Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 2, No.

1, Februari 2016

Penelitian
HUBUNGAN MOBILISASI DENGAN PENCEGAHAN DEKUBITUS
PADA PASIEN KOMA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DELI
SERDANG LUBUK PAKAM TAHUN 2015

Hamonangan Damanik
Staf Pengajar Prodi S1 Keperawatan STIKes Imelda Medan, Jalan Bilal Nomor 52 Medan

E-mail: banyubiru380@gmail.com

ABSTRAK

Hilang kesadaran atau koma merupakan masalah yang banyak dihadapi di unit perawatan intensif
(UPI). Istilah koma di dalam penanganan penderita kritis di UPI digunakan untuk gangguan kesadaran
dengan gejala akibat patofisiologinya. Terganggu atau menurunya kesadaran menunjukan disfungsi otak
berat, dan koma berarti fungsi otak mengalami kegagalan otoregulasi serebral sehingga homeostasis
tubuh hilang, hal ini menujukan bahwa otak adalah pusat sistim regulasi semua fungsi vital tubuh.
Metode penelitain ini dengan menggunakan penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian design
one group pretest posttest, dimana populasi penelitian ini seluruh pasien koma yang dirawat inap
diruangan ICU dengan jumlah 10 responden dan 3 responden sebagai variabel kontrol atau tanpa
pemberlakuan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling dengan
jumlah 10 responden. Hasil penelitian ini ternyata ada hubungan mobilisasi dengan pencegahan
dekubitus pada pasien koma dengan nilai probabilitas (!) = 0,002 (< 0,05), 3 responden sebagai
variable kontrol terjadi dekubitus hal ini disebabkan kurang nya atau tidak adanya mobilisasi,faktor
umur, dan kurangnya asuapan nutrisi. Karena itu disarankan bagi perawat di RS agar selalu
memberikan mobilisasi, pemenuhan kebutuhan nutrisi dan mengajarkan kepada keluarga pasien tentang
mobilisasi khususnya pada pasien koma karena tindakan mobilisasi sangat penting dalam upaya
pencegahan dekubitus.

Kata kunci: Dekubitus; Mobilisasi.

PENDAHULUAN Penyebab utama dari ulkus dekubitus


berkurangnya aliran darah ke kulit adalah
Salah satunya yang terjadi pada pasien tekanan. Jika tekanan menyebabkan
koma merupakan masalah yang terus terputusnya aliran darah, maka kulit akan
menerus ± menerus dan situasi perawatan mengalami kekurangan oksigen, pada
pemulihan. prevalensi adalah jumlah kasus mulanya akan tampak merah dan lalu
yang ada dalam sebuah populasi pada satu meradang lalu membentuk luka terbuka.
waktu tertentu (AHCRP, 1994). Angka Frekuensi ulkus dekubitus di berbagai negara
prevalensi bervariasi pada berbagai keadaan masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat,
klien. Angka prevalensi yang di laporkan dari dalam beberapa penelitian menunjukan
rumah sakit Cipto Mangunkusumo yang bahwa 3% - 10% pasien yang di rawat di
terdapat penderita ulkus dekubitus rumah sakit menderita dekubitus dan 2,7%
menunjukan bahwa kira-kira 20% pada peluang terbentuk dekubitus baru, namun
pasien koma. Dan pada penderita trauma angka tersebut terus menunjukan peningkatan
medulla spinalis 25% - 85% yang menderita hingga 7,7% - 26%. Prevalensi terjadinya
ulkus dekubitus karena adanya tekanan dari dekubitus di Amerika Serikat cukup tinggi
luar yang begitu lama. Kompressi jaringan sehingga mendapatkan perhatian lebih dari
menyebabkan gangguan suplai darah yang tenaga kesehatan (Sabandar, 2008). Di
tertekan (Rohaendi, 2008) beberapa rumah sakit didapat prevalensi
13
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 2, No. 1, Februari 2016

terjadinya dekubitus 17% - 25% dan dua dari ilmu yang telah didapatkan selama
tiga pasien yang berusia 70 tahun atau lebih pendidikan.
akan mengalami dekubitus. Di antara pasien 3. Bagi Penelitian Selanjutnya
dengan kelainan neurology, angka kejadian Sebagai acuan untuk melakukan
dekubitus setiap tahun sekitar 5% - 8% dan penelitian selanjutnya dan sebagai media
sampai 7% - 8%. Insiden terjadinya dekubitus pengembangan ilmu praktek
0,4% sampai 38% pada perawatan lama 2,2% keperawatan.
sampai 23,9% dan pada perawatan di rumah
0% sampai 29%. Insiden yang sangat tinggi Imobilisasi
terdapat pada pasien yang di rawat di ruangan Imobilisasi adalah ketidakmampuan
ICU angka kejadiannya 8% sampai 40%. untuk bergerak secara aktif akibat berbagai
Sedangkan pada pasien yang di rawat di penyakit atau impairment (gangguan pada
rumah sakit dengan penyakit akut alat/ organ tubuh) yang bersifat fisik atau
mempunyai angka insiden dekubitus sebesar mental. Imobilisasi dapat juga diartikan
2% - 11%. Namun hal ini menjadi perhatian sebagai suatu keadaan tidak bergerak/tirah
yang cukup untuk menangani dekubitus agar baring yang terus±menerus selama 5 hari atau
dapat di cegah terjadinya dekubitus (Alfon, lebih akibat perubahan fungsi fisiologis.
2008). Imobilisasi dikatakan sebagai faktor resiko
Hasil penelitian Dwianti (2007) utama pada munculnya luka dekubitus baik di
menunjukan bahwa pada subjek yang rumah sakit maupun di komunitas.
mengalami terjadi pada hari ke-7 perawatan Kondisi ini dapat meningkatkan waktu
dengan diagnosa stroke. Pasien stroke dengan penekanan pada jaringan kulit, menurunkan
gangguan mobilisasi berisiko tinggi terjadi sirkulasi dan selanjutnya mengakibatkan luka
dekubitus karena adanya penekanan pada dekubitus. Imobilisasi disamping
bagian tubuh secara terus menerus akibat mempengaruhi kulit secara langsung, juga
ketidakmampuan pasien di dalam mengubah mempengaruhi beberapa organ tubuh.
posisi tubuh secara mandiri. Misalnya pada system kardiovaskuler,
gangguan sirkulasi darah perifer, system
Perumusan Masalah Penelitian respirasi, menurunkan pergerakan paru untuk
Berdasarkan uraian pada latar belakang mengambil oksigen dari udara (ekspansi
di atas maka, rumusan masalah dalam paru) dan berakibat pada menurunnya asupan
penelitian ini adalah : Apakah ada Hubungan oksigen ke tubuh (Lindgren et al, 2004).
Mobilisasi Dengan Pencegahan Dekubitus
Pada Pasien Koma Di Rumah Sakit Umum Dekubitus
Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun Dekubitus adalah kerusakan/kematian
2016? kulit sampai kejaringan di bawah kilit,
bahkan menembus otot sampai mengenai
Tujuan Penelitian tulang akibat adanya penekanan pada suatu
Untuk mengetahui Hubungan Mobilisasi area secara turus menerus sehingga
Dengan Pencegahan Dekubitus Pada Pasien mengakibatkan gangguan sirkulasi darah
Koma Di Rumah Sakit Umum Daerah Deli setempat. Walaupun semau bagian tubuh
Serdang Lubuk Pakam Tahun 2016. mangalami dekubitus, bagian bawah dari
tubuhlah yang terutama berisiko tinggi dan
