Anda di halaman 1dari 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pada dasarnya perkembangan kota dipengaruhi oleh pertambahan penduduk
yang terutama disebabkan oleh faktor ‘daya tarik’ kota tersebut, yang berakibat pada
perubahan fisik dan penggunaan lahan kota. Pengaruh tersebut dapat bergerak menuju
ke arah yang lebih baik, tetapi dapat pula mengakibatkan terjadinya penurunan efisiensi
dan keefektifan struktur dan bentuk kota dalam mendukung kegiatan hidup masyarakat
kota, penurunan kualitas lingkungan hidup, penurunan kesejahteraan masyarakat, serta
lain sebagainya.

Perkembangan yang terlalu pesat dalam setiap sektor pembangunan dapat


menimbulkan masalah pembangunan akibat tekanan-tekanan yang ditimbulkan oleh
adanya peningkatan intensitas (ruang). Tekanan tekanan tersebut banyak
menyebabkan ketidakseimbangan struktur, fungsi dan ketidakteraturan ruang kota.
Proses perkembangan kota itu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam
(faktor internal) maupun dari luar kota (faktor eksternal). Untuk menghadapi masalah
tersebut maka diperlukan pengaturan ruang yang optimal dengan menyusun rencana
tata ruang.

Pengaturan ruang merupakan salah satu kewenangan dan tugas pemerintah


dengan tujuan untuk mengatur potensi, kegiatan masyarakat, pergerakan
perkembangannya secara harmonis serta saling mendukung dalam satu tata ruang.
Umumnya perkembangan kota dipengaruhi oleh tingginya angka pertumbuhan
penduduk yang menyebabkan perubahan fisik dan penggunaan tanah kota. Perubahan
tanah yang kurang produktif dalam kota menjadi tanah yang produktif karena
pemanfaatan merupakan fenomena kehidupan perkotaan dan sering terlihat secara
fisik.

Perkembangan kota yang seperti itu akan perlu pengendalian melalui rencana
kota dengan harapan masalah-masalah kota dapat teratasi. Perkembangan
pembangunan di di satu kabupaten atau daerah, di satu sisi dapat meningkatkan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Namun di sisi lain perkembangan ini dapat
mengakibatkan penurunan produktifitas, menghilangnya karakter kota dan menurunnya
daya dukung lingkungan.

Kabupaten Mamuju Tengah adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi


Barat, Indonesia. Ibukota kabupaten ini berada di Tobadak. Mamuju Tengah
merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Mamuju yang disahkan dalam sidang
paripurna DPR RI pada 14 Desember 2012 di gedung DPR RI tentang Rancangan UU
Daerah Otonomi Baru (DOB). Sebagai wilayah kabupaten yang belum cukup lama
terbentuk, penataan ruang dan kawasan-kawasan masih perlu banyak pembenahan.
Pola-pola ruang dan system prasarana perkotaan harus ditata dengan baik sesuai daya
dukung dan daya tampung kawasan, serta sesuai kebutuhan wilayahnya sendiri.

Ketepatan pembangunan wilayah diukur dari upaya pengembangan terhadap


kesesuaian dan optimalisasi potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya fisik (buatan dan teknologi). Untuk mencapai pembangunan yang
berkelanjutan yang bertumpu pada ketiga sumber daya tersebut, penataan ruang dapat
digunakan sebagai payung kebijakan pembangunan dan pengendalian dalam
implementasinya. Sistem perencanaan pembangunan nasional dan perencanaan tata
ruang sama-sama menekankan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat melalui urutan pilihan (prioritas-prioritas) secara berhirarki dengan
memperhitungkan sumberdaya yang tersedia. Namun, perencanaan tata ruang memiliki
fokus kepada aspek spasial yang mencakup perencanaan struktur ruang, pola ruang,
dan kawasan strategis.

Penataan ruang wilayah Kabupaten Mamuju Tengah memberikan peluang


banyak hal, khususnya keterpaduan perencanaan serta perkembangan kawasan yang
lebih cepat didukung potensi masing-masing sumberdaya. Perpaduan kewilayahan akan
membuka peluang tumbuh dan berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Landasan hukum utama bagi penataan ruang adalah UU No. 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang, yang kemudian diikuti dengan berbagai Peraturan Pemerintah
(PP) untuk operasionalisasinya. Dengan demikian, selain merupakan proses untuk
mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan, penataan ruang, RDTR Kabupaten Mamuju
Tengah sekaligus juga merupakan produk yang memiliki landasan hukum (legal
instrument) untuk mewujudkan tujuan pengembangan wilayah.

