Anda di halaman 1dari 5

PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION MENURUNKAN

FREKUENSI NYERI PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG


MENJALANI KEMOTERAPI DI POSA RSUD DR.SOETOMO SURABAYA

Endang Kasih*, Mira Triharini**, Tiyas Kusumaningrum**


*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
**Staf Pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
E-mail: endangkasih.enka@gmail.com

ABSTRAK

Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi pada pasien kanker. Pada kanker payudara
terjadi nyeri karena peradangannya, nyeri ini karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat
adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Progresive Muscle Relaxation (PMR)
terhadap frekuensi nyeri pada penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi di POSA
RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Desain penelitian yang digunakan yaitu one group pretest-posttest.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di POSA
RSUD Dr. Soetomo sebesar 30 orang dengan besar sampel 28 responden yang dipilih sesuai
dengan kriteria inklusi. Variabel independen dalam penelitian ini adalah progresive muscle
relaxation (PMR). Variabel dependennya adalah frekuensi nyeri pada penderita kanker payudara.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner dan lembar observasi. Analisis data
yang digunakan yaitu Paired t Test dengan tingkat signifikansi <0,05. Hasil menunjukkan ada
pengaruh progresive muscle relaxation (PMR) terhadap frekuensi nyeri pada penderita kanker
payudara (p=0,000). Saran penelitian selanjutnya dapat menggunakan jenis penelitian ini tetapi
menggunakan metode yang berbeda.

Kata kunci: Progresive Muscle Relaxation (PMR), nyeri, kanker payudara, kemoterapi

ABSTRACT

Introduction: Breast cancer pain occurs because inflammation, pain because of the edge receptor
Nerve damage due to the inflammation or sandwiched posted swelling. Progresive muscle
relaxation (PMR) Frequency Against breast cancer Pain Patients with chemotherapy at POSA Dr.
Soetomo hospital. Methods: One group pretest – posttest design was used in this study. The
population were the breast cancer patients with chemotherapy in POSA Dr. Soetomo amounting
30 respondents. There were 28 respondents as sample, taken according inclusion criteria.
Independent variable of this research was PMR. Dependent variable was frequency of breast
cancer pain. Data was collected by using questionaire and observation sheets. Data was analyzed
using paired t test with level of significant <0.05. Results: Results showed there was effect of
progressive muscle relaxation (PMR) frequency against breast cancer pain (p=0.000). Further
research could continues with using different methods related to this experiment.

Keywords: Progresive Muscle Relaxation (PMR), pain, breast cancer, chemotherapy

PENDAHULUAN Nyeri merupakan keluhan yang


paling sering terjadi pada pasien kanker.
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan
15
emosional yang tidak menyenangkan yang tujuan untuk menganalisis pengaruh PMR
dihubungkan dengan jaringan yang rusak terhadap frekwensi nyeri pada penderita
(Rosjidi 2010a). Kasus kanker payudara kanker payudara tersebut.
sebanyak 70% ditemukan dalam stadium
lanjut (III dan IV). Penderita mengalami
nyeri sedang sampai berat sebanyak 45-
100%. Studi awal di POSA pada 15 pasien BAHAN DAN METODE
kanker payudara stadium III mengalami nyeri
sedang, frekwensi nyeri 3-4 kali ada 9 orang, Desain penelitian yang digunakan
1-2 kali sebanyak 6 orang, semua mendapat adalah one group pre-posttest design. Besar
analgesic Asam mefenamat 3x1 tablet. dan sampel yang diperoleh adalah 28 responden.
rasa nyeri hilang antara 1-2 jam. Rasa nyeri Teknik sampling menggunakan purposive
sedang sampai berat akan mengganggu sampling ( judgement sampling) dan diambil
aktifitas penderita secara mandiri dan harus berdasarkan kriteria inklusi dari responden
dibantu oleh orang lain. Penatalaksanaan penelitian ini yaitu: 1) wanita umur 26-55
nyeri di POSA (Poli Onkologi Satu Atap) tahun, 2) menderita kanker payudara stadium
selama ini diberikan terapi farmakologi, III, 3) menjalani kemoterapi ke-1, CAF
sedangkan terapi non farmakologi telah (Cyklofosfamid, Adryamicin, 5-FU), 4)
diberikan penyuluhan tentang relaksasi mengkonsumsi obat paliatif, Asam
dengan pernafasan dan istirahat, namun mefenamat 3x1 per hari.
hasilnya belum maksimal dikarenakan Variabel bebas (independen) dalam
berbagai hal salah satunya adalah tidak ada penelitian ini adalah Progresive Muscle
demonstrasi yang dilaksanakan untuk pasien Relaxation (PMR). Variabel terikat
sehingga pasien sulit untuk menerapkan apa (dependen) dalam penelitian ini adalah
yang sudah diberikan oleh perawat. Melalui frekuensi nyeri pada penderita kanker
Progresive Muscle Relaxation (PMR) yang payudara. Data yang diperoleh dianalisis
dicontohkan langsung dengan demonstrasi, menggunakan Paired t-Test dengan nilai
diharapkan penderita bisa melakukan sendiri signifikansi 0,05.
di rumah. Upaya yang bisa dilakukan terapi
non farmakologi pada nyeri antara lain
pengaturan lingkungan yang tenang, HASIL
pengaturan nutrisi yang baik dan relaksasi
(Abdulmuntolib 2006 dalam Rosjidi 2010b). Seluruh responden 28 orang (100%)
Kanker payudara di Indonesia adalah sudah menikah. Pada tingkat pendidikan
12/100.000 perempuan, sedang di Amerika hampir setengah responden berpendidikan
adalah sekitar 92/100.000 perempuan dengan SD dan SMP yaitu sebanyak 10 orang
motalitas cukup tinggi, yaitu 27/100.000 atau (35,7%). Metode kontrasepsi yang pernah
18% dari kematian yang dijumpai pada digunakan hampir seluruhnya responden 23
perempuan. Di Indonesia lebih dari 80% orang (82,1%) menggunakan hormonal (pil,
kasus ditemukan berada pada stadium lanjut, suntik dan susuk). Cara mengatasi nyeri
sehingga upaya pengobatan mencapai responden hampir seluruhnya dengan minum
kesembuhan sulit dilakukan (Perhimpunan obat (asam mefenamat 500 mg 3x1) 25 orang
Onkologi Indonesia [POI] 2010). (89,3%). Pada saat pre intervensi, hampir
Progresive muscle relaxation (PMR) seluruh responden memiliki nyeri dengan
adalah salah satu dari tehnik relaksasi frekuensi nyeri antara 14 kali, yakni
sederhana yang sudah pernah dilakukan sebanyak 23 responden dengan persentase
peneliti sebelumnya pada efek samping 82,1%. sebagian kecil responden memiliki
kemoterapi mual dan muntah (Maryani frekuensi nyeri antara 12 kali 2 responden
2008). Relaksasi PMR diajarkan kepada (7,1%), 10 kali, 9 kali, 7 kali masing-masing
pasien dalam meningkatkan kemandirian 1 responden (3,6%).
pasien untuk mengurangi rasa nyeri secara Hasil uji Paired t Test pada tabel 1,
non farmakologis. Sampai saat ini PMR dapat diketahui bahwa perbandingan
belum diterapkan di POSA, oleh karena itu frekuensi nyeri saat pre dan post test
penelitian ini dilakukan di POSA dengan menunjukkan nilai signifikansi p=0,000. Hal
16
ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kanker payudara di POSA RSUD Dr.
Progressive Muscle Relaxation (PMR) Soetomo Surabaya.
terhadap frekuensi nyeri pada penderita

Tabel 1. Frekuensi nyeri pre dan post pada penderita kanker payudara di POSA RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Pre Post
Frekuensi Nyeri
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
14 kali 23 82,1% 9 kali (1) 3,6%
12 kali 2 7,1% 8 kali (8) 28,6%
10 kali 1 3,6% 7 kali (15) 53,5%
9 kali 1 3,6% 6 kali (2) 7,1%
7 kali 1 3,6% 5 kali (1) 3,6%
3 kali (1) 3,6%
Jumlah 28 100% 28 100%
\ Paired t-Test p=0,000

PEMBAHASAN (NSAID). Penggunaan obat-obatan harus


dengan resep dan petunjuk dokter. Terapi non
Hasil uji statistik menunjukkan ada farmakologi telah diberikan penyuluhan (HE)
pengaruh progressive muscle relaxation terhada tentang apa yang harus dilakukan saat nyeri
frekuensi nyeri pada penderita kanker payudara
timbul yaitu dengan istirahat dan relaksasi
yang menjalani kemoterapi di POSA RSUD Dr.
Sutomo Surabaya. Hasil penelitian sebelum diberi nafas dalam, namun hasilnya tidak maksimal
intervensi Progressive Muscle Relaxation (PMR) oleh karena berbagai hal salah satunya adalah
didapatkan hasil sebanyak 23 responden (82,1%) tidak adanya demonstrasi maka PMR perlu
memiliki frekuensi nyeri 14 kali perminggu. disampaikan. PMR ini akan memberikan
Nyeri pada penderita kanker berasal dari nyeri contoh dan demonstrasi langsung sehingga
somatic yaitu adanya kerusakan jasmaniah akibat diharapkan penderita bisa mempraktekkan
adanya kanker berupa nyeri nosiseptik yaitu nyeri langsung secara mandiri di rumah.
karena rangsangan nosiseptor aferen saraf perifer Responden nomor 5 mengatasi
yang diakibatkan oleh pengaruh prostaglandin E, nyeri dengan cara herbal yaitu disamping
sirkulasi darah buruk karena ada pembuluh darah
minum obat dari dokter responden ini juga
yang tidak lancar. Nyeri juga karena terjadinya
tekanan atau kerusakan jaringan yang minum sari daun sirsak, responden nomor 17
mengandung reseptor nyeri dan juga karena dan 24 dengan istirahat. Menurut Smeltzer &
tarikan, jepitan atau metastase. Pada kanker Bare (2012) terapi nonfarmakologis juga
payudara terjadi nyeri karena peradangan, nyeri dapat membantu menurunkan nyeri, antara
ini karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor lain dengan stimulasi kutan dan massage,
akibat adanya peradangan atau terjepit oleh terapi panas dan dingin, Transkutaneous
pembengkakan. Sehingga dapat disimpulkan Electrical Nerve Stimulation (TENS), teknik
bahwa nyeri yang disebabkan oleh terganggunya distraksi relaksasi, imagery guided, hipnosis
serabut saraf receptor nyeri (Sukardja 2000). dan herbal. Pengobatan nofarmakologis dapat
Mayoritas (24 orang) responden menurunkan intensitas nyeri tapi tidak
mengatasi nyeri diberikan terapi farmakologi dengan frekuensinya.
yaitu dengan minum obat yang diresepkan Berdasarkan usia, mayoritas responden
dokter. Peneliti melakukan wawancara secara berusia 36-45 tahun dengan frekuensi nyeri 14
informal juga didapatkan hasil bahwa obat kali.. Faktor demografi (usia) juga dapat
yang diminum biasanya bertahan 1-2 jam mempengaruhi frekuensi nyeri 14 kali perminggu
untuk mengurangi nyeri dengan frekuensi pada pasien kanker payudara dapat disebabkan
nyeri responden 14 kali dalam satu minggu. oleh usia. Faktor usia yang lebih tua mempunyai
Menurut Smeltzer & Bare (2012) terapi jumlah nyeri yang lebih banyak dari pada usia
farmakologis untuk menurunkan nyeri muda.
Pada tingkat pendidikan juga akan
meliputi analgesik dan anestesi, penggunaan
mempengaruhi mudahnya seseorang untuk diajari
opioid dan obat non steroid anti inflamasi PMR, semakin tinggi tingkat pendidikan akan
17
semakin mudah untuk diajari dan mudah (PMR) terhadap frekuensi nyeri pada penderita
diaplikasikan sehingga akan semakin tinggi kanker payudara di POSA RSUD Dr. Soetomo
keberhasilan untuk melakukan PMR. Status Surabaya. Menurut Richmond (2007) dalam Alim
pernikahan dalam penelitian ini tidak banyak (2010) PMR merupakan suatu prosedur untuk
berpengaruh dalam frekuensi nyeri yang mendapatkan relaksasi pada otot melalui dua otot.
dirasakan oleh responden, dari 28 responden PMR merupakan satu bentuk terapi relaksasi
semua sudah menikah. dengan gerakan mengencangkan dan melemaskan
Metode kontrasepsi yang pernah otot-otot pada satu bagian tubuh pada satu waktu
digunakan oleh responden hampir seluruhnya untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik.
menggunakan kontrasepsi hormonal yaitu 23 Saat pelaksanaan PMR pada responden,
responden (82,1%). Peningkatan risiko terkena peneliti belum dapat dilakukan yaitu peneliti
kanker payudara sebanding dengan semakin lama belum melakukan observasi satu persatu
menggunakan kontrasepsi oral, hormon estrogen responden di rumah. Pelaksanaan PMR tanpa
ini berpengaruh terhadap proses proliferasi adanya pengawasan langsung dari peneliti adalah
jaringan payudara (Rini 2005). Nyeri payudara suatu keterbatasan, apakah responden melakukan
juga akan anda rasakan, bahkan bisa PMR dengan benar atau tidak, melakukan tepat
menimbulkan kanker payudara jika anda waktu atau tidak, melakukan sesuai dengan
mengkonsumsi tablet kontrasepsi ini. Pada anjuran atau tidak.
kontrasepsi hormonal juga akan menimbulkan
nyeri,sehingga dimungkinkan nyeri bertambah
pada pengguna kontrasepsi hormonal namun pada SIMPULAN DAN SARAN
penelitian ini hampir seluruh responden
mempunyai frekuensi nyeri yang sama yaitu 14 Simpulan
kali dalam satu minggu. Sebelum dilakukan Progressive
Latihan relaksasi ini bertujuan untuk Muscle Relaxation (PMR) seluruh responden
membedakan perasaan yang dialami saat
memiliki rerata frekuensi nyeri 13,29 kali per
kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan
ketika otot-otot dalam kondisi tegang. Istilah minggu. Mayoritas responden mempunyai
relaksasi sering digunakan untuk menjelaskan frekuensi nyeri rerata 7,07 kali per minggu
aktifitas yang menyenangkan, relaksasi setelah penerapan. Progressive Muscle
menghasilkan efek, perasaan senang, mengurangi Relaxation (PMR) menurunkan frekuensi
ketegangan, terutama ketegangan psikis yang nyeri pada penderita kanker payudara yang
berkaitan dengan kehidupan (Ramdhani & Putra menjalani kemoterapi di POSA RSUD Dr.
2009). Soetomo Surabaya.
Hampir seluruh responden mengalami
penurunan frekuensi nyeri setelah diberi Saran
intervensi PMR. Berdasarkan wawancara secara Progressive Muscle Relaxation (PMR)
informal terhadap responden, sebagian besar ini diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan
responden mengatakan merasa nyeri berkurang terapi non farmakologis dalam menurunkan
dan merasa nyaman dengan relaksasi PMR. Pada frekuensi nyeri sebagai tindakan mandiri perawat.
responden yang telah dilakukan PMR mengalami Institusi pun diharapkan dapat meningkatkan
penurunan frekuensi nyeri, hal ini karena gerakan mutu pelayanan dalam mengatasi nyeri dengan
PMR akan membuat sirkulasi pembuluh darah memberikan pilihan layanan Progressive Muscle
lancar sehingga dapat menguarangi frekuensi Relaxation (PMR) di POSA RSUD Dr. Soetomo
nyeri. Surabaya. Pasien pun diharapkan memperoleh
Pada tingkat pendidikan juga akan informasi tambahan tentang penatalaksanaan
mempengaruhi mudahnya seseorang untuk diajari nyeri dan mampu mengatasi nyeri dengan
PMR, semakin tinggi tingkat pendidikan akan melakukan PMR secara mandiri di rumah.
semakin mudah untuk diajari dan mudah Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan
diaplikasikan sehingga akan semakin tinggi dengan menggunakan responden yang berbeda
keberhasilan untuk melakukan PMR. Terbukti yaitu kanker payudara stadium II, melakukan
dengan responden nomer 10 dengan pendidikan kontroling responden/observasi langsung dalam
perguruan tinggi dengan nyeri 7 kali dalam satu pelaksanaan Progressive Muscle Relaxation
minggu dan turun menjadi 3 kali dalam satu (PMR) dan menggunakan kuesioner frekuensi
minggu , responden nomer 14, 17 kali dengan nyeri dengan pertanyaan langsung.
frekuensi 14 kali dan 10 kali dalam satu minggu
bisa turun 6 kali dan 5 kali.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
KEPUSTAKAAN
terdapat pengaruh Progressive Muscle Relaxation
18
Relaksasi otot Progresif, http://www
Alim, M.B. 2010. Langkah-langkah psikologizon.com diakses tanggal 20
Relaksasi Otot Progresif, http//www oktober 2014
psikologi Zone diambil 20 Juli 2014 Rosjidi, I.2010a, Epidemiologi kanker pada
Maryani, A. 2008. Pengaruh Progressive Wanita, Jakarta: Sagung Seto
Muscle Relaxation Terhadap Rosjidi, I. 2010b. Perawatan paliatif suportif
kecemasan, mual dan muntah setelah bebas nyeri pada kanker, Sagung
kemoterapi pada pasien kanker Seto, Jakarta.
payudara di Poliklinik RS Hasan Sukardja, I. 2000. Onkologi Klinik, Fakultas
Sadikin Bandung, Perpustakaan Kedoteran Universitas Airlangga,
FKUI Surabaya.
Perhimpunan Onkologi Indonesia 2010. Smetzer, S.C. & Bare, B.G. 2012. Buku
Pedoman Tatalaksana Kanker Ajar Keperawatan Medical Bedah
fakulatas Kedokteran Universitas (Brunner & Suddarth), EGC,
Indonesia, Perpustakaan FKUI Jakarta.
Ramdhani, N. & Putra A. 2008.
Pengembangan Multi Media

19

Anda mungkin juga menyukai