Bab I - 2
Bab I - 2
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara yang besar kaya akan semuanya, memiliki wilayah
yang luas, jumlah penduduk besar yang berjumlah 268,369,114 jiwa, dan
memiliki berbagai macam budaya, bahasa, adat, agama serta tradisi yang berbeda-
beda. Semua inilah yang membuat Negara Indonesia itu unik dan berbeda dari
negara lain. Tidak lepas dari itu Negara Indonesia merupakan suatu kesatuan,
dilandasi oleh Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika yang menjadi pondasi suatu
Pancasila seperti sikap dan mempunyai tingkah laku sebagai manusia beradab
Rasa kebangsaan dapat timbul dan terpendam secara berbeda dari orang
dalam kelompok yang berpotensi dahsyat luar biasa kekuatannya. Dinamisasi rasa
1
2
memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan nasional yang jelas. Berdasarkan rasa
suatu hal yang sangat penting dan berarti dalam kehidupan berbangsa bernegara
tidak lain adalah sebuah falsafah hidup, dapat membentuk jati diri bangsa dan
dengan mudah di zaman era globalisasi. Diera globalisasi yang penuh dengan
Pada era globalisasi, wawasan tentang kebangsaan bisa kita dapat dengan
mudah dan bisa saja hilang begitu saja. Dikarenakan semakin majunya media-
media informasi di abad 21 ini. Sebuah informasi pesan yang disampaikan pada
era abad 21 sudah termasuk pada era komunikasi interaktif. Menurut Surokim
komunikasi interaktif melewati dua era, yaitu era printing dan telecomunication.
Masyarakat informasi adalah sebutan dari masyarakat yang tinggal dan hidup
didapatkan melalui media baru ( New Media) atau yang dikenal dengan media
Facebook, Instagram, Twitter, Blog, Youtobe, bahkan Koran online. Dalam media
sosial, informasi dikemas dalam berbagai bentuk tulisan, gambar, bahkan video.
Indonesia, hampir 95% mengakses media sosial. Mulai dari generasi muda dengan
rentang usia 20-24 tahun ditemukan 22,3 juta jiwa yang setara 82% dari total
penduduk di dalam rentang usia ini. Pada rentang usia 25-29 tahun terdapat 24
juta jiwa pengguna internet atau setara 80% total jiwa dalam rentang usia ini.
layanan media sosial, kita berhasil mengalahkan Brazil dan Amerika Serikat.
dalam menggunakan media sosial. Karena media sosial adalah tempat berekspresi
dan mengeluarkan pendapat dengan bebas, tetapi yang harus diingat bahwa
kebebasan berpendapat tersebut bukanlah kebebasan mutlak tanpa batas dan etika.
muda salah kaprah dalam mengartikan kebebasan ini. Terkadang malah menjadi
hoaks (berita bohong). Inilah yang menjadi masalah tersendiri bagi NKRI,
dikarenakan bisa merusak persatuan bangsa, yang mana salah satu konsep dari
ujaran kebencian terhadap umat muslim ditetapkan sebagai tersangka oleh tim
adanya postingan di media sosial Facebook berupa ujaran kebencian oleh seorang
penjara.
berita ujaran kebencian, hoaks maupun yang mengandung unsur sara, media sosial
juga bisa membuat lunturnya budaya-budaya asli Indonesia. Seperti mereka lebih
tahu musik dan suka mendengarkan musik-musik dari luar seperti K-POP, Barat
dibandingkan lagu-lagu lokal maupun daerah mungkin sebagian dari mereka tidak
tahu lagu daerahnya masing-masing. Bukan hanya itu banyak dari mereka tidak
mau tahu tentang apa yang terjadi di Indonesia sekarang ini yaitu negaranya
sejarah dan budaya-budaya Indonesia. Sama halnya yang dikatakan oleh dandim
0734/Yogyakarta Letkol Inf Wiyata Sempana Aji, pada tanggal 17 Juli 2019 lewat
teknologi yang pesat dan era media sosial saat ini justru yang berkembang adalah
pemuda dekade ini kearah yang sempit dengan ditandai tuntutan mereka untuk
sosial untuk mencari informasi, banyak sekali yang bisa mereka dapatkan.
Terlebih lagi pada tahun ini adalah tahunnya pemilihan umum, media sosial pun
mahasiswa PPKn, karena banyak sekali informasi up to date (terkini) yang sedang
diperbincangkan di masyarakat saat ini secara intens di media sosial. Apalagi jika
kaitanya dengan perpolitikan, agama, ras, suku budaya Indonesia yang sering
Twitter, Instagram, Youtobe dll, dan informasi yang didapatkan dari media sosial
masyarakat, sebab hal-hal yang berhubung agama, ras, suku, budaya, bahasa
kebangsaan yang berguna untuk proses perkuliahan. Ini semua bermanfaat jika
Studi PPKn pada tanggal 22 Mei 2019 ditemukan, masih banyak responden yang
tidak mencari kebenaran dari informasi didapatkan apakah itu informasi hoaks
(tidak benar). Karena jika informasi itu tidak teruji kebenarannya dan mereka
bangsa, karena banyak dari berita hoaks berisi tentang ujaran-ujaran kebencian
terdapat tentang agama, ras, suku, budaya, bahasa dll. Jika kita ketahui perbedaan
lupa mengerjakan ibadah, dikarenakan keasikan bermain media sosial. Ada juga
dari responden terkadang enggan memakai bahasa daerahnya dalam meng up date
status di media sosial, dan lebih percaya diri memakai bahasa Inggris untuk men
Menurut Nurudin (2018: 10) bahwa media sosial bukanlah sebuah aktivitas
yang dilakukan oleh banyak orang sosial. Sehingga kehadirannya juga banyak
mewarnai peristiwa publik. Media sosial seolah menjadi dua sisi mata uang koin.
informasi yang tidak tahu kebenarannya (informasi hoaks), yang bisa merusak
persatuan bangsa. Melihat kondisi di atas, maka sangat penting untuk dilakukan
melakukan kajian ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Media
1. Masih banyak mahasiswa PPKn angkatan 2017 yang tidak mencari kebenaran
individualisme.
4. Media sosial membuat mahasiswa PPKn angkatan 2017 menyukai bahasa dan
budaya asing.
Batasan masalah merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
penulisan penelitian ini. Dalam pembatasan masalah yang tepat dan benar, maka
arah dari pembahasan masalah akan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
8
Angkatan 2017”.
1. Manfaat Teoritis
Keguruan dan Ilmu Pendidikan program studi PPKn Universitas Jambi angkatan
2017.
9
2. Manfaat Praktis
a. Bagi dosen
kebangsaan mahasiswa.
b. Bagi mahasiswa
c. Peneliti
1. Wawasan Kebangsaan
merupakan cara pandang ke dalam dan ke luar sebuah bangsa dalam masalah
semangat kebangsaan. Rasa kebangsaan adalah rasa memiliki yang tinggi dan
bangga terhadap hasil karya budaya bangsa dan jiwa bangsa sendiri. Paham
Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), UUD 1945 dan Bhineka
2. Media Sosial
Media sosial berasal dari kata media dan sosial. Media atau medium
adalah saluran yang membawa pesan sedangkan sosial jika menurut pernyataan
Durkheim sosial merujuk pada kenyataan sosial bahwa setiap individu melakukan
aksi yang memberikan kontribusi kepada masyarakat. Jadi media sosial adalah
pemilik akun media sosial bisa berbuat apa saja karena tidak ada sensor. Misalnya
mereka bisa mengumpat apa saja, berbicara apa saja, menyebar tautan apapun,