Anda di halaman 1dari 7

Elman Boy, Efektifitas Pelatihan Kader Kesehatan dalam Penanganan Tuberkulosis di Wilayah Binaan

EFEKTIFITAS PELATIHAN KADER KESEHATAN DALAM


PENANGANAN TUBERKULOSIS DI WILAYAH BINAAN
Elman Boy
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

ABSTRACT
Background: Medan is an area with the largest​​TB patients in the North Sumatra Province. Since 2014, Medan Denai
Distric is a target area of Medical
​​ Faculty of University Muhammadiyah North Sumatra (FM UMSU). One of the imple-
mented program is formulating a Community Forum on TB Care. The objective of this study is to find out the effectiveness
of TB management training by improving the knowledge of health cadres.
Method: This was a one-group pre test-and post-test design. Participants of the research were all the TB care Forum mem-
bers that was selected by inclusive criterias. Data collection was conducted by using quesionnaires of knowledge. Data
analysis used Wilcoxon test with significancy level = 0,05.
Results: The cadres knowledge significantly rise after the TB management training.
Conclusion: TB management training for health cadre was effective in improving knowledge of health cadre.

Keywords: training, tuberculosis, TB, health cadre

ABSTRAK
Pendahuluan: Medan merupakan daerah dengan jumlah pasien TB terbanyak di propinsi Sumatera Utara.
Sejak tahun 2014, Kecamatan Medan Denai telah menjadi area target Fakultas Kedokteran Universitas Mu-
hammadiyah Sumatera Utara (FK UMSU) dalam salah satu program yang diimplementasikan, yakni meny-
usun forum komunitas peduli TB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai keefektifan pelatihan
manajemen TB dengan meningkatkan pengetahuan kesehatan para kader.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain one-group pretest-and posttest design. Subyek penelitian adalah
seluruh anggota Forum Peduli TB yang dipilih dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner pengetahuan. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon dengan tingkat signifikansi
= 0,05.
Hasil: Pengetahuan kader kesehatan meningkat secara signifikan setelah dilaksanakannya pelatihan manaje-
men TB
Kesimpulan: Pelatihan manajemen TB bagi para kader kesehatan efektif meningkatkan pengetahuan pada
kader kesehatan.

Kata kunci: pelatihan, tuberkulosis, TB, kader kesehatan

PENDAHULUAN Pada tahun 2013 saja, Badan Kesehatan Dunia


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang (WHO) melaporkan satu setengah juta orang di
disebabkan oleh bakteri (Mycobacterium tuberculosis). dunia meninggal dunia oleh karena TB.1 Sementara
Penyakit ini telah menyumbangkan angka kematian itu ada sembilan juta orang yang tengah terinfeksi TB
tertinggi kedua setelah HIV/AIDS di dunia ini.1 di seluruh dunia.1 Lebih dari 95% kematian akibat

korespondensi: dokterelman@gmail.com

Vol. 4 | No. 2 | Juli 2015 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 83


Elman Boy, Efektifitas Pelatihan Kader Kesehatan dalam Penanganan Tuberkulosis di Wilayah Binaan

penyakit TB ini terjadi di negara-negara dengan Demikian pula monitoring yang dilakukan pada
tingkat ekonomi menengah ke bawah termasuk pasien TB-MDR tidak sesuai dengan program yang
Indonesia.1 Dari data yang ada, TB juga menjadi sudah dilakukan oleh WHO sehingga mempengaruhi
penyumbang lima besar penyebab kematian pada penatalaksanaan pasien TB-MDR.3
wanita berusia 15-44 tahun.1 Diperkirakan sebanyak
Medan adalah kota yang memiliki kasus terbanyak di
550 ribu anak di dunia telah terjangkit penyakit TB
Propinsi Sumatera Utara.4 Telah dibuktikan terjadi
dan sekitar 80 ribu diantaranya telah meninggal
kasus resistensi primer yang tinggi pada penderita TB
dunia oleh karena penyakit ini.1 Data menunjukkan
paru kategori I di Kota Medan sehingga kewaspadaan
angka kematian pada penderita TB dengan HIV
dan berbagai upaya penanggulangan TB perlu
positif menjadi lebih tinggi yaitu seperempat
dilakukan odengan berbagai cara untuk mengurangi
kematian terjadi dari seluruh kasus. Sementara itu
kerugian akibat penyakit TB.5
kasus TB multi-drug resistant (TB MDR) masih terus
terjadi, saat ini secara global diperkirakan ada sekitar Kerugian yang diakibatkan penyakit TB sangat besar,
480 ribu kasus TB MDR.1 bukan hanya dari aspek kesehatan semata tetapi
juga dari aspek sosial maupun ekonomi.6 Besar dan
Dengan demikian dunia terus berupaya secara
luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan
sistematis dan bekerjasama dalam menanggulangi
kepada semua pihak untuk dapat berkomitmen dan
penyakit TB. Berbagai upaya tersebut telah
bekerjasama dalam melakukan penanggulangan
menunjukkan hasil, penderita penyakit TB
TB.6 Dengan demikian TB merupakan ancaman
cenderung menurun dari tahun ketahun meskipun
terhadap cita-cita pembangunan nasional Republik
dengan pergerakan yang lambat.1 Data menunjukkan
Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
angka kematian TB telah menurun sebesar 45 %
secara menyeluruh. Karenanya perang terhadap
pada tahun 2013 bila dibandingkan pada tahun
TB berarti pula perang terhadap kemiskinan,
1990.1 Dalam waktu kurun 13 tahun belakangan
ketidakproduktifan, dan kelemahan akibat TB.2
ini yaitu tahun 2000 sampai 2013 diperkirakan 37
juta orang berhasil diselamatkan melalui upaya Mengingat besar dan luasnya masalah TB, maka
diagnosis dan penalaksanaan yang tepat.1 Hal ini penanggulangan TB harus dilakukan melalui
memberikan harapan bagi dunia mencapai tujuan kemitraan dengan berbagai sektor baik pemerintah,
penanggulangan penyakit TB dalam Millennium swasta maupun lembaga masyarakat.7 Hal ini sangat
Development Goal (MDG) yang dapat kita lihat pada penting untuk mendukung keberhasilan program
akhir tahun ini. penanggulangan penyakit TB pada masa mendatang.7
Tujuan kemitraan untuk pengendalian penyakit
Indonesia sebagai negara kelima terbesar di dunia
TB ini adalah terlaksananya upaya percepatan
dalam jumlah penderita TB setelah India, Cina, Afrika
penanggulangan tuberkulosis secara efektif dan
Selatan dan Nigeria telah berkomitmen mencapai
efisien dan berkesinambungan. Hal ini dilakukan
target dunia dalam penanggulangan tuberkulosis.2
dengan cara meningkatkan koordinasi, komunikasi,
Strategi DOTS yang direkomendasikan oleh WHO
sumber daya, komitmen, kemampuan dan kekuatan
telah diimplementasikan dan diekspansi secara
bersama serta membuka peluang untuk saling
bertahap kepada setiap unit pelayanan kesehatan.2
membantu.7
Berbagai kemajuan telah dicapai, namun tantangan
program pengendalian TB pada masa mendatang Agar tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai maka
tetap besar dengan kehadiran TB HIV, TB MDR dan diperlukan prinsip dasar kemitraan, antara lain:
variasinya.2 a. Kesetaraan
Kehadiran TB MDR tidak lepas dari penanganan Bahwa setiap mitra kerja dalam program
TB itu sendiri. Di RS Persahabatan Jakarta, penanggulangan tuberkulosis patut dihormati
dilaporkan bahwa pengobatan TB-MDR tidak sesuai dan diberi pengakuan dalam hal kemampuan
dengan rejimen, dosis dan lamanya terapi sehingga dan nilai-nilai yang dimiliki mereka serta
mempengaruhi angka kesembuhan pasien TBMDR. memberikan kepercayaan penuh kepada masing-

