Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang besar kaya akan semuanya, memiliki wilayah

yang luas, jumlah penduduk besar yang berjumlah 268,369,114 jiwa, dan

memiliki berbagai macam budaya, bahasa, adat, agama serta tradisi yang berbeda-

beda. Semua inilah yang membuat Negara Indonesia itu unik dan berbeda dari

negara lain. Tidak lepas dari itu Negara Indonesia merupakan suatu kesatuan,

dilandasi oleh Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika yang menjadi pondasi suatu

persatuan dan kesatuan Indonesia. Diera globalisasi dimana teknologi canggih

berkembang pesat, perbedaan-perbedaan itu harus dijaga dan dipertahankan demi

mewujudkan identitas kepribadian dan sikap mental berdasarkan nilai-nilai

Pancasila seperti sikap dan mempunyai tingkah laku sebagai manusia beradab

yang merupakan bentuk identitas kepribadian bangsa Indonesia yang sebenarnya,

dengan cara mempunyai rasa kebangsaan, paham kebangsaan, semangat

kebangsaan yang tinggi dan memperbanyak pengetahuan-pengetahuan tentang

informasi negara kita.

Rasa kebangsaan dapat timbul dan terpendam secara berbeda dari orang

perorang dengan naluri kejuangannya masing-masing, tetapi dapat juga timbul

dalam kelompok yang berpotensi dahsyat luar biasa kekuatannya. Dinamisasi rasa

kebangsaan dalam mencapai cita-cita bangsa berkembang menjadi wawasan

kebangsaan, yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa

1
2

memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan nasional yang jelas. Berdasarkan rasa

dan paham kebangsaan itu, timbul semangat kebangsaan (Marsono 2015:4).

Bisa dilihat dari pernyataan di atas bahwa wawasan kebangsaan adalah

suatu hal yang sangat penting dan berarti dalam kehidupan berbangsa bernegara

maupun bermasyarakat. Karena wawasan kebangsaan sendiri tidak bukan dan

tidak lain adalah sebuah falsafah hidup, dapat membentuk jati diri bangsa dan

kepribadian mental. Informasi tentang wawasan kebangsaan bisa kita dapatkan

dengan mudah di zaman era globalisasi. Diera globalisasi yang penuh dengan

teknologi-teknologi canggih dan membuat kemajuan di berbagai bidang terutama

di bidang komunikasi massa.

Pada era globalisasi, wawasan tentang kebangsaan bisa kita dapat dengan

mudah dan bisa saja hilang begitu saja. Dikarenakan semakin majunya media-

media informasi di abad 21 ini. Sebuah informasi pesan yang disampaikan pada

era abad 21 sudah termasuk pada era komunikasi interaktif. Menurut Surokim

(2017:20) Abad 21 telah mengalami perpindahan dari era writing ke era

komunikasi interaktif melewati dua era, yaitu era printing dan telecomunication.

Masyarakat informasi adalah sebutan dari masyarakat yang tinggal dan hidup

pada era abad 21.

Ciri-ciri masyarakat informasi adalah ditandai dengan semakin

mendominasinya sektor informasi dalam kehidupan masyarakat yang bisa

didapatkan melalui media baru ( New Media) atau yang dikenal dengan media

sosial dengan menggunakan jaringan internet. Begitu pula informasi tentang

wawasan kebangsaanpun bisa kita dapatkan melalui media sosial seperti


3

Facebook, Instagram, Twitter, Blog, Youtobe, bahkan Koran online. Dalam media

sosial, informasi dikemas dalam berbagai bentuk tulisan, gambar, bahkan video.

Berdasarkan data dari kominfo Hampir 63 juta jiwa pengguna internet di

Indonesia, hampir 95% mengakses media sosial. Mulai dari generasi muda dengan

rentang usia 20-24 tahun ditemukan 22,3 juta jiwa yang setara 82% dari total

penduduk di dalam rentang usia ini. Pada rentang usia 25-29 tahun terdapat 24

juta jiwa pengguna internet atau setara 80% total jiwa dalam rentang usia ini.

Angka tersebut relatif tinggi ketimbang penduduk kelompok usia lainnya

berdasarkan riset terbaru yang dirilis asosiasi penyelenggara jasa internet

Indonesia. Indonesia pun menempati posisi ketiga di dunia sebagai pengguna di

layanan media sosial, kita berhasil mengalahkan Brazil dan Amerika Serikat.

Data di atas menunjukan bahwa kelompok generasi muda sangat aktif

dalam menggunakan media sosial. Karena media sosial adalah tempat berekspresi

dan mengeluarkan pendapat dengan bebas, tetapi yang harus diingat bahwa

kebebasan berpendapat tersebut bukanlah kebebasan mutlak tanpa batas dan etika.

Tetapi sangat disayangkan banyak pengguna media sosial khususnya generasi

muda salah kaprah dalam mengartikan kebebasan ini. Terkadang malah menjadi

ajang propaganda, ujaran kebencian akhirnya menimbulkan konflik yang besar

sehingga terjadi perpecahan antar bangsa dikarenakan penyebaran berita-berita

hoaks (berita bohong). Inilah yang menjadi masalah tersendiri bagi NKRI,

dikarenakan bisa merusak persatuan bangsa, yang mana salah satu konsep dari

wawasan kebangsaan adalah menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI). Terbukti menurut kominfo masyarakat menggunakan pola komunikasi


4

10 to 90 dalam bermedia sosial. Hanya 10 persen masyarakat yang memproduksi

informasi, sedangkan 90 persen cenderung mendistribusikannya.

Ini terbukti dengan berita yang dikeluarkan oleh news.okezone.com

Kamis, 29 Maret 2018, Jambi. Tim di reskrimsus polda mengatakan, terduga

ujaran kebencian terhadap umat muslim ditetapkan sebagai tersangka oleh tim

penyidik ditreskrimsus polda Jambi. Dikarenakan petugas mendapatkan informasi

adanya postingan di media sosial Facebook berupa ujaran kebencian oleh seorang

pria. Akibatnya tersangka yang juga sebagai mahasiswa UNJA semester 6

Fakultas Ekonomi tersebut terancam undang-undang ITE dengan ancaman 6 tahun

penjara.

Sesuai yang dikatakan oleh kominfo masyarakat Indonesia lebih banyak

mendistribusikan informasi daripada memproduksi informasi. Selain penyebaran

berita ujaran kebencian, hoaks maupun yang mengandung unsur sara, media sosial

juga bisa membuat lunturnya budaya-budaya asli Indonesia. Seperti mereka lebih

tahu musik dan suka mendengarkan musik-musik dari luar seperti K-POP, Barat

dibandingkan lagu-lagu lokal maupun daerah mungkin sebagian dari mereka tidak

tahu lagu daerahnya masing-masing. Bukan hanya itu banyak dari mereka tidak

mau tahu tentang apa yang terjadi di Indonesia sekarang ini yaitu negaranya

sendiri, mereka lebih memilih bermain games dibandingkan membaca atau

mencari informasi lewat media sosialnya.

Generasi muda sekarang pun banyak tidak mau mempelajari sejarah-

sejarah dan budaya-budaya Indonesia. Sama halnya yang dikatakan oleh dandim

0734/Yogyakarta Letkol Inf Wiyata Sempana Aji, pada tanggal 17 Juli 2019 lewat

media Koran online suara merdeka news mengatakan diera perkembangan


5

teknologi yang pesat dan era media sosial saat ini justru yang berkembang adalah

kurang kesadaran generasi muda terhadap hal-hal kebangsaan. Para pemuda

dianggap lebih bersikap individualistis sebagai dampak adanya media sosial,

sehingga bersikap kurang peduli dengan lingkungan sekitarnya. Akibatnya para

pemuda dekade ini kearah yang sempit dengan ditandai tuntutan mereka untuk

meninggalkan tradisi dan adat istiadat, baik dari kelompok masyarakat di

beberapa daerah maupun perkotaan.

Sebenarnya jika pengguna media sosial memang menggunakan media

sosial untuk mencari informasi, banyak sekali yang bisa mereka dapatkan.

Terlebih lagi pada tahun ini adalah tahunnya pemilihan umum, media sosial pun

menjadi tempat perbincangan masyarakat mengenai politik. Inilah alasan mengapa

media sosial bisa dijadikan untuk meningkatkan wawasan kebangsaan. Khususnya

mahasiswa PPKn, karena banyak sekali informasi up to date (terkini) yang sedang

diperbincangkan di masyarakat saat ini secara intens di media sosial. Apalagi jika

kaitanya dengan perpolitikan, agama, ras, suku budaya Indonesia yang sering

menjadi perbincangan yang hangat, tentunya di media sosial seperti Facebook,

Twitter, Instagram, Youtobe dll, dan informasi yang didapatkan dari media sosial

inilah yang sering menimbulkan sebuah opini publik. Sehingga menciptakan

persepsi-persepsi baik itu positif maupun negatif di masyarakat.

Opini–opini itulah yang membuat wawasan kebangsaan menyebar ke

masyarakat, sebab hal-hal yang berhubung agama, ras, suku, budaya, bahasa

bahkan tentang perpolitikan, merupakan cara pandang konsep dari wawasan

kebangsaan. Disinilah membuat media sosial sangat bermanfaat bagi mahasiswa

PPKn dalam berpikir kritis membuat bertambahnya pengetahuan tentang wawasan


6

kebangsaan yang berguna untuk proses perkuliahan. Ini semua bermanfaat jika

media sosial digunakan untuk hal-hal positif.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ke beberapa mahasiswa program

Studi PPKn pada tanggal 22 Mei 2019 ditemukan, masih banyak responden yang

tidak mencari kebenaran dari informasi didapatkan apakah itu informasi hoaks

(tidak benar). Karena jika informasi itu tidak teruji kebenarannya dan mereka

mencerna secara mentah-mentah, inilah yang akan menghancurkan persatuan

bangsa, karena banyak dari berita hoaks berisi tentang ujaran-ujaran kebencian

yang biasa memanfaatkan perbedaan yang dimiliki Indonesia sendiri didalamnya

terdapat tentang agama, ras, suku, budaya, bahasa dll. Jika kita ketahui perbedaan

itu adalah kekuatan persatuan bangsa Indonesia.

Selain mendapatkan berita hoaks, media sosial menyebabkan tingginya sifat

individualisme dan terkadang sampai membuat mahasiswa PPKn angkatan 2017

lupa mengerjakan ibadah, dikarenakan keasikan bermain media sosial. Ada juga

dari responden terkadang enggan memakai bahasa daerahnya dalam meng up date

status di media sosial, dan lebih percaya diri memakai bahasa Inggris untuk men

up date/memperbarui status di media sosial.

Menurut Nurudin (2018: 10) bahwa media sosial bukanlah sebuah aktivitas

yang dilakukan oleh perseorangan atau individu semata. Ia merupakan aktivitas

yang dilakukan oleh banyak orang sosial. Sehingga kehadirannya juga banyak

mewarnai peristiwa publik. Media sosial seolah menjadi dua sisi mata uang koin.

Disatu sisi ia berdampak positif bagi perkembangan hidup berbangsa dan

bernegara. Ia menjadi alat penyatu bangsa dan sebaliknya, ia malah

mendegradasikan moral dan berpotensi menyebabkan disintegrasi bangsa.


7

Berdasarkan permasalahan yang ada, dari hasil observasi. Berkaitan dengan

informasi wawasan kebangsaan yang didapatkan mahasiswa PPKn angkatan 2017

di media sosial. salah satunya masih banyak mahasiswa yang mendapatkan

informasi yang tidak tahu kebenarannya (informasi hoaks), yang bisa merusak

persatuan bangsa. Melihat kondisi di atas, maka sangat penting untuk dilakukan

sebuah penelitian apakah media sosial mempengaruhi wawasan kebangsaan

mahasiswa PPKn. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk

melakukan kajian ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Media

Sosial Terhadap Wawasan Kebangsaan Mahasiswa Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Jambi Angkatan 2017”

1.2 Identifikasi Masalah

1. Masih banyak mahasiswa PPKn angkatan 2017 yang tidak mencari kebenaran

informasi yang mahasiswa dapatkan.

2. Media sosial membuat mahasiswa PPKn angkatan 2017 mempunyai sifat

individualisme.

3. Membuat mahasiswa PPKn angkatan 2017 lupa untuk mengerjakan hal-hal

yang seharusnya dikerjakan.

4. Media sosial membuat mahasiswa PPKn angkatan 2017 menyukai bahasa dan

budaya asing.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam

penulisan penelitian ini. Dalam pembatasan masalah yang tepat dan benar, maka

arah dari pembahasan masalah akan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
8

Maka peneliti membatasi masalah penelitian ini “Pengaruh Media Sosial

Terhadap Wawasan Kebangsaan Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi

Angkatan 2017”.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di latar belakang di atas, maka permasalahan

dapat dirumuskan: “Apakah Terdapat Pengaruh Media Sosial Terhadap Wawasan

Kebangsaan Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi Angkatan 2017”

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul dan rumusan masalah yang penulis kemukakan diatas,

maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : “Untuk Mengetahui

Pengaruh Media Sosial Terhadap Wawasan Kebangsaan Mahasiswa Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Jambi Angkatan 2017”.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bertujuan untuk menambah pengetahuan

tentang pengaruh media sosial terhadap wawasan kebangsaan mahasiswa Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan program studi PPKn Universitas Jambi angkatan

2017.
9

2. Manfaat Praktis

a. Bagi dosen

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan tambahan ilmu

serta memberikan masukan pada dosen untuk lebih mengasah wawasan

kebangsaan mahasiswa.

b. Bagi mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman pada mahasiswa

akan manfaat media sosial guna untuk meningkatkan wawasan kebangsaan.

c. Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi wawasan kebangsaan dan

menjadikan bahan pertimbangan penelitian selanjutnya.

1.7 Definisi Operasional

1. Wawasan Kebangsaan

Suprapto (dalam Asnawati 2015:10), Konsep wawasan kebangsaan

merupakan cara pandang ke dalam dan ke luar sebuah bangsa dalam masalah

ideologi, sosial, ekonomi, budaya, politik, dan pertahanan keamanan. Wawasan

kebangsaan memiliki tiga dimensi: rasa kebangsaan, paham kebangsaan, dan

semangat kebangsaan. Rasa kebangsaan adalah rasa memiliki yang tinggi dan

bangga terhadap hasil karya budaya bangsa dan jiwa bangsa sendiri. Paham

kebangsaan berkaitan dengan nasionalisme kebangsaan secara politik yang

terimplementasikan ke dalam empat pilar tegaknya bangsa dan Negara yaitu :

Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), UUD 1945 dan Bhineka

Tunggal Ika. Sedangkan semangat kebangsaan merupakan perpaduan sinergi dari


10

rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Dari semangat kebangsaan akan

mengalir rasa kesetiakawanan sosial, semangat rela berkorban, dan dapat

menumbuhkan jiwa patriotisme.

2. Media Sosial

Media sosial berasal dari kata media dan sosial. Media atau medium

adalah saluran yang membawa pesan sedangkan sosial jika menurut pernyataan

Durkheim sosial merujuk pada kenyataan sosial bahwa setiap individu melakukan

aksi yang memberikan kontribusi kepada masyarakat. Jadi media sosial adalah

medium internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya

maupun berinteraksi, ber kerjasama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna

lain dan membentuk ikatan sosial secara virtual (Nasrullah, 2017:13)

Menurut Nurudin, (2018:4) media sosial adalah media bebas, dimana

pemilik akun media sosial bisa berbuat apa saja karena tidak ada sensor. Misalnya

mereka bisa mengumpat apa saja, berbicara apa saja, menyebar tautan apapun,

mengomentari tautan dengan cara apapun.

Anda mungkin juga menyukai