Anda di halaman 1dari 22

SKRIPSI

Konflik dan Rekonsiliasi Antara Pengungsi Timor-Timur


dengan Masyatakat Lokal di Desa Noelbaki Kecamatan
Kupang Tengah Kabupaten Kupang

OLEH

MEYTHILDA R. BEUKLIU
NIM : 1101072056

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG, 31 Maret 2015
Dosen Pembimbing
1. Drs. Benedictus Tukan, M.Si
2. Drs. Hendrikus Pous, M.Si

ABSTRAK
Beukliu, Roshanty Meythilda. 2017, Konflik dan Rekonsiliasi Antara Pengungsi
Timor-Timur dengan Masyarakat Lokal di Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah
Kabupaten Kupang (Drs. Benedictus Tukan, M.Si sebagai pembimbing I dan Drs. Hendrikus
Pous, M.Si sebagai pembimbing II).
Konflik dan Rekonsiliasi Antara Pengungsi Timor-Timur dengan Masyarakat Lokal di
Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor penyebab konflik dan proses rekonsiliasi konflik yang telah dilakukan
pemerintah dalam menyelesaikan konflik dalam masyarakat desa Noelbaki.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan memperoleh data primer maupun
sekunder dari lapangan. Peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumen.
Informan dalam penelitian ini: tokoh masyarakat lokal, warga pengungsi, aparat desa, aparat
kecamatan dan aparat kepolisian, yang ditentukan secara snowball sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, konflik yang terjadi disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu (a) perselisihan, (b) penganiayan, (c) persaingan, (d) dendam dan (e) kontraversi.
Perselisihan yang terjadi pada kedua komunitas ini disebabkan oleh kurangnya komunikasi atau
interaksi antara kedua belah pihak, persaingan antara masyarakat lokal dengan warga pengungsi
sangat rendah, yang disebabkan oleh adanya pemikiran bahwa pengungsi tidak dapat menyaingi
masyarakat lokal, dan sebaliknya. Selain itu kesenjangan sosial-yang terjadi disebabkan
kedatangan pengungsi yang secara massif dengan motivasi dan harapan yang tinggi, perlahan
mulai menggeser posisi masyarakat lokal menjadi termarjinalkan dalam sistem sosial serta
tingkat kontraversi masyarakat lokal yang cukup tinggi akibat konflik yang pernah terjadi antara
pengungsi dan masyarakat lokal mengakibatkan tidak berjalannya beberapa proses sosial seperti
kerja sama pada dua komunitas diatas, walaupun pengungsi menganggap bahwa ada kerja sama
antara mereka. Rekonsiliasi yang dilakukan pemerintah dalam menyelesaikan konflik tersebut
berupa proses mediasi, konsiliasi dan arbitrasi. Proses-proses rekonsiliasi konflik tersebut telah
sering dilakukan, dan berjalan dengan baik sebab kedua komunitas saling menerima pendapat
untuk berdamai sehingga tercipta suasana yang aman dan kondusif diantara kedua belah pihak.
Kata Kunci : Konflik, Masyarakat, Rekonsiliasi.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan masyarakat lokal sekitar tempat
yang terdiri dari berbagai daerah dan pulau- tinggal para pengungsi.
pulau yang mempunyai suku-suku yang
berlainan serta mempunyai tradisi yang Provinsi Nusa tenggara Timur
berbeda-beda, bahkan mempunyai adat yang merupakan provinsi kepulauan, salah
berlainan pula. Sungguhpun demikan satunya ialah Pulau Timor. Pulau Timor
kesemuanya itu merupakan aset dari bangsa terdiri dari 5 (lima) Kabupaten dan 1 (satu)
kita, yakni yang perlu dilestarikan segi-segi Kota Madya, diantaranya adalah Kabupaten
positifnya. Dalam perjalanan bangsa dan Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan,
negara Indonesia berbagai persoalan bangsa Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten
selalu muncul antara lain ada keinginan Belu, Kabupaten Malaka dan Kota Madya
daerah untuk berpisah atau meminta kepada Kupang dan di Kabupaten Kupang memiliki
pemerintah untuk berdiri sendiri, begitu pun Kecamatan Kupang Tengah yang
dengan masyarakat Timor-Timur yang telah didalamnya terdapat Desa Noelbaki.
diberi opsi oleh pemerintah Indonesia untuk Masyarakat yang berdomisili di Desa
memilih merdeka atau tetap bergabung Noelbaki bukan hanya masyarakat suku asli
dengan Indonesia. Akan tetapi mereka Helong namun terdapat beberapa suku yang
memilih untuk merdeka dan menjadi negara berdomisili atau bertempat tinggal di desa
sendiri. tersebut, diantara suku Dawan, Suku Rote,
Suku Sabu, Suku Alor dan Suku pendatang
Adanya kemerdekan Timor-Timur lainnya. Sejauh ini memang kehidupan
tersebut maka begitu banyak terjadi pro dan masyarakat di Desa Noelbaki sudah cukup
kontra diantara masyarkat itu sendiri, yang akur namun masih ada pola hidup
mengakibatkan adannya pengungsian masyarakat yang bertingkah laku tidak
penduduk Timor-Timur ke Nusa Tenggara sesuai dengan norma sehingga sering terjadi
Timur. Keadaan yang tak pasti mulai konflik atau pertentangan di kalangan
muncul ketika masyarakat Timor-Timur masyarakat.
mulai berinteraksi secara tidak harmonis
Indonesia sebagai negara yang kedua kelompok ini. Sehingga muncul
multi-etnik, memiliki sejarah konflik sosial sedikit perbedaan, perselisihan, dan
yang sangat panjang terkait konflik percekcokan maka konflik itu akan kembali
kelompok agama dan etnis. Beberapa terjadi. Oleh sebab itu, model penyelesain
konflik etnik yang terjadi di Indonesia dari konflik yang dipakai sebelumnya kurang
tahun 1999-2012 yang melibatkan efektif untuk mengakhiri konflik. Konflik
masyarakat lokal dan pendatang, dan kehidupan manusia tidak mungkin
diantaranya sebagai berikut: Konflik Ambon untuk dapat dipisahkan dan keduanya berada
tahun 1999-2002, konflik ini bernuansa etnis bersama-sama karena perbedaan latar
religius antara Etnik Ambon yang beragama belakang, nilai, status, kekuasaan, dan
Kristen dan etnis Buton, Bugis, Makasar, keterbatasan sumber daya itu memang pasti
dan Jawa yang beragama Islam. Konflik di ada dalam masyarakat.Konflik akan selalu
Sambas, Kalimantan Barat, antara Etnis kita dijumpai dalam kehidupan manusia atau
Melayu dan Madura yang terjadi pada tahun kehidupan masyarakat sebab untuk
1999 telah mengakibatkan 150 orang memenuhi kebutuhan hidupnya manusia
meninggal dan 10.000 orang mengungsi. melakukan berbagai usaha yang dalam
Konflik di Sampit antara Madura dan Etnik pelaksanaannya selalu dihadapkan pada
Melayu serta Dayak tahun2001. Konflik sejumlah hak dan kewajiban. Jika hak dan
Lampung Selatan antara Etnik Bali dan kewajiban tidak dapat terpenuhi dengan
Etnik Lampungpada tahun 2012, konflik ini baik, maka besar kemungkinan konflik
mengakibatkan 14 orang meninggal terjadi. Konflik merupakan hubungan
dunia,belasan luka parah dan 1.700 warga pertentangan antara dua pihak atau lebih
mengungsi, dan masih banyak lagi. konflik- (individu maupun kelompok) yang memiliki
konflik etnik lainnya.Konflik-konflik yang atau merasa memiliki sasaran-sasaran
terjadi di Indonesia diatas sebagian besar tertentu, namun diliputi pemikiran, perasaan,
muncul akibat konflik komunal antara atau perbuatan yang tidak sejalan, namun
penduduk lokal dan pendatang. pada dasarnya semua tidak terlepas dengan
interaksi sosial dalam hal ini adalah
Aneka perbedaan yang melekat hubungan sosial kemasyarakatan yang
dalam ciri keberagaman menjadi biang terjalin antara penduduk lokal dengan warga
konflik dan kekerasan sosial. Kenyataan ini eks pengungsi Timor-Timur yang muncul
tampak juga di Desa Noelbaki Kecamatan serta menimbulkan perselisihan atau konflik.
Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Desa
Noelbaki mempunyai salah satu keunikan Pengungsi adalah orang-orang yang
yaitu banyaknya pemukiman warga eks menyelamatkan diri ke daerah yang lebih
pengungsi yang kumuh dan kurang layak aman dari ancaman dan masyarakat
ditempati, keunikan budaya, bahasa, latar menerima mereka dengan respon baik
belakang bisa kita temui disana, sehingga karena rasa kemanusiaan. Dengan hadirnya
memungkinkan tempat tersebut rawan pengungsi pada suatu daerah tertentu akan
konflik antar suku. Perkembangan atau terbangun interaksi sosial dengan proses
status konflik yang terjadi di Desa Noelbaki sosial. Jajak pendapat yang di lakukan di
sampai saat ini dikatakan sebagai konflik Timor-Timur pada tanggal 30 Agustus 1999
laten. Karena konflik ini sudah pernah mengakibatkan terjadi kekerasan di wilayah
diselesaikan tetapi kedua kelompok ini tersebut. Keadaan ini memaksa ratusan ribu
masih mendendam kebencian, emosi dan warga mengungsi ke Timor Barat dan
amarah dari masing-masing individu dari daerah-daerah lain di Indonesia. Sebelum
terlepasnya Timor-Timur dari pangkuan ketiga. Penyelesaian konflik melalui bentuk
Negara Republik Indonesia pada jaunari ini dilakukan atas dasar kesepakatan kedua
1999 sudah terjadi pengungsian, namun belah pihak yang berkonflik bahwa masalah
berdasarkan Laporan Pengembangan mereka akan diselesaikan melalui bantuan
Pelaksana Tugas Pemerintah Provinsi Nusa seorang atau beberapa penasehat ahli
Tenggara Timur, pengungsian secara besar- maupun melalui seorang mediator. Pihak
besaran baru terjadi pada pasca jajak ketiga yang memberikan bantuan ini harus
pendapat tanggal 4 september 1999 yakni bersifat netral (tidak memihak) serta
2.392 KK(9.770 jiwa), dan mengalami independen, dalam artian tidak dapat
peningkatan pada tanggal 19 oktober 1999 diintervensi oleh pihak lainnya. Sebagai
menjadi 55.388 kepala keluarga (284.414 suatu cara penyelesaian sengketa alternatif,
jiwa). Jumlah ini tersebar pada Kabupaten- mediasi mempunyai ciri yakni waktunya
Kabupaten diwilayah Timor Barat yang singkat, terstruktur, berorientasi
diantaranya Kabupaten Belu, Timor Tengah kepada tugas, dan merupakan cara intervensi
Utara, Timor Tengah Selatan, dan yang melibatkan peran serta para pihak
Kabupaten Kupang serta Alor, Sikka, Ende, secara aktif. Keberhasilan mediasi
Manggarai. Pengungsi yang dikenal dengan ditentukan itikad baik kedua belah pihak
tempramen keras, senantiasa menimbulkan untuk bersama-sama menentukan jalan
permasalahan yang berbuntut pada keluar yang disepakati. Selain itu, mediasi
keresahan masyarakat lokal sendiri. Sikap memberikan kepada para pihak perasaan
saling menerima dan menolak dalam kesamaan kedudukan dan upaya penentuan
kehidupan mereka ditentukan juga oleh hasil akhir perundingan dicapai menurut
kedua kelompok, seberapa jauh masing- kesepakatan bersama tanpa tekanan atau
masing kelompok memberi penilaian paksaan. Dengan demikian, solusi yang
terhadap kelompok lain dengan menunjuk dihasilkan mengarah kepada win-win
pada kesamaan nilai-nilai. Kehadiran solution. Upaya untuk mencapai win-win
pengungsi Timor-Timur juga diakibatkan solution ditentukan oleh beberapa faktor
oleh meningkatnya etnosentrisme dan diantaranya proses pendekatan objektif
muncul prasangka etnik yang menjadi terhadap sumber sengketa lebih dapat
masalah pada masyarakat. Hal ini juga diterima oleh pihak-pihak dan memberikan
merupakan stereotip. Hal ini semakin hasil yang saling menguntungkan dengan
dipertegas oleh kondisi pemukiman catatan bahwa pendekatan itu harus
pengungsi yang kurang layak ditempati, menitikberatkan pada kepentingan yang
serta tuntutan kebutuhan hidup yang serba menjadi sumber konflik. Menurut Limbong
sulit akibat ketiadaan lapangan pekerjaan (2012 : 343) dalam penyelesaian masalah
maupun lahan pertanian, latar belakang secara arbitrase, kedua belah pihak sepakat
pengungsi pun dapat berpengaruh terhadap untuk mendapatkan keputusan yang bersifat
interaksi dengan masyarakat lokal, karena legal sebagai jalan keluar bagi konflik yang
pola hidup masyarakat Timor-Timur terjadi antara pihak. Yang berperan untuk
berbeda dengan masyarakat lokal, apalagi menyelesaikan konflik disini ialah seorang
pengalaman traumatik yang dialami oleh arbitrator atau majelis arbitrator. Konflik
pengungsi di daerah asal yang merupakan dan pertentangan yang terjadi pada
daerah konflik. Limbong (2012:339) pengungsi dan masyarakat lokal di Desa
menyatakan cara menyelesaikan konflik Noelbaki terkadang penyelesaiannya di luar
yaitu melalui cara mediasi, kedua belah pengadilan dengan peranan tokok
pihak sepakat mencari nasehat dari pihak masyarakat dan juga pemerintah setempat
dalam hal ini pihak dari desa atau lurah dan b. Kegunaan
juga pihak dari kecamatan. Walaupun akhir- - Sebagai bahan kajian bagi pemerintah
akhir ini konflik antara masyarakat lokal dan dalam mengambil kebijakan terhadap
pegungsi tidak begitu nampak tapi muncul dampak pengungsi Timor-Timur terhadap
pertanyaan reflektif, apakah sudah terjadi masyarakat local
interaksi sosial yang baik sehingga tidak - Sebagai sumber pengetahuan bagi
terjadi konflik antara pengungsi dan penulis dalam memperkaya pengetahuan
masyarakat lokal. Hal inilah yang bagi penulis sendiri dan insan pembaca
mendorong penulis untuk melakukan pada umumnya.
penelitian dengan judul “Konflik Dan - Sebagai bahan informasi untuk peneliti
Rekonsiliasi Antara Pengungsi Timor-Timur lanjutan untuk dapat mengembangkan
Dengan Masyarakat Lokal Di Desa penelitian sejenis pada waktu yang akan
Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah datang.
Kabupaten Kupang”. - Sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi pada jenjang strata
B. Rumusan Masalah satu (SI) jurusan PPKn, Fakultas
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
di atas, penulis merumuskan masalah pokok Universitas Nusa Cendana Kupang.
penelitian yaitu :
1. Mengapa terjadi konflik antara MATERI dan METODE
pengungsi Timor Timur dengan 1. Materi
Masyarakat Lokal di Desa Noelbaki Menurut Hocker dalam Kristina (2008 :
Kecamatan Kupang Tengah 9) konflik adalah pandangan yang menyebar
Kabupaten Kupang ? secara merata didalam berbagai budaya
2. Bagaimana proses rekonsiliasi diseluruh dunia. Konflik juga adalah hal
konflik antara pengungsi Timor- yang abnormal karena hal yang normal ialah
Timur dengan masyarakat lokal di keselarasan. Konflik adalah sebenarnya
Desa Noelbaki Kecamatan Kupang hanyalah suatu perbedaan atau salah paham.
Tengah Kabupaten Kupang ? Selanjutnya Soekanto (1990 : 220-221)
mengatakan bahwa konflik adalah suatu
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian proses sosial dimana perorangan atau
Sesuai dengan rumusan masalah di kelompok masyarakat berusaha memenuhi
atas, maka tujuan dan kegunaan tujuannya dengan jalan menentang pihak
penelitian yang ingin dicapai oleh lain dengan ancaman atau kekerasan. Dalam
penulis adalah sebagai berikut: masyarakat terjadinya pertentangan atau
a. Tujuan : konflik antara lain karena adanya perbedaan
-Untuk mendeskripsikan terjadi pendirian, perasaan yang mungkin
konflik antara pengungsi Timor-Timur menyebabkan bentrokan antara orang
dengan masyarakat lokal di Desa perorangan atau kelompok.
Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah Kewalisa (2008 : 8) meninjau masalah
Kabupaten Kupang. konflik terdiri dari dua pendekatan konflik.
-Untuk mendeskripskan proses Pendekatan yang diangkat dalam penulisan
rekonsiliasi konflik antara pengungsi ini adalah pendekatan konflik dengan
Timor-Timur dengan masyarakat lokal anggapan bahwa :
di Desa Noelbaki Kecamatan Kupang a. Setiap masyarakat senantiasa berada
Tengah Kabupaten Kupang. di dalam proses perubahan yang
tidak pernah berakhir dengan kata c. Perwasitan (Arbitration
lain perubahan sosial merupakan Pengendalian ini dimana kedua belah
gejalah yang melekat didalam setiap pihak yang bertentangan bersepakat
masyarakat. untuk menerima atau “terpaksa”
b. Setiap masyarakat mengandung menerima hadirnya pihak ketiga
konflik-konflik didalam dirinya, atau yang akan memberikan “keputusan-
dengan perkataan lain, konflik keputusan” tertentu untuk
adalah merupakan gejalah-gejalah menyelesaikan konflik yang terjadi
yang melekat di dalam setiap diantara mereka. Selanjutnya Veeger
masyarakat ( 1999 : 211) mengatakan konflik
c. Setiap unsur didalam setiap adalah perselisihan atau tuntutan-
masyarakat memberikan sumbangan tuntutan yang berkenaan dengan
bagi terjadinya disentegrasi dan status kuasa dan sumber-sumber
perubahan-perubahan social kekayaan yang persediaannya tidak
d. Setiap masyarakat terintegrasi diatas mencukupi dimana pihak-pihak yang
penguasaan atau didominasi oleh sedang berselisih tidak hanya
sejumlah orang atas sejumlah orang- bermaksud untuk memperoleh
orang lain. barang yang diinginkan melainkan
Dari keempat anggapan diatas dapat juga memojokan atau merugikan dan
dikatakan bahwa konflik dalam menghancurkan lawan mereka. Oleh
masyarakat memungkinkan terjadinya karena itu perselisihan atau konflik
disentegrasi dan perubahan sosial seperti dapat berlangsung antara individu
yang terjadi pada konflik sosial antara dengan individu, kelompok dengan
pengungsi timor-timur dengan kelompok, atau antara individu
masyarakat lokal khususnya di Desa dengan kelompok. Sementara
Noelbaki. Selanjutnya beliau Soejono (1990:7) mengemukakan
mengemukakan bentuk pengendalian bahwa konflik mencakup suatu
konflik sosial terdiri dari tiga bagian proses dimana salah satu pihak
yaitu : berusaha menghancurkan pihak lain.
a. Konsiliasi (conciliaton) Terkadang dalam suatu masyarakat
Pengendalian semacam ini terwujud di jumpai hal-hal yang dianggap
melalui lembaga-lembaga tertentu baik, akan tetapi hal itu tidak banyak
yang memungkinkan tumbuhnya terdapat sehingga ada golongan
pola diskusi dan pengambilan tertentu yang merasa dirugikan oleh
keputusan-keputusan diantara pihak- karena manusia cenderung untuk
pihak yang berlawanan mengenai berusaha segiat mungkin agar
persoalan-persoalan yang mereka mendapat hal yang dianggap sama-
pertentangkan. sama mempunyai hak maka
b. Mediasi (Mediation) kemungkinan besar akan timbul
Pengendalian ini dimana kedua belah suatu pertentangan atau konflik.
pihak yang bersengketa bersama- Menurut Liliweri (2005: 249-250)
sama bersepakat untuk menunjukan yang dimaksud dengan konflik
pihak ketiga yang akan memberikan adalah :
“nasihat-nasihat” tentang bagaimana
mereka, sebaliknya menyelesaikan 1) Bentuk pertentangan alamiah
pertentangan mereka. yang dihasilkan oleh individu
atau kelompok, karena
mereka yang terlibat bertentangan alternatif yang bisa dilakukan
memiliki perbedaan sikap, adalah kemampuan semua pihak yang
kepercayaan, nilai atau berkonflik untuk saling menyesuaikan diri
kebutuhan. dengan kepentingan dan pihak lain.
2) Hubungan pertentangan Menurut Jack Rothman (2001 : 35),
antara dua pihak atau lebih menyatakan bahwa untuk mengatasi konflik
(individu atau kelompok) yang ada dalam masyarakat maka perlu
yang memiliki atau merasa dilakukan tindakan yaitu :
memiliki, sasaran-sasaran 1. Tindakan koersif (paksaan), perlu adanya
tertentu namun diliputi pengaturan administratif, penyelesaian
pemikiran, perasaan atau hukum, tekanan politik dan ekonomi
perbuatan yang tidak sejalan. 2. Memberikan intersif seperti memberikan
3) Pertentangan atau pertikaian penghargaan kepada suatu komunitas
karena adanya perbedaan akan keberhasilan menjaga ketertiban dan
dalam kebutuhan, nilai, keharmonisan.
motivasi pelaku atau yang 3. Tindakan persuasif terutama terhadap
terlibat didalamnya. ketidak puasan yang dihadapi masyarakat
4) Suatu proses yang terjadi dalam menghadapi realita sosial, politik,
ketika satu pihak secara dan ekonomi
negatif mempengaruhi pihak 4. Tindakan normatif yakni melakukan
lain, dengan melakukan proses membangun persepsi dan
kekerasan fisik yang keyakinan masyarakat akan sistem sosial.
membuat perasaan dan fisik
orang lain terganggu. 2. Pola penyelesaian konflik/Rekonsiliasi
Menurut Garna (1996), konflik dalam
masyarakat dapat membawa keadaan yang Rekonsilasi diambil dari kata dalam bahasa
baik karena mendorong perubahan inggris yaitu”Reconciliaton” yang berarti
masyarakat tanpa mengambil solusi yang perdamaian. Arti rekonsilasi pada dasarnya
dianggap bermanfaat bagi semua pihak adalah salah satu cara refenretif yang bisa
sebagai akhir dari sebuah konflik, artinya dijadikan rujukan dalam membenahi
tidak hanya mencari sebuah konflik , tetapi problematik kehidupan yang secara terus-
juga bagaimana cara mengatasinya sehingga menerus ada. Sedangkan pengertian
masyarakat hidup dalam suatu kondisi yang rekonsiliasi adalah upaya untuk
aman dan tentram. Menurut Narudin (dalam memepertemukan pihak-pihak yang
Agus Surata 2005 : 5), konflik adalah suatu bertentangan atau berkonflik. Pola
keniscayaan yang realitanyatidak bisa rekonsiliasi, yaitu usaha untuk
dihindari. Oleh karena itu membendung mempertemukan keinginan pihak-pihak
konflik agar tidak muncul adalah tindakan yang berselisih untuk mencapai persetujuan
yang juga tidak bijaksana untuk konflik dan penyelesaian. Dalam Undang-Undang
yang terjadi dalam masyarakat dapat diatasi Nomor 30 Tahun 1999, pasal 1 angka 10
dengan cara walaupun konflik itu dan alinea 9 Penjelasan Umum, yakni
menyangkut kemajemukan vertikal, konflik Rekonsialisasi merupakan salah satu
yang timbul karena tiap kelompok atau lembaga alternatif dalam penyelesaian
individu yang berdasarkan pekerjaan,profesi konflik/sengketa. Dengan demikian ,
dan tempat tinggal tersebut memiliki konsiliator dalam proses rekonsialisasi harus
kepentingan berbeda, bahkan sering memiliki peran yang cukup berarti. Oleh
karena itu konsliator berkewajiban untuk Menurut Owens (1991 : 224) menyatakan
menyampaikan pendapat-pendapatnya bahwa belum diperoleh adanya kesepakatan
mengenai duduk persoalan. mengenai defenisi konflik secara khusus,
Dalam menyelesaikan perselisihan, akan tetapi dari beberapa pendapat tentang
konsiliator memiliki hak dan kewenangan konflik terdapat dua hal yang esensial yaitu :
untuk menyampaikan pendapat secara (1) adanya perbedaan, dan (2) ketidak
terbuka dan tidak memihak kepada yang sesuaian. Perbedaan dan ketidak kesesuaian
bersengketa. Selain itu konsiliator tidak dapat terjadi karena adanya perbedaan
berhak untuk membuat putusan dalam pandangan, hasrat (keinginan), persepsi,
sengketa untuk dan atas nama para pihak nilai, maupun tujuan, baik antar individu
sehingga putusan akhir merupakan proses dengan kelompok maupun kelompok dengan
konsiliasi yang diambil sepenuhnya oleh kelompok. Mengacu pada pemikiran para
para pihak dalam sengketa yang dituangkan ahli serta pengakuan kita yang memaklumi
dalam bentuk kesepakatan diantara mereka. adanya konflik dalam kehidupan sosial,
Poerwadarnita (1990 : 763) pola diartikan selanjutnya paparan unsur penyebab konflik
sebagai model, bentuk, cara, atau kebiasaan maka kita harus menemukan alternatif-
sedangkan konflik diartikan sebagai alternatif penyelesaian konflik atau paling
percecokan, perselisihan, pertentangan, jadi kurang mengurangi intensitas konflik.
pola penyelesaian konflik merupakan suatu Dalam upaya penyelesaian konflik cara yang
bentuk atau cara yang digunakan digunakan pun ada berbagai macam cara
menyelesaiakan pertentangan yang ada. seperti mediasi, arbitrasi, konsiliasi, dan lain
Konflik dalam pandangan umum dapat sebagainya. Mediasi, Kata mediasi berasal
terjadi karena tabrakan antar beberapa dari bahasa Inggris ”mediation”, yang
kepentingan yang berbeda, harus diakui artinya penyelesaian sengketa yang
bahwa proses kehidupan sosial dalam melibatkan pihak ketiga sebagai penengah
masyarakat senantiasa diwarnai konflik. atau penyelesaian sengketa penengah. 
Banyak ahli ilmu sosial terutama penganut Menurut Priyatna (2005:390) menyatakan
teori konflik seperti Karl Marx menanggap bahwa mediasi merupakan suatu proses
konflik itu wajar dan harus ada dalam damai dimana para pihak yang bersengketa
masyarakat. Marx (1994 : 134), menyatakan menyerahkan penyelesaiannya kepada
bahwa masyarakat atau manusia sebagai seorang mediator (seseorang yang mengatur
sebuah proses perkembangan yang akan pertemuan antara dua pihak atau lebih yang
menyudahi konflik dengan konflik. bersengketa) untuk mencapai hasil akhir
Selanjutnya Candra (1992 : 29) menyatakan yang adil, tanpa membuang biaya yang
bahwa konflik tidak dipandang sebagai satu terlalu besar, akan tetapi tetap efektif dan
hal yang buruk dan secara mutlak harus di diterima sepenuhnya oleh kedua belah pihak
hindarkan namun konflik itu ada dan wajar yang bersengketa secara sukarela. Mediasi
dalam kehidupan sosial. Hanson (1991 : merupakan tata cara berdasarkan “itikad
273) konflik dapat di defenisikanm sebagai baik” dimana para pihak yang bersengketa
suatu interaksi yang manefestasikan dalam menyampaikan saran-saran melalui jalur
hal yang tidak kecocokan pendapat atau yang bagaimana sengketa akan diselesaikan
adanya perbedaan pendapat di antara dua oleh mediator, karena mereka sendiri tidak
kesatuan sosial yang terdiri dari individu- mampu melakukannya. Melalui kebebasan
individu, kelompok atau organisasi. ini dimungkinkan kepada mediator
memberikan penyelesaian yang inovatif
melalui suatu bentuk penyelesaian yang
tidak dapat dilakukan oleh pengadilan, akan para  peserta  untuk  menyelesaikan
tetapi para pihak yang bersengketa persoalan-persoalan  yang dipersengketakan.
memperoleh manfaat yang saling
menguntungkan. mediasi adalah kegiatan Bertitik tolak dari hal-hal diatas
menjembatani antara dua pihak yang dapat disimpulkan bahwa tidak semua
bersengketa guna menghasilkan kesepakatan sengketa dapat di selesaikan dengan satu
(agreement). Kegiatan ini dilakukan oleh jenis pemecahan. Bentuk-bentuk
mediator sebagai pihak yang ikut membantu penyelesaian sengketa dapat di kelompokan
mencari berbagai alternatif penyelesaian dalam tiga kelompok utama yaitu yang
sengketa. Posisi mediator dalam hal ini pertama dilakukan oleh salah satu
adalah mendorong para pihak untuk mencari pihak,kedua dilakukan oleh pihak-pihak
kesepakatan-kesepakatan yang dapat yang bersengketa saja dan yang ketiga
mengakhiri perselisihan dan persengketaan. melibatkan pihak ketiga. Bentuk
Penjelasan mediasi dari sisi kebahasaan penyelesaian sengketa lainnya yang
(etimologi) lebih menekankan kepada dilakukan oleh pihak-pihak yang
keberadaan pihak ketiga yang menjembatani bersengketa adalah negosiasi atau tanpa
para pihak bersengketa untuk menyelesaikan campur tangan pihak ketiga hanya
perselisihannya, dimana hal ini sangat berpatokan pada aturan sendiri. Sedangkan
penting untuk membedakan dengan bentuk- penyelesaian sengketa yang melibatkan
bentuk lainnya seperti arbitrase, negosiasi, pihak ketiga meliputi penyelesaian yang
adjudikasi dan lain-lain. Penjelasan berbentuk ajudikasi, arbitrase,dan mediasi.
kebahasaan ini masih sangat umum sifatnya Bentuk-bentuk penyelesain konflik ini
dan belum menggambarkan secara konkret mempunyai persamaan dan perbedaan.
esensi dan kegiatan mediasi secara Persamaannya adalah bentuk penyelesaian
menyeluruh. Menurut Gary (1996:269) ini bersifat triadic karena melibatkan pihak
mengemukakan bahwa mediasi adalah ketiga, sedangkan perbadaannya adalah
proses negosiasi pemecahan masalah dimana ajudikasi merupakan penyelesaian yang
pihak luar yang tidak memihak (impartial) dilakukan oleh pihak ketiga yang
dan netral bekerja dengan pihak yang mempunyai wewenang untuk campur tangan
bersengketa untuk membantu mereka dan dapat melaksanakan keputusan yang
memperoleh kesepakatan perjanjian dengan telah ditentukan tanpa memperhatikan apa
memuaskan. Berbeda dengan hakim atau yang menjadi kehendak para pihak.
arbiter, mediator tidak mempunyai Arbitrase merupakan penyelesaian sengketa
wewenang untuk memutuskan sengketa yang dilakukan pihak ketiga dan
antara para pihak. Namun, dalam hal ini keputusannya disetujui oleh pihak-pihak
para pihak menguasakan kepada mediator yang bersengketa. Sedangkan mediasi
untuk membantu mereka menyelesaikan adalah bentuk penyelesaian yang melibatkan
persoalan-persoalan diantara mereka. pihak ketiga untuk membantu pihak-pihak
Asumsinya bahwa pihak ketiga akan mampu yang bersangkutan untuk mencapai
mengubah kekuatan dan dinamika sosial persetujuan.
hubungan konflik dengan cara
3. Pengungsi
mempengaruhi kepercayaan dan tingkah
laku pribadi para pihak, dengan memberikan
Hilangnya rumah dan harta benda karena
pengetahuan atau informasi, atau dengan
konflik atau bencana alam merupakan
menggunakan proses negosiasi yang lebih
trauma yang harus dihadapi oleh jutaan
efektif, dan dengan demikian membantu
manusia di seluruh dunia. Sebagian dari
mereka harus melintasi perbatasan Portugal hingga tahun 1975. Kemudian
Internasional, dan di kenal sebagai berintegrasi dengan Indonesia sesuai
pengungsi lintas batas (refugee), dengan keinginan mayoritas rakyat Timor
