Anda di halaman 1dari 24

CORONA VIRUS DISEASE =019 (COVID 19)

A. DEFINISI
Corona virus adalah virus RNA berukuran 120-160 nm. Pada manusia biasanya
menyebabkan penyakit saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit serius.

• Coronavirus jenis baru dilaporkan mulai muneul di Wuhan pada 12 Desember 2019,
kemudian diberi nama Severe Aeute Respiratory Syndrome Coronavirus =
(SARSCOV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (Covid-19)
Sumber:Burhan et al (2010): Susiolo et al (2020); Wu F et al (2020)
B. PATOGENESIS

APC

i. Prnscs 5AFW-CaV3!
■ hcBm «rH’Ji IKCIJ, hjmriidiao=T4Mjk kj tUinm, iri ilsisfllitaj tftnin Antibodi
h i’ | .i-,1 .!■ -'i A
*iiprn ■. i'.irta ...! 114.
J Jji 'uirt.'.ul'UL'i.? 'S«.- JllU.i--.liltaut -lii' Linr„' h’l ’■ T:<-_ Fd r *■‘%'Li I-IJ.lt -.IJT'FM, ■■■;!. rci ’
■ 'i "i- ■ iilir -'i i i i 11 i i. - vlmir Si'iiii I ■ h i • ni C~L?. O7i ncit in
I '-’-i-nr- .i'tir-
7. Anl^finmin <J:|ln?SCJi|dSil<ail APC, fflHC
flfpMiitssi jntfgen memllmuM respon Unim seluler IJJ djn PuniMi (i; AHOS
i. pdepswn fc3>iy?k5ito<in d$r kemokm (twdsl tiTQid‘ysrfl sewra dop.ll rnul[l;ir^|.in
rncnqiqcnjk!d All^ltiifliflal.ifi miF 5i,Qrr],i i\ IwnHtljn
fcrttauari
C. PATOFISIOLOGI COVID 19 / WOC COVID 19
Daya tahan tubuh rendah, Virus Covid 19
Comorbid
Inhalasi melalui udara
I
Masuk ke saluran pernafasan
l
Masuk ke dalam paru-paru
T'
Bronkus / bronchioles dan alveolus
T
Mengganggu kerja makrofag

Infe csi
r Perubahan respon tubuh
Peradangan /Inflamasi
Ansietas

Oedema produksi sekret meningkat

Peningkatan prostaglandin bronkus menyempit akumulasi sekret

Merangsng hipotalamus suplai oksigen menuru i


i\
obstruksi sahkran
Meningkatkan titik patokan nafas
Suhu / set point Dispneu
MK: Bersihan jalan
Penigkatan suhu tubuh, MK: Pola nafas tidak efektif
Menggigil Nafas tidak
Efektif difusi
gas
MK : Hipertermi

Spontan
terganggu batuk
I
penekanan diafragma
Peningkatan penggunaan kapasitas
Energy tranportasi
Tekanan intraabdomen
oksigen 0
Keletihan/kelelahan
l
Saraf pusat : Ggn
gas Intoleran AktiEtas Pertukaran
Anoreksia
1 Ggn Sirkulasi
Spontan
TD menurun Nutrisi berkurang
I Ketidakseimbangan nutrisi
Risiko Syok
Kurang dari kebutuhan tubuh

02 dan C02
Ggn Ventilasi di alveoli
D. KLASIFIKASI
• Dibagi menjadi OTG, ODP, PDP dan Kasus Terkonfirmasi.

• Kasus Terkonfirmasi adalah pasien terinfeksi COVID-19 dengan hasil tes positif
melalui pemeriksaan PCR (Swab).
• Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam
ruangan atau berkunjung (dalam radius 1 meter dengan kasus PDP atau konfirmasi)
dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 1
Berdasarkan beratnya kasus, Covid-19 dibagi menjadi 5 (lima) :
1. Tanpa Gejala : Kondisi teringan Tanpa Gejala dan tidak ditemukan gejala
2. Ringan : Infeksi saluran napas tidak berkomplikasi
3. Sedang : Pneumonia tetapi tidak membutuhkan suplementasi oksigen

4. Berat : Pneumonia disertai RR >30 x/menit, distres napas berat, SpO2 <93% atau
PaO2/FiO2 <300
5. Kritis : Gagal napas, aeute respiratory distress syndrome (ARDS), syok sepsis dan/atau
multiple organ failure
Sumber: Burhan et al (2020). Protokol Tatalaksana Covid-19. Jakarta: PDPI, PERKI,
PAPDI, PERDATIN, IDAI

E. PENYEBARAN VIRUS
Penyebaran Virus
• Penyebaran SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia menjadi sumber transmisi utama
sehingga penyebaran menjadi lebih agresif.
• Penyebaran SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik terjadi melalui droplet yang keluar saat
batuk atau bersin.
• Selain itu, telah diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan pada aerosol

(dihasilkan melalui nebulizer) selama setidaknya 3 jam.


Sumber: Han & Yang (2020), van Doremalen et al (2020); Susilo et al (2020)
Penyebaran Virus (Lanjutan)
• SARS-CoV-2 dapat bertahan pada benda mati seperti plastik dan stainless steel selama 72
jam, tembaga 4 jam, kardus 24 jam.
• SARS-CoV-2 ditemukan pada pencemaran lingkungan yang luas pada kamar dan toilet
pasienCovid-19 dengan gejala ringan.
• SARS-CoV-2 juga dapat terdeteksi pada gagang pintu, dudukan toilet, tombol lampu,
jendela, lemari, hingga kipas ventilasi, namun tidak terdapat padasampel udara.
Sumber: Ong et al (2020), van Doremalen et al (2020)

F. MANIFESTASI KLINIS
• Tanda dan gejala muncul setelah masa inkubasi sekitar 5,2 hari.
• Periode onset gejala hingga terjadi kematian berkisar 6 - 41 hari dengan median 14 hari.
Periode ini sangat bergantung pada sistem imun pasien.
• Pasien berusia >70 tahun, periode menjadi lebih pendek.
• Tanda/gejala paling umum yaitu demam, batuk dan fatigue.
• Tanda/gejala lainnya: produksi sputum, sakit kepala, hemoptisis, diare, dispnea,

limfopenia.
G. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
<. Diagnosis Keperawatan Covid 19 dengan gejala Ringan - Sedang
- Bersihan Jalan Nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan nafas, proses infeksi
- Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus kapiler
- Ansietas b.d krisis situasional, aneaman terhadap kematian
2. Diagnosis Keperawatan Covid <9 dengan gejala Berat dan Kritis
- Gangguan ventilasi spontan b.d gangguan metabolisme, kelemahan atau keletihan otot
pernafasan
- Risiko Syok d/d hipoksia, sepsis, sindrom respons inflamasi sistemik
- Gangguan sirkulasi spontan b.d penurunan fungsi ventrikel
ALGORITMA PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA
PASIEN COVID-19
SHSAK NAPAS
A Sekret ? Ya Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif batuk tidak efektif
B Ronkhi ? Ya Gangguan Pertukaran gas pCO2ft, pCO2^, pH
abnormal hipoksemia,
C Hipotensi ? Ya Risiko Syok hipoksia, Sepsis,
SIRS

Validasi dara tambahan


D Kelemahan/keletihan Ya Gangguan Ventilasi Volume tidal menurun
Otot nafas ? Spontan

