu secara pasti isi supersemar.

 Pada tanggal 7 februari 1967, jenderal Soeharto menerima surat rahasia dari Presiden
melalui perantara Hardi S.H. Pada surat tersebut di lampiri sebuah konsep surat penugasan
mengenai pimpinan pemerintahan sehari-hari kepada pemegang Supersemar.
 Pada 11 Februari 1967 Jend. Soharto mengajukan konsep yang bisa digunakan untuk
mempermudah penyelesaian konflik. Konsep ini berisi tentang pernyataan presiden
berhalangan atau presiden menyerahkan kekuasaan pemerintah kepada pemegang
Supersemar sesuai dengan ketetapan MPRS No.XV/MPRS/1966, presiden kemudian
meminta waktu untuk mempelajarinya.

 Pada tanggal 12 Februari 1967, Jend.Soeharto kemudian bertemu kembali dengan presiden,
presiden tidak dapat  menerima  konsep tersebut karena tidak menyetujui pernyataan yang
isinya berhalangan.

 Pada tanggal 20 Februari 1967 ditandatangani konsep ini oleh presiden setelah diadakan
sedikit perubahan yakni pada pasal 3 di tambah dengan kata-kata menjaga dan menegakkan
revolusi.

 Pada tanggal 23 Februari 1967, pukul 19.30 bertempat di Istana Negara presiden
/Mendataris MPRS/ Panglima tertinggi ABRI dengan resmi telah menyerahkan kekuasaan
pemerintah kepada pengemban Supersemar yaitu Jend.Soeharto. 

 Pada bulan Maret 1967, MPRS mengadakan sidang istimewa dalam rangka mengukuhkan
pengunduran diri Presiden Soekarno sekaligus mengangkat Jenderal Soeharto sebagai
pejabat presiden RI.

 Setelah turunnya Presiden Soekarno dari kursi kepresidenan maka berakhirlah orde lama.
Kepemimpinan disahkan kepada Jendral Soeharto yang menanamkan era kepemimpinanya
sebagai orde baru.

Anda mungkin juga menyukai