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Mamuju Tengah adalah rencana
tata ruang yang berfungsi sebagai rencana rinci dalam mengimplementasikan tujuan,
strategi dan kebijakan penataan ruang, rencana struktur dan rencana pola ruang, serta
pengendalian pemanfaatan ruang Kabupaten Mamuju Tengah. Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) harus memuat ketentuan-ketentuan pemanfaatan ruang dalam skala
yang jelas, sehingga dapat dijadikan acuan pemberian izin pemanfaatan ruang. RDTR
Kabupaten Mamuju Tengah diharapkan dapat menjadi perangkat antisipasi sekaligus
solusi bagi persoalan perubahan koefisien dasar bangunan yang terjadi di Kabupaten
Mamuju Tengah.

Kabupaten Mamuju Tengah mempunyai karakteristik wilayah yang lengkap,


yakni memiliki daratan dengan bentangan yang sangat bervariasi (daerah datar,
bergelombang, hingga bergunung). Selain itu wilayah Kabupaten Mamuju Tengah
memiliki laut dan pesisir di bagian barat, dengan garis pantainya yang cukup panjang
(86,21 km) dan laut yang sangat kaya akan sumberdaya alam hayati dan non-hayati.
Dengan topografinya yang begitu beragam, maka disamping potensi ekonominya yang
besar juga ada ancaman kerusakan potensi sumberdaya tersebut jika tidak dilakukan
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang secara hati-hati. Dari
sudut pandang perencanaan untuk menunjang pembangunan berkelanjutan, maka
penataan ruang wilayah perlu dilakukan untuk mempertegas batas-batas aktivitas
ekonomi dan batas-batas wilayah/kawasan yang berfungsi lindung (ekologis).

1.2 Azas, Tujuan, Sasaran dan Fungsi RDTR Kabupaten


1.2.1 Azas
Berdasarkan UU No. 26 tahun 2007, penataan ruang berasaskan:

• Keterpaduan;
• Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
• Berkelanjutan;
• Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
• Keterbukaan;
• Keersamaan dan Kemitraan;
• Perlindungan Kepentingan Umum;
• Kepastian hukum dan keadilan;
• Akuntabilitas.

Penataan ruang dilakukan secara terpadu, dan yang dimaksud dengan terpadu
adalah bahwa penataan ruang dianalisis dan dirumuskan menjadi satu kesatuan dari
berbagai kegiatan pemanfaatan ruang baik oleh pemerintah maupun masyarakat.
Penataan ruang dilakukan secara terpadu dan menyeluruh mencakup antara lain
pertimbangan aspek waktu, modal, optimasi, daya dukung lingkungan, daya tampung
lingkungan, dan geopolitik. Dalam mempertimbangkan aspek waktu, suatu
perencanaan tata ruang memperhatikan adanya aspek prakiraan, ruang lingkup wilayah
yang direncanakan, persepsi yang mengungkapkan berbagai keinginan serta kebutuhan
dan tujuan pemanfaatan ruang. Penataan ruang harus diselenggarakan secara tertib
sehingga memenuhi proses dan prosedur yang berlaku secara teratur dan konsisten.

Penataan ruang harus berdaya guna dan berhasil guna dimana harus dapat
mewujudkan kualitas ruang yang sesuai dengan potensi dan fungsi ruang. Kemudian,
serasi, selaras, dan seimbang dengan maksud bahwa penataan ruang dapat menjamin
terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan struktur dan pola
pemanfaatan ruang bagi persebaran penduduk antar wilayah, pertumbuhan dan
perkembangan antar sektor, antar daerah, serta antara sektor dan daerah dalam satu
kesatuan wilayah. Kemudian, penataan ruang berasaskan berkelanjutan yang menjamin
kelestarian kemampuan daya dukung sumber daya alam dengan memperhatikan
kepentingan lahir dan batin antar generasi.

1.2.2 Tujuan dan Sarana

Secara umum, tujuan penataan ruang yakni mewujudkan ruang yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan, melalui:

• Terwujudnya keharmonisan antara tujuan dan sasaran lingkungan alam dan


buatan;

• Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan SDA dan SDB dengan


memperhatikan SDM;

• Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative


terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Secara lebih spesifik, tujuan dari perencanaan detail tata ruang wilayah
kabupaten (dalam hal ini Kabupaten Mamuju Tengah) adalah mewujudkan rencana
detail tata ruang yang mendukung terciptanya kawasan strategis maupun kawasan
fungsional secara aman, produktif dan berkelanjutan.