84 Vol. 4 | No. 2 | Juli 2015 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia


Elman Boy, Efektifitas Pelatihan Kader Kesehatan dalam Penanganan Tuberkulosis di Wilayah Binaan

masing mitra dalam program penanggulangan rencana kerja tertulis hasil dari kesepakatan
tuberkulosis. bersama
b. Keterbukaan h. Pemantauan dan penilaian, disepakati sejak
Dalam kemitraan harus saling percaya dan terbuka awal, bila perlu hasil pemantauan ini dapat
dalam pelaksanaan program. Keduabelah pihak untuk penyempurnaan kesepakatan yang telah
harus mempunyai keyakinan bahwa mereka dibuat.7
melakukan perjanjian denganterbuka dan jujur
dalam pelaksanan program penanggulangan
Konsep kemitraan dan tindaklanjut kerangka kerja
tuberkulosis.
terpadu untuk mempengaruhi dan memberdayakan
c. Saling menguntungkan
masyarakat dalam pelaksanaan penaggulangan
Hubungan kemitraan harus saling menguntung-
TB dilakukan melalui Advokasi, Komunikasi dan
kan masing-masing pihak dalam kerjasama yang
Mobilisasi Sosial (AKMS) yang dirancang secara
dijalin.7
sistematis dan dinamis.4 Advokasi adalah tindakan
Langkah langkah pelaksanaan kemitraan dilakukan untuk mendukung upaya masyarakat mendapatkan
dengan cara: berbagai sumber daya. Komunikasi merupakan
proses dua arah yang menempatkan partisipasi
a. Identifikasi, calon mitra yang dianggap potensial
dan dialog sebagai elemen kunci. Dalam konteks
untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang
penanggulangan TB, komunikasi diarahkan
dihadapi perlu dilakukan identifikasi organisasi
untuk mendorong lingkungan berkreasi melalui
dan penjajagan.
pembuatan strategi dan pemberdayaan. Seluruh
b. Sosialisasi tentang program tuberkulosis kepada
kegiatan komunikasi disebarluaskan lewat media
calon mitra, sehingga mitra bisamemilih peran
dan berbagai saluran. Mobilisasi sosial merupakan
di keterlibatannya dalam penanggulangan tuber-
proses membangkitkan keinginan masyarakat, secara
kulosis.
aktif untuk menanggulangi TB yang menguntungkan
c. Penyamaan persepsi, agar diperoleh pandangan
masyarakat.7
yang sama dalam penanganan masalahyang
dihadapi bersama, maka para mitra perlu Penggerakan masyarakat dilaksanakan di tingkat
bertemu untuk saling memahami kedudukan, paling bawah (akar rumput) dan secara luas
tugas dan fungsi masing- masing secara terbuka berhubungan dengan mobilisasi dan aksi sosial
dan kekeluargaan masyarakat. Memperhatikan pemaparan komponen
d. Pembentukan Komitmen. Komitmen masing- AKMS, masing-masing komponen mempunyai
masing pihak sangat penting terutama komitmen tujuan dan kegiatan spesifik yang dilaksanakan secara
para pengambil kebijakan sehingga apa yang terpadu untuk mencapai keberhasilan program
menjadi kesepakatan dan tujuanbersama dalam penanggulangan TB.7
tercapai
Kecamatan Medan Denai telah menjadi Wilayah
e. Pengaturan peran. Peran masing-masing
Binaan FK UMSU sejak tahun 2014 yang lalu.
sektor dalam penggulangan tuberculosis perlu
Berbagai kegiatan dilakukan disana, antara lain
disepakati bersama, lebih baik secara tertulis
pembentukan Forum Masyarakat Peduli Penyakit
jelas yang dituangkan dalam dokumen resmi
Tuberkulosis. Forum ini beranggotakan kepala
f. Komunikasi intensif, untuk menjalin dan
keluarga yang telah ikut serta dalam Program
mengetahui perkembangan kemitraan dalam
Keluarga Binaan Kesehatan Fakultas Kedokteran
melaksanakan program tuberculosis perlu
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Forum
dilakukan komunikasi antar mitra secara teratur
ini merupakan wadah para kader kesehatan untuk
dan terjadwal, dan dapat diselesaikan masalah
membantu petugas kesehatan dalam mengatasi
di lapangan secara langsung.
persoalan kesehatan masyarakat antara lain TB.
g. Melakukan kegiatan. kegiatan yang disepakati
Forum ini baru saja terbentuk pada akhir tahun
harus dilaksanakan dengan baik sesuai dengan
2014, sehingga anggotanya perlu dilatih agar mampu

