Anda di halaman 1dari 25

UPAYA MEMUTUS RANTAI INFEKSI DAN UPAYA MENCEGAH

HAZARD

Disusun untuk memenuhi tugas Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja dalam
Keperawatan

Dosen pengampu Sutiyono, S.Kep.M.Kes

Disusun oleh :

Monika Novia Maharani (2019021446)

Nadia Pramita Maharani (2019021448)

Vina Permatasari (2019021477)

Wahyu Isnaini (2019021478)

Yulia Ayu Marlina (2019021481)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS AN-NUUR

PURWODADI

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “UPAYA MEMUTUS RANTAI
INFEKSI DAN UPAYA MENCEGAH HAZARD”

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang telah memberikan konstribusi
baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan malakah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi kita semua
tentang “UPAYA MEMUTUS RANTAI INFEKSI DAN UPAYA MENCEGAH HAZARD”

Purwodadi, 30 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1

A. Latar Belakang ......................................................................................................1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................2
C. Tujuan penulisan ...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................4

A. Definisi Infeksi .......................................................................................................4


B. Penyebab Infeksi ....................................................................................................4
C. Tahapan Infeksi ..................................................................................................... 5
D. Tanda – Tanda Infeksi ...........................................................................................6
E. Proses Rantai Penularan Infeksi .............................................................................6
F. Prinsip Pencegahan Infeksi ....................................................................................8
G. Strategi Pencegahan Infeksi .................................................................................10
H. Definisi Hazard ....................................................................................................13
I. Definisi Hazard Kimia .........................................................................................14
J. Kategori Hazard Kimia ........................................................................................14
K. Potensi Hazard Kimia ..........................................................................................15
L. Upaya Mencegah Hazard Kimia ..........................................................................17

BAB III PENUTUP ......................................................................................................20

A. Kesimpulan .........................................................................................................20
B. Saran ...................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia,termasuk di
Indonesia. Infeksi yang terjadi di rumah sakit sekarang lebih dikenal dengan healthcare-
associated infection (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya dirumah sakit
tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Untuk dapat melakukan pencegahan
dan pengendalian infeksi khususnya infeksi rumah sakit, perlu memiliki pengetahuan
mengenai konsep dasar penyakit infeksi. Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi
di rumah sakit dan upaya pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam pemberian
pelayanan yang bermutu.
Dalam pemberian pelayanan yang bermutu, seorang petugas kesehatan harus
memiliki kemampuan untuk mencegah infeksi di mana hal ini memiliki keterkaitan yang
tinggi dengan pekerjaan karena mencakup setiap aspek penanganan pasien. Saat ini,
masalah infeksi makin banyak mendapat perhatian para ahli karena disamping dapat
meningkatkan morbilitas maupun mortalitas,juga menambah biaya perawatan dan obat-
obatan, waktu dan tenaga yang pada akhirnya akan membebani pemerintah atau rumah
sakit, personil rumah sakit maupun penderita dan keluarganya. Hal ini jelas bertentangan
dengan kebijaksanaan pembangunan bidang kesehatan yang justu menekankan
penengkatan efisiensi pelayanan kesehatan.
Kecelakaan kerja merupakan dampak yang harus diperhitungkan dan di antisipasi,
sehingga sedapat mungkin hal ini harus dihindari dan dicegah agar tidak terjadi.
Kecelakaan kerja yang berkaitan dengan B3 selain akan menimbulkan korban bagi
pekerja / orang lain juga dapat menimbulkan  pencemaran  pencemaran terhadap terhadap
lingkungan, lingkungan, dan hal ini akan menimbulkan menimbulkan kerugian kerugian
bagi perusahaan  bagi perusahaan industri industri tersebut. tersebut. Disamping itu, akan
menimbulkan dampak menimbulkan dampak yang lebih luas terhadap li yang lebih luas
terhadap lingkungan dan masyarakat. ngkungan dan masyarakat. (Harjanto, dkk 2011).

1
Oleh Karna itu, dengan masih kurangnya pengetahuan pada masyarakat tentang
Upaya Mencegah Hazar Kimia ini, maka kami selaku calon perawat membuat makalah
yang berjudul “UPAYA MEMUTUS RANTAI INFEKSI DAN UPAYA MENCEGAH
HAZARD”

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari infeksi?
2. Apa penyebab dari infeksi?
3. Bagaimana tahapan infeksi?
4. Apa tanda – tanda infeksi?
5. Bagaimana proses rantai penularan infeksi?
6. Bagaimana prinsip pencegahan infeksi?
7. Bagaimana strategi pencegahan dan pengendalian untuk memutuskan rantai
penularan infeksi?
8. Apa definisi dari hazard?
9. Apa definisi dari hazard kimia?
10. Apa saja kategori hazard kimia?
11. Bagaimana potensi hazard kimia?
12. Bagaimana upaya mencegah hazard kimia?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makahan ini, sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi infeksi
2. Mengetahui penyebab infeksi
3. Mengetahui tahapan infeksi
4. Mengetahui tanda – tanda infeksi
5. Mengetahui proses rantai penularan infeksi
6. Mengetahui prinsip pencegahan infeksi
7. Mengetahui strategi pencegahan infeksi
8. Mengetahui definisi hazard

2
9. Mengetahui definisi hazard kimia
10. Mengetahui kategori hazard kimia
11. Mengetahui potensi hazard kimia
12. Mengetahui upaya mencegah hazard kimia

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Infeksi
Infeksi merupakan infasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan
menyebabkan cidra yang serius terhadap sel atau jaringan. Penyakit akan timbul jika
patogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. (Potter dan
perry.Fundamental Keperawatan Edisi 4). Rantai penularan penyakit adalah rangkaina
sejumlah factor yang menyebabkan proses penularan suatu penyakit dapat berlangsung.

B. Penyebab Infeksi
Gejala dari infeksi bervariasi,bahkan ada kondisi dimana infeksi tersebut tidak
menimbulkan subklinis. Gejala yang ditimbulkan terkadang bersifat local (ditempat
masoknya mikroorganisme) atau sistemmatik (menyebar keseluruh tubuh). Berikut
adalah beberapa gejala yang timbul berdasarkan penyebabnya :
1. Bakteri
Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi bakteri bervariasi tergantung bagian tubuh mana
yang di infeksi. Jika seseorang terkena infeksi bakteri ditenggorokan, maka ia akan
merasakan nyeri tenggorokan,batuk,dan sebagainya. Jika mengalami infeksi bakteri
pada pencernaan,maka ia akan merasakan gangguan pencernaan seperti
diare,konstipasi,mual atau muntah.
2. Virus
Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi tergantung dari tipe virus, bagian tubuh yang
terinfeksi, usia,dan riwayat penyakitnya. Gejala dari infeksi firus dapat
mempengaruhi hamper mempengaruhi seluruh bagian tubuh. Gejala yang sering
timbul biasanya flu, gangguan pencernaan, bersin-bersin, hidung berair dan
tersumbat, pembesaran kelenjar getah bening pembengkakan tonsil atau bahkan
turunya berat badan.

4
3. Jamur
Kebanyakan jamur menginfeksi kulit, meskipun terdapat bagian tubuh lain yang dapat
terinfeksi seperti paru-paru dan otak. Gejala infeksi yang disebabkan oleh jamur
antara lain gatal,kemerahan,kadang terdapat rasa terbakar,kulit bersisik.

C. Tahapan Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari
tingkat infeksi,patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses
perawatan yang tepat maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit.
Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.
Berbagai komponen dari system imun memberikan jaringan kompleks mekanisme
yang sangat baik,yang jika utuh,berfungsi mempertahankan tubuh terhadap
mikroorganisme asing daan sel-sel ganas. Pada beberapa keadaan,koponen-komponen
baik respon spesifik maupun nonspesifik bisa gagal dan hal tersebut mengakibatkan
kerusakan pertahanan hospes. Orang-orang yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh
defisiensi dalam pertahanan dari segi hospesnya disebut hospes yang melemah.
Sedangkan orang-orang dengan kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon
imun spesifik disebut hospes yang terimunosupres. Secara umum proses atau tahap
infeksi sebagai berikut:
1. Tahap inkubasi adalah waktu yang diperlukan dari masuknya patogen (penyebab
penyakit) kedalam tubuh sampai mulai menimbulkan gejala pertama kali.
2. Tahap prodromal adalah interval dari awitan tanda dan gejala
nonspesifik(malaise,demam ringan,keletihan) sampai gejala yng spesifik. Selama
masa ini, mikroorganisme tumbuh berkembang biak dan klien lebih mampu
menyebarkan penyakit keorang lain.
3. Tahap sakit klien adalah memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap
jenis sakit.
4. Tahap pemulihan adalah interval saat munculnya gejala akut infeksi.

5
D. Tanda Tanda Infeksi
Ada beberapa tanda-tanda terjaidnya infeksi, sebagai berikut:
1. Calor
Terdapat rasa panas dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan
pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37 derajat
C disalurkan dipermukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada
kedaerah normal.
2. Dolor
Perubahan pH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-
ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamine atau zat bioaktif lainnya dapat
merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat
pembengkakan jaringan yang meradang.
3. Rubor
Terdapat kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami
peradangan.
4. Tumor
Terdapat pembengkakan-pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian
besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah kejaringan-
jaringan interstitial
5. Fungsioles
Berdasarkan asal katanya fungsiolaesa adalah fungsi yang hilang (Dorlan,2002).
Function Laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum
diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.

E. Proses Rantai Penularan Infeksi


Proses penularan rantai infeksi adalah sebagai berikut :
1. Agen atau penyebab infeksi
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain bakteri,virus,jamur
dan protozoa. Mikro organisme dikulit bisa merupakan flora transient maupun
resident. Mikroorganisme trensiend normalnya ada dan jumlah nya stabil,organisme
ini bisa hidup dan berbiak di kulit. Organisme transiend melekat pada kulit saat

6
seseorang kontak objek atau orang lain dalam aktifitas normal. Organisme ini siap
ditularkan kecuali dengan cuci tangan. Organisme residend tiding dengan mudah bisa
dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila di gosok
kan ilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi
tergantung pada jumlah mikroorganisme,virulensi atau kemampuan menyebabkan
penyakit,kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan
dalam host atau penjamu
2. Reservoir atau sumber mikroorganisme
Kebanyakan reservoir dapat hidup baik berkembang biak atau tidak dalam tubuh
manusia terutama di kulit, mukosa, cairan atau drainase. Adanya mikroorganisme
patogen dalam tubuh tidak selalu menyebabkan penyakit pada host. Sehingga
reserfoir yang didalamnya terdapat mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang
lain bisa menjasi sakit (carier). Kuman dapat hidup dan berkembang biak dalam
reserfoir jika karakteristik reserfoirnya cocok dengan kuman. Karakter ristik tersebut
adalah air, suhu, ph, udara dan pencahayaan.
3. Portal of exit (jalan keluar)
Mikroorganisme yang hidup didalam reservoir harus menemukan jalan keluar untuk
masuk kedalam host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan
infeksi,mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu dari reservoirnya. Jika
reservoirnya manusia,kuman dapat keluar melalui saluran pencernaan, pernapasan,
perkemihan, genetalia, kulit, membrane mokosa yang rusak serta darah.
4. Cara penularan (transmisi)
1) Kontak (contact transmission)
a) Direct/langsung : Kontak badan kebadan transfer kuman penyebab secara
fisik pada saat pemeriksaan fisik, memandikan klien, dll.
b) Indirect/tidak langsung : Kontak melalui objek (benda atau alat). Dengan
perantara : instrument, jarum, kasa, tangan yang tidak din cuci.
2) Droplet : Partikel droplet >5 melalui batuk, bersin, bicara, jarak sebar pendek,
tidak bertahan lama di udara.”deposit” pada mukosa konjungtiva,hidung,mulut
contoh : difteria, pertussis, miycoplasma, haemophillus influenza tipe b (Hib),
virus influenza, mumps, rubella.

7
3) Airbome : Partikel kecil ukuran <5, bertahan lama di udara, jarak penyebaran
jauh, dapat inhalasi. Contoh : mycobacterium tuberculosis, virus campak, varisela
(cacar air), sepora jamur.
4) Melalui vehikulum : Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan
kehidupan kuman penyebab sampai masuk (tertelan/terokulasi) pada pejamu
yang rentan. Contoh : air, darah, serum, plasma, tinja, makana.
5) Melalui fektor : Antropoda ( umumnya serangga) atau binatang lain yang dapat
menularkan kuman penyebab cara menggigit pejamu yang rentan atau menimbun
kuman penyebab pada kulit pejamu atau makanan. Contoh : nyamuk, lalat,
pinjal/kutu, binatang pengerat.
5. Portal masuk
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk dalam tubuh. Kulit
merupakan barrier pelindung tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya
kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk
kedalam tubuh melalui rute yang sama dengan portal kelaur. Faktor-faktor yang
menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk kedalam
tubuh.
6. Daya tahan hospes (manusia)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius.
Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh indifidu terhadap patogen.
Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah
yang besar,infeksi tidak akan terjadi sampai indifidu rentang terhadap kekuatan dan
jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa factor yang mempengaruhi kerentanan
tubuh terhadap kuman yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status
nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.

F. Prinsip Pencegahan Infeksi


Prinsip pencegahan infeksi antara lain :
1. Antiseptik
Antiseptik adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.

8
2. Aseptik
Aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya
mikroorganisme kedalam tubuh yang mungkin akan menyebabkan infeksi. Tujuannya
adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme,baik pada
permukaan benda hidub maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat digunakan
dengan aman.
3. Dikontaminasi
Dikontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas
kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda ( peralatan medis,sarung
tangan,meja pemeriksaan) yang tekontaminasi darah dan cairan tubuh. Cara
memastikannya adalah segera melakukan dikontaminasi terhadap benda-benda
tersebut setelah terpapar atau terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
4. Desinfeksi
Tindakan yang tindakan menghilangkan sebagian besar mikroorganisme penyebab
penyakit dari benda mati.
5. Desinfeksi Tingkat Tinggi(DTT)
Suatu proses yang menghilangkan mikroorganisme kecuali beberapa endospore
bakteri pada benda mati dengan merebus,mengukus, atau penggunaan disinfektan
kimia.
6. Mencuci dan membilas
Suatu proses yang secara fisik menghilangkan semua debu, kotoran, darah, dan
bagian tubuh lain yang tampak pada objek mati dan membuang sejumlah mikro
organisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau
menangani benda tersebut (proses ini terdiri dari penncucian dengan sabun atau
deterjen dan air,pembilasan dengan air bersih dan pengeringan secara seksama).
7. Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri,virus,jamur, ubbah t), termasuk endospore bakteri pada
benda-benda mati atau instrument.

9
G. Strategi Pencegahan dan Penendalian Untuk Memutus Rantai Penularan Infeksi
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas
penjamu, agen infeksi, (pathogenesis,virulensi dan dosis)serta cara penularan. Identifikasi
ubbah resiko pada penjamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat
mengurangi insiden terjadinya infeksi(HAIs), baik pada pasien ataupun pada petugas
kesehatan.

Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari:

1. Peningkatan daya tahan penjamu


Dapat berupa pemberian imunisasi aktif(contoh vaksinasi hepatitis B), atau
pemberian imunisasi pasif ( ubbah tic sm ). Promosi kesehatan secara umum
termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Inaktivasi agen penyebab infeksi
Dapat dilakukan metode fisik maupun kimiawi. Contoh metode fisik adalah
pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi) dan memasak makanan seperlunya. Metode
kimiawi termasuk klorinasi air,disinfeksi.
3. Memutus mata rantai penularan
Merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah penularan infeksi, tetapi hasilnya
bergantung pada ketaatan petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah
ditetapkan.
4. Tindakan pencegahan paska pajanan terhadap petugas kesehatan
Berkaitan pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh
lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai atau pajanan lainnya.
Penyakit yang perlu mendapatkan perhatian adalah hepatitis B, hepatitis C, dan HIV.

Memutus mata rantai penularan merupakan hal yang paling mudah mencegah
penularan penyakit infeksi, tetapi harus didukung dengan kepatuhan, dan ketaatan dalam
melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan dalam standart operasional. Adapun cara
memutus mata rantai penularan infeksi tersebut adalah dengan penerapan kewaspadaan
isolasi dirancang untuk mengurangi resiko terinfeksi penyakit menular pada petugas
kesehatan baik karena sumber infeksi yang diketahui maupun tidak diketahui. Yang
terdiri dari kewaspadaan standart dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.

10
Kemenkes RI (2011), menuliskan bahwa ada sepuluh hal yang perlu dilakukan
dalam pelaksanaan PPI, yaitu:

1. Kebersihan tangan
Praktek membersihkan tangan adalah upaya mencegah infeksi yang disebarkan
melalui tangan dengan menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat
dan membunuh ubbah tic sm pada kulit. Menjaga kebersihan tangan ini dilakukan
segera setelah sampai di tempat kerja sebelum kontak dengan klien atau melakukan
tindakan untuk klien, selama melakukan tindakan (jika secara tidak sengaja
terkontaminasi) dan setelah kontak atau melakukan tindakan untuk klien.cuci tangan
dilakukan pada air mengalir, mengggunakan sabun atau larutan ubbah tic, dan
diakhiri dengan mengeringkan tangan dengan kain yang bersih dan kering.
2. Penggunaan alat pelindung diri (APD)
Alat pelindung diri telah lama digunakan untuk melindungi tubuh dari
mikroorganisme yang ada. Alat pelimudng diri mencakup sarung tangan, masker, alat
pelindung mata, topi, gaun, apron, pelindung kaki, dan alat pelindung lainnya.
3. Penatalaksanaan peralatan klien dan linen
Konsep ini meliputi cara memproses instrument yang kotor, sarung tangan, linen, dan
alat yang akan dipakai kembali dengan menggunakan larutan klorin 0,5%
mengamankan alat alat kotor yang akan tersentuh serta memilih proses penanganan
yang akan digunakan secara tepat. Penatalaksanaan ini dapat dilakukan dengan
precleaning, pencucian dan pembersihan, desinfeksi tingkat tinggi(DTT), serta
sterilisasi.
4. Pengelolaan limbah
Merupakan salah satu kegiatan PPI berupa pengelolaan limbah rumah sakit atau
fasilitas kesehatan lainnya, baik limbah yang terkontaminasi maupun tidak.
5. Pengendalian lingkungan rumah sakit
Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan yang bersih, aman dan nyaman.
6. Kesehatan karyawan / perlindungan pada petugas kesehatan
Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terpapar kuman saat bekerja. Upaya rumah
sakit atau fasilitas kesehatan untuk mencegan transmisi ini adalah membuat program

11
pencegahan dan pengendalian infeksi pada petugasnya, misalnya dengan pemberian
imunisasi.
7. Penempatan /isolasi klien
Penerapan program ini diberikan pada klien yang telah atau sedang dicurigai
menderita penyakit menular. Klien akan ditempatkan dalam suatu ruangan tersendiri
untuk meminimalkan proses penularan pada orang lain.
8. Hygiene respirasi / etika batuk
Semua klien, pengunjung, dan petugas kesehatan perlu memperhatikan kebersihan
pernapasan dengan cara selalu menggunakan masker jika berada di fasilitas pelayanan
kesehatan. Saat batuk, sebaiknyan menutup mulut dan hidung menggunakan tangan
atau tisu.
9. Praktik menyuntik yang aman
Jarum yang digunakan untuk menyuntik sebaiknya jarum yang steril dan sekali pada
setiap kali suntikan.
10. Praktik lumbal fungsi
Saat melakukan prosedur lumbal pungsi sebaiknya menggunakan masker untuk
mencegah transmisi droplet flora orofaring.
Kewaspadaan transmisi (Transmission Based Precaution) adalah kewaspadaan
berdasarkan sumber infeksi: kontak, droplet, airbone,kewaspadaan transmisi antara lain:
1) Kontak precautions
a) Cuci tangan dengan bahan dasar alcohol atau sabun dan air
b) Gunakan jubah ketika melakukan perawatan langsung
c) Gunakan sarung tangan ketika melakukan perawatan langsung
2) Droplet precautions
a) Cuci tangan dengan bahan dadsar alcohol atau sabun dan air
b) Gunakan masker dengan jarak dua meter dari pasien
c) Gunakan perlindungan mata dengan jarak dua meter dari pasien
3) Airboneprecautions
a) Cuci tangan dengan bahan dasar alcohol atau sabun dan air
b) Tutup pintu, buka jendela jika memungkinkan
c) Gunakan masker N95 ketika memasuki ruangan.

12
H. Definisi Hazard
Bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang  berpotensi
berpotensi menimbulkan menimbulkan cedera (kecelakaan (kecelakaan kerja) dan atau
penyakit penyakit akibat kerja (OHSAS 18001, 2007) didalam (Penjelasan et kerja
(OHSAS 18001, 2007) didalam (Penjelasan et al., 2012) ., 2012) Bahaya diartikan
sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk muncul dan menimbulkan
kerusakan atau kerugian. Jika salah satu  bagian  bagian dari rantai kejadian kejadian
hilang, hilang, maka suatu kejadian kejadian tidak akan terjadi. terjadi. Bahaya terdapat
dimana-mana baik di tempat kerja atau di lingkungan, namun u di lingkungan, namun
bahaya  bahaya hanya akan menimbulkan menimbulkan efek jika terjadi terjadi sebuah
kontak atau eksposur (Tranter, 1999).
Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya
diklasifikasikan menjadi 2 (Ratnasari, 2009) yaitu:
1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulny kecelakaan yang dapat
menyebabkan luka (injury) hingga kematian, serta kerusakan  property  perusahaan.
Dampaknya bersifat akut. Jenis  bahaya keselamatan antara lain:
a. Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik seperti tersayat,
terjatuh, tertindih dan terpeleset.
b. Bahaya el Bahaya elektrik, ektrik, disebabkan disebabkan oleh peralatan peralatan
yang mengandung yang mengandung arus listrik.
c. Bahaya kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat  flammable
(mudah terbakar).
d. Bahaya peledakan, disebabkan oleh substansi kimia yang sifatnya explosiv
2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan, menyebabkan gangguan
kesehatan dan penyakit akibat kerja. Dampaknya bersifat kronis. Jenis bahaya
kesehatan antara lain:
a. Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non  pengion, suhu
ekstrem dan pen  pengion, suhu ekstrem dan pencahayaan. cahayaan.  

13
b. Bahaya Kimia, antara lain yang berkaitan berkaitan dengan material material atau
bahan seperti antiseptik, aerosol, insektisida, dust, mist, fumes, gas, vapor.
c. Bahaya Ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture, manual
handling dan postur janggal.
d. Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di
lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa, dan fungi (jamur) yang bersifat
patogen.
e. Bahaya Psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat, hubungan dan
kondisi kerja yang tidak nyaman.

I. Definisi Hazard Kimia


Suatu bahaya kimia adalah jenis bahaya pekerjaan yang disebabkan oleh paparan
bahan kimia ditempat kerja. Paparan bahan kimia ditempat kerja dapat menyebabkan efek
kesehatan yang merugikan baik akut maupun  jangka  jangka panjang. Terdapat panjang.
Terdapat banyak jenis banyak jenis bahan kinia bahan kinia yang berbahaya, yang
berbahaya, seperti seperti  Neurotolsis, Zat  Neurotolsis, Zat imun, zat imun, zat
dermatologi, karsinogen, r dermatologi, karsinogen, racun reproduksi, ra acun reproduksi,
racun sistemik, asmagen, zat pneumokoniotik, dan pemeka. Bahaya ini dapat
menyebabkan resiko fisik atau kesehatan. Berdasarkan bahan kimianya,  bahaya  bahaya
yang terlibat terlibat dapat bervariasi, bervariasi, sehingga sehingga penting penting
untuk mengetahui mengetahui dan menerapkan APD terutama pada laboratorium.

J. Kategori Hazard kimia


Kategori bahan kimia berbahaya adalah sebagai berikut:
1. Explosif 
Yaitu bahan yang mudah terbakar, seperti : kalium klorat, Trinitrotaluen(TNT),
natrium nitrat, gas bertekanan tinggi, campuran  belerang, karbon dan kalium klorat
2. Flamable
Yaitu bahan yang mudah terbakar seperti: metanol, eter, aseton, heksana, benzena,
uap ini dapat bergerak menuju api sejauh 3 meter

14
3. Oxidazing Agent (bahan oksidator)
Contohnya : natrium nitrit/nitrat, kalium klorat, kaporit, asam sendawa, alkena,
alkilbenzena dan sebagainya. Sekalipun tidak adaO2 dari luar dapat menyebabkan
kebakaran
4. Bahan yang mudah terbakar oleh air
Seperti logam N a, K dan asam sulfat pekat
5. Bahan mudah terbakar oleh asam
Seperti logam paduan N a dan K, senyawa hidrida dan sebagainya
6. Gas bertekanan tinggi
Seperti gas-gas dalam tabung silinder dengan tekanan tinggi.
7. Bahan-bahan beracun
Seperti 7 C02, CI2, benzena, Kloroform, sianida dan sebagainya.
8. Bahan korosif
Contohnya : anhidrida asam, alkali, asam sulfat, fenol dan sebagainya

Bahan tersebut mudah dikenali karena biasanya pabrik-pabrik bahan kimia telah
melengkapi kemasannya dengan label-label peringatan bahaya. Akibat dari bahan kimia
tersebut antara lain:

a. Keracunan, yaitu akibat masuknya bahan kimia ke dalam tubuh melalui  paru-paru,
mulut dan kulit. Keracunan dapat mengakibatkan hilang kesadaran atau gangguan
kesehatan yang akan terasa setelah beberapa tahun bekerja, atau menjelang pensiun .  
b. Iritasi, yaitu akibat kontak langsung dengan bahan kimia korosif yang mengakibatkan
peradangan pada kulit,iritasi mata dan saluran  pernapasan.
c. Luka bakar yang diakibatkan dari meledaknya bahan-bahan reaktif.

K. Potensi Bahaya Kimia


Yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam
proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh pekerja
melalui :
1. Inhalation (melalui pernafasan),
2. Ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan),

15
3. Skin contact (melalui kulit).
Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh pekerja sangat tergantung dari
jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya
acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh
Adapun risiko bahaya yang dapat ditimbulkan pada industri logam adalah sebagai
berikut :
1. Tembaga (Cu)
Logam tembaga (Cu) merupakan mikroelemen esensial untuk semua tanaman dan
hewan, termasuk manusia. Kebutuhan tubuh per hari akan Cu adalah 0,05 mg/kg
berat badan. Pada kadar tersebut tidak terjadi akumulasi Cu pada tubuh manusia
normal. Namun, konsumsi Cu dalam jumlah yang  besar dapat menyebabkan
menyebabkan gejala-gejala gejala-gejala yang akut. Beberapa Beberapa gejala
keracunan Cu adalah sakit perut, mual, muntah, diare, dan beberapa kasus yang parah
dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian.
2. Arsen (As)
Arsen (As) atau sering disebut arsenik dapat merusak ginjal dan  bersifat  bersifat
racun yang sangat kuat. Senyawa Senyawa arsen sangat sulit dideteksi dideteksi
karena tidak memiliki rasa yang khas atau ciri-ciri pemaparan lain yang menonjol.
Gejala keracunan senyawa arsen terutama adalah sakit di kerongkongan, sukar
menelan, disertai rasa nyeri lambung dan muntahmuntah. Kompensasi dari
pemaparan arsen terhadap manusia adalah kanker, terutama kanker paru-paru dan
hati. Terpapar arsen di udara juga dapat menyebabkan pembentukan kanker kulit pada
manusia.
3. Aluminium (Al)
Sekitar 20 tahun yang lalu, ada penelitian yang menunjukkan bahwa aluminium
merupakan penyebab penyakit Alzheimer. Akibatnya, banyak organisasi dan individu
yang mengurangi tingkat pemakaian peralatan dari alumimium.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyimpulkan bahwa, penelitian yang
menyatakan bahwa aluminium merupakan penyebab penyakit alzheimer tidak dapat
dipercaya, karena  penelitian  penelitian tersebut tersebut tidak memperhitungkan
asupan memperhitungkan asupan aluminium aluminium total yang ada yang ada

16
dalam penyakit itu. Meskipun tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa aluminium
sebagai penyebab utama penyakit alzheimer, para peneliti  bersepakat untuk
melakukan  bersepakat untuk melakukan penelitian lebih penelitian lebih lanjut lagi.
lanjut lagi. Pada industri Pada industri logam,  perlu diperhatikan diperhatikan
keselamatan keselamatan para pekerja, pekerja, karena aluminium aluminium yang
terkandung d terkandung dalam cairan logam di alam cairan logam di tempat kerja
menyebabkan tempat kerja menyebabkan kanker. Target kanker. Target organ
aluminium adalah sistem saraf pusat, ginjal, dan sis dan sistem pencernaan. tem
pencernaan.
4. Timbal (Pb)
Logam timbal (Pb) merupakan logam yang lunak dan berwarna cokelat kehitaman
serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Bahaya yang ditimbulkan oleh
penggunaan Pb ini adalah sering menyebabkan keracunan. Logam Pb dapat masuk ke
dalam tubuh melalui pernapasan, makanan, dan minuman. Accidental poisoning
seperti termakannya senyawa timbal dalam konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan
gejala keracunan timbal seperti iritasi gastrointestinal akut, rasa logam pada mulut,
muntah, sakit perut, dan diare. Pb dapat mempengaruhi sistem saraf, inteligensia, dan
pertumbuhan. Pb di dalam tubuh menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja sistem
enzim. Efek logam Pb pada kesehatan manusia adalah menimbulkan kerusakan otak,
kejang-kejang, gangguan tingkah laku, dan bahkan kematian.

L. Upaya Mencegah Hazard Kimia


Untuk pengendalian bahaya kimia, ada empat tipe pengendalian yang dapat
dilakukan, yaitu inherent, active, passive dan procedural .
1. Inherently Safer Alternative (ISA).
ISA adalah strategi pengendalian bahaya dengan cara mengganti bahan  baku atau
proses berbahaya berbahaya dengan bahan baku atau proses yang tin yang tingkat
bahayanya  bahayanya lebih rendah. rendah. Saat yang paling tepat melakukan
melakukan ISA adalah  pada saat awal pengembangan pengembangan produk atau
proses (development (development stage). stage).
Ada empat strategi yang dapat dilakukan dalam ISA, yaitu:

17
a. Miminize
Menggunakan bahan kimia berbahaya dalam jumlah kecil, baik selama
penyimpanan,  penyimpanan, proses maupun pengiriman. pengiriman. Dengan
mengurangi mengurangi jumlah  bahan kimia  bahan kimia maka risiko dari
bahan tersebut bahan tersebut juga me juga menjadi le njadi lebih kecil bih kecil
jika dibandingkan dengan jumlah yang lebih besar.  
b. Subtitute
Mengganti bahan kimia yang berbahaya dengan bahan kimia yang kurang
berbahaya. Misalnya  berbahaya. Misalnya pelarut pelarut organik yang organik
yang bersifat bersifat mudah terbakar mudah terbakar diganti diganti denga air.
c. Moderate  
Jika dua hal diatas  jika dua hal diatas tidak bisa dilakukan maka kita tidak bisa
dilakukan maka kita dapat melakukan pros dapat melakukan proses atau
penyimpanan pada kondisi yang lebih aman, misalnya pengenceran,
penyimpanan dengan suhu yang lebih rendah,  penyimpanan dengan suhu yang
lebih rendah, proses yang lebih sederhana yang lebih sederhana dan sebagainya.
Sehingga laju reaksi atau energi yang reaksi yang dihasil lebih rendah jika
dibandingkan dengan kondisi normal.
d. Dilution
Melarutkan untuk mengurangi tingkat bahaya reaktifitas, baik pada saat  proses
produksi maupun peny  proses produksi maupun penyimpanan. impanan.
2. Passive Control Passive control
Passive Control Passive control adalah mengurangi bahaya atau resiko dengan
merancang  proses  proses dan peralatan peralatan yang lebih aman. Passive control
dapat mengurangi mengurangi frekuensi atau konsekuensi dari bahaya tersebut tanpa
fungsi aktif  peralatan  peralatan apapun, misalnya tempat penampungan
(contaiment), dinding tahan api, pipa atau tangki yang tahan terhadap tekanan tinggi.
3. Active Control
Active control menggunakan sistem engineering control, misalnya safety interlock,
emergency shutdown system, smoke detector dan lain sebagainya.

18
4. Procedural Control
Procedural control disebut juga administrative control, yaitu proses    pengendalian
dengan cara membuat membuat prosedur administratif menggurangi bahaya dan
resiko dari bahaya kimia. Misalnya work instruction, instruction, safe operating limit,
work permit dan sebagainya.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi nosocomial atau Healthcare-associated (HAIs) merupakan masalah
serius dalam pelayanan kesehatan dirumah sakit, yang perlu mendapat perhatian
khusus dalam pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Upaya untuk mencegah
kejadian infeksi nosocomial yang penting adalah penerapan standar precaution baik
bagi pasien, petugas, lingkungan dan alat kesehatan, dengan tujuan untuk mmemutus
rantai penularannya. Keselamatan pasien adalah bebas dari cideran fisik dan
psikologis yang menjamin keselamatan pasien, melalui penetapan system operasional,
meminilisasi terjadinya kesalahan, mengurangi rasa tidak aman pasien dalam sistem
perawatan kesehatan dan meningkatkan pelayanan yang optimal (canadian nursing
association,2004).
Manajemen B3 memerlukan perencanaan,  pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian. Dengan menerapkan sistem manajemen B3 maka pemakaian,
penanganan, maupun penyimpanan B3 diharapkan akan lebih terkontrol/terkendali
dan tertelusur, sehingga keselamatan dan kesehatan kerja serta perlindungan
lingkungan akan terjaga. Dalam pelaksanaan penanganan B3 sangat tergantung dari
jenis, sifat dan  bahaya  bahaya dari bahan tersebut. tersebut. Karena masing-masing
masing-masing B3 memiliki memiliki sifat yang  berbeda, maka  berbeda, maka cara
penanganan yang paling penanganan yang paling tepat hanya dapat hanya dapat
diperoleh dari diperoleh dari  pabrik atau pemasok bahan tersebut. Dengan
melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan
pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan
akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif,
sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. K3
sangat  besar peranannya peranannya dalam upaya meningkatkan meningkatkan

20
produktivitas produktivitas perusahaan, perusahaan, terutama dapat mencegah korban
manusia.
B. Saran
Setelah seorang perawat mendapatkan ilmu mengenai pengendalian infeksi
ini, sebaiknya sebagai seorang perawat dapat mengetahui bagaimana cara mencegah
infeksi agar tidak terjadi penularan, dan perawat diharapkan juga dapat
menanggulangi penyakit infeksi tersebut dengan intensif. Jagalah keselamatan anda
dalam kondisi yang aman dan patuhilah  pada peraturan peraturan rambu lalu lintas
agar tidak terjadi terjadi kecelakaan kecelakaan dan mengurangi risiko kecelakaan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Penjelasan, L., Penelitian, U., Medan, D. Penjelasan, L., Penelitian, U., Medan, D. A. N. B. A.
N. B. P., & Tobing, D. (2012). P., & Tobing, D. (2012). Universitas sumatera utara.
Child Development , 72(X), 9 – 18. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
https://www.safetysign.co.id/news/94/4-Metode-Pengendalian-Risiko-BahayaKimia

Penjelasan, L., Penelitian, U., Medan, D. Penjelasan, L., Penelitian, U., Medan, D. A. N. B. A.
N. B. P., & Tobing, D. (2012). P., & Tobing, D. (2012). Universitas sumatera utara.
Child Development , 72(X), 9 – 18.

https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

http://ahmbio.com/bahan-kimia-berbahaya/

Hadi, Irwan. 2016. Manajemen Keselamtan Pasien ( Teori & Aplikasi ).Yogyakarta:Deepublish

22

Anda mungkin juga menyukai