Sasaran dari perencanaan detail tata ruang wilayah Kabupaten Mamuju Tengah
adalah:

• Menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan antar lingkungan


permukiman dalam kawasan;
• Mewujudkan keterpaduan program pembangunan antar kawasan maupun
dalam kawasan;
• Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsional kabupaten,
baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat swasta;
• Terdorongnya minat investasi masyarakat dalam kawasan;
• Terkoordinasinya pembangunan kawasan antar pemerintah dan msyarakat
swasta.

1.2.3 Fungsi RDTR Kabupaten Mamuju Tengah

Fungsi RDTR Kabupaten Mamuju Tengah adlah sebagai berikut:

• Sebagai perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program pembangunan


daerah;

• Menjaga konsistensi pembangunan dan keserasian perkembangan kawasan


fungsional dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

• Menciptakan keterkaitan antar kegiatan yang selaras, serasi dan efisien dalam
perencanaan kawasan fungsional;

• Sebagai dasar pengendalian konsistensi perwujudan ruang kawasan fungsional


melalui pengendalian program-program pembangunan daerah;

• Sebagai alat penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi
dan lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu;

• Sebagai pedoman untuk ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap


bagian wilayah sesuai dengan fungsinya di dalam struktur ruang kabupaten secara
keseluruhan.

• Sebagai ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun


program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan ruangnya pada
tingkat BWP atau Sub BWP.

1.3 Wilayah Perencanaan


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Mamuju Tengah diarahkan
pada 2 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Mamuju Tengah, yaitu Kecamatan
Topoyo dan Kecamatan Tobadak. Perencanaan pemanfaatan ruang dan struktur
ruangnya juga diperhatikan keterkaitan antara wilayah perencanaan dengan wilayah
lain (dalam hal ini hierarkhi wilayah di atasnya dan yang setara), karena dalam konteks
regional wilayah-wilayah akan memiliki pengaruh interaksi baik langsung maupun tidak
langsung secara fisik kewilayahan.

1.4 Jangka Waktu Perencanaan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No 16 Tahun 2018, jangka
waktu perencanaan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten Mamuju Tengah adalah 20
(dua puluh) tahun, yang rencana pemanfaatan ruangnya (program pengembangan
BWP) dibagi dalam program 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan.

1.5 Dasar Hukum

Dasar Hukum yang mendasari penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kabupaten Mamuju Tengah adalah:

A. Kelompok Undang-Undang:

 Undang-Undang Nomor 5 Prp Tahun 1960 tentang Ketentuan Dasar Pokok-pokok


Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2034);
 Undang-Undang Nomor 47 Prp. Tahun 1960 tentang Pembentukan Daerah
Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara dan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara
Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 151,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2102), Jo Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah
Tingkat I Sulawesi Tenggara dan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dengan
mengubah Undang-Undang Nomor 47 Prp. Tahun 1960 tentang Pembentukan
Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara dan Daerah Tingkat I Sulawesi
Utara Tengah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1964 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2687);
 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3046);
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3647);
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);
 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 menjadi Undang-undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152);
 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4169);
 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran
Negara Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247);
 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5585);
 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5073);
 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4444);
 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4746);
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4849);
 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batu Bara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4959);
 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4956);
 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5052);
 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5168);
 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5280);
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5490);
 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5492);
 Undang-Undang RI No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
 Undang-Undang RI No. 4 Tahun 2011 Tentang Informasi Geospasial (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5214);
 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lemabaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5613).

B. Kelompok Peraturan/Keputusan Presiden dan Menteri:

 Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan Dan


Pemanfaatan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1989
Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3395),
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Listrik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4028);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3516);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3980);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air
Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 345,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5802);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 20175 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6041);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4624);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4655);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4696);
 Peraturan Pemerintah RI No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota;
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761);
 Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (diubah dengan Peraturan Pemerintah RI No. 13 tahun 2017
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Nasional);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber
daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4858);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4859);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 193, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5731);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan
Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan
Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5324);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara
Peran Masyarakat Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5160);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5230);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta
Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393);
 Peraturan Pemerintah RI No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa;
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 68 Tahun 2014 tentang Penataan Wilayah
Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5574);
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 105 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan
Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
327, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5795);
 Peraturan Presiden RI No. 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019;
 Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri
Komunikasi dan Informatika dan Kepala Badan koordinasi Penanaman Modal No.
18 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama
Menara Telekomunikasi;
 Peraturan Presiden RI Nomor 59 Tahun 2019 tentang Pengendalian Alih FUngsi
Lahan Sawah;
 Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Menteri
Kehutanan Republik Indonesia, Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia,
Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 79 Tahun
2014; Nomor PB.3/Menhut-11/2014; Nomor 17/PRT/M/2014; Nomor 8
SKB/X/2014 Tentang Tata Cara Penyelesaian Penguasaan Tanah Yang Berada Di
Dalam Kawasan Hutan;
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
 Peraturan Mengeri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
dan Kabupaten Kota;
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2014 tentang Tata Cara Peran
Masyarakat dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah;
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan
Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
2036);
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman
Teknis Analisis Aspek Fisik Dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang;
 Peraturan Menteri PU No. 22/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana Longsor;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 41/PRT/M/2007 Tentang Pedoman
Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 5/PRT/M/2008 Tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13 Tahun 2009 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Penataan Ruang;
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup;
 Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi;
 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan RI No. 6
tahun 2017 tentang Tata Cara Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah;
 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan RI No. 1
tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi, Kabupaten dan Kota.
 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan RI No. 16
tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan
Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.

C. Peraturan Provinsi/Daerah

 Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Barat Nomor 05 Tahun 2010 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sulawesi Barat 2005-
2025;
 Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Barat Nomor 01 Tahun 2010 tentang
Program Legislasi Daerah Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat;
 Peraturan Bupati Mamuju TengahNo. 13 Tahun 2015 Tentang Penetapan
Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Mamuju Tengah;
 Peraturan Bupati Kabupaten Mamuju Tengah Nomor 18 tahun 2019 tentang
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2020;

1.6 Sistematika Laporan


Laporan Buku Fakta dan Analisa ini disampaikan dengan sistematika penyajian
sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan
Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang, pertimbangan mendasar
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Mamuju Tengah
termasuk azas, tujuan, dan sasaran, dasar hukum, sistematika penyajian laporan,
serta metodologi pelaksanaan.

Bab II. Kebijakan Pembangunan Wilayah Kabupaten Mamuju Tengah


Bab ini berisi tentang kebijakan pembangunan dan tata ruang wilayah Nasional dan
Provinsi Sulawesi Barat, kebijakan pembangunan Kabupaten Mamuju Tengah,
termasuk visi, misi, dan strategi pengembangan wilayah, serta arah dan kebijakan
sektor; dan isu-isu strategis kewilayahan.

Bab III. Profil Wilayah Kabupaten Mamuju Tengah


Bab ini berisi tentang kondisi internal wilayah yang meliputi kondisi fisik, kondisi
ekonomi, dan kondisi sosial. Kondisi fisik meliputi sumber daya alam dan sumber
daya buatan, sedangkan kondisi ekonomi meliputi PDRB, Pertumbuhan ekonomi,
sektor dominan dan basis serta pendapatan perkapita. Kondisi sosial mencakup
parameter-parameter kependudukan dan ketenagakerjaan. Analisis potensi
pengembangan sektor unggulan Kabupaten Mamuju Tengah, yang meliputi potensi
luas dan posisi, penggunaan lahan, sektor pertanian, industri, energi dan sumber
daya mineral, dan potensi wisata.

Bab IV. Analisis Kebutuhan Wilayah Kabupaten Mamuju Tengah


Bab ini menyajikan proyeksi dan analisis kebutuhan pengembangan wilayah
Kabupaten Mamuju Tengah, yang meliputi proyeksi kependudukan, tenaga kerja,
transportasi, perumahan, utilitas, analisis perekonomian, sosial budaya, dan sumber
daya manusia.

Bab V. Analisis Pengembangan Wilayah Kabupaten Mamuju Tengah


Bab ini menyajikan analisis struktur ruang wilayah baik internal maupun eksternal,
serta rencana jaringan prasarana dan sarana wilayah. Bab ini juga memaparkan
analisis pola ruang yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya
(kehutanan, pertanian, dan lainnya).
Bab VI. Penutup
Bab ini menyajikan ringkasan Buku I, dan materi yang akan dimuat pada Buku II:
Analisis.

Anda mungkin juga menyukai