H. RENCANA KEPERAWATAN
1. MK : Bersihan jalan Nafas tidak Efektif
NOC : Dalam 24 jam, bersihan jalan nafas meningkat dengan kriteria : batuk efektif
meningkat, sputum menurun, wheezing menurun
NIC :
a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas) untuk mengidentifikasi
terjadinya hipoksia melalui tanda peningkatan frekuensi, kedalaman dan usaha napas.
b. Monitor sekret (jumlah, warna, bau, konsistensi). Tanda infeksi berupa seeret tampak
keruh dan berbau. Sekret kental dapat meningkatkan hipoksemia dan dapat
menandakan dehidrasi.
e. Monitor kemampuan batuk efektif untuk menilai kemampuan mengeluarkan seeret
dan mempertahankan jalan napas tetap paten.
d. Posisikan semi-Fowler/Fowler untuk meningkatkan ekskursi diafragma dan ekspansi
paru.
e. Berikan minum hangat untuk memberikan efek ekspektorasi pada jalan napas.
f. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik untuk mengeluarkan sekret jika
batuk tidak efektif.
g. Anjurkan asupan eairan 2000 ml/hari jika tidak kontraindikasi, untuk meningkatkan
aktivitas silia mengeluarkan sekret dan kondisi dehidrasi dapat meningkatkan
viskositas seeret.
h. Ajarkan teknik batuk efektif untuk memfasilitasi pengeluaran seeret
i. Kolaborasi bronkodilator dan/atau mukolitik, jika perlu
j. Identifikasi pasien-pasien yang membutuhkan isolasi
k. Tempatkan satu pasien untuk satu kamar untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi
silang (cross infection)
l. Sediakan seluruh kebutuhan harian dan pemeriksaan sederhana di kamar pasien untuk

meminimalkan mobilisasi pasien dan staf yang merawat pasien

m. Dekontaminasi alat-alat kesehatan sesegera mungkin setelah digunakan untuk


menghilangkan virus yang mungkin menempel pada permukaan alat kesehatan.
n. Lakukan kebersihan tangan pada 5 moment untuk menurunkan transmisi virus
o. Pasang alat proteksi diri sesuai SPO (mis. sarung tangan, masker N95, gown coverall,
apron) untuk memutuskan transmisi virus kepada staf.
p. Lepaskan alat proteksi diri segera setelah kontak dengan pasien untuk meminimalkan
peluang terjadinya transmisi virus kepada staf.
q. Minimalkan kontak dengan pasien, sesuai kebutuhan untuk menurunkan transmisi

virus kepada staf yang merawat pasien.

r. Anjurkan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari (pada pasien tanpa gejala dan
dengan gejala ringan) atau isolasi di RS Darurat Covid (pada pasien gejala sedang),
atau isolasi di RS Rujukan (pada pasien gejala berat/kritis).

=. MK : Gangguan Pertukaran Gas

NOC : Dalam 2 - 4 jam, pertukaran gas meningkat dengan kriteria : RR 12-20 x / menit,
SpO2 > 90 %, Pa O2 > 80 mmHg, Pa CO2 35-45 mmHg, pH 7,35 - 7,45, ronkhi
menurun
NIC :
a. Monitor bunyi napas untuk menilai adanya wheezing akibat inflamasi dan
penyempitan jalan napas, dan/atau ronkhi basah akibat adanya penumpukan cairan di
interstisial atau alveolus paru.
b. Monitor kecepatan aliran oksigen untuk memastikan ketepatan dosis pemberian
oksigen.
c. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen untuk mengidentifikasi
terjadinya iritasi mukosa akibat aliran oksigen.
d. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri, AGD) karena SpO2 |, PO2 |

& PCO2 f dapat terjadi akibat peningkatan sekresi paru dan keletihan respirasi.
e. Monitor rontgen dada untuk melihat adanya peningkatan densitas pada area paru yang
menunjukkan terjadinya pneumonia.
f. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu untuk menghilangkan
obstruksi pada jalan napas dan meningkatkan ventilasi.
g. Berikan oksigen untuk mempertahankan oksigenasi adekuat. Dimulai 5 L/menit
dengan target SpO2 >90% pada pasien tidak hamil & >92-95% pada pasien hamil.
h. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai seperti high flow nasal eanulla (HFNC) atau
noninvasive meehanieal ventilation (NIV) pada pasien ARDS atau efusi paru luas.
i. Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian oksigen untuk meningkatkan keterlibatan dan
kekooperatifan pasien terhadap terapi oksigen.
j. Kolaborasi penentuan dosis oksigen untuk memperjelas pemberian terapi oksigen
sesuai kondisi dan kebutuhan pasien.

Alur Penentuan Alat Bantu Nafas Mekanik

PASIEN POSITIF/ PDP COVID-19

&ANS<JUAM 1 SESAd? NAFAS HIPOLSEMIA, Spd2 <93% (Eld2 21%)


HENTI JANTUNG JALAN NA F AS PaOl/fiOj <300 mmHg
RR.>20/MENIT
1, Apakah kondisi seda ng mem buruk progresif? TIDAK MRM ISlpm
2. Apa kah diya k ini akan mem ti u ruk? Evaluasi per 1 jam

NIV
EUB luasi-dai am 1J an i. seperti
HFNC

Keterangan : Jika HNFC tidak tersedia, maka pasien langsung diintubasi dan
mendapatkan NIV
Flow meter (up
to-70 Umin)

v,1 Air-oxygen blender


jfl (F^ 021-110)

Wide-bore
binasai prongs

Circuit headlng Ih
e gas fiow

High perfarrnarice Circuit

Heated tiumid itier

HFNC (High Flow Nasal Canul)


• HNFC memberikan oksigen dengan tekanan ekspirasi akhir positif yang telah dilembapkan
dan dihangatkan sebelum melalui nasofaring sehingga dapat menurunkan kerja
metabolisme
• HFNC dapat menurunkan kebutuhan intubasi dan memperbaiki kondisi klinis pada pasien
gagal napas akut.

• HNFC juga lebih mudah digunakan, dampak keeemasan lebih rendah dan menurunkan
risiko transmisi melalui udara karena pembentukan aerosol minimal.
Pemberian HFNC
• Batasi flow agar tidak melebihi 30 liter/menit.
• Lakukan pemberian HFNC selama 1 jam, kemudian lakukan evaluasi.
• Jika indeks ROX >4.88 menandakan perbaikan dan ventilasi aman pada jam ke-2, 6, dan
12 maka pasien tidak membutuhkan ventilasi invasif
• Jika indeks ROX <3.85 menandakan risiko tinggi untuk kebutuhan intubasi.

Indeks ROX = (SpO2 / FiO2) / Frekuensi Napas


Sumber: Burhan, E., Susanto, A. D., Nasution, S. A., et al (2020). Protokol Tatalaksana
Covid-19. Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI

3. MK : Pola Nafas tidak Efektif

NOC : Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru
jelas/ bersih
NIC :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Rasional :Keeepatan

biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi,
ekspansi dada terbatas.
b. Auskultasi bunyi nafas dan eatat adanya bunyi nafas adventisius. Rasional :Bunyi nafas
menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi keeil.
e. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi. Rasional :Duduk tinggi memungkinkan
ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
d. Observasi pola batuk dan karakter sekret. Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum
dan mengindikasikan adanya kelainan.
e. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif. Rasional :Dapat

meningkatkan pengeluaran sputum.


f. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan. Rasional :Memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja nafas.
g. Berikan humidifikasi tambahan. Rasional :Memberikan kelembaban pada membran
mukosa dan membantu pengeneeran sekret untuk memudahkan pembersihan.

h. Bantu fisioterapi dada, postural drainage. Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan
meningkatkan drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus.

4. MK : Ansietas
NOC : Dalam 24 jam, tingkat ansietas menurun dengan kriteria : perasaan bingung menurun,
perasaan kuatir menurun, tegang menurun, gelisah menurun
NIC :
a. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal). Covid dapat berkembang menjadi
kondisi menganeam jiwa yang mengakibatkan keeemasan dan berdampak pada frekuensi
dan kedalaman napas sehingga dapat mempengaruhi GDA.
b. Temani pasien untuk mengurangi keeemasan, jika memungkinkan untuk meningkatkan
dukungan keluarga dan memberikan keamanan/kenyamanan.
e. Dengarkan dengan penuh perhatian untuk mendorong keterbukaan dan perasaan
diperhatikan.
d. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan untuk meningkatkan stabilitas
perasaan pasien.
e. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami. Informasi yang adekuat

dapat menurunkan keeemasan akibat ketidaktahuan.

f. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi untuk memberikan kejelasan persepsi


dan perasaan serta meningkatkan koping.
g. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat untuk meningkatkan rasa
pengendalian (sense of eontrol) dan mekanisme koping.
h. Latih teknik relaksasi untuk menurunkan stres dan ketegangan.