sementara yang lain mengungsi dalam Timur saat itu. Selama Timor Timur
batas wilayah negeri mereka sendiri atau berintegrasi dengan Indonesia, rakyat
yang dikenal sebagai Pengungsi Internal Timor Timur jauh lebih sejahtera dan
(Internally displaced persons). Para lebih maju dibandingkan masa
pengungsi internal ini tidak dilindungi penjajahan Portugis dan setelah
oleh konvensi Internasional namun melepaskan diri dari NKRI. Timor-Timur
penderitaan dan kebutuhan mereka akhirnya lepas dari NKRI setelah
membutuhkan perhatian yang sama diadakan referendum yang penuh
seperti pengungsi lintas batas. Menurut kecurangan pada tahun 1999. Saat ini
Hartini dan Karsaputra (1992 : 349), TimorLeste menjadi negara termiskin ke-
menyatakan bahwa pengungsi adalah 7 di dunia. Maka dapat dikatakan bahwa
orang yang berpindah tempat karena pengungsi Timor-Timur adalah orang-
daerahnya dilanda bencana dan orang yang berasal dari daerah Timor
menempati pemukiman baru disuatu Timur dan berpindah sebelum
daerah yang dianggapnya aman. Bencana terlepasnya Timor-Timur dari pangkuan
yang dimaksudkan, terangkum Negara Republik Indonesia pada Januari
didalamnya bencana alam maupun 1999 sudah terjadi pengungsian, namun
bencana kemanusiaan. Soekanto (1993 : berdasarkan laporan pengembangan
466), menyatakan bahwa pengungi pelaksanaan tugas Pemerintah Provinsi
adalah seseorang yang meninggalkan Nusa Tenggara Timur, pengungsian
negaranya karenaterancam bahaya dan secara besar-besaran baru terjadi pada
rasa takut, serta keinginan untuk tinggal pasca jajak pendapat tanggal 4 September
di daerahnya/negara lain untuk 1999 yakni 2.392 kepala keluarga (9.770
selamanya. Tiap orang yang terkena jiwa), dan mengalami peningkatan pada
dampak bencana atau konflik bukan tanggal 19 Oktober 1999 menjadi 55.388
sekedar korban, namun dapat menjadi Kepala Keluarga (284.414 jiwa). Jumlah
aktor perubahan, serta pada kondisi ini, ini tersebar pada kabupaten-kabupaten di
dapat dan harus berperan aktif dalam wilayah Timor Barat diantaranya
proses pengambilan keputusan yang akan Kabupaten Belu, Timor Tengah Utara,
mempengaruhi kehidupannya. Kehadiran Timor Tengah Selatan dan Kabupaten
pengungsi disuatu tempat, dapat Kupang, serta Alor, Ende, Manggarai,
mempengaruhi kehidupannya. Kehadiran Sikka dan daratan Sumba. Pada
pengungsi di suatu tempat, dapat penelitian ini akan difokuskan pada
berpengaruh pada masyarakat penerima keberadaan pengungsi Timor-Timur di
(host community),yang disebabkan oleh Desa Noelbaki Kecamatan Kupang
penampungan, relokasi, serta segregasi Tengah Kabupaten Kupang.
penduduk. Pengungsi Timor Timur tidak saja orang
4. Masyarakat Timor-Timur asli Timor-Timur yang meninggalkan
Timor Timur adalah wilayah yang pernah daerahnya pada pasca jajak pendapat,
menjadi provinsi ke-27 Indonesia, kini tetapi juga orang-orang yang bukan suku
telah menjadi sebuah negara yang asli Timor-Timur yang sebelumnya
bernama "Timor Leste". Timor-Timur pernah berdomisili di Timor Timur.
awalnya merupakan wilayah jajahan Namun pada kondisi ini, masyarakat
lokal hanya mengenal kedua unsur ini sebuah desa, kota, suku atau bangsa,
dengan sebutan “Pengungsi Timor anggota kelompok ini baik kelompok itu
Timur”.Awalnya pengungsi Timor Timur besar maupun kecil hidup bersama
ini diterima diterima dengan baik oleh sedemikian rupa sehingga merasakan
masyarakat setempat, namun dalam bahwa kelompok tersebut dapat
perkembangannya muncul hal-hal baru memenuhi kepentingan-kepentingan
yang diakibatkan oleh adanya perbedaan hidup yang utama. Kriteria yang utama
sifat/karakter dalam proses kerja sama, bagi adanya suatu masyarakat setempat
penyesuaian diri asimilasi dan proses- adalah adanya social relationship antara
proses sosial lainnya. Menurut Eurico anggota kelompok masyarakat. Selain itu,
Guterres (2014) menyatakan bahwa menurut Soemardjan dalam Soekanto
Pasca jajak pendapat di Timor Timur (1990 : 163), menyatakan bahwa
tahun 1999, lebih dari 100 ribu warga masyarakat setempat menunjuk pada
Timor Timur melakukan eksodus ke bagian masyarakat yang bertempat
Timor Barat. Mereka rela meninggalkan tinggal di suatu wilayah, dengan batas-
harta benda dan sanak saudara mereka batas tertentu dimana faktor utama yang
demi menyelematkan nyawa mereka. menjadi dasar adalah interaksi yang lebih
Rasa sedih, marah, dan takut besar diantara para anggotanya
bercampuraduk di wajah para pengungsi. dibandingkan dengan penduduk di luar
Kondisi mereka tidak banyak berubah batas wilayahnya. Masyarakat ini
dibanding hari-hari pasca jajak pendapat merupakan suatu wilayah kehidupan
tahun 1999. Masih ada banyak warga eks sosial yang ditandai oleh suatu derajat
Timor Timur yang masih menempati hubungan sosial tertentu, yang
gubuk-gubuk reyot di kamp pengungsian. berdasarkan pada lokalitas dan perasaan
Ada banyak anak-anak warga eks Timor masyarakat setempat. Masyarakat
Timur yang belum bersekolah karena setempat ini juga saling memerlukan dan
faktor kemiskinan. Tidak jarang warga bahwa tanah yang meraka tinggali
eks Timor Timur mendapat pengusiran memberikan kehidupan kepada
dari warga lokal NTT karena status tanah semuanya. Masyarakat setempat juga
tempat tinggal mereka yang tidak jelas. teridentifikasi perasaannya dengan
Memang ada sebagian warga yang telah tempat tinggal, yang ditandai dengan
memeroleh rumah gratis dan penghasilan beberapa unsur antara lain, pertama,
tetap tetapi itu masih sebagian kecil dari unsur seperasaan akibat seseorang
sekitar 104 ribu pengungsi eks Timor berusaha untuk mengidentifikasi dirinya
Timur di NTT. Meskipun hidup susah, dengan sebanyak mungkin orang yang
para warga eks Timor Timur masih tetap ada dalam kelompok tersebut sehingga
setia kepada NKRI dan tidak mau pulang kesemuanya dapat menyebut “kelompok
ke Timor Leste. Beberapa dari antara kami”, kedua, setiap individu sadar akan
mereka yang akhirnya memilih pulang ke peranannya dalam kelompok dan keadaan
Timor Leste justru dimusuhi warga masyarakat sendiri memungkinkan
Timor Leste dan bahkan ada yang peranannya dalam kelompok dijalankan
pulang menjadi jenazah. dia mempunyai kedudukan yang pasti
5. Masyarakat Lokal dalam dirinya sendir, serta ketiga,
Menurut Soekanto (1990 : 162), individu yang bergabung dalam
menyatakan bahwa masyarakat lokal masyarakat setempat merasakan dirinya
(masyarakat setempat) adalah warga tergantung pada kelompoknya yang
meliputi kebutuhan fisik maupun bersama dan kesatuan hidup manusia itu
kebutuhan-kebutuhan psikis dengan ikatannya bersifat tradisional menurut
kesadaran kolektifnya yang sangat tinggi. susunan (struktur) yang secara turun
Menurut Hasjir (1984 : 59), mengatakan temurun dan ikatanya masyarakatnya
bahwa masyarakat lokal adalah bagian sudah maju (modern) dalam bentuk
dari masyarakat yang bertempat tinggal organisasi perkumpulan yang teratur.
di suatu wilayah dengan batas-batas Menurut Simamora (1983 : 73),
wilayah tertentu dan faktor utama yang menyatakan bahwa masyarakat lokal
menjadi dasar adalah interaksi yang besar adalah kelompok manusia yang hidup
antara warga-warganya bila dibandingkan disuatu daerah tertentu yang memiliki
dengan interaksi mereka dengan suatu perasaan kesatuan organisasi dan
penduduk diluar batas-batasnya. Dengan kepentingan umum dan setidak-tidaknya
demikian masyarakat setempat ikut ambil bagian dalam beberapa bagian
merupakan suatu wilayah kehidupan dari suatu kebudayaan yang bersifat
sosial yang ditandai oleh suatu derajat tradisional. Masyarakat lokal juga
hubungan sosial tertentu. Menurut Van merupakan organisasi yang ingin berdiri
Maydell (1989), menyatakan bahwa sendiri dan berevolusi sendiri, lepas dari
masyarakat lokal merupakan suatu ciri kemauan sendiri dan bertanggungjawab
masyarakat yang masih menjaga tradisi anggotanya dibawah kuasa hukum adat
peninggalan nenek moyang baik dalam yang ada dalam masyarakat itu sendiri.
aturan hubungan antar manusia maupun Pada umumnya masyarakat lokal
alam sekitarnya yang mengutamakan mempunyai sifat tertutup terhadap
keselarasan dan keharmonisan. Menurut pengungsi dimana masyarakat lokal
Iren dalam Soekanto (1990 : 93), menilai bahwa pengungsi cenderung
menyatakan bahwa masyarakat lokal bertindak tidak sopan kepada masyarakat
adalah orang yang tinggal dan menetap lokal sehingga tidak ada kesesuaian adat
dalam suatu wilayah dalam jangka waktu istidat, norma-norma yang berlaku.
yang lama serta menciptakan suatu sistem
kebiasaan, budaya, tata cara dan kerja 2.Metode
sama antar berbagai kelompok dan
penggolongan dan pengawasan Penelitian ini dilaksanakan dilokasi di Desa
tingkalaku serta kebebasan manusia Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah,
secara keseluruhan yang merupakan Kabupaten Kupang. Alasan penentuan Desa
jalinan hubungan sosial. Menurut Noelbaki sebagai lokasi penelitian atas dasar
Soemardjan (1990 : 11), menyatakan pertimbangan bahwa di Desa Noelbaki
bahwa masyarakat lokal adalah orang- merupakan tempat dimana banyak warga
orang yang hidup bersama-sama dalam eks pengungsi yang berdomisili sehingga
suatu tempat dalam waktu yang sangat lokasi tersebut sering terjadi konflik yang
lama dan dapat menghasilkan melibatkan warga eks pengungsi dan
kebudayaan.mMenurut Hadikusuma masyarakat lokal. Selain itu peneliti juga
(1989 : 73), menyatakan bahwa pernah berdomisili di Desa Noelbaki
masyarakat lokal adalah suatu kesatuan sehingga memudahkan peneliti untuk
hidup manusia yang berinteraksi antara membangun relasi dengan para responden