Vol. 4 | No. 2 | Juli 2015 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 85


Elman Boy, Efektifitas Pelatihan Kader Kesehatan dalam Penanganan Tuberkulosis di Wilayah Binaan

memainkan perannya dalam penanganan penyakit seperti pada saat sebelum diadakannya pelatihan.
TB. Didapatlah perbedaan pengetahuan sebelum dan
sesudahnya.8,9 Pengumpulan data ini dilakukan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
dengan didampingi dan diawasi oleh mahasiswa FK
efektifitas pelatihan penanganan penyakit TB yang
UMSU yang menjadi anggota petugas pelatihan.
telah diberikan kepada seluruh kader kesehatan.
Untuk memastikan maksud yang disampaikan dari
METODE pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat benar-benar
dipahami oleh responden. Data hasil jawaban
Desain penelitian ini menggunakan one group pre test responden atas kuesioner yang diserahkan kepada
and post test, para responden mendapatkan satu tes peneliti diseleksi dan hanya data yang lengkap saja
sebelum diberi perlakuan.8-10 Variabel bebas dalam yang dapat diolah menjadi data hasil penelitian.
penelitian ini adalah keikutsertaan dalam pelatihan Jawaban responden diukur dengan menggunakan
dan variabel terikatnya adalah pengetahuan mengenai skala likert benar dan salah. Data yang lengkap
penanganan penyakit TB. Pengetahuan mengenai kemudian di uji normalitas dengan menggunakan
penanganan penyakit Tuberkulosis didefinisikan uji Kolmogorov-smirnov, selanjutnya bila datanya
sebagai kemampuan peserta menjawab pertanyaan terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji
yang diajukan mengenai definisi, cara penularan, statistik inferensial parametrik dengan uji T test
gejala penyakit, faktor risiko menjadi penderita, cara namun apabila data tidak terdistribusi normal maka
pemeriksaan, cara pengobatan, lama pengobatan, digunakan statistik inferensial dengan uji Wilcoxon.15
biaya pengobatan, tempat berobat yang tepat dan Untuk mendapatkan hasil analisis pre and post test
peran keluarga dalam penanganan penyakit TB. tersebut, diperlukan alat bantu analisis data yaitu
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dengan menggunakan bantuan program perangkat
kader kesehatan yang merupakan anggota Forum lunak komputer IBM SPSS for Windows version 21.0.
Masyarakat Peduli Penyakit TB yang dibentuk oleh
Fakultas Kedokteran UMSU yaitu sebanyak 50 HASIL DAN PEMBAHASAN
orang. Kelompok populasi juga merupakan kepala Populasi terdiri dari laki-laki dan perempuan,
keluarga yang sedang mengikuti Program Keluarga berasal dari latar belakang yang berbeda. Sebagian
Binaan Kesehatan FK UMSU selama setahun dari dari sampel berprofesi sebagai pedagang, pegawai
dua setengah tahun yang direncanakan. Sampel kelurahan, anggota PKK, dan ibu rumah tangga
penelitian diambil dengan metode total sampling yang biasa. Subjek juga terdiri dari berbagai tingkatan
memenuhi kriteria inklusi.11-13 Kriteria inklusi yang usia. Ada yang berkisar 18-23 tahun, 24-29 tahun,
ditetapkan yaitu kader kesehatan yang mengikuti 30-35 tahun dan ada juga yang usianya >35 tahun.
acara pelatihan sampai dengan selesai dan mengisi
Hanya 47 orang responden yang mengisi data
kuesioner pretest dan posttest secara lengkap.Dalam
dengan lengkap. Sehingga data yang dianalisis hanya
hal ini berarti subjek yang tidak memberikan
berjumlah 47 sampel.
jawaban secara lengkap, tidak termasuk sebagai
sampel. Karena hanya yang lengkap saja yang akan Dari uji normalitas didapatkan hasil bahwa data
dianalis datanya. berdistribusi tidak normal sehingga digunakan
Uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon digunakan untuk
Teknik atau metode dalam pengumpulan data ini
menentukan apakah ada perbedaan rata-rata dua
dilakukan dengan memberikan lembar isian berupa
sampel yang saling berhubungan. Dalam hal ini
pilihan A sampai C dengan tingkat kebenaran
sampel tersebut adalah jawaban yang ada di bagian
hampir sama atau mendekati kebenaran. Di
pre and post test tadi.16
sini peserta diberikan lembaran yang harus diisi
sesuai dengan yang diketahuinya sebelum adanya Dalam uji wilcoxon ini terdapat dua jenis hipotesis,
pelatihan. Setelah dilakukan pelatihan peserta yaitu Ho dan Ha. Dimana Ho diartikan bahwa tidak
kembali diberikan lembaran isian yang sama adanya perbedaan pengetahuan antara sebelum dan

86 Vol. 4 | No. 2 | Juli 2015 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia


Elman Boy, Efektifitas Pelatihan Kader Kesehatan dalam Penanganan Tuberkulosis di Wilayah Binaan

sesudah pelatihan.Sedangkan Ha diartikan bahwa peningkatan 38,3%) . Kemudian diikuti dengan p11
ada perbedaan pengetahuan antara sebelum dan yaitu tentang peran keluarga terhadap pengobatan
sesudah dilakukan pelatihan. Dalam pengambilan TB (terjadi peningkatan 25,53%).
keputusan, teknik ini mempunyai syarat yaitu apabila
Sig > 0,05 maka Ho diterima. Dengan kata lain,
tidak ada perbedaan antara sebelum dan sesudah
dilakukan pelatihan. Sebaliknya, jika Sig < 0,05 maka
Ho ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan tingkat
pengetahuan antara sebelum dan sesudah dilakukan
pelatihan.16 Hasil uji Wilcoxon dapat dilihat dalam
tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Analisis menggunakan Uji Wilcoxon

Tabel 2. Hasil Analisis menggunakan Uji Wilcoxon

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa peserta yang


pengetahuannya mengalami penurunan sebelum
dan sesudah dilakukannya pelatihan ada 3 orang.
Sedangkan peserta yang pengetahuannya bertambah Gambar 1. Grafik gambaran peningkatan pengetahuan
berjumlah 34 orang. Dan peserta pelatihan yang
Keterangan :
pengetahuannya sama antara sebelum dan sesudah
p1 = Apa defenisi TB, p2 = Bagaimana Cara TB ditularkan,
dilakukannya pelatihan sebanyak 10 orang.
p3 = Apa gejala utama TB, p4 = Apa gejala tambahan TB,
Tabel 2 menjelaskan tentang hasil uji statistik. p5 = Faktor resiko TB, p6 = Cara Pemeriksaan TB yang
Dimana hasil Sig = 0,000 dengan based on negative ranks benar, p7 = Cara Mengobati TB yang benar, p8 = Lama
sebesar -4,837. Hasil analisis menyatakan jumlah Sig < pengobatan TB, p9 = Berapa biaya pengobatan TB, p10 =
0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan Dimana tempat berobat, p11 = Bagaimana Peran keluarga
tingkat pengetahuan dan penanganan terhadap terhadap pengobatan TB.
penyakit tuberkulosis antara sebelum dan sesudah
dilakukannya pelatihan penyakit tuberculosis di Hasil analisis data penelitian menunjukkan per-
wilayah kerja keluarga binaan Fakultas Kedokteran ubahan yang signifikan terhadap perbedaan tingkat
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. pengetahuan kader terhadap penanganan penyakit
Dari tabel 3 di bawah tampak bahwa peningkatan tuberculosis antara sebelum dan sesudah dilakukannya
pengetahuan kader Posyandu sebelum dan sesudah pelatihan. Sebagian besar peserta latih yaitu sebanyak
diberi pelatihan yang paling besar terjadi pada p9 34 dari 47 orang atau sebesar 72% pengetahuannya
yaitu berkaitan dengan biaya pengobatan TB (terjadi bertambah setelah diberikan pelatihan. Hasil analisis
statistik menunjukkan bahwa terjadi perbedaan

Vol. 4 | No. 2 | Juli 2015 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 87


Elman Boy, Efektifitas Pelatihan Kader Kesehatan dalam Penanganan Tuberkulosis di Wilayah Binaan

tingkat pengetahuan dan penanganan terhadap SARAN


penyakit tuberkulosis antara sebelum dan sesudah Untuk meningkatkan manfaat pelatihan ini, sebaik-
dilakukannya pelatihan penyakit tuberculosis di nya pelatihan seperti ini dapat dilakukan secara
wilayah kerja keluarga binaan Fakultas Kedokteran kontinu untuk menambah pengetahuan warga
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. binaan. Tidak hanya penyakit tuberkulosis, tetapi
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan juga berbagai macam masalah kesehatan lainnya. Peer
oleh Murti17 yang menunjukkan bahwa pengetahuan educator dapat dilibatkan sebagai bagian dari pelatih
kader kesehatan tuberkulosis dalam wadah dalam pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan
dasawisma meningkat setelah diberikan pelatihan. kader kesehatan dan memperluas jaringan pelatihan.
Hanya saja penelitian ini membandingkan antara
efektifitas pelaku pelatihnya, yaitu tenaga medis dan DAFTAR PUSTAKA
peer educator. Hasilnya menunjukkan bahwa pelatihan
1. WHO. Factsheet on TB. 2015 available from:<Http://
yang dilakukan oleh peer educator lebih signifikan Www.Who.Int/> [Accessed 25 February 2015]
meningkatkan kemampuan kader kesehatan dalam
2. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional
mencari kasus baru TB. Karakteristik populasi Penanggulangan Tuberkulosis Edisi Kedua Cetakan
penelitian sama dengan penelitian yakni berdasarkan Pertama. Depkes RI; 2006.
rentang usia yaitu 25-50 tahun dan rentang 3. Munir, Melati S, Nawas A, Soetoyo DK,.Pengamatan
pendidikan dari SD sampai dengan SMA. Pasien Tuberkulosis Paru dengan Multidrug
Penelitian yang dilakukan Sabri (2009), menunjukkan Resistant (TB-MDR) di Poliklinik Paru RSUP
pula bahwa pelatihan untuk meningkatkan Persahabatan. Populasi; 2008.
pengetahuan kader kesehatan penting dilakukan. 4. Zuliana, Imelda. Pengaruh Karakteristik Individu,
Sabri meneliti ibu-ibu kader kesehatan yang menjadi Faktor Pelayanan Kesehatan dan Faktor Peran
Pengawas Menelan Obat (PMO) di Padang dan Pengawas Menelan Obat terhadap Tingkat Kepatuhan
Penderita TB Paru dalam Pengobatan di Puskesmas
membandingkan tingkat pengetahuan peserta latih
Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009; 2010.
sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan. Sabri juga
5. Sihombing, Hendra. Pola Resistensi Primer pada
merekomendasikan perlunya buku modul pelatihan
Penderita TB Paru Kategori I di RSUP H. Adam
TB bagi kader kesehatan agar pengetahuan peserta
Malik, Medan. Online J Respir Indo. 2012; 32:138-
latih meningkat lebih baik lagi.18 45.
Peningkatan pengetahuan kader kesehatan menge- 6. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional
nai biaya berobat TB sangat penting artinya bagi Penanggulangan Tuberkulosis Edisi Kedua Cetakan
pencegahan angka drop out penderita TB dalam Pertama.Bab 8 Kemitraan Dalam Penanggulangan
mengkomsi obat. Hal ini seperti yang disebutkan Tuberkulosis. Depkes RI. 2006, 61-2.
oleh hasil penelitian Nugroho18 bahwa salah satu 7. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional
faktor penentu drop out dari pengobatan TB adalah Penanggulangan Tuberkulosis Edisi Kedua Cetakan
pasien merasa sembuh, biaya pengobatan yang tidak Pertama.Bab 9. Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi
Sosial (AKMS) Penanggulangan Tuberkulosis.
gratis dan ketiadaan pengawas menelan obat (PMO).
Depkes RI. 2006, 63-9.
8. Fraenkel, Jack R, Norman EW,. How To Design And
KESIMPULAN
Evaluate Research In Education. Vol. 7. New York:
Pelatihan peningkatan pengetahuan tentang Mcgraw-Hill; 1993.
penanganan penyakit TB efektif meningkatkan 9. Dugard, Pat, John T,.Analysis of Pre-Test Post-Test
pengetahuan kader kesehatan di wilayah kerja Control Group Designs in Educational Research.
keluarga binaan FK UMSU. Modul penelitian perlu Educational Psychology 15.2 (1995): 181-98.
dipersiapkan dengan lebih baik untuk dibaca dan 10. Dimitrov, Dimiter M, Phillip DR,.Pretest-Posttest
dipelajari oleh para kader kesehatan. Designs and Measurement of Change. Work:A Journal
of Prevention, Assessment And Rehabilitation 20.2
(2003); 159-165.

88 Vol. 4 | No. 2 | Juli 2015 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia


Elman Boy, Efektifitas Pelatihan Kader Kesehatan dalam Penanganan Tuberkulosis di Wilayah Binaan

11. Esbensen, Kim H. Representative Process Sampling Technology Services, Indiana University. Recuperado
in Practice: Variographic Analysis and Estimation El 25; 2008)
of Total Sampling Errors (TSE). Chemometrics And 16. Sopiyudin DM. Statistik untuk Kedokteran dan
Intelligent Laboratory Systems 88.1 (2007); 41-59. Kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba; 2011.
12. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan 17. Murti SE, Prabandari SY, Riyanto SB. Efektifitas
Praktik. Jakarta: Asdi Mahasatya; 2006. Promosi Kesehatan Dengan Peer Education pada
13. Sastroasmoro S, Sofyan I. Dasar-Dasar Metode Kelompok Dasawisma dalam Upaya Penemuan
Penelitian Klinis Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto; 2008. Tersangka TB Paru. 2006: Berita Kedokteran
14. Jamieson, Susan. Likert Scales: How To (Ab) Use Masyarakat; 22.3 (2015).
Them. Medical Education 38.12 (2004); 1217-8. 18. Nugroho AR. Studi Kualitatif Faktor yang Melatar
15. Myoung PH. Univariate Analysis and Normality Test Belakangi Drop Out Pengobatan Tuberkulosis Paru.
Using SAS, Stata, AndSPSS.The University Information Jurnal Kesehatan Masyarakat 7.1 (2011): 83-90.

Vol. 4 | No. 2 | Juli 2015 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 89

Anda mungkin juga menyukai