5. MK : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


NOC : Menunjukkan peningkatan nafsu makan, mempertahankan/ meningkatkan

berat badan
NIC :
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah. Rasional :Pilihan intervensi
tergantung pada penyebab masalah
b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan
mulut. Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan dapat
menurunkan mual.

e. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan. Rasional


:Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini.
d. Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen. Rasional :Bunyi usus
mungkin menurun bila proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi sebagai akibat
menelan udara dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastro intestinal
e. Berikan makan porsi keeil dan sering termasuk makanan kering atau makanan yang
menarik untuk pasien. Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun
nafsu makan mungkin lambat untuk kembali

f. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar. Rasional :Adanya kondisi kronis
dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya
responterhadap terapi

6. MK : Hipertermia
NOC : peningkatan suhu tubuh dalam kisaran normal
NIC :
a. Melakukan manajemen lingkungan
b. Melakukan manajemen Cairan

e. Manajemen pengobatan dengan kolaborasi pemberian antipiretik


d. Melakukan monitor tanda -tanda vital

7. MK : Intoleransi Aktifitas
NOC : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
NIC :
a. Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas. Rasional :Menetapkan ke mampuan/
kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut.

Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat e.


Jelaskan pentingnya istitahat dalam reneana pengobatan dan perlunya keseimbamgan aktivitas
dan istirahat. Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik
d. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Rasional :Meminimalkan kelelahan dan
membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
8. MK : Gangguan Ventilasi Spontan
NOC : Dalam 24 - 48 jam ventilasi spontan meningkat dengan kriteria : volume tidal
meningkat, dispneu menurun, Pa O2 > 80 mmHg, PaCO2 35-45 mmHg, gelisah
menurun
NIC :
e. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas karena kelelahan otot bantu napas dapat
menurunkan kemampuan batuk efektif dan proteksi jalan napas
f. Monitor status respirasi dan oksigenasi (mis. RR dan kedalaman, penggunaan otot

bantu, bunyi napas tambahan, saturasi oksigen) untuk menilai status oksigenasi
g. Monitor adanya aritmia karena aritmia dapat terjadi akibat hipoksemia, pelepasan
katekolamin, dan asidosis.
h. Pertahankan kepatenan jalan napas untuk menjamin ventilasi adekuat
i. Berikan posisi semi Fowler atau Fowler untuk meningkatkan ekskursi diafragma dan
ekspansi paru
j. Berikan posisi pronasi (tengkurap) pada pasien sadar dengan gangguan paru difus

bilateral untuk mengoptimalkan perfusi pada anterior paru yang biasanya gangguannya

lebih minimal dibandingkan posterior

k. Gunakan bag-valve mask, jika perlu untuk memperbaiki ventilasi dengan memberikan
napas buatan pada pasien yang tidak mampu napas spontan
l. Kolaborasi tindakan intubasi dan ventilasi mekanik, jika perlu untuk mempertahankan
ventilasi dan oksigenasi adekuat serta meneegah kondisi menganeam nyawa
Strategi Ventilasi Mekanik
Soeiety of Critieal Care Medieine pada Surviving Sepsis Campaign merekomendasikan:

• Pertahankan volume tidal rendah (4-8 mL/kgBB)


• Target plateau pressure (Pplat) < 30 emH2O
• PHHP lebih tinggi pada pasien ARDS berat dan waspada baru trauma
• Ventilasi posisi pronasi selama 12-16 jam (dikerjakan tenaga ahli)
• Agen paralitik dapat diberikan pada ARDS sedang atau berat untuk proteksi ventilasi
paru
• Hindari infus kontinu agen paralitik. Bolus intermiten lebih dipilih.