satu sama lain menurut suatu adat dalam menjaring informasi di lapangan.
tertentu yang sifatnya secara terus
menerus dan terikat dengan identitas
a) Subyek Penelitian jurnal, dan sumber-sumber lain yang
Subyek penelitian adalah orang yang relevan.
menjadi sasaran penelitian yang berbeda
dalam tempat atau lokasi lembaga penelitian d). Teknik Pengumpulan Data
yang berhubungan erat dengan penelitian 1. Wawancara adalah teknis memperoleh
dimaksud serta dapat memberi informasi keterangan melalui percakapan yang
yang akurat kepada peneliti berkaitan dilakukan oleh dua orang atau
dengan apa yang akan diteliti. Yang menjadi lebih, antara peneliti dengan subjek
subyek penelitian adalah masyarakat lokal penelitian dengan menggunakan
atau masyarakat asli, warga eks pengungsi, pertanyaan lisan dan dijawab
dan aparat pemerintah desa setempat. dengan lisan pula. Peneliti
mewawancarai secara langsung
Yang menjadi narasumber adalah tokoh masyarakat desa yang terlibat
masyarakat lokal yang berjumlah 4(empat) konflik etnis yaitu masyarakat
orang yaitu Bapak Rimon Lobang, Bapak lokal, Pengungsi, aparatur
Erasmus Seme, Nitanel Duka dan Ibu Nelci pemerintahan dan keamanan, serta
Fanggidae, warga eks pengungsi berjumlah tokoh-tokoh masyarakat setempat.
3 (tiga) orang yaitu Bapak Manel Guteres, Wawancara dilakukan secara acak
Bapak Caseltino dan Bapak Marselinuh baik laki-laki dan perempuan sesuai
Aornai Guteres, tokoh pemerintahan selaku dengan tujuan pokok penelitian. Pola
Sekdes Noelbaki yaitu Bapak Sander Luis, komunikasi dalam wawancaranya
Bapak Yustus Sae serta aparat kepolisian bersifat fleksibel dengan pertanyaan
Sektor Noelbaki yaitu Bapak Brigpol. yang terbuka, sehingga
Marudutd Tua Sinaga dan Bapak AKBP. pembicaraannya tidak menimbulkan
Rizal Fauzi selaku Kapolsek Kupang kecanggungan antar peneliti dan
Tengah. subjek penelitian
2. Teknik Observasi (pengamatan), yaitu
b) Jenis dan Sumber Data
Peneliti mengadakan observasi secara
1. Data Primer
langsung dilokasi penelitian pada
Sumber data primer dalam penelitian ini
tanggal 14 November 2016.
diperoleh dari narasumber atau informan
Observasi dilakukan untuk
yang berasal dari anggota warga eks
mengetahui gambaran umum lokasi
pengungsi dan juga anggota masyarakat
penelitian, deskripsi konflik yang
Lokal yang berdomisili di Desa
terjadi di masyarakat dan
Noelbaki dan aparat pemerintah desa
penyelesaianya oleh tokoh
setempat, yang menurut peneliti benar-
masyarakat dan aparat pemerintah
benar mengetahui tentang seluk beluk
setempat serta proses interaksi antar
terjadi konflik hingga proses rekonsiliasi
warga eks pengungsi dengan
atau penyelesaiannya
masyarakat lokal.
2. Data Sekunder
3. Studi dokumen
Sumber data sekunder merupakan
Peneliti mengumpulkan data-data
sumber data tidak langsung yang mampu
yang berkaitan dengan konflik dan
memberikan data tambahan serta
cara penyelesaiannya. Dokumen-
penguatan terhadap data penelitian.
dokumennya antara lain berupa data
Sumber data sekunder ini diperoleh
yang diperoleh dari Polsek desa
melalui dokumentasi dan studi
setempat, catatan kasus, literatur atau
kepustakaan dengan bantuan buku,
dokumen yang berkaitan dengan adanya perbedaan nilai, status, kekuasaan,
maslah penelitian. kelangkaan sumber daya, serta distribusi
yang tidak merata, yang dapat menimbulkan
HASIL PENELITIAN dan deprifasi relative di masyarakat. Konflik dan
PEMBAHASAN kehidupan manusia tidak mungkin untuk
a. Faktor penyebab konflik antara warga dapat dipisahkan dan keduanya berada
pengungsi dan masyarakat lokal. bersama-sama karena perbedaan nilai,
Selama masyarakat masih memiliki status, kekuasaan, dan keterbatasan sumber
kepentingan, kehendak, serta cita-cita daya itu memang pasti ada dalam
konflik senantiasa “mengikuti mereka”, masyarakat. Konflik akan selalu kita
maka Konflik tidak mungkin bisa dilepaskan dijumpai dalam kehidupan manusia atau
dari kehidupan masyarakat. Dan konflik kehidupan masyarakat sebab untuk
juga merupakan sebuah proses perubahan memenuhi kebutuhan hidupnya manusia
dan pendewasaan masyarakat. Lebih ekstrim melakukan berbagai usaha yang dalam
lagi bahwa konflik juga merupakan bagian pelaksanaannya selalu dihadapkan pada
dari peradaban, adalah bagaimana sejumlah hak dan kewajiban. Jika hak dan
mengorganisir konflik tersebut sehingga kewajiban tidak dapat terpenuhi dengan
tidak berefek pada tindakan yang dapat baik, maka besar kemungkinan
merugikan seluruh kalangan. Disisi lain konflik terjadi. Istilah konflik itu sendiri
Sebagaimana Gusdur pernah mengatakan seringkali mengandung pengertian negatif,
bahwa konflik adalah mendewasakan yang cenderung diartikan sebagai lawan kata
manusia. Bahawasanya dengan konflik dari pengertian keserasian, kedamaian, dan
maka manusia akan saling memahami keteraturan. Konflik bukanlah sesuatu yang
persoalan lebih detail suatu persoalan yang dapat dihindari atau disembunyikan, tetapi
sesunggunya, sehingga ketika konflik harus diakui keberadaannya, dikelola, dan
tersebut terlahir untuk berikutnya maka diubah menjadi suatu kekuatan bagi
masyarakat sudah kritis dan tentu tidak perubahan positif.
mengedepankan emosional dalam
menyelesaikannya. Oleh karena dalam Konflik atau pertikaian sering terjadi dalam
upaya untuk mewujudkan apa yang mereka suatu masyarakat. Terjadinya konflik dalam
inginkan pastilah ada hambatan-hambatan suatu masyarakat disebabkan karena adanya
yang menghalangi, dan halangan tersebut suatu proses pencapaian tujuan oleh
harus disingkirkan. Tidak menutup sekelompok orang atau individu dengan
kemungkinan akan terjadi benturan-benturan melemahkan lawannya tanpa
kepentingan antara individu dengan memperhatikan nilai, norma dan etika yang
kelompok, atau kelompok dengan berlaku dalam suatu masyarakat. Konflik
kelompok. Jika hal ini terjadi, maka konflik juga dapat terjadi akibat adanya perbedaan
merupakan sesuatu yang niscaya terjadi pendapat antara individu maupun kelompok
dalam masyarakat. dalam interaksi antara masyarakat lokal
dengan pengungsi. Selain perbedaan
Dewasa ini bukanlah konflik yang muncul pendapat, konflik juga dapat ditimbulkan
begitu saja. Akan tetapi, merupakan oleh sikap monopoli oleh individu atau
akumulasi dari ketimpangan–ketimpangan kelompok terhadap individu atau kelompok
dalam menempatkan hak dan kewajiban yang lain.
yang cenderung tidak terpenuhi dengan baik.
Konflik merupakan gesekan yang terjadi Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada
antara dua kubu atau lebih yang disebabkan beberapa faktor penyebab terjadinya konflik
antara masyarakat lokal dengan warga dilakukan dengan jalan damai dan dilakukan
pengungsi di desa Noelbaki, antara lain: dengan prosedur hukum yang berlaku. Hal
perselisihan, dendam, penganiayaan, ini berdasarkan hasil penelitian bahwa
persaingan dan kontraversi. disekitar kamp pengungsi terkadang
penyelesaian masalah dilakukan cara
b. Proses Rekonsiliasi Konflik Antara mediasi ditingkat RT saja dengan difasilitasi
Warga Pengungsi Dan Masyarakat oleh kordinator blok warga yang melakukan
Lokal. masalah dan tokoh-tokoh adat masyarakat
sehingga penyelesaiannya melalui jalan
Rekonsiliasi dapat dianggap sebagai bagian
damai, terkecuali terjadi konflik berat seperti
atau satu cara untuk menuntaskan konflik,
pembunuhan, penganiyayaan berat maka
dalam hal ini rekonsilasi diperlukan agar
penyelesaiannya melalui jalur hukum
persoalan-persoalan pasca konflik dapat
kecuali mendapatkan persetujuan damai dari
dituntaskan. Rekonsiliasi dapat juga
pihak korban, namun sejauh ini mulai dari
disejajarkan pengertiannya dengan upaya
tahun 2015 tidak pernah lagi terjadi konflik
transformasi konflik, yaitu bagaimana
besar sehingga kehidupan masyarakat lokal
mengubah konflik menjadi damai. Untuk
dan pengungsi sudah mulai membaik. Hal
dapat menyelesaikan konflik yang terjadi di
lain yang didapatkan berdasarkan hasil
masyarakat, tentunya harus diketahui
penelitian ialah penyelesaian koflik yang
penyebab konflik yang terjadi. Dengan
terjadi dalam masyarakat dilakukan dengan
mengetahui sebabnya, konflik diharapkan
jalan damai dengan melibatkan orang tua
segera bisa diselesaikan. Berdasarkan hasil
dari masyarakat lokal, orang tua warga
penelitian penyelesaian konflik dalam
pengungsi dan pihak geraja sehingga
masyarakat desa Noelbaki dilakukan dengan
perselisihan yang terjadi dilakukan dengan
tiga jalan yaitu mediasi, konsiliasi dan
cara mediasi kedua belah pihak untuk
abitrasi.
berdama jika terjadi kasus yang berat seperti
1. Mediasi pembunuhan maka kasus tersebut akan
Mediasi merupakan bentuk pengendalian dilimpahkan ke pihak yang berwajib untuk
konflik sosial dimana pihak-pihak yang diproses sesuai hukum yang berlaku di
berkonflik sepakat menunjuk pihak ketiga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
sebagai mediator. Pada proses mediasi, para
Dalam proses mediasi yang dilakukan untuk
pengambil keputusan adalah pihak-pihak
menyelesaiakan konflik antara pengungsi
yang terlibat konflik, sedangkan proses
dan masyarakat lokal, konflik atau
dikendalikan secara tegas oleh mediator
pertentangan dinyatakan selesai setelah
(walaupun secara informal bersama pihak
proses damai berlangsung. Tidak terlepas
yang berkonflik). Mediator, berperan juga
dari usaha untuk mengembalikan situasi
sebagai fasilitator haruslah orang yang
kearah yang lebih aman/kondusif setelah
independen sekaligus netral. Pihak mediator
terjadinya konflik, suatu komitmen bersama
berpartisipasi penuh dalam memutuskan
dalam suatu penyelesaian konflik,
masalah , menciptakan, mengevaluasi dan
mempunyai peranan yang sangat penting.
menyetujui pilihan. Sedangkan hasil yang
Suatu konflik dapat dikatakan selesai, tidak
muncul diharapkan diterima oleh kedua
saja dengan pernyataan bersama, tapi bila
pihak yang berkonflik, dengan hasil yang
diimbangi oleh kemauan oleh setiap
saling menguntungkan satu sama lain.
individu dari kedua belah pihak untuk tidak
Penyelesain konflik yang terjadi dalam mengulanginya lagi. Berdasarkan hasil
masyarakat desa Noelbaki penyelesaiannya penelitian yang diperoleh bahwa konflik
yang pernah terjadi belum selesai sekalipun cara mediasi ditingkat desa saja dengan
sudah diselesaikan dengan jalur damai sebab melibatkan orang tua dari masing-masing
konflik yang pernah terjadi meninggalkan pihak selanjutkan melakukan mediasi antara
perasaan sakit hati terhadap pengungsi yang kedua belah pihak terkecuali terjadi tindak
tidak akan dilupakan, karena rumah dan pidana kriminal berat seperti pembunuhan,
tanaman warga sekitar dirusak oleh penganiniayaan berat maka kasus tersebut
pengungsi. dilimpahkan kepihak yang berwajib dalam
hal ini pihak kepolisian terkecuali mendapat
2. Konsiliasi persetujuan dari pihak korban.
Konsiliasi merupakan salah satu bentuk
penyelesaian sengketa diluar pengadilan 3. Arbitrasi
yang berarti bahwa proses penyelesaian Secara harafiah, perkataan arbitrase adalah
sengketa tersebut dilakukan dengan jalan berasal dari kata arbitrare (Latin) yang
damai apabila para pihak yang bersengketa berarti kekuasaan untuk menyelesaikan
telah sepakat untuk menemukan solusi yang sesuatu secara bijaksana. Arbitrasi sebagai
terbaik atau berdamai. Konsiliasi juga suatu peradilan perdamaian, dimana para
merupakan bentuk pengendalian konflik pihak bersepakat agar perselisihan diakhiri
sosial yang dilakukan oleh lembaga-lembaga atau diselesaikan secara damai. Arbitrasi
tertentu yang dapat memberikan keputusan adalah teknik hukum untuk penyelesaian
dengan adil dengan mempertemukan sengketa atau konflik diluar pengadilan,
keinginan puhak-pihak yang berselisih. dimana pihak yang bersengketa merujuk ke
Dalam konsiliasi berbagai kelompok yang satu atau lebih orang, yang dengan
berkonflik duduk bersama mendiskusikan keputusan mereka setuju untuk terikat.
hal-hal yang menjadi pokok permasalahan. Arbitrasi dapat berupa sukarela atau wajib,
Dalam menyelesaikan perselisihan, dan dapat berupa sukarela atau wajib dan
konsiliator memiliki hak dan kewenangan dapat mengikat atau tidak mengikat. Secara
untuk menyampaikan pendapat secara teori arbitrasi adalah proses konsensual.
terbuka dan tidak memihak kepada yang
bersengketa. Selain itu, konsiliator tidak Arbitrasi merupakan bentuk penyelesaian
berhak untuk membuat keputusan dalam konflik yang menggunakan jasa penengah. 
sengketa untuk dan atas nama para pihak Arbitrasi adalah suatu usaha penyelesaian
sehingga keputusan akhir merupakan proses konflik yang dilakukan dengan bantuan
konsiliasi yang diambil sepenuhnya oleh pihak ketiga. Seperti halnya dalam mediasi,
para pihak dalam sengketa yang dituangkan pihak ketiga dalam arbitrasi juga dipilih oleh
dalam bentuk kesepakatan di antar mereka. pihak-pihak yang terlibat konflik.
Perbedaannya, jika dalam mediasi, pihak
Dalam usaha untuk meredakan suatu ketiga hanya mempertemukan pihak yang
pertentangan, ke arah yang lebih baik dan terlibat konflik. Sedangkan dalam arbitrasi,
seimbang, saling menerima pendapat pihak ketiga sebagai perantara yang
merupakan hal yang sangat penting dalam mempertemukan kehendak kompromistis
suatu proses penyelesaian konflik. pihak yang terlibat konflik. Sebagai
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan penengah, mereka menyelesaikan konflik
bahwa sejauh ini bila terjadi konflik sosial dengan membuat keputusan-keputusan
dalam masyarakat desa Noelbaki baik penyelesaian atas dasar ketentuan yang telah
penganiayaan, pencurian dan lain-lain yang ada.
melibatkan masyarakat lokal dan pengungsi
penaganannya biasanya dilakukan dengan
Arbitrasi merupakan bantuk pengandalian (masyarakat lokal) sehingga menambah
konflik sosial melalui pihak ketiga dan sikap antipati masyarakat lokal yang
kedua belah pihak yang berkonflik berkepanjangan terhadap pengungsi, dan
menyetujuinya. Keputusan-keputusan yang imbasnya pada semua aspek sosial.
diambil pihak ketiga harus dipatuhi oleh Persaingan yang terjadi dalam kedua
pihak-pihak yang berkonflik yang biasa komuniatas ini disebabkan oleh
bertindak sebagai arbitrator seperti Kepala kedatangan pengungsi yang secara massif
Desa/Camat, Kepala Pemerintahan, hakim dengan motivasi dan harapan yang tinggi,
dan sebagainya. perlahan mulai menggeser posisi
masyarakat lokal sebagai masyarakat asli
desa tersebut. Masyarakat lokal memiliki
KESIMPULAN DAN SARAN sikap mental tersembunyi terhadap
A. SIMPULAN pengungsi yang sangat tinggi, yang
ditunjukan kepada pangungsi, dan hal ini
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat mengakibatkan konflik serupa pada
terhadap Konflik Dan Rekonsiliasi Antara suatu saat.
Warga Pengungsi Timor-Timur Dengan 2. Penyelesaian konflik yang terjadi
Masyarakat Lokal Di Desa Noelbaki, dilakukan dengan cara/jalan Mediasi,
Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Konsiliasi dan Arbitrasi. Pemerintah
Kupang, maka dapat disimpulkan beberapa mempertemukan delegasi (tokoh adat,
hal antara lain : tokoh gereja, dan aparat pemerintah
1. Terjadinya konflik antara pengungsi dan desa) dari kelompok masyarakat lokal
masyarakat lokal di sebabkan oleh dan warga pengungsi untuk
beberapa faktor yaitu perselisihan, melakukan musyawarah tanpa
penganiayaan, dendam, persaingan dan kekerasan menuju perdamaian.
kontraversi. Perselisihan yang terjadi Dari beberapa hal diatas, dapat
antara kedua komunitas ini yaitu dalam dikatakan bahwa antara pengungsi
pembangunan selokan air atau parit yang dengan masyarakat lokal belum terjadi
menyenggol sedikit lahan pekarangan hubungan yang harmonis, karena
bisa memicu konflik besar serta kedua komunitas berusaha untuk
kontraversi yang terjadi dalam kedua saling menghindar. Meskipun
komunitas ini pun disebabkan oleh demikian, masih ada diantara mereka
adanya rasa curiga yang dimiliki yang sudah membangun dan menjaga
masyarakat lokal terhadap warga hubungan baik sejak awal kehadiran
pengungsi dimana masyarakat lokal pengungsi di desa Noelbaki walaupun
menggangab bahwa sebelum kehadiran jumlahnya sangat sedikit jika
pengungsi di desa Noelbaki tidak ada dibandingkan dengan mereka yang
kehilangan hasil tanaman ataupun ternak berlawanan sikap.
tapi sejak kehadiran pengungsi B. SARAN
masyarakat lokal sering kehilangan Dari kesimpulan yang diambil
sehingga masyarakat lokal menaru curiga berdasarkan hasil penelitian, maka
terhadap warga pengungsi. Konflik dapat adapun saran-saran peneliti sebagai
terjadi sebabkan oleh sikap ego yang berikut :
ditunjukan oleh kedua belah pihak, 1. Untuk pemerintah dan aparat
Konflik yang pernah terjadi, tidak mudah keamanan : Pemerintah Republik
dilupakan oleh pihak yang dikorbankan Indonesia sebagai penentu
kebijakan ditingkat Pusat bersama terhadap mereka. Meningkatkan
Pemerintah Daerah di NTT, keefektifan kominikasi dan saling
berkewajiban untuk memberikan pengertian antar kelompok etnis.
jaminan keamanan/suasana yang Mengusahakan toleransi dan kerja
kondusif serta kejelasan status demi sama atas keberagaman. Mengubah
menjawab sepenggal ungkapan hati struktur dan diskriminasi yang
atas sebagaimana yang dirasakan mengakibatkan ketidaksetaraan dan
oleh semua pengungsi yang berada ketidakadilan termasuk
di kamp penampungan, dan kesenjangan ekonomi. Penyelesaian
melakukan kerjasama dengan konflik melalui lembaga adat dan
instansi terkait (UNCR dan lembaga agama.
Pemerintah Timor Leste) dengan 3. Pengungsi sebagai komunitas baru
memberikan informasi yang netral, dalam suatu wilayah, dalam setiap
relevan dan akurat tentang solusi proses interaksi agar
alternatif yang ditawarkan dan memperhatikan nilai, etika dan
dapat diakses oleh semua kebiasaan yang berlaku pada suatu
komponen masyarakat pengungsi masyarakat. Pengungsi juga
dari kelompok elit sampai tingkat hendaknya lebih mendekatkan diri
grass root, terutama mereka yang kepada masyarkat lokal agar
rentan terhadap informasi serta masyarakat lokal tidak menganggap
melakukan pendekatan dan dialog pengungsi sebagai lawan. Selain
yang intens dengan tokoh-tokoh itu, dalam rangka memperoleh
masyarakat. Menyelesaikan akar kepastian terhadap nasib pengungsi,
konflik dalam masyarakat baik Information filtrat sangat
konflik langsung (negative peace), dibutuhkan untuk secara tegas
maupun konflik struktural dan dapat menentukan sikap
kultural (positive peace). (Repatriasi atau Resetlemen).
Mengupayakan pemerataan 4. Rekomendasi untuk penelitian
pembangunan dan ekonomi. pelanjutnya: diharapkan penelitian
Menggunakan nilai budaya dan selanjutnya dapat melakukan
nilai agama masyarakat dalam studi komparatif, antara daerah
menyelesaikan konflik etnis. transmigrasi (pribumi dan
2. Masyarakat Lokal, sebagai Host pendatang) yang memiliki
Community hendaknya memahami intensitas konflik yang tinggi dan
kondisi psikologi pengungsi, daerah transmigrasi yang
sehingga tidak terlampau memiliki intensitas konflik yang
menciptakan sikap-sikap antipati rendah.
REFERENSI

Alfian .(1999). Persepsi Masyarakat Tentang Kebudayaan. Jakarta: Gramedia.


Aliyah, M. (2008). Konflik Sosial antara Pribumi dan Non-pribumi (China)
di Pekalongan Jawa Tengah Tahun 1995. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sunan Kalijaga. (dipublikasikan).
Ariestha, B. (2013). Akar Konflik Kerusuhan Etnik di Lampung Selatan (Studi Kasus Kerusuhan
Antar Etnik Lampung dan Etnik Bali di Lampung Selatan). (Skripsi), Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang (dipublikasikan).
Burgess, T. (1921). Memahami akar-akar kekerasan massa. Bandung: Setia Budi.
Cesaltino. (2016 November 17). (Kordinator Kamp Blok 1). Mengapa terjadi konflik antara
warga pengungsi dengan masyarakat lokal dan bagaimana cara penyelesaiannya.
(Meythilda Beukliu, Interviewer). Noelbaki: Kupang.
Dubrin. (2012). Dinamika Konflik Dalam Transisi Demokrasi. Yogyakarta: Institut
Pengembangan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia.
Diguna,M. (1983). Integrasi Masa-masa Terindah Bagi-Timor-Timur. CV Pustaka Setia,
Bandung.
Duka, N. (2016 November 18). (Tokoh Masyarakat Lokal). Mengapa terjadi konflik antara
warga pengungsi dengan masyarakat lokal dan bagaimana cara penyelesaiannya. (M.
Beukliu, Interviewer) Noelbaki: Kupang.
Fanggidae. N. (2016 November 16). (Tokoh Masyarakt Lokal). Mengapa terjadi konflik antara
warga pengungsi dengan masyarakat lokal. (M. Beukliu, Interviewer) Noelbaki: Kupang.
Fauzi. R. (2016 Desember 05). (Kapolsek Kupang Tengah). Mengapa terjadi konflik antara
warga pengungsi dengan masyarakat lokal dan bagaimana cara penyelesaiannya. (M.
Beukliu, Interviewer) Noelbaki: Kupang
Gana. (1996). Masyarakat dan Perubahan Sosial, Bina Cipta.
Gary.(1996). Alternatif  Penyelesaian  Sengketa Di Luar Pengadilan(negosiasi,media konsiliasi
& arbitrasi), Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Guteres, Eurico. (2014). Jajak Pendapat Timor-Timur. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Guteres. Manel. (2016 November 18). (Kordinator Kamp Blok 3). Mengapa terjadi konflik
antara warga pengungsi dengan masyarakat lokal dan bagaimana cara penyelesaiannya.
(Meythilda Beukliu, Interviewer). Noelbaki: Kupang
Guteres, Marselinuh. (2016 November 18). (Kordinator Kamp Blok 2). Mengapa terjadi konflik
antara warga pengungsi dengan masyarakat lokal dan bagaimana cara penyelesaiannya.
(Meythilda Beukliu, Interviewer). Noelbaki: Kupang.
Hasjir.(1984). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Hartini, KartaSaputra. (1992). kamus sosiologi, Jakarta: Bumi Aksara.
Hendrajaya, Lilik dkk. (2010). Ragam Konflik di Indonesia: Corak Dasar dan
Resolusinya. Jakarta: Kementrian Pertahanan RI. (dipublikasikan).
Liliweri, A. (2005). Prasangka & konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultura,
Yogyakarta: Cipta Karya.
Limbong. (2009). Sosiologi Konflik dan Issu Konflik Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Linton.(1984). Pengetahuan Lingkungan dan BudayaLokal .Edisi II. Jakarta: Kencana.

Lobang.R. (2016 November 15). (Tokoh Masyarakat Lokal). Mengapa terjadi konflik antara
warga pengungsi dengan masyarakat lokal dan bagaimana cara penyelesaiannya. (M.
Beukliu, Interviewer) Noelbaki: Kupang.

Luis, S. (2016 November 22). (Sekretaris Desa Noelbaki). Mengapa terjadi konflik antara
warga pengungsi dengan masyarakat lokal dan bagaimana cara penyelesaiannya. (M.
Beukliu, Interviewer) Noelbaki: Kupang

Mahendraza.(2013). Bunga Rampai Kriminologi. Jakarta: Rajawali.

Margono.(2005). Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.


Maydell, Van. (2010). Komunikasi Lintas Budaya, Jakarta:Salemba Humanika.
Moleong L.J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosada Karya.
Mulyana, W.K. (1982). Analisa Kriminologi tentang Kejahatan-Kejahatan Kekerasan, Penerbit
Grahalia- Indonesia.
Narudin. (2009). Sosiologi Konflik: Telaah Kritis Seputar Konflik dan Perdamaian, dalam buku
Surata A. Mengelola konflik dalam perspektif budaya, Pontianak: STAIN Pontianak
Press.
Prathama.,N.A. (2013). Akomondasi Komunikasi dalam Rekonsiliasi Konflik Antar Etnis (Kasus:
Relasi Etnis Madura Dengan Etnis Dayak). (Skripsi), Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu
Politik Universitas Diponegoro. (dipublikasikan).
Priyatna.(2005). Mediasi Penyelesain Sengketa Melalui Pendekata Mufakat. Jakarta: Rajawali
Pers.
Roberth Solaeman.(2004). Mengelola Konflik: ketrampilan dan Strategi UntukBertindak,
Jakarta: The British Council.
Rotman, Jack. (2001). Strategi Pencegahan Kejahatan.Citra Aditya Bhakti Bandung.
Sae,Y. (2016 November 25). (Kabid Tata Pemerintahan Kecamatan Kupang Tengah). Mengapa
terjadi konflik antara warga pengungsi dengan masyarakat lokal dan bagaimana cara
penyelesaiannya. (M. Beukliu, Interviewer) Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah
Kabupaten Kupang.

Santoso, S. (1999). Dinamika Kelompok, Jakarta: Bumi Aksara.


Seme. E. (2016 November 15). (Tokoh Masyarakat Lokal). Mengapa terjadi konflik antara
warga pengungsi dengan masyarakat lokal dan bagaimana cara penyelesaiannya. (M.
Beukliu, Interviewer) Noelbaki: Kupang
Sholihan.(2007). “Memahami Konflik”, dalam buku M. Mukhsin Jamil, (ed.), Mengelola
Konflik Membangun Damai, Semarang: WMC lAIN Walisongo.
Sinaga.M. (2016 Desember 10). (Anggota Polsek Noelbaki). Mengapa terjadi konflik antara
warga pengungsi dengan masyarakat lokal dan bagaimana cara penyelesaiannya. (M.
Beukliu, Interviewer) Noelbaki: Kupang
Soekanto, Soerjono.(2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.Rajagrafindo

Soekanto. (1983). Pribadi dan Masyarakat (Suatu Tinjaun Sosiologi), Bandung: Penerbit
Alumni.
Soemardjan, Soekanto. (1990). Stereotip Etnik, Asimilasi, Integritas Sosial, Jakarta: Pustaka
Grafika Kita.
Sholihan. (2007). Anatomi Konflik dan Solidaritas Masyarakat Nelayan (Sebuah Penelitian
Sosiologis), Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Subekti.(2002). Resolusi damai konflik kontemporer; menyelesaikan, memcegah, mengelola dan
merubah konflik bersumber politik sosial, Jakarta: Raja Gradindo Persada.
Sugiyono.(2011).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulastriyono.(1997). Konflik dan Resolusi Konflik: Sebuah Perspektif Sosiologis, Makalah


Lokakarya dan Pelatihan Mediasi sebagai Solusi Konflik Menuju Rekonsiliasi di Maluku.
Suparto, D. (2011). Konflik dan Identitas Sosial Masyarakat Temanggung (Kajian Kekerasan
Sosial Di Temanggung Tahun 2011). (Skripsi), Fakultas Hukum Universitas
Diponerogo).
Sutaryo.(1992). Dinamika Masyarakat dalam Perspektif konflik. Yogyakarta: FISIPOL-
Universitas Gajah Mada.
Sutrisno, L. (2003). Konflik Sosial: Studi Kasus Indonesia. Yogyakarta. Tajidu Press.
Suyono. (2001). Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan. Jakarta:
Rajawali.
Tirtamidjaja.(1995). Hukum dan Kriminalistik, Bandar Lampung: Justice Publisher.
Wandry. D. (1996). Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid II. Diterjemahkan oleh Robert
M.Z. Lawang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Zamroni. (1992). Pengantar pengembangan teori sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana LkiS.
s

Anda mungkin juga menyukai