DISUSUN KELOMPOK 1
JANU E.SIHOTANG (5181122004)
JOY PRASETIA P(5181122014)
SIMON P.SAGALA(5183322012)
RIFQI IQBAL M (5183122029)
RISKY SURAMANA BARUS (5191122006)
Penulis
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….3-10
BAB III PENUTUP………………………………………………………………….11
A. Kesimpulan……………………………………………………………………….11
B. Saran……………………………………………………………………………..11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..iii
BAB I
PENDAHULUAN
Hal ini hanya dapat diketahui jika guru melakukan evaluasi, baik evaluasi terhadap proses
maupun produk pembelajaran. Evaluasi memiliki arti lebih luas daripada penilaian. Dengan
kata lain di dalam evaluasi tercakup di dalamnya penilaian. Siapapun yang melakukan tugas
mengajar, perlu mengetahui akibat dari pekerjaan-nya. Pendidik harus mengetahui sejauh
mana peserta didik telah menyerap dan menguasai materi yang telah diajarkan. Sebaliknya,
peserta didik juga membutuhkan informasi tentang hasil pekerjaannya.Sebelum melakukan
evaluasi, maka guru harus melakukan penilaian yang didahului dengan pengukuran. Hal
tersebutlah yang melatarbelakangi kami mengambil topik “PENGUKURAN HASIL
BELAJAR dan EVALUASI” dalam pembuatan makalah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,maka dapat dirumuskan masalah tentang pembahasan
makalah ini yaitu :
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengukuan dan evaluasi.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengukuran hasil belajar.
3. Untuk mengetahui instrumen pengukuran hasil belajar.
4. Untuk mengetahui tujuan pengukuran hasil belajar.
5. Untuk mengetahui macam-macam evaluasi.
6. Untuk mengetahui tahapan evaluasi.
7. Untuk mengetahui instrument hasil belajar.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi mahasiswa, dapat membantu mahasiswa mengkontruksi pengetahuannya
sendiri agar dapat menerapkan pengukuran hasil belajar dan evaluasi pada peserta
didik.
2. Bagi mahasiswa, akan terbantu menjadi orang yang kritis menganalisis suatu hal
karena mereka berfikir untuk memahami bagaimana pengukuran hasil belajar dan
evaluasi pada peserta didik.
3. Bagi guru dan calon guru, pengukuran hasil belajar dan evaluasi dapat digunakan
sebagai modal pembelajaran yang baik untuk mengaktifkan siswa Sekoah Dasar.
E. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini dibuat dari berbagai sumber, yaitu:
1. Buku sumber.
2. Internet
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Mahrens; pengukuran dapat diartikan sebagai informasi berupa angka yang
diperoleh melalui proses tertentu. Menurut Suharsimi Arikunto; pengukuran adalah
membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran. Menurut Lien; pengukuran adalah sejumlah
data yang dikumpul dengan menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis
dan interpretasi. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana
disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan
empiris.Proses pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir apa yang telah diperoleh siswa
setelah mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini dapat dilakukan dengan
mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan serta mengumpulkan
informasi yang sesuai dengan tujuan melalui apa yang telah dilakukan siswa.
2. Evaluasi
Dalam sebuah buku yang berjudul teknik evaluasi pendidikan karya M. Chabib Thoha,
beliau mengatakan bahwa Evaluasi berasal dari kata evaluation yang berarti suatu tindakan
atau suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu, apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau
tidak. Menurut istilah evaluasi berarti kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan
suatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur
tertentu guna memperoleh kesimpulan. Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses
kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami
siswa dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif
sesuai dengan standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam
bidang pendidikan dan pengajaran.
1. Di dalam pengukuran pertama-tama harus ditentukan dan dijelaskan apa yang akan
diukur. Sebelum suatu instrumen pengukuran disusun atau dipilih, harus ditetapkan
secara jelas apa kegunaan pengukuran itu, jadi apa yang akan diukur. Karenanya
perlu adanya deskripsi yang jelas tentang karakteristik atau tingkah laku yang akan
diukur.