9. MK : Risiko Syok
NOC : Dalam 8 jam tingkat syok menurun dengan kriteria : output urine > 0,5 mL/kg/jam,
akral hangat, pueat menurun, TDS > 90 mmHg, MAP > 65 mmHg, CVP 2 -12
mmHg (+3 jika terpasang ventilasi tekanan positif)
NIC :
a. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)
untuk mengidentifikasi penurunan volume sistemik
b. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD) untuk mendeteksi perubahan

oksigenasi dan gangguan asam-basa


e. Monitor status eairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT) untuk mengetahui
keadekuatan volume eairan sistemik dan kebutuhan eairan
d. Monitor tingkat kesadaran untuk mendeteksi tanda awal hipoksia serebral
e. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >90%
f. Pasang jalur IV sebagai akses untuk mengoreksi atau meneegah defisit eairan
g. Pasang kateter urine, jika perlu untuk menilai perfusi ginjal dan produksi urine
h. Batasi resusitasi eairan terutama pada pasien edema paru karena resusitasi agresif dapat
memperburuk oksigenasi

i. Kolaborasi pemberian kristaloid 30 mL/kg BB jika terjadi syok untuk mengoptimalkan


perfusi jaringan dan mengoreksi defisit eairan
j. Kolaborasi pemberian antibiotik dalam waktu 1 jam jika sepsis dieurigai infeksi bakteri

10. MK : Gangguan Sirkulasi Spontan

NOC : Dalam 30 menit sirkulasi spontan dengan kriteria : tingkat kesadaran meningkat, HR
60 - 100 x/menit, TDS > 90 mmHg, ETCO2 35 -45 mmHg, EKG normal

NIC :
a. Amankan lingkungan (pasang APD lengkap dan batasi personil resusitasi)
b. Panggil bantuan jika pasien tidak sadar dan aktifkan code blue
c. Pastikan nadi tidak teraba dan napas tidak ada
d. Lakukan resusitasi jantung paru, jika perlu
e. Pastikan jalan napas terbuka dan berikan bantuan napas, jika perlu
f. Pasang monitor j antung

g. Minimalkan interupsi pada saat kompresi dan defibrilasi


h. Pasang akses vena, jika perlu
i. S iapkan intub asi, jika per lu
j. Akhiri tindakan jika ada tanda-tanda sirkulasi spontan (mis. nadi karotis teraba,
kesadaran pulih)
k. Kolaborasi pemberian defibrilasi, jika perlu
l. Kolaborasi pemberian epinefrin atau adrenalin, jika perlu
m. Kolaborasi pemberian amiodaron, jika perlu.
n. Lakukan perawatan post cardiac arrest.

I. KOMPLIKASI, PENCEGAHAN, PROGNOSIS COVID 19


Komplikasi Covid 19 :
Komplikasi utama Covid-19
yaitu Pneumonia dan ARDS.
Komplikasi lainnya yaitu:
• Cedera jantung (23%)
• Disfungsi hati (29%)

• Gangguan ginjal akut (29%)


• Pneumotoraks (2%)
• Syok sepsis

Peneegahan
• WHO merekomendasikan untuk melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari:
• Cuei tangan seeara rutin dengan alkohol atau sabun & air.

• Menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki gejala batuk/bersin. Rekomendasi jarak
minimal satu meter.
• Melakukan etika batuk atau bersin.
• Berobat jika ada keluhan yang sesuai kategori suspek.
• Pasien rawat inap dengan keeurigaan COVID-19 juga harus diberi jarak minimal satu
meter dari pasien lainnya, diberikan masker bedah, diajarkan etika batuk/bersin, dan
diajarkan euei tangan.

Prognosis

• Prognosis COVID-19 dipengaruhi banyak faktor


• Tingkat mortalitas pasien COVID-19 berat meneapai 38% dengan median lama perawatan
ICU hingga meninggal sebanyak 7 hari
• Perbaikan eosinofil pada pasien yang awalnya eosinofil rendah diduga dapat menjadi
prediktor kesembuhan

Kriteria Pulang dari Rumah Sakit

WHO merekomendasikan pasien dapat dipulangkan ketika klinis sudah membaik dan
terdapat hasil tes virology yang negatif dua kali berturut-turut. Kedua tes ini minimal dengan
interval 24 jam.
Sumber: World Health Organization (2020). Clinieal management of severe aeute
respiratory infeetion when novel eoronavirus (nCoV) infeetion is suspeeted. Geneva:
World Health Organization.

J. ALGORITMA BHD PADA PASIEN TERDUGA ATAU TERKONFIRMASI


COVID 19
Pada kondisi kritis, pasien dapat mengalami henti jantung sehingga BHD.

Kotak-kotak baru yang spesifik untuk COVID-19 diberi warna kuning, dan panduan
yang spesifik untuk COVID-19 dieetak tebal dan digaris bawah.
Algoritma Bantuan Hidup Dasar pada Kasus Henti Jantung untuk Pasien Terduga atau
Terkonfirmasi COVID — 19

Amankan lingkungan
* Gunakan APOlefigkap

• Batati perau-nll rumtltatl


Berikan ban luari napas
menggun akan dmrj'tc ttenfpn
filter. patfiknri sraf maclter
Korban ilifjk. ma-respon. rapal 1 bantuan nap.is tiap 5-6
Panggil bantuan detik atau sekdar H)>12 napas
Aktiva si sistem re s pan gav.at darurat. per nienil Aktifkan sljlem
Persiapkan AED dan peralatan emergensi rMpon emergensi [jika belum
(alu u p anj^il ba nl ue n un t u h m cn yia pl; dilakukan] setelah 7. menit
an Lanjutkan bantu napaig
A£D dan peralatan emergensi)
periksa nadi setiap 2 menit.
Jika nadi tidak teraba, mulai
{tetrlipui.
HJP (lanjutkan ke kotak
FlWiriol, 1 >hJI apakzh pasitn iifkX faernsfai dan li:' .■ nnrnifil.
t^pniioring pasien “RJP'*) jika terdapat
pefiku cMietar* simultan} dalam 10
hingga tim e mengena i kemungkinan overdosis
delik
t«ba oploid, berikan naloksoii
Pasukan apaka h nadi benar-bennr
teraba? sesuai protokol

lUdM trerrijpra,
K.-idiliH^b i^pjihai P-u lu l.ih ip n Tntrm ri-1 pun nine
-Rr1',- ud»h rerakturasi, Al D and
ptnririuin rmcrgeriri tuduh tertedia
[________________________________________

flJP
Mulai siklus 30 kompresi dan 2 bantuan napas mengjunalmn hoo-m<«ik
idcw-rce denjan fiiftr dan pastikan scai rapat
ATAU
Kompresi kontinu dengan oksigen asi pasif menggunakan/oce orosk
Gunakan AEG seeem setelah alat tersedia

ftnalisis rrarna. Ira


m a i/iorta b<e?

ficrikan 1 woct. lanjutkan RJF' segera hingga 2 Segera lanjutkan R1F hingga 2 menit (sampai
menit (sampai disarankan oleh AE D untuk kembali disarankan oleh AED untuk kembab melakukan
melagukan aiulisis^ma) UoJtHkjjn hingga (Irr) analisis irama)
bantuan hidup hnjut mengambil alih ilau korban Lanjuik.tn h lingga Ilm bantuan hidup lanjut
mulai bergerak mengambil 4 Cih iil.tLi kpipan mula i bergerak

Gambar 2. Algoritma B1ID piida kasus henti jantung untuk pasien terduga atau terkonfirmasi
COVJD-19

DAFTAR PUSTAKA

Burhan, H., Susanto, A. D., Nasution, S. A., et al (2020). Protokol Tatalaksana Covid-19.
Jakarta:PDPI, PHRKI, PAPDI, PHRDATIN, IDAI.
Han Y, Yang H. (2020). The transmission and diagnosis of 2019 novel eoronavirus infeetion
disease (COVID-19): A Chinese perspeetive. J Med Virol.

PERKI (2020). Pedoman BHD dan BHJL pada COVID-19.


http://www.inaheart.Org/news_and_events/news/2020/4/13/pedoman_bhd_dan_bhjl
_pada_eovid_19.
Susilo A, Rumede CM, Pitoyo CW, et al (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur

Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7, 1.


World Health Organization (2020a). Coronavirus disease (COVID-19) adviee for the publie
[Internet]. https://www.who.int/emergeneies/diseases/ novel-eoronavirus- 2019/adviee-forpublie.

Anda mungkin juga menyukai