Anda di halaman 1dari 2

NAMA : MUH.

SYUKUR

NIM : A031191077

Indonesia-Rusia Perkuat Kerja Sama Bilateral Ekonomi

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah RI berkomitmen meningkatkan kerja sama


bilateral yang saling menguntungkan dengan Pemerintah Federasi Rusia, yang
mencakup tiga pilar.

Hal itu antara lain politik dan keamanan, ekonomi, perdagangan dan investasi serta
sosial budaya.

Selain pertemuan bilateral resmi antara pejabat pemerintah, hubungan ramah tamah
dan produktif pun dijalankan sebagai bagian dari hubungan yang dinamis di antara
sektor swasta dan masyarakat lokal.

Kedua pihak juga berkomitmen untuk memajukan proyek pengembangan dan


investasi strategis di berbagai sektor seperti infrastruktur, energi, dan transportasi,
yang melibatkan hubungan bisnis, regional, dan orang–orang di kedua negara. 

"Karena itu, kita harus memanfaatkan momentum tahun ini untuk mempercepat dan
melaksanakan semua proyek yang disepakati, seperti proyek transportasi kereta api di
Kalimantan dan proyek energi di Jawa Timur," ujar Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian, Darmin Nasution dalam keterangan tertulis, Sabtu (29/6/2019).

Sementara itu, pertukaran orang-ke-orang dan pertukaran budaya antara kedua negara
juga telah menguat selama bertahun-tahun. 

Terlebih, peluncuran operasional penerbangan langsung Rossiya Airlines dengan rute


Moskow ke Bali telah meningkatkan jumlah wisatawan Rusia hingga 24,4 persen
pada Februari 2019, dibandingkan dengan periode sama dua tahun lalu.

ANALISIS

Dilihat dari berita di atas, kerja sama antara Indonesia dan Rusia merupakan kerja
sama Bilateral yang meliputi politik dan keamanan, ekonomi, perdagangan dan
investasi, serta sosial budaya. Kerja sama ini diharapkan dapat menguntungkan
indoneisa dalam berbagai hal. Misalnya, pembangunan tranasportasi kareta api di
kalimantan. Bukan hanya dalam hal pembangunan kerja sama ni juga meningkatkan
wisatawan Rusia ke Bali. Berita di atas meruakan bentuk kerja sama dalam hal
persatuan dan saling menghargai antar negara

Konflik Wamena, Peneliti LIPI Imbau Pemerintah Fokus pada Akar


Masalah

KOMPAS.com - Kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua, seolah sulit untuk


menemukan jalan keluar. Para korban yang mengungsi pun mengalami trauma hingga
tak ingin kembali terlebih dahulu ke Wamena. Peneliti Politik dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aisah Putri Budiarti, menilai selama ini pemerintah
hanya berfokus pada masalah pembangunan dan ekonomi di Papua. Menurutnya,
pemerintah harus berkomitmen untuk menyelesaikan akar masalah konfliknya, jangan
hanya berfokus pada satu atau dua masalah saja.

Wanita yang akrab disapa Puput itu menceritakan, ada empat akar masalah penyebab
kasus di Papua yang ditemukan oleh LIPI, yakni status politik dan sejarah,
marjinalisasi dan diskriminasi orang asli Papua, kegagalan pembangunan, serta
kekerasan negara dan pelanggaran HAM. Terkait status politik di Papua, Puput
mengatakan ada perbedaan persepsi tentang status politik dan sejarah integrasi.
"Misalnya, di satu sisi, Papua telah dinyatakan sebagai bagian sah dari NKRI pada
1963, namun di sisi lain ada kelompok yang masih mempertanyakan keabsahan dari
proses integrasi dan status politik itu," ucapnya. Puput juga mengatakan, ada beberapa
pihak yang menilai Penentuan Pendapat Rakyat (perpera) tidak representatif dan sah
karena menyatakan Papua sudah merdeka sebelum proses integrasi dengan indonesia
terjadi. "Itu artinya, ada persepsi yang berbeda tentang sejarah dan status politik
Papua," katanya. Puput menilai pemerintah juga selalu mengindari perdebatan tentang
status dan sejarah politik Papua. Padahal, masalah tersebut bisa diakhiri dengan
membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) Papua untuk meluruskan
sejarah yang tidak pernah selesai.

Puput juga menegaskan, akar permasalahan tersebut harus ditemukan penyelesaiaanya


lewat dialog sehingga penyelesaian kasus Papua tidak hanya terfokus pada isu tertentu
saja."Untuk menyelesaikan konflik secara utuh yang masih berlangsung hingga
beberapa tahun di Papua, perlu upaya lebih dari itu, seperti komitmen untuk
berdialog," ungkapnya. Baginya, dialog yang diperlukan untuk menyelesaikan konflik
tersebut harus dilakukan untuk membentuk komitmen agenda bersama untuk
menyelesaikan masalah di Papua, bukan sekadar pertemuan antar tokoh. "Dialog
tersebut harus dilakukan untuk mengikat banyak faktor, baik pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan elemen-elemen masyarakat di Papua. Dialog juga harus
dilakukan untuk membahas empat akar masalah," ujar dia.

ANALISIS

Konflik yang terjadi di Wamena sangat sulit untuk ditemukan jalan keluarnya.
Menurut Putri biarsi, selama ini pemerintah hanya fokus pada masalah pembangunan
dan ekonomi dipapua dan seharusnya pemerintah komitmen dalam hal menyelesaikan
akar permasalahan dari konflik wamena ini. Adapun masalah pokok dalam kasus ini
adalah pandangan atau persepsi yang berbeda mengenai politik dan sejarah integritas
orang asli papua. Kasus konflik ini merupakan konflik dalam bentuk Diskriminasi.

Anda mungkin juga menyukai