2. Teknik pengukuran harus dipilih berdasarkan kegunaan pengukuran. Apabila suatu
aspek tingkahlaku peserta didik yang akan diukur telah ditentukan secara jelas
maka akan dapat dipilih teknik pengukuran yang sesuai untuk mengukur
tingkahlaku tersebut. Seringkali dipilih suatu teknik pengukuran berdasarkan
ketelitian yang dapat dicapai dengan instrumen, keobjektivan hasil pengukuran,
atau kemudahan pengukuran tersebut dilaksanakan. Semua kriteria ini memang
penting tetapi masih kalah penting dibandingkan dengan kriteria utama ialah
apakah teknik pengukuran itu masih merupakan cara yang paling efektif untuk
menentukan apa yang ingin diketahui tentang subjek yang akan diukur
karakteristiknya. Tiap-tiap teknik pengukuran dapat sesuai dengan tujuan tertentu,
dan tidak memadai untuk tujuan lain. Kesesuaian inilah yang harus merupakan
kriterion utama dalam pemilihan teknik dan instrument yang akan digunakan.
Sebagai contoh misalnya adalah pertanyaan yang seringkali timbul di masyarakat:
Apakah guru harus memakai tes yang bersifat obyektif atau tes esai untuk
mengukur hasil belajar peserta didik ? Tes obyektif memang sangat efektif untuk
mengukur bentuk hasil belajar tertentu. Pertanyaan disini ialah bukan apakah teknik
pengukuran ini yang perlu di pakai, tetapi kapan teknik itu dapat dipakai?
3. Penilain yang komprehensif memerlukan adanya sistem gabungan macam-macam
teknik pengukuran. Untuk mengukur hasil belajar peserta didik di dalam pelajaran
fisika misalnya, tidak hanya cukup apabila sebagai instrumen pengukuran dipakai
suatu tes obyektif yang dapat mengukur pengetahuan faktual tetapi tidak dapat
menunjukkan sejauh mana pelajaran telah dapat mengembangkan peserta didik
untuk berfikir kritis, atau ketrampilan motorik, bagaimana pelajaran itu telah
merubah sikap peserta didik, dan sebagainya. Untuk itu semua diperlukan
instrument-instrumen lain seperti checklist atau rating scale, kuesioner, dan
sebagainya.
4. Pemakaian yang tepat dari teknik-teknik pengukuran memerlukan adanya
kesadaran bahwa masing-masing teknik tersebut mempunyai keterbatasan maupun
keunggulannya.
5. Perlu diingat bahwa bagaimanapun bagusnya suatu instrument yang dipakai selalu
terdapat kesalahan-kesalahan di dalam pengukuran. Dengan mengetahui adanya
keterbatasan-keterbatasan yang ada pada instrumen pengukuran maka guru akan
dapat menggunakannya secara hati-hati serta lebih efektif.
———————— ———————————
1. esai
2. penjodohan
3. betul – salah
4. pengisian
Psikomotorik tes tertulis
Laporan
Lembaran observasi
Lembaran kerja
Afektif kuesioner
Skala sikap
Lembaran observasi
Dari apa yang tertulis di atas terlihat bahwa untuk mengukur hasil belajar seorang siswa
tertentu dapat dan perlu dipakai lebih dari satu instrumen apabila diinginkan adanya
informasi yang bersifat komprehensif. Untuk mengukur hasil belajar siswa di dalam
pelajaran fisika misalnya, tidak hanya cukup apabila dipakai suatu tes tertulis yang hanya
mengukur pengetahuan yang bersifat faktual saja tetapi tidak menunjukkan sejauh mana
pelajaran tersebut telah dapat mengembangkan siswa untuk berfikir analisis/kritis, atau sejauh
mana ketrampilan motorik siswa, atau sejauh mana pelajaran tersebut telah dapat merubah
sikap atau minat peserta didik. Untuk mengungkapkan itu semua diperlukan beberapa bentuk
instrumen pengukuran, karena tiap-tiap instrumen hanya mampu menghasilkan satu bentuk
informasi tertentu yang sifatnya unik dan hanya terbatas pada satu aspek tingkah laku atau
karakteristik saja.
1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu
kurun waktu dan proses tertentu.
2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seseorang dalam kelompok kelasnya.
3. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswadalam belajar. Hasil yang
baik pada umumnya menunjukkan tingkat usaha yang efisien.
4. Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitif
(kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.
5. Untuk mengetahui tingkat dan hasil metode mengajar yang digunakan dalam proses
belajar mengajar.
E. Macam-Macam Evaluasi
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu
pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses
pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses
pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi
(feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai.
Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa
saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil
tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang
belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada
siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi
siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang
memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang
sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas.
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang
didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui
sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel
mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode
pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam
satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
3. Evaluasi Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-
kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan
perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada
tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap
calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui
kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap
proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih
belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa
tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.
F. Tahapan Evaluasi
Tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah penentuan tujuan, menentukan desain
evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan
interpretasi serta tindak lanjut.
Menentukan Tujuan
Tujuan evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui capaian penguasaan kompetensi oleh
setiap siswa sesuai rencana pembelajaran yang disusun oleh guru mata pelajaran. Kompetensi
yang harus dikuasai oleh siswa mencakup koginitif, psikomotorik, dan afektif.
Tindak Lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan menindaklanjuti hasil analisis dan interpretasi. Sebagai
rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak lanjut pada dasarnya berkenaan dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran
yang telah dilaksanakan dan berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi pemebelajaran itu
sendiri. Tindaklanjut pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan
pelaksanaan keputusan tentang usaha perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan
sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran. Tindaklanjut berkenaan dengan evaluasi
pembelajaran menyangkut pelaksanaan evaluasi dengan instrumen evaluasi yang digunakan
meliputi tujuan, proses, dan instrumen evaluasi hasil belajar.
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan evaluasi, agar
mendapat informasi yang akurat, diantaranya:
1. Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat
penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. à patokan : Kurikulum/silabi.
2. Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.
3. Agar hasil penilaian obyektif, gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya
komprehensif.
4. Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.
G. Instrumen Evaluasi Hasil Belajar
Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk
mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes mencakup:
tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat,
menjodohkan, benar salah, unjuk kerja (performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk
non-tes mencakup: wawancara, angket, dan pengamatan (observasi).
Sebelum instrumen digunakan hendaknya dianalisis terlebih dahulu. Dua karakteristik
penting dalam menganalisis instrumen adalah validitas dan reliabilitasnya. Instrumen
dikatakan valid (tepat, absah) apabila instrumen digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Instrumen untuk mengukur kemampuan matematika siswa sekolah dasar
tidak tepat jika digunakan pada siswa Sekolah menengah. Dalam hal ini sasaran kepada siapa
instrumen itu ditujukan merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam
menganalisis validitas suatu instrumen. Aspek lainnya misalnya kesesuaian indikator dengan
butir soal, penggunaan bahasa, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, kaidah-kaidah
dalam penulisan butir soal dsb.
Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Hendaknya memenuhi syarat sebelum digunakan
untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang
tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat
mengakibatkan hasil penilaian menjadi bisa atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan
kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak mampu atau
sebaliknya. Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang
digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen.
Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara
lain:
1. Validitas
Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang
dimaksud validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang
seharusnya diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu
aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Tinggi rendahnya validitas instrumen dapat di hitung
dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.
2. Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapat
menghasilkan hasil pengukuran yang Ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat
dihitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.
3. Objektivitas
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subjektifitas pribadi dari
si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subjektifitas yang tidak
bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama menyangkut
masalah kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-
menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang keadaan audiens yang dinilai. Evaluasi yang diadakan
secara hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif tentang
keadaan audiens yang dievaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.
4. Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat
praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri: mudah dilaksanakan, tidak menuntut
peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audiens mengerjakan yang dianggap
mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci
jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh orang lain.
5. Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang
mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
6. Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audiens mempertinggi
usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens putus asa dan tidak
memiliki semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Di dalam istilah
evaluasi indeks kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan “proporsi”
7. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan
antara audiens yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audiens yang tidak pandai
(berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan
Indeks Diskriminasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk mengukur sesuatu. Sedangkan evaluasi
adalah sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan,
unjuk kerja, proses, orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu.
Pengukuran hasil belajar memiliki beberapa prinsip dan instrumen. Instrumen dalam
pengukuran hasil belajar dapat dibedakan dari kawasan belajarnya yakni Kognitif,
Psikomotorik dan Kognitif. Pengukuran hasil belajar juga memiliki beberapa tujuan
diantaranya untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu
kurun waktu dan proses tertentu.
Evaluasi ada tiga macam, yakni : Evaluasi Formatif, Evaluasi Sumatif dan Evaluasi
Diagnostik. Evaluasi juga memiliki beberapa tahapan yakni : menentukan tujuan,
menentukan rencana evaluasi, penyusunan instrumen evaluasi, pengumpulan data dan
informasi, analisis dan interpretasi serta tindak lanjut. Adapun instrumen dalam evaluasi
meliputi : validitas, reabilitas, objektivitas, praktibilitas, ekonomis, taraf kesukaran, dan daya
pembeda.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari keseluruhan makalah ini kami ingin memberikan beberapa
saran sebagai berikut: