Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN SMALL GROUP DISCUSTION

ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

Untuk Memenuhi Tugas kelompok Mata Kuliah K3


Yang Diampu Oleh
Asep Iskandar, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh:
Naura Qurrotu Aini I1B018058
Nana Lia Safitri I1B018066
Nevia Fadila Putri I1B018084
Isnan Okta Nur Zaki I1B018088
Tsabitah Hasna Nisrinna I1B018094

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang dipakai
petugas untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia, biologi/bahan
infeksius. Alat Pelindung Diri seorangan adalah alat yang digunakan
seseorang dalam melakukan pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi
dirinya dari sumber bahaya tertentu, baik yang berasal dari pekerjaan maupun
lingkungan pekerjaan dan berguna dalam usaha untuk mencegah atau
mengurangi kemungkinan cedera atau sakit (Siburian 2012). Alat pelindung
diri yang menjadi komponen utama Personal Precaution beserta
penggunaannya yang biasa digunakan pekerja khususna perawat sebagai
kewaspadaan standar (standar precaution) dalam melakukan tindakan
keperawatan menurut Departemen Keseharan RI, 2007 yang bekerjasama
dengan Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (PERDALIN).
Tujuan Pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran mukosa
dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh
dan selaput lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya. (PERMENKES RI,
2017).
Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang
memungkinkan tubuh atau membran mukosa terkena atau terpercik darah
atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien terkontaminasi dari petugas
Dalam pemakaian APD ada faktor-faktor penting yang harus
diperhatikan. Seperti yang sudah diatur dalam Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Failitas Pelayanan Kesehatan yang
dikeluarkan oleh DepKes RI (2007) faktor-faktor penting yang harus
diperhatikan pada pemakaian APD yaitu :
1. Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, uumnya memasuki
ruangan
2. Gunakan dengan hati-hati, jangan menyebarkan kontaminasi
3. Lepas dan buang secara hati-hati ke tempat limbah inkefsius yang telah
disediakan di ruang ganti khusus. Lepas masker di luar ruangan
4. Segera lakukan pembersihan tangan dengan langkah-langkah
membersihkan tangan sesuai pedoman.
Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai di lakukan.

B. Jenis-Jenis APD
1. Sarung tangan
Sarung tangan digunakan bila terjadi kontak dengan darah, cairah tubuh,
dan bahan yang terkontaminasi. Selain itu kegunaan sarung tangan adalah
digunakan bila terjadi kontak dengan selaput lendir dan kulit terluka.
Meskipun sudah menggunakan sarung tangan, namun kebutuhan mencuci
tangan tidak boleh dikurangi. Karena penggunaan sarung tangan dan
kebersihan tangan merupakan komponen kunci dalam meminimalkan
penyebaran penyakit dan mempertahankan suatu lingkungan bebas infeksi.
Ada tiga jenis sarung tangan, yaitu :
a. Bedah (steril) dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau
pembedahan
b. Sarung tangan pemeriksaan (bersih) dipakai untuk melindungi
petugas pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan
pemeriksaan atau pekerjaan rutin
c. Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan
permukaan yang terkontaminasi
2. Masker
Penggunaan masker bertujuan untuk melindungi selaput lendir mata,
hidung dan mulut saat terjadi kontak atau untuk menghindari sipratan
dengan darah dan cairan tubuh. Masker juga harus diganti untuk setiap
pasiennya.
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa
mulut dari cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan
lingkungan udara yang kotor dan melindungi pasien atau permukaan
lingkungan udara dari petugas pada saat batuk atau bersin. Masker yang di
gunakan harus menutupi hidung dan mulut serta melakukan Fit Test
(penekanan di bagian hidung)
a. Masker bedah, untuk tindakan bedah atau mencegah penularan
melalui droplet.
b. Masker respiratorik, untuk mencegah penularan melalui airborne.
c. Masker rumah tangga, digunakan di bagian gizi atau dapur
Cara memakai masker:
1) Memegang pada bagian tali (kaitkan pada telinga jika
menggunakan kaitan tali karet atau simpulkan tali di belakang
kepala jika menggunakan tali lepas).
2) Eratkan tali kedua pada bagian tengah kepala atau leher.
3) Tekan klip tipis fleksibel (jika ada) sesuai lekuk tulang hidung
dengan kedua ujung jari tengah atau telunjuk.
4) Membetulkan agar masker melekat erat pada wajah dan di bawah
dagu dengan baik.
5) Periksa ulang untuk memastikan bahwa masker telah melekat
dengan benar.
3. Gaun pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari
kemungkinan paparan atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi,
ekskresi atau melindungi pasien dari paparan pakaian petugas pada
tindakan steril.
a. Gaun pelindung tidak kedap air
b. Gaun pelindung kedap air
c. Gaun steril
d. Gaun non steri
Indikasi penggunaan gaun pelindung Tindakan atau penanganan alat
yang memungkinkan pencemaran atau kontaminasi pada pakaian petugas,
seperti:
1) Membersihkan luka
2) Tindakan drainase
3) Menuangkan cairan terkontaminasi kedalam lubang pembuangan
atau WC/toilet
4) Menangani pasien perdarahan masif
5) Tindakan bedah
6) Perawatan gigi
4. Google dan perisai wajah
Harus terpasang dengan baik dan benar agar dapat melindungi wajah
dan mata.
Tujuan pemakaian Goggle dan perisai wajah :
Melindungi mata dan wajah dari percikan darah, cairan tubuh,
sekresi dan eksresi.
Indikasi:
Pada saat tindakan operasi, pertolongan persalinan dan tindakan
persalinan, tindakan perawatan gigi dan mulut, pencampuran B3 cair,
pemulasaraan jenazah, penanganan linen terkontaminasidi laundry, di
ruang dekontaminasi CSSD.
5. Sepatu pelindung
Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah melindung kaki petugas
dari tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari
kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan, sepatu
tidak boleh berlubang agar berfungsi optimal. Jenis sepatu pelindung
seperti sepatu boot atau sepatu yang menutup seluruh permukaan kaki.
Indikasi pemakaian sepatu pelindung:
a. Penanganan pemulasaraan jenazah
b. Penanganan limbah
c. Tindakan operasi
d. Pertolongan dan Tindakan persalinan
e. Penanganan linen
f. Pencucian peralatan di ruang gizi
g. Ruang dekontaminasi CSSD
6. Topi pelindung
Tujuan pemakaian topi pelindung adalah untuk mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap
alat-alat/daerah steril atau membran mukosa pasien dan juga sebaliknya
untuk melindungi kepala/rambut petugas dari percikan darah atau cairan
tubuh dari pasien.
Indikasi pemakaian topi pelindung:
a. Tindakan operasi
b. Pertolongan dan tindakan persalinan
c. Tindakan insersi CVL
d. Intubasi Trachea
e. Penghisapan lendir massive
f. Pembersihan peralatan kesehatan
Pelepasan APD
Langkah-langkah melepaskan APD adalah sebagai berikut :
1) Lepaskan sepasang sarung tangan
2) Lakukan kebersihan tangan
3) Lepaskan apron
4) Lepaskan perisai wajah (goggle)
5) Lepaskan gaun bagian luar
6) Lepaskan penutup kepala
7) Lepaskan masker
8) Lepaskan pelindung kaki
9) Lakukan kebersihan tangan

B. Kebijakan Pemerintah dalam Menetapkan APD


Dalam penetapan kebijakan mengenai penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD), Pemerintah menetapkan undang-undang, sebagai berikut :
Undang-Undang no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
1. Pasal 3 ayat 1 sub F, tentang syarat-syarat menggunakan APD.
2. Pasal 9 ayat 1 sub C, tentang pengurus diwajibkan menjelaskan pada
tiap pekerja baru tentang alat-alat APD.
3. Pasal 12 sub B, tentang hak dan kewajiban memakai APD yang
diwajibkan.
4. Pasal 14 sub C, tentang menyediakan secara cuma-cuma mengenai
APD.
Kebijakan Pemerintah juga menetapkan syarat-syarat terhadap APD, yaitu
sebagai berikut :
a. Harus ringan, awet serta memungkinkan mobilitas dan penglihatan.
b. Perlindungan yang kuat.
c. Fleksibel.
d. Tahan lama.
e. Memenuhi standar.

C. Upaya Pencegahan terjadinya Kecelakaan pada Penggunaan APD


Disetiap penggunaan pada alat pelindung diri harus mempunyai alasan
yang jelas agar tidak terjadinya kecelakaan, maka untuk itu upaya yang
dilakukan adalah didistribusikannya dari alasan akan hal perawat yang tidak
menggunakan APD yaitu karena malas, sudah terbiasa tidak memakai APD,
tidak tersedianya APD di ruangan, dan tidak memiliki waktu untuk meakai
APD. Dengan begitu upaya yang harus mereka lakukan adalah dengan
mendistribusikannya kembali menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan yaitu
dengan adanya kesadaran akan keselamatan diri, patuh terhadap kebijakan
rumah sakit, ada pengawasan dari manajemen rumah sakit, serta kebiasaan
dan kebutuan untuk memakai APD oleh perawat.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, Ditjen Pelayanan Medik. 2007. Petunjuk penyusunan


pedoman pengendalian infeksi nasokomial rumah sakit. Jakarta
Nursalam. (2006). Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.
Jakarta : Salemba Medika
Siburian, A. 2012, ‘Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Terhadap
Keselamatan Kerja Perawat IGD RSUD Pasar Rebo Jakarta’, Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai