Anda di halaman 1dari 19

Aspek Filsafat Islam

Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah studi islam 2

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A


Dr. Suwendi, M.A

Disusun Oleh:

Siti Nuswaybatul Aslamiah (11200120000109)

Suci Dwi Safitri (11200120000110)

Tafriziyah Anariyah (11200120000111)

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021

i
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………………………...........i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………........…….ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………..........1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………........2
C. Tujuan Pembahasan…………………………………………………………………....….2
BAB II PEMBAHASAN
A. 1). Pengertian Filsafah Islam………………………………………………………...….3-4
2). Latar Belakang ……………………………………………......................................4-6
3). Para Filsuf Muslim dan Pemikirannya…………………………………………..…7-14
B. 1). Perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan ……..………………….…..………14
2). Hubungan filsafat bagi integrase ilmu pengetahuan………………………..…..14-16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………........…17
B. Daftar Pustaka…………………………………………………………………….……......…...18

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat Islam adalah filsafat dalam perspektif pemikiran orang Islam. Karena
berdasarkan perspektif pemikiran orang, maka kemungkinan keliru dan
bertentangan satu sama lain adalah hal yang wajar. Filsafat Islam jika
dibandingkan dengan filsafat umum lainnya, telah mempunyai ciri tersendiri
sekalipun objeknya sama. Hal ini karena filsafat Islam itu tunduk dan terikat oleh
norma-norma Islam. Filsafat Islam berpedoman pada ajaran Islam dan dapat
disimpulkan bahwa filsafat Islam adalah merupakan hasil pemikiran manusia
secara radikal, sistematis dan universal tentang hakikat Tuhan, alam semesta dan
manusia berdasarkan ajaran Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan tujuan filsafat islam
2. Bagaimana itu para filsuf muslim dan pemikiran nya
3. Apa persamaan dan perbedaan nya
4. Dan apa hubungan nya bagi integrase ilmu pengetahuan

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pengamatan dalam makalah ini menjadi suatu gambaran dalam
pemahaman tentang filsafat Islam dan para tokoh-tokoh nya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafah Islam


Secara etimologi, kata filsafah atau falsafah berasal dari bahasa Yunani, yakni dari
kata philo yang berarti cinta, suka, dan senang, serta kata sophia yang berarti
pengetahuan dan kebijaksanaan. Dengan demikian, philosophia bwearti cinta, senang
atau suka kepada pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan. Berkaitan dengan hal ini,
al-Syaibani berpendapat, bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta
terhadap hikmah dan berusaha untuk mendapatkannya, memusatkan perhatian
kepadanya, dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Dengan demikian, maka filsafat
dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan
berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
Dengan melihat pada hakikat dan substansinya, para ulama menyamakan kata
falsafah dengan kata hikmah kata hikmah yang berarti kebijaksanaan atau wisdom. Kata
hikmah ini selanjutnya dihubungkan pula dengan kata-kata yang terdapat di dalam Al-
Qur’an.

َ ‫علَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتِكَ َويُعَ ِل ُم ُه ُم ْال ِك ٰت‬


(١٢٩) ‫ب َو ْالحِ ْك َمةَ َويُزَ ِك ْي ِه ْم ۗ اِنَّكَ ا َ ْنتَ ْالعَ ِزي ُْز ْال َح ِك ْي ُم‬ َ ‫س ْو اًل ِم ْن ُه ْم يَتْلُ ْوا‬ ْ َ‫َربَّنَا َوا ْبع‬
ُ ‫ث فِ ْي ِه ْم َر‬

“ Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri,
yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan
Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang
Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
Ayat itu berbicara tentang fungsi kerasulan Nabi Mhammad SAW, yaitu
membacakan ayat-ayat Allah, mengajarkan Al-Qu’an dan hikmah, serta menyucikan diri
manusia. Yatlu dan yu’allimu menurut H.M Quraish Shihab berkaitan dengan
pengajaran, yang berupa pengisian otak anak didik dengan berbagai macam ilmu
pengetahuan. Adapun yuzakki berkaitan dengan pendidikan, yakni mengubah sikap,
perilaku, dan kepribadian peserta didik.
Selanjutnya, Imam Al Maraghy ketika menafsirkan potongan ayat
wayu’allimuhumul kitab wa al-hikmah, berkata sebagai berikut :
‫و يعلمهم القرآن و أسرار الشريعة و مقاصدها بسيرته بين المسلمين فيكون قدوة لهم في أقواله و أفعالهز‬
“Mengerjakan album Qur'an, rahasia, dan tujuan syariat dengan sejarah nya kepada
orang-orang islam sehingga menjadi contoh bagi mereka dalam ucapan dan
perubahannya”
Dengan demikian, hikmah merupakan tujuan, inti, misi, dan jiwa (spirit) dari ajaran
Islam yang dengannya ajaran Islam akan memiliki daya dorong yang kuat bagi
pembinaan kepribadian hidup manusia agar menjadi orang yang baik, memiliki semangat
dan dan etos kerja yang tinggi, jujur, amanah, ikhlas, tawakal, sabar, bersyukur, ridho,
dan sebagainya. Berkaitan dengan ini, maka setiap orang yang mendapatkan hikmah,
maka orang tersebut akan selalu ditunjukkan kejalan yang benar, dan akan mendapatkan
berbagai nilai kebaikan yang lebih banyak. Dalam hal ini ada hubungannya dengan ayat
yang berbunyi :

ِ ‫اًل ْل َبا‬
)٢٦٩( ‫ب‬ َ ْ ‫ًِل اُولُوا‬ َ ‫يُّؤْ تِى ْالحِ ْك َمةَ َم ْن يَّش َۤا ُء ۚ َو َم ْن يُّؤْ تَ ْالحِ ْك َمةَ فَقَ ْد ا ُ ْوت‬
‫ِي َخي اْرا َكثِي اْرا ۗ َو َما َيذَّ َّك ُر ا َّ ا‬
"Allah menganugerahkan Al Hikmah ( kepahaman yang dalam tentang Alquran dan Al
Sunnah) kepada siapa yang dikehendakinya. Dan barangsiapa yang dianugerahi
Hikmah, sungguh ia telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan tak ada yang dapat
mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal.”

3
Kata ‘Hikmah’ Yang terdapat pada ayat tersebut dihubungkan dengan kebajikan
yang banyak, dan orang yang dapat mencapai pada kebajikan yang banyak itu hanyalah
orang-orang yang berakal. Dari sini terlihat jelas, bahwa orang yang dapat menangkap
hikmah, ajaran, inti, hakikat, kebaikan dan kebijaksanaan adalah orang yang
menggunakan akal pikirannya dengan lurus, dan orang yang demikian adalah orang
filsuf. Atas dasar ini, maka dalam bahasa Arab seorang filsuf disebut al-hakim dan al-
hukama. Dengan demikian , jika didalam bahasa Arab terdapat kata al- hakim maka
artinya bukan al-hakim dalam bahasa Indonesia yaitu orang yang mengadili dan
menetapkan hukum, melainkan filsuf. Seorang ahli hukum atau al-hakim dalam bahasa
Arab disebut qadli, yakni praktisi hukum, sedangkan pemikiran dalam bidang hukum
disebut fuqahah.
Dari pengertian segi bahasa ini, dapat diketahui bahwa filsafat adalah cinta
terhadap pengetahuan atau cinta terhadap kebijaksanaan. Filsafat berkaitan dengan
kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebijakan sebagai asas
utamanya. Kata cinta ini selanjutnya menunjukkan kepada panggilan hati nurani yang
secara murni rela dan bersedia melakukan kegiatan mencari kebenaran, pengetahuan,
dan hikmah. Dengan demikian, seorang filsuf adalah orang yang mencari dan mencintai
kebenaran, pengetahuan atau hikmah, yang selanjutnya diperlihatkan dalam cara dan
pola hidupnya yang unik, misalnya sering merenung, berpikir menyendiri, mengeluarkan
kata-kata atau pendapat yang unik, jarang didengar, mengandung arti yang mendalam,
dan terkadang mengagetkan. Ia juga terlihat seperti kurang menyukai hal-hal yang
bersifat materi atau segala sesuatu yang mengganggu atau bertentangan dengan jalan
pikirannya.
Dari segi istilah, filsafat yaitu berpikir secara sistematik, mendalam, radikal,
spekulatif dan universal dalam rangka mencari hakikat, inti, kebenaran, keutamaan, dan
kebijakan tentang segala sesuatu. Berpikir secara sistematik artinya berpikir yang teratur,
tidak melompat-lompat, menggunakan kaidah dan aturan berpikir sebagaimana diatur
dalam ilmu mantiq, yaitu suatu ilmu yang memandu jalan pikiran seseorang agar tidak
sampai terjerumus ke dalam pikiran yang keliru, tersesat dan menyesatkan orang lain.
Berpikir mendalam artinya berpikir tentang segala sesuatu secara tuntas sehingga benar-
benar hasil pikirannya itu sulit dibantah begitu saja. Pikiran tersebut dihasilkan melalui
proses yang panjang dengan merenung, melihat, membandingkan, membaca berbagai
literatur, mengujinya kembali, hingga benar-benar kuku dan mendalam. Berpikir secara
radikal adalah berpikir hingga sampai kepada akar-akarnya yang paling dalam dan tidak
terhalang oleh sesuatu apapun, kecuali kebenaran yang mutlak dari Tuhan. Berpikir
secara spekulatif adalah berpikir yang menerawang jauh ke depan, menggunakan akal
pikiran yang seluas-luasnya, merenung, bertafakur, kontemplasi, menyendiri dalam
keheningan jiwa, akal, waktu, dan tempat. Adapun berpikir secara universal yaitu berpikir
yang menyeluruh yang tidak dibatasi oleh hal-hal yang bersifat particular.Hasil pikiran
tersebut meliputi dan menjangkau semua sifat dan jenis yang dipikirkan.Misalnya, ketika
orang berpikir tentang manusia, ia tidak terikat pada jenis kelamin, warna kulit, bahasa,
kebangsaan, budaya, kecantikan, dan lain sebagainya. Tetapi ia hanya berpikir tentang
hakikat atau inti dari manusia yang menjangkau semua manusia misalnya Dengan
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir (al-insan hayawan al-natiq).
Ungkapan ini bersifat universal, karena menjangkau semua jenis manusia dan
karakteristik utama manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Berpikir yang demikian itu diarahkan pada upaya mengetahui, memahami dan
mendalami tentang hakikat segala sesuatu yang ada di dunia,baik yang berkaitan dengan
masalah ontologis (sumber segala sesuatu) ,epistemologis (berkaitan dengan cara
mendapatkan sesuatu), aksiologis (berkaitan dengan nilai sesuatu), etika, estetika, ilmu
pengetahuan, politik, alam, manusia, masyarakat, keluarga, negara, baik, buruk, cinta,
metafisika dan laik sebagainya. Selanjutnya, karena berbagai objek pemikiran filsafat ada
yang berkaitan dengan kehidupan praktis, seperti masyarakat, keluarga, Negara, dan
politik, maka filsafat tersebut dibagi pula kedalam filsafat yang semata-mata bersifat
teoretis, yakni hanya ada dalam pikiran, seperti tentang benar, salah, baik, dan buruk,

4
dan filsafat yang tidak semata-mata bersifat teoretis melainkan juga bersifat praktis,
seperti filsafat tentang masyarakat, keluarga, Negara, dan politik.
Dengan cakupannya yang demikian luas itu, maka di kalangan para ahli seperti
Harun Nasution berpendapat, bahwa filsafat adalah induk seluruh ilmu pengetahuan,
karena dari filsafat itulah ilmu pengetahuan memperoleh informasi tentang segala
sesuatu untuk dikembangkan lebih lanjut melalui kegiatan ilmiah yang lebih bersifat
empiris, eksperimen, generalisasi, validasi, dan verifikasi. Hal-hal yang di pikirkan oleh
filsafat tersebut itulah yang dikembangkan lebih lanjut oleh ilmu pengetahuan. Berkenaan
dengan itu, maka Jujun Surya Sumantri memberikan perumpamaan filsafat seperti
pasukan Marinir, yakni pasukan yang membuka sebuah wilayah atau daerah yang akan
dimasuki oleh pasukan angkatan darat dan seterusnya. karena sifatnya yang tidak
menggunakan doktrin agama, dan juga tidak menggunakan penelitian yang bersifat
empiris atau eksperimen maka filsafat tidak dapat disebut sebagai agama dan tidak pula
dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan atau sains. Filsafat merupakan wilayah yang
berada dalam wilayah abu-abu atau Grey area. Filsafat adalah yang menghubungkan
antara agama dan ilmu pengetahuan. Melalui filsafat hikmah, kandungan, ajaran, spirit
dan jiwa dari suatu agama dapat diungkap dan dijelaskan. Melalui filsafat pula ilmu
pengetahuan memperoleh informasi awal tentang segala sesuatu yang harus dilakukan,
dan sekaligus memberi makna, isi, spirit terhadap ilmu pengetahuan tersebut. Dengan
cara demikian agama ilmu pengetahuan tidak akan kering atau kehilangan
spiritualitasnya, melainkan menjadi sesuatu yang dinamis, berjiwa, berkarakter,
berenergi memiliki power dan spirit yang kuat. Karena demikian pentingnya aspek
pemikiran filsafat ini, hingga Nabi berkata bahwa agama itu adalah akal dan tidak ada
agama bagi orang yang tidak berakal. Demikian pula dengan ilmu pengetahuan yang
tidak dijiwai oleh filsafat, maka ilmu tersebut akan kering dan dapat disalahgunakan,
karena ilmu tersebut lupa kepada asal muasal dan tujuan kelahirannya. Di sinilah, orang
berkata, bahwa ilmu pengetahuan saat ini ini lupa pada yang melahirkannya, yakni
filsafat, seperti halnya kacang yang lupa pada kulitnya.
Dengan memperhatikan uraian dan keterangan tersebut, maka dalam studi Islam
komprehensif ini, aspek filsafat memiliki kedudukan yang sangat penting, bahkan utama.
Melalui kajian filsafat inilah agama akan dapat memberikan bimbingan, hikmah, ajaran,
spirit, pencerahan, power, energy, dinamika, motivasi, dan dorongan yang kuat.
Sebaliknya, tanpa filsafat agama hanya akan tinggal kulitnya saja tanpa isi, atau hanya
cangkangnya saja tanpa muatan apa-apa atau seperti raga dan tanpa jiwa, seperti halnya
orang yang sudah tidak bernyawa. Keberadaan agama yang saat ini sering dikritik
sebagai yang tidak memiliki pengaruh bagi kehidupan, dan seperti tidak memiliki korelasi
yang signifikan dengan berbagai kehidupan manusia, dapat dilacak sebab-sebabnya
antara lain karena agama tidak didampingi oleh filsafat. Keadaan inilah yang selanjutnya
membawa kemunduran, kejumudan, ketertinggalan, keterbelakangan umat Islam,
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi pilar utama bagi
lahirnya kebudayaan dan peradaban umat manusia, sebagaimana yang perlu
dilakukannya di zaman klasik. Kita sudah saatnya membangun kembali kejayaan Islam
dengan mendayagunakan pemikiran filsafat Islam.
C. Latar Belakang
Disamping mengembangkan ilmu ilmu agama, seperti Tafsir, Hadis, Fiqih dan ilmu
Kalam, umat islam sebagaimana terlihat dalam sejarah, juga mengembangkan filsafat
islam. Melalui kajian filsafat ini,berbagai masalah berisi gagasan, pemikiran, renungan
secara mendalam tentang berbagai hal yang terdapat dalam kehidupan ini dapat
ditemukan. Melalui filsafat ini umat islam disamping dapat melaksanakan ajaran yang
bersifat formal, ritual, dan lahiriah, juga dapat menangkap pesan-pesan spiritual dan
moralitas yang terkandung di dalamnya. Dengan cara demikian, umat islam tidak akan
terjebak kepada hal hal yang bersifat ritualistik, lahiriyah, kosong tanpa makna, melainkan
juga yang bersifat spirit yang bersifat bathiniyah dan penuh makna.
Sejarah islam mencatat,bahwa sejak abad pertengahan, yakni abad ke-16 hingga
umat islam terjebak pada bentuk doktriner, formalitas, ritualitas, tanpa makna dan tanpa
spirit. Mereka misalnya melaksanakan sejumlah rukun islam seperti shalat, puasa, zakat,

5
dan haji, namun berhenti hanya sampai sekedar mengugurkan kewajiban. Pelaksanaan
rukun islam ini seharusnya melahirkan sikap jujur, amanah, displin, etos kerja yang tinggi,
menghargai waktu, saling tolong menolong, toleransi, persaudaraan, kepedulian sosial,
terbuka, menghargai pendapat orang lain,
selalu mencari hal hal baik bagi kepentingan bersama dan lain sebagainya. Hal ini terjadi
karena pemikiran filsafat sudah ditinggalkan oleh umat islam,dan orang yang
mempelajarinya dianggap murtad dan kafir zindik
Kesadaran untuk mempelajari kembali filsafat yang dapat melahirkan spirit mulai
terjadi pada abad modern, yang dimulai pada akhir abad ke kedelapan belas, yaitu
setelah adanya proses interaksi antara umat islam dan budaya barat yang dijumpai
dimesir, india, dan lainnya serta timbulnya kesadaran dari umat islam untuk membangun
kembali dari berbagai keterbelakangannya. Inilah yang selanjutnya mendorong para
pemimpin dunia yang tercerahkan untuk mengkaji pemikiran filsafat. Soekarno Presiden
Pertama Republik Indonesia misalnya meminta kepada para ilmuwan muslim untuk
menerjemahkan buku Syeed Ameer Ali berjudul The Spirit of Islam (Api Islam), Lodrof
Stoddard berjudul The New World of Islam ( Dunia Baru Islam), dan Muhammad Iqbal,
The Recontruction of Religious Thought ( Merekontruksi Kembali Pemikiran
Keagamaan). Diterjemahkannya buku-buku ini, karena Soekarno ingin agar umat islam
mampu menangkap pesan moral dan spirit ajaran islam untuk kemajuan islam dan
bangsa
Indonesia yang pada saat itu berada dalam kemunduran, dan tertindas oleh penjajahan
bangsa asing. Soekarno melihat bahwa umat islam Indonesia pada saat itu hanya
mengamalkan abunya ajaran islam,dan bukan apinya.
Filsafat sebagaimana diketahui adalah upaya yang sungguh-sungguh, mendalam,
sistematik, radikal, dan universal dalam menemukan inti, hakikat, subtansi dan gagasan
tentang sesuatu. Upaya ini dilakukan dengan menggunakan akal pikiran yang diberikan
tuhan, dan didalam Al-Quran terdapat ayat ayat Al Quran yang menyuruh manusia agar
menggunakan akal pikiran untuk memikirkan tentang segala sesuatu yang diciptakan-
Nya. Allah SWT berfirman:

)٢١٩( َ‫ت لَعَلَّ ُك ْم تَتَفَ َّك ُرون‬


ِ َ‫ٱل َءا ٰي‬ ُ َّ ‫َك ٰذَلِكَ يُبَيِ ُن‬
ْ ‫ٱَّلل لَ ُك ُم‬
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir." (QS.
Al-Baqarah: 219).

Ayat tersebut merupakan kelanjutan dari ayat yang menjelaskan tentang


penjelasan tuhan berkenan adanya unsur mudharat ( yang merugikan) dan khamar
(minuman keras) dan judi yang lebih besar dari manfaatnya. Tuhan lalu menyuruh
manusia untuk memikirkan nya, yakni menemukan hikmah tentang dilarangnya khamar
dan judi tersebut. Inilah sebabnya yang mendorong Imam al-Jurjawiy untuk menulis kitab
yang berjudul Hikmah al-Tasyri’ wa falsafatuhu (Hikmah dan Filsafat Syariat Islam).
Didalam buku ini berbagai ajaran islam seperti shalat, puasa, zakat, dan haji dikaji secara
mendalam untuk di kemukakan unsur hikmah yang terkandung didalamnya.

(٨) ‫ئ َر ِب ِه ْم‬ِ ‫اس ِب ِلقَ ۤا‬


ِ َّ‫س ًّم ۗى َوا َِّن َك ِثي اْرا مِ نَ الن‬ ِ ‫ض َو َما َب ْينَ ُه َما ا ا ًَِّل ِب ْال َح‬
َ ‫ق َوا َ َج ٍل ُّم‬ َ ْ ‫ت َو‬
َ ‫اًل ْر‬ ُ ‫ا َ َولَ ْم َيتَفَ َّك ُر ْوا ِف اْي ا َ ْنفُ ِس ِه ْم ۗ َما َخلَقَ ه‬
ِ ‫ّٰللا السَّمٰ ٰو‬
َ‫لَ ٰكف ُِر ْون‬

“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan
(tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan
di antara manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya.”

Pemikiran tentang manusia akan menghasilkan filsafat tentang jiwa dan akal;
pemikiran tentang langit dan bumi akan menghasilkan pemikiran tentang kosmologi.
Pemikiran tentang jiwa dan kosmologi ini merupakan objek kajian para filsuf seperti al-
Kindi, al-Farabi dan Ibn Sina.

Selanjutnya, Allah SWT berfirman:

6
ِ ‫ت ِْل ُ ۟ولِى ْٱْل َ ْل ٰ َب‬ ٰ
َ َّ َ‫) ٱلَّذِينَ َي ْذ ُك ُرون‬١٩٠(‫ب‬
َ ‫ٱَّلل قِ ٰ َي اما َوقُعُوداا َو‬
‫علَ ٰى ُجنُو ِب ِه ْم‬ ٍ ‫ار َل َءا ٰ َي‬ ِ ‫ض َوٱ ْختِلَفِ ٱلَّ ْي ِل َوٱلنَّ َه‬
ِ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬
ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬ ِ ‫ِإ َّن فِى خ َْل‬
َّ ‫ق ٱل‬
ِ)١٩١( ‫اب ٱلنَّار‬ َ ‫س ْب ٰ َحنَكَ فَ ِقنَا‬
َ َ‫عذ‬ ُ ‫ض َربَّنَا َما َخلَ ْقتَ ٰ َهذَا ٰ َبطِ اًل‬ ِ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬
َّ ‫ق ٱل‬ِ ‫َو َيتَفَ َّك ُرونَ فِى خ َْل‬
“Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang,
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari
azab neraka.” (QS. Ali-‘Imran: 190-191).

Ayat tersebut selain berbicara tentang kosmologi juga masalah ontologi yang
berbasis ketuhanan, yakni dengan semua kegiatan tersebut diharapkan dapat
mengantarkan manusia semakin tebal keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
Dengan demikian,akan terjadi keseimbangan antara kekuatan daya nalar dan kekuatan
spiritual,dan selanjutnya menjadi orang yang pikiran dan akalnya fisuf namun jiwa dan
rasanya seorang sufi.

Ayat ayat Al-Quran yang memerintahkan manusia menggunakan pemikirannya


tersebut, ternyata jumlahnya jauh lebih banyak daripada ayat yang memerintahkan
manusia untuk mengerjakan shalat. Karena demikian pentingnya penggunaan akal
dalam beragama hingga Nabi Muhammad SAW menyatakan al din huw al-aql laa dinna
laa aqla lahu artinya: “Beragama itu harus dengan menggunakan akal dan tidak dapat
dianggap sempurna keagamaan seseorang yang tidak menggunakan akalnya.”

Dengan memperhatikan beberapa penjelasan tersebut, maka kajian terhadap


filsafat ini merupakan hal yang penting, terutama dalam rangka membangun kembali
kejayaan umat islam dimasa sekarang dan yang akan datang.

D. Para filsuf muslim dan pemikirannya

Sejarah islam dijumpai sejumlah filsuf yang telah berjasa dalam membantu umat
manusia menemukan inti, hakikat, ajaran uama, dan nilai-nilai luhur yang dibutuhkan
manusia, baik yang berkaitan dengan maslah alam, manusia, ilmu pengetahuan, akhlak,
seni, negara, politik, masyarakat, keluarg, dan lain sebagainya. Pemikiran mereka dalam
bidang ini selanjutnya menjadi dasar bagi perumusan berbagai kebijakan dalam
kehidupan. Mereka ini antara lain Al-Kindi, Al-Farbi, Ibn Miskawaih, Ibn Sina, Al-Ghazali,
Ibn Bajjah, Ibn Tufail dan Ibn Rusyd.

1. Al-Kindi

Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq Al-Kindi. Ia lahir di Kuffah (796 M),
dan meninggal di Baghdad (873 M). Ia berasal dari keluarga bangsawan Arab dari Kindah
di Arabia Selatan. Orang tuanya sebagai Gubernur Bashrah. Dimasa kecil ia belajar di
Bashrah kemudian pindah ke Baghdad. Dialah salah satunya filsuf Islam yang berasal
dari keturunan Arab, dan karenanya ia disebut Failasauf Al-A’rab (Filsuf Orang Arab).

Al-Kindi bukan hanya sebagai seorang filsuf, tetapi seorang juga seorang ilmuwan yang
menguasai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada pada zamannya. Buku-buku yang
ditinggalkannya mencangkup berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti matemtika,
geometri, astronomi, farmakologo (teori dan cara pengobatan), ilmu hitung, ilmu jiwa,
optika, pilitik, dan musik.

Berkaitan dengan pemikiran filsafatnya, antara lain berkenaan dengan hal-hal sebagai
berikut :

a) Filsafat tentang Tuhan

Menurut Al-Kindi, bahwa Tuhan tidak mempunyai hakikat dalam arti aniah dan mahiah.
Tidak aniah karena Tuhan tidak termasuk dalam benda-benda yang ada dalam alam,
7
bahkan ia adalah pencipta alam. Ia tidk tersusun dari materi dan bentuk (al-hayula wa al-
shurah). Juga Tuhan tidak mempunyai hakikat dalam bentuk mahiah, karena Tuhan tidak
merupakan genus dan spesies. Tuhan hanya satu, dan tidak ada yang serupa dengan
Tuhan. Tuhan adalah unik. Ia adalah yang benar pertama (Al-Haqq Al-Awwal) dan yang
benar tunggal (Al-Haqq Al-Wahid). Ia semata-mata satu. Tuhan bagi Al-Kindi adalah
pencipta dan bukan penggerak sebagai pendapat Aristoteles.

b) Filsafat tentang Alam

Alam bagi Al-Kindi bukan kekal di zaman lampau (qadim), tetapi mempunyai permulaan.
Karena itu, ia lebih dekat dalam hal ini pada filsafat Plotinus yang mengatakan bahwa
yang mahasatu adalah sumber dari alam ini dan sumber dari segala yang ada. Alam ini
adalah emanasi dari yang mahasatu. Tetapi paham emanasi ini kelihatannya tidak jelas
dalam filsafat al-kindi.

c) Hubungan Filsafat dan Agama

Menurut Al-Kindi, bahwa antara filsafat dan agama tidak ada pertentangan, ilmu tauhid
atau eteologi adalah cabang termulia dari filsafat. Filsafat membahas tentang kebenaran
atau hakikat sesuatu. Kalau ada hakikat-hakikat mesti ada hakikat pertama (Al-Haqq Al-
Awwal). Hakikat pertama itu adalah Tuhan. Dengan demikian, pemikiran filsafat sejlan
dengan agama yang juga membicarakan tentang adanya Tuhan.

d) Filsafat tentang Jiwa

Menurut Al-Kindi, bahwa jiwa manusia mempunyai tiga daya, yaitu daya bernafsu yang
berpusat diperut, daya berani yang berpusat di dada, dan daya berpikir yang berpusat
dikepala. Daya berpikir inilah yng selanjutnya disebut akal. Dalam pemikiran filsafatnya
ini, al-kindi banyak dipengaruhi oleh Aristoteles, Plato dan Plotinus.

2. Al-Farabi

Al-Farabi nama lengkapnya adalah Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkan Ibn
Uzlagh Al-Farabi. Ia lahir di Farab, Transoxania (872 M), dari keturunan Turki, dan
meninggal di Damsyik (950 M), dalam usia 80 tahun. Ayahnya seorng panglima perang
dinasti Samani yang dapat memperoleh kekuasaan otonom atas daerh Transoxania dan
Persia dari tahun 874 M hingga tahun 999 M.

Dimasa kecil ia belajar agama, bahasa Arab, Turki, dan Persia. Sewaktu muda ia pindh
ke Baghdad, pusat ilmu pengetahuan dan filsafat. Disana ia belajar filsafat, logika,
matematika, metafisika, etika, ilmu politik, musik, dan lain-lain. Ia pernah menjadi murid
dari Bisyr Matta Ibn Yunus salah seorang penerjemah yang membantu Hunain Ibn Ishaq
di Bait al-Hikmah, dan juga belajar pada Yuhana Ibn Khailan, seorang filsuf dari Harran.
Dari Baghdad ia kemudian pindah ke Aleppo dan tinggal di Istana Saif Al-Daulah dari
dinasti Hamdani yang berkuasa di Suriah pada waktu itu.

Al-Farabi menulis sejumlah buku antara lain berkaitan dengan logika, ilmu politik,
etika,fisika,ilmu jiwa, metafisika, matematika, kimia, musik dan sebagainya.

Berkaitan dengan pemikiran filsafatnya dapat dikemukakan sebagai berikut :

a) Filsafat tentang Penciptaan Alam

Dalam filsafat emanasi (pancaran) ini ia menerangkan bahwa segala yang ada
memancar dari zat Tuhan melalui akal-akal yang berjumlah sepuluh. Alam materi
dikontrol oleh akal kesepuluh. Dengan filsafat ini Al-Farabi mencoba menjelaskan

8
bagaimana yang banyak bisa timbul dari yang satu. Tuhan maha sempurna dan tidak
berhajat pada apa pun. Kalau demikian hakikat sifat tuhan, bagaimana terjadinya alam
materi yang banyak ini dari yang maha satu? Menurut Al-farabi alam terjadi dengan cara
emanasi. Cara kerjanya ialah : Tuhan sebagai wujud pertama berpikir tentang dirinya,
kemudian muncul wujud kedua, dan seterusnya hingga sebelas wujud dan sepuluh akal.
Kemudian masing-masing wujud berpikir tentang dirinya, maka lahirlah planet-planet:
langit pertama Bulan, Saturnus, Jupiter, Mars, Matahari, Venus, Merkurius, bulan dan
bumi dengan roh-roh dan materi asal berupa air,api,tanah,dan udara yang kemudian
menjadi alam jagat raya: jamadat, nabatat, hayawanat, dan nathiqat. Dengan cara
demikian planet tersebut tidak serupa atau tidak sama dengan Tuhan.

b) Filsafat tentang Jiwa dan Akal

Menurut pemikirannya, bahwa akal mempunyai tiga tingkatan, yaitu akal al-hayulani
(materi), bi al-fi’l (aktual), dan al-mustafad (adeptus, aquired). Akal pada tingkat terakhir
inilah yang dapat menerima pancaran yang dikirim Tuhan melalui akal-akal tersebut.

c) Filsafat tentang Politik

Filsafatnya mengenai politik ia jelaskan dalam buku Arau Ahl Al-Madinah Al-Fadhilah.
Menurutnya, bahwa negara yang terbaik adalah negara yang dipimpin oleh seorang
Rasul dan kemudian yang dipimpin oleh filsuf.

d) Filsafat tentang Wujud

Menurutnya bahwa wujud dapat dibagi ke dalam wujud yang wajib dan mungkin. Wujud
yang wajib adalah wujud yang tidak mempunyai sebab bagi wujudnya, dan itulah yang
selanjutnya disebut Tuhan.

Jika al-kindi sebagaimana disebutkan sebelumnya mendapat gelar Failasuf Al-A’rab,


maka Al-Farabi mendapat gelar Al-Muallim Al-Tsani (Guru Kedua). Adapun guru
pertamanya adalah Aristoteles. Didunia Latin ia dikenal dengan nama Alpharabius.

3. Ibn Sina

Nama lengkapnya adalah Abu ‘Ali Husain Ibn Abdillah Ibn Sina. Ia lahir pada tahun 980
M di Isfahan, suatu tempat di dekat Bukhara. Orangtuanya sebagai pegawai tinggi pada
pemerintahan dinasti Usmani. Ia meninggal dunia di Isfahn (1037 M). Di masa kecil ia
belajar tentang bahas arab, geometri, fisika, logika. Ikmu hukum islam, teologi islam, dan
ilmu kedokteran. Dalam usia 17 tahun ia telah menjadi seorang dokter yang terkenal dan
berhasil mengobati pangeran Saman Nuh Ibn Mansur. Setela orang tuanya meninggal
dunia, ia meninggalkan Bukhara dan pergi ke Jurjan untuk bekerja di istina pangeran Ali
Ibn Al-Ma’mun.

Setelah itu ia pindah ke Raiy dan disana ia berhasil pula mengobati Maj al-Daulah.
Selanjutnya, ia pindah ke Hamdan dan selama disana ia pernah diangkat menjadi menteri
di istana Syams al-Daulah sebanyak 2 kali. Karena terlibat dalam soal politik ia kemudian
dimasukkan kedalam penjara, tetapi dapat melepaskan diri, dan dengan menyamar
sebagai sufi ia pergi ke Isfahan.

Sejarah mencatat, bahwa Ibn Sina selalu sibuk menulis buku, baik sewaktu dalam
penjara, maupun dalam perjalanan. Buku-buku yang ditulisnya ada yang besar dan kecil,
berjumlah lebih dari dua ratus, dan kebanyakan dalam bahasa Arab, dan sebagian kecil
dalam bahasa Persia. Yang membuat nama Ibn Sina terkenal ialah dua diantara bukunya
ini, yaitu Al-Qanun fi Al-Thibb dan Al-Syifa’. Al-Qanun (The Canon) adalah ensiklopedia
tentang kedokteran, diterjemahkan kedalam bahasa Latin pada abad ke-12 M, dan
selama lima ratus tahun menjadi buku pegangan di universitas-universitas di Eropa.
Adapun Al-syifa’ adalah ensiklopedia tentang filsafat Aristoteles dan ilmu pengetahuan,

9
dan didalamnya terdapat tambahan orisinal dari Ibn Sina sendiri. Ringkasan dari isi Al-
Syifa’ ini terkandung dalam buku al-Najah. Adapun buku-buku penting lain hasil
karangannya ialah ‘Uyun al-Hikmah, al-Isharat wa al-Tanbihat, dan Mantiq al-Masyriqin,
serta risalah-risalahnya yang berkenan dengan ilmu jiwa, metafisika, kosmologi, logika,
cinta dan lain-lain.

Di Barat, Ibn Sina dikenal dengan nama Avicenna dan Spanyol dikenal dengan nama
Aven Sina, dan kemasyurannya didunia Barat sebagai dokter melampaui
kemasyurannya sebagai filsuf, sehingga ia mereka beri gelar The Prince of The
Physicians. Di dunia islam ia dikenal dengan nama al-Shaykh Al-Rais (Pemimpin Utama
Para Filsuf).

Adapun pemikirannya dalam bidang filsafat meliputi paham emanasi, wujud, jiwa dan
akal. Paham emanasi dan akal-akal baginya adalah melekat. Adapun wujud ia bagi
kedalam tiga bagian, yaitu wujud yang wajib, mungkin dan mustahil. Adapun filsafatnya
tentang jiwa dan akal lebih terperinci dan sempurna dari filsafat al-Farabi sebagaimana
telah disinggung sebelumnya.

4. Ibn Miskawaih

Nama lengkapnya adalah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ya’kub Miskawaih. Ia lahir di Raiy
dan meninggal di Isfahan (1030 M). Pada masa mudanya ia pernah bekerja sebagai
pustakawan pada beberapa menteri, diantaranya Ibn al-Amid, menteri di Raiy. Adapun
pemikiran filsafatnya antara lain tentang :

a) Filsafat tentang Akhlak

Dalam falsafah Ibn Miskawaih lebih dikenal dengan filsafat akhlaknya dengan bukunya
berjudul Tahzib al-Akhlak. Menurutnya, akhlak adalah sikap mental atau jiwa yang
menimbulkan perbuatan tanpa pemikiran. Sikap mental atau jiwa itu dibawa sejak lahir
seperti sikap pemurah atau sikap bakhil, dan bisa pula diperoleh melalui kebiasaan atau
pendidikan, seperti kejujuran dan ketidak jujuran.

b) Filsafat tentang Jiwa

Selanjutnya karen akhlak erat hubungannya dengan kejiwaan, maka ia juga membahas
tentang jiwa. Menurutnya bahwa jiwa tidak berbentuk jasmani, dan mempunyai wujud
sendiri, terlepas dari badan. Pembagian jiwa manusia mempunyai tiga daya, yaitu sama
dengan pembagian jiwa menurut al-kindi tersebut. Kesempurnaan yang dicari jiwa
manusia ialah kebajikan dalam bentuk ilmu pengetahuan

Dan keadaan yang tidak tunduk pada keinginan hawa nafsu. Disamping kedua kebajikan
ini ada lagi dua kebajikan penting lain, yaitu keberaniaan dan keadilan

c) Filsafat tentang Kebahagiaan

Menurut Ibn Miskawaih bahwa kebahagiaan yang sebenarnya ialah kebahagiaan yang
timbul dari pengetahuan hikmah-hikmah. Hikmah ada yang bersifat teiretis yang
dengannya dapat diperoleh pengetahuan yang benar. Ada pula hikmah yang bersifat
praktis dan dengan ini diperoleh budi pekerti mulia. Kebahagiaan yang diperoleh melalui
kesenangan jasmani, adalah kebahagiaan palsu yang dicari oleh kaum awam. Dengan
sholat dan ibadatlah kebahagiaan yang sejati yang dapat mereka capai. Usaha yang
dijalankan untuk mencari kebahagiaan palsu, menurut Ibn Miskawaih, sia-sia saja. Yang
diperoleh bukanlah kebahagiaan yang sebenarnya.

d) Filsafat tentang Akhlak

10
Jika filsuf-filsuf Islam pada umumnya membahas soal etika hanya sepintas lalu saja,
maka Ibn Miskawaih memutuskan perhatiannya pada etika dengan sungguh-sungguh.
Oleh karena itu, namanya selalu dikaitkan dengan filsafat akhlak dlam Islam.

5 . AL - GHAZALI

Nama lengkap nya adalah abu hamid muhammad ibn muhammad ibn muhammad al
ghazali ,ia lahir di ghazaleh ,suatu desa di dekat tus di daerah khurasan (persia) (1059
M ) .¹² Orangtua nya bekerja sebagai pemintal wol yg dalam bahasa arab di sebut ghazal
. Karena orang tua nya meninggal oada saat al ghazali masih kecil ,maka ia dan saudara
nya ,Ahmad di asuh oleh seorang sufi ,teman dari orang tua nya . Setelah pendidikan nya
di peroleh dari imam al haramain di madrasah al-nizhamiah yg ada di nisyafur . Di sinilah
ia mulai belajar logika ,ilmu kalam ,dan filsafat . Selain itu ia juga mempelajari pelajaran
lain yang di berikan di universitas ini ,yaitu hukum islam ,sufisme , logika ,dan ilmu ilmu
alam .

Al -ghazali tinggal di nisyafur hingga wafat nya imam al - haramain di tahun 1085 .
Kemudian ia pindah ke baghdad ,dan 6 tahun kemudian ia di angkat menjadi guru besar
di madrasah al-nizhamiah yang ada di baghdad . Ia mengajr di sana selama 4 tahun dan
waktu itulah dia menulis kitab maqasid al falasifah (pemikiran kaum filsuf) ,yang di
terjemahkan ke dalam bahasa latin dengan judul yg termasyhur logica et philosophia
algazelis arabis di tahun 1145 M , oleh dominicus gundisalimus . Buku nya tentang filsafat
adalah tahafut al falasifah (kekacauan pemikiran filsuf filsuf ) juga di tulis pada periode ini
..

Selanjut nya ,al ghazali mulai diserang penyakit syak atau keragu raguan la syak
pada pengetahuan yang di peroleh melalui pancaindra , karna pancaindra kadang suka
berdusta . Selain itu ia juga ragu terhadap pengetahuan yg di dapat melalui pemikiran
akal ,karena dalam pemikiran itu akal menggunakan pengwtahuan yg di oeroleh melalui
pancaindra sebagai bahan . Bahan itu di ragukan kebenaran nya , keraguan ini selanjut
nya menimbulkan oenyakit jasmani dalam diri ny .Al ghazali tidak dapat berbicara lagi
sebagaimana semula dan , karena nya ia tidak sanggup lagi melaksanakan tugas nya
memberi kuliah dari madrasah Nizhamiah.

Dalam keadaan demikian ,maka pada 1095 ia meninggalkan baghdad dan pergi ke
berbagai negara . Pada mula nya ia pergi Damsyik ,kemudia ke mekkah ,madinah
,jerusalem ,dan lain lain . Menurut catatan para sejarawan ia menjalani kehidupan
sebagai seorang sufi ,pindah dari satu tempat ke tempat lain selama sepuluh tahun.
Setelah mengajar kembali di nisyafur untuk beberapa tahun ia meninggal dunia di Tus
pada 1111 M.

Berbeda dengan filsuf lain nya ,al ghazali tidak hanya memberikan perhatian filsafat
saja ,tetapi juga masalah hukum ,teologi ,dan sufisme . Namun bagaimana pun ia lbh
banyka menggali tasawuf daripada filsafat dan lain nya jalan sufi yg di tempuh al gahzali
di akhir masa hidup nya menghilangkan perasaan keraguan yg sebelum nya
mengganggu jiwa nya . Keyakinan yg dulu hilang dapat ia peroleh kembali . Tingkat
ma'rifat yg terdapat dalam tasawwuf ,menurut al ghazali yaitu jalan yg membawa kepada
pengetahuan yg kebenaran nya dapat di yakini . Makrifat dalam istilah tasawuf adalah
suatu tingkat hilang nya hijab atau tabir yg menghaangi dari depan wajah seorang ahli
sufi ,sehingga ia dengan hati sanubari nya dapat melihat tuhan dan hal hal yg tak dapat
dilihat manusia biasa .

11
Selanjut nya ,pemikiran al ghazali dalam bidang filsafat dan tasawuf dapat di
kemukakan secara singkat sebagai berikut :

a) Tentang Filsafat

Dalam filsafat ,al ghazali di kenal sebagai filsuf yg banyak mengkritik pendapat para
filsuf dan menentang tiga dari isi filsafat mereka yang dapat membawa kepada kekufuran
, yaitu: (1) pendapat mereka bahwa alam ini qadim , dalam arti tidak bermula dalam waktu
, (2) Tuhan tidak mengetahui perincian dari apa yg terjadi di alam ini ;dan (3) Kebangkitan
jasmani tidak ada .

b) Tentang Tasawuf

Dalam bidang tasawuf ,al ghazali memiliki pengaruh besar . Atas pengaruh nya lah
,maka tasawuf pada akhir nya tidak lagi di pandang sebagai ajaran yg bertentangan
dengan islam ,malah selanjut nya banyak berkembang di seluruh dunia islam .

c) . Tentang Ilmu Keagamaan Lain nya

Selain dari buku buku tersebut ,al ghazali juga meninggal kan pula ihya ulumuddin
yg mengandung ilmu ilmu keagamaan dalam berbagai bidang ,seperti tauhid ,fiqih ,
akhlak ,dan tasawuf itu sendiri . Buku besar ini banyak di baca di dunia islam ,dan oleh
karena itu mempunyai pengaruh yg besar bagi umat islam .Pemikiran keagamaan imam
al ghazali juga dapat di jumpai dalam berbagai risalah yg di karang nya ,seperti misykat
al anwar ,mi'raj al salikim dan minhaj al arifin.

Di dunia barat ,al ghazali di kenal dengan nama abuhamet dan algazel .Sedang kan
di dunia islam ia diberi gelar sebagai hujjatul islam..

6. IBN BAJJAH

Nama lengkap nya Abu Bakar Muhammad Ibn yahja ibn sayigh ibn bajjah ,dan di
eropa di kenal dengan nama avempace . Jika al ghazali merupakan fjlsuf terakhir di dunia
islam bagian timur ,maka ibn bajjah adalah filsufbesar yg muncul di andalusia . Ibn bajjah
adalah seorang filsuf dari andalusia . Ia lahir di saragosa pada penutup abad ke lima
hijriah dan meninggal di Fes pada 533 H . Karena pada tahun 512H .saragosa jatuh ke
tangan raja alphonso l dari aragon ,maka ibn bajjah terpaksa pindah ke sevillle . Di kota
ini ia bekerja sebagai dokter .Setelah itu ia pindah ke granada ,dan dari sana ia
selanjutnya ke maroko.

Ibn bajjah banyak menulis tafsiran tentang filsafat Aristoteles. bukunya yang di yang
terkenal Iyalah tadbir al-mutawahhid. pendapat Al Ghazali bahwa kebenaran dapat
dicapai melalui jalan Sufi, ia kritik. Untuk sampai pada kebenaran menurut pendapatnya,
orang harus menempuh jalan filsafat . Namun demikian, menurutnya, Tidak semua orang
dapat berfilsafat, karena umumnya orang mudah digoda oleh hidup duniawi dan
kesenangan jasmani. untuk mencari kebenaran orang harus menyendiri dan
meninggalkan masyarakat umum. para filsuf sebaiknya nya membentuk masyarakat
tersendiri, jauh dari masyarakat yang lebih mementingkan hidup Kementrian itu titik
dalam masyarakat tersendiri serupa itulah orang akan dapat sampai kepada kebenaran.

12
7. IBN TUFAIL

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Abdul Malik Ibnu Thufail titik
Ia lahir di cadix, suatu kota kecil dekat Granada Pada permulaan abad ke-12 Masehi dan
meninggal di Maroko pada 1185 Masehi. Selain sebagai filsuf, Ia juga dikenal sebagai
penyair, dokter, ahli matematika dan astronomi. di Granada ia menjadi sekretaris
gubernur, dan di Maroko ia menjadi menteri dan dokter dari Khalifah Abu ya'kub Yusuf (
dinasti Al muwahhid ) , dan di dunia latin Ia dikenal dengan nama abubacer.

pemikiran filsafatnya terkandung dalam buku Hayy ibn yaqzan , yang menceritakan
kehidupan hayy yang yang sungguhpun Dari semenjak bayi Iya hidup tersendiri di suatu
pulau terasing dan dibesarkan oleh seekor rusa, dapat memperoleh pengetahuan.
pemikiran akal akhirnya dapat membawa Hayy kepada pengetahuan dan pengakuan
adanya Tuhan. akalnya menghasilkan agama yang bersifat filosofis . dalam buku ini
selanjutnya nya diceritakan bahwa seorang ulama bernama asal datang ke pulau ini
untuk menyendiri dan beribadah kepada Tuhan titik setelah mereka berjumpa, ternyata
bahwa agama yang ditimbulkan pemikiran akal hayy dalam garis besarnya sama dengan
agama samawi yang dianut asal.

melalui cerita fiktif nya itu, Ibnu Thufail ingin menggambarkan bahwa pendapat
para filsuf yang berdasarkan pada pemikiran akal dan pengetahuan yang dibawa oleh
Wahyu tidaklah bertentangan. pengetahuan yang didapat oleh Hayy Ibnu yaqzan
merupakan gambaran dari pemikiran Hasil akal. Adapun informasi dan pengetahuan
yang dibawa oleh ulama asal merupakan pengetahuan yang bersumber pada agama
samawi. kedua pengetahuan itu bersumber dari Tuhan.

8. IBN RUSYD

Nama lengkapnya adalah Abu al-wali Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu
Rusyd. Iya lahir di Cordova pada 1126 m dari kalangan keluarga ahli hukum titik nenek
dan orang tuanya mempunyai kedudukan sebagai Hakim Agung titik pada masa muda,
Ibnu Rusyd belajar teologi Islam, hukum Islam, ilmu kedokteran, matematika, astronomi,
sastra, dan filsafat. Pada 1169 masehi titik ia diangkat menjadi Hakim di Seville dan
pada 1182, ia menjadi Hakim di Cordova.

berkat keahliannya sebagai dokter, filsuf dan ahli hukum, menyebabkan Ibnu Rusyd
memperoleh kedudukan dan penghargaan tinggi dari Khalifah Al muwahhid Abu ya'kub
Yusuf dan khalifah Abu Yusuf ya'kub al mansur . Namun karena antara Ibnu Rusyd dan
ahli-ahli hukum Islam terdapat perselisihan dan atas tuduhan bahwa ia menganut paham
filsafat yang bertentangan dengan ajaran Islam maka ia akhirnya ditangkap dan diberi
hukum tahanan di kota lucena yang terletak dekat dengan Cordova. Kemudian ia
dipindahkan ke Maroko dan meninggal di sana pada 1198 Masehi.

sejarah mencatat, bahwa Ibnu Rusyd banyak memusatkan perhatiannya pada


filsafat Aristoteles dan menulis ringkasan dan tafsiran-tafsiran yang mencakup Sebagian
terbesar dari karangan filsuf Yunani itu. Selain itu, ia juga menulis buku karangannya
sendiri titik dalam bidang kedokteran misalnya, dikenal buku al-kulliyat yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan nama colyget. dalam bidang filsafat ia
menulis Kitab tahafut Al tahafut dan fasl al -maqal . tahafut Al tahafut Iya tulis sebagai
jawaban terhadap buku Al Ghazali tahafut Al falasifah. Adapun dalam bidang hukum ia
menulis Kitab Bidayah al-mujtahid .

buku buku Ibnu Rusyd tersebut, banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, dan
berpengaruh bagi ahli-ahli pikir Eropa sehingga ia diberi gelar penafsir (comentator) Atas

13
filsafat Aristoteles. dengan adanya usaha ini, maka di Eropa timbul suatu aliran yang
disebut averroisme Menurut aliran ini bahwa filsafat mengandung kebenaran Titik adapun
agama dan Wahyu membawa hal-hal yang tidak benar. atas dasar ini tidaklah
mengherankan kalau kaum geraka menuduh Ibnu Rusyd sebagai atheis, Dan filsafatnya
dianggap bertentangan dengan agama dan buku-bukunya dilarang beredar.

pendapat yang demikian itu jelas tidak mungkin bersumber pada filsafat Ibnu
Rusyd, karena sebagai filsuf Islam, Ia berkeyakinan bahwa antara akal dan Wahyu tidak
bertentangan Titik keduanya sama-sama membawa kebenaran. kekeliruan ini
tampaknya terjadi karena kesalahpahaman penulis barat abad ke-13 tentang tafsiran
Ibnu Rusyd terhadap filsafat Aristoteles.

pendapat Ibnu Rusyd tersebut banyak memiliki persamaannya dengan filsafat Ibnu
Rusyd. sebagaimana Ibnu Rusyd, aquinas berpendapat bahwa akal dan Wahyu tidak
bertentangan, bahkan sejalan titik pendapat Ibnu Rusyd banyak dimasukkan oleh Moses
Ben Maimun (Maimonides :1135-1204 M ) , seorang filsuf Yahudi, ke dalam bukunya
Dalalat Al hairin . buku ini dibaca oleh aquinas .pengaruh Ibnu Rusyd terhadap aquinas
diakui oleh para penulis Barat

jika di barat Ibnu Rusyd dikenal sebagai dokter dan penafsir filsafat Aristoteles. maka
di dunia Islam Ia dikenal sebagai ahli hukum dan filsuf yang membela rekan-rekannya
terhadap kritik dan serangan Al Ghazali.

E. Persamaan dan Perbedaan Antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan


Persamaan :
• Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-
lengkapnya sampai keakar-akarnya.
• Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang
ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukan
sebab-sebabnya.
• Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang
bergandengan
• Keduanya mempunyai metode dan sistem.
• Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya
timbul dari hasrat manusia (objektivitas), akan pengetahuan yang lebih
mendasar.

Perbedaan :

• Filsafat berusaha mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban, mencari


prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung
memandng segala sesuatu secara umum dan keseluruhan. Sedangkan
pengetahuan adalah penguasaan lingkungan hidup manusia.
• Filsafat hanya bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu. Sedangkan pengetahuan
dapat mengkajinya sampai pada kebenaran melalui kesimpulan logis dari
pengamatan empiris.
F. Hubungan Filsafat bagi Integrasi Ilmu Pengetahuan
Dilihat dari sisi prosesnya filsafat dan ilmu pengetahuan menunjukan suatu
kegiatan yang berusaha memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan manusia
(guna memperoleh kebenaran dan pengetahuan) yang didampingi oleh metode-
metode atau produser-produser tertentu secara sistematis dan kritis. Sedangkan
dilihat dari sisi hasilnya filsafat dan ilmu merupkan hasil dari pikiran manusia yang
berpikir secara sadar.
Sejarah ilmu pengetahuan menunjukan bahwa ilmu pengetahuan berasal dan
berkembang dari filsafat. Sebelum ilmu pengetahuan lahir filsafatlah yang
memberikan landasan yang kuat sehingga ilmu itu ada. Par filsuf yunani klasik seperti

14
demokritos hingga tiga serangkai guru dan muridnya yang sangat tersohor yakni
Socrates, Plato, dan Aritoteles telah berbicara tentang atom, naluri, emosi, bilangan
dan ilmu hitung (matematika), demokrasi, sistem pemerintahan dan kemasyarakatan
yang kemudian menyebar dalam bentuk fisika, biologi, kedokteran,matematika, ilmu
budaya, psikilogi,sosiologi, dan ilmu politik. Setelah ilmu pengetahuan melepaskan
diri dari filsafat dan dengan tegas menyatakan kemandiriannya, lalu bagaimana
selanjutnya hubungan mereka sekarang? Dan bagaimana dengan kedudukan filsafat.
Kedudukan filsafat dan hubungannya dengan ilmu pengetahuan diuraikan sebagai
berikut. Filsafat mempunyai tujuan yang besar yaitu memahami hakikat dari suatu
obyek (apa yng dikajikannya) yang hingga kini masih tetap dipertahankan. Dan oleh
karena informasi dan pengetahuan yang menunjangnya harus dapat dipertanggung
jawabkan baik secara rasional (logis) ataupun secara faktual (dialami langsung dalam
kehidupan manusia) maka filsafat harus melakukan kontak atau menghubungi ilmu
pengetahuan guna mengambil informasi atau teori-teori terbaru darinya yang akhirnya
dapatlah dikembangkan secara filsafti.
Tujuan filsafat dalam mempersoalkan nilai dari suatu obyek (aksiologi) masih
tetap dipertahankan. Hal inipun dilakukan filsafat terhadap ilmu pengetahuan
akibatnya temuan-temuan ilmiah yang dinilai tidak sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan serta ketuhanan diberi kritik atau dikoreksi.
Filsafat melakukan kajian dan kritik terhadap pesoalan-persoalan metodologi
ilmu pengetahuan. Kritik filsafat atas cara kerja dan metodologi ilmu pengetahuan
karena dapat menjernihkan dan menyempurnakan ilmu pengetahuan sendiri.
Filsafat dan ilmu mempunyai hubungan yang saling melengkapi satu sama
lainnya. Perbedan tersebut bukan untuk dipertentangkan melainkan untuk dapat
saling mengisi, melengkapi karena hakikat perbedaannya hanya terletak pada
pendekatan yang berbeda. Aritoteles yang mengemukakan pembedaan tingkatan
pengetahuan ini dan seiring perjalanan sejarah tingkatan pengetahuan ini selalu
tampak kembali.
Antara filsafat dan ilmu memiliki tujuan yang sama, yaitu mencari kebenaran.
Dari aspek sumber, filsafat dan ilmu memiliki sumber yang sama, yaitu akal atau rasio.
Karena akal manusia terbatas, yang tak mampu menjelajah wilayah yang metafisik,
maka kebenaran filsafat dan ilmu dianggap relatif, nisbi. Sementara agama
bersumber dari wahyu, yang kebenarannya dianggap absolut, mutlak·. Dari aspek
objek, filsafat memiliki objek kajian yang lebih luas dari ilmu. Jika ilmu hanya
menjangkau wilayah fisik (alam dan manusia), maka filsafat menjangkau wilayah bail
fisik maupun yang metafisik (Tuhan, alam dan manusia). Tetapi jangkauan wilayah
metafisik filsafat (sesuai wataknya yang rasional-spikulatif) membuatnya tidak bisa
disebut absolut kebenarannya. Sementara agama (baca: agama wahyu) dengan
ajaran-ajarannya yang terkandung dalam kitab suci Tuhan, diyakini sebagai memiliki
kebenaran mutlak. Agama dimulai dari percaya (iman), sementara filsafat dan ilmu
dimulai dari keraguan. Ilmu, filsafat dan agama memiliki keterkaitan dan saling
menunjang bagi manusia. Keterkaitan itu terletak pada tiga potensi utama yang
diberikan oleh Tuhan kepada manusia, yaitu akal, budi dan rasa serta keyakinan.
Melalui ketiga potensi tersebut manusia akan memperoleh kebahagiaan yang
sebenarnya. Dalam konteks studi agama, manusia perlu menggunakan pendekatan
secara utuh dan komperehensif. Ada dua pendekatan dalam studi agama secara
komperehensif tersebut, yaitu: Pertama, pendekatan rasional-spikulatif. Pendekatan
ini adalah pendekata filsafat (philosophical approach), misalnya pendekatan studi
agama terhadap teks-teks yang terkait dengan masalah eskatologis-metafisik,
epistemologi, etika dan estetika; kedua, pendekatan rasional-empirik. Pendekatan ini
adalah pendekatan ilmu (scientific approach), misalnya pendekatan studi agama
terhadap teks-teks yang terkait dengan sunnatullah (ayat-ayat kauniyah), teks-teks
hukum yang bersifat perintah dan larangan dan sejarah masa lampau umat manusia.
Agama memerintahkan manusia untuk mempelajari alam, menggali hukum-

15
hukumnya agar manusia hidup secara alamiah sesuai dengan tujuan dan asas moral
yang diridhai Tuhan. Ilmu sebagai alat harus diarahkan oleh agama, supaya
memperoleh kebaikan dan kebahagiaan, sebaliknya ilmu tanpa agama, maka akan
membawa bencana dan kesengsaraan. Maka benar kata Einstein, science without
religion is blind, religion without science is lame. Secara rinci Franz Magnis Suseso
(1991:20) menjelaskan, bahwa filsafat membantu agama dalam empat hal: pertama,
filsafat dapat menginterpretasikan teks-teks sucinya secara objektif; kedua, filsafat
membantu memberikan metode-metode pemikiran bagi teologi; ketiga, filsafat
membantu agama dalam menghadapi problema dan tantangan zaman, misalnya soal
hubungan IPTEK dengan agama; keempat, filsafat membantu agama dalam
menghadapi tantangan ideologi-ideologi baru.

16
BAB III

G. KESIMPULAN
filsafat Islam adalah sebuah upaya berpikir secara sistematis, mendalam, radikal,
mendalam dan universal tentang segala sesuatu dalam batas-batas yang dibolehkan
ajaran Islam. filsafat Islam berbeda dengan filsafat barat yang liberal. filsafat Islam
tidak akan membawa manusia mengingkari adanya Tuhan Rasul, Alquran, dan
masalah aqidah, Ibadah dan akhlak, melainkan akan memperkuat dan mempertegas
Aqidah, ibadah, dan akhlak manusia.
filsafat merupakan bagian dari kajian studi Islam yang memiliki peran dan fungsi
yang sangat penting, filsafat juga akan membantu manusia dalam menemukan
substansi, Spirit, jiwa, power, dan hikmah yang terkandung dalam ajaran Islam.
dengan demikian, ajaran Islam tidak akan terjebak pada pendekatan doktriner dan
formalitas yang tidak memiliki pengaruh terhadap jiwa, pola pikir, sikap, dan perilaku
masyarakat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Nata, A. (2011). Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Prenada media

Nata, A. (1998), metodologi islam. Jakarta PT Raja Grafindo Persada.

Nasution, Harun, Falsafah dan Mistisisme Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang 1987.

18

Anda mungkin juga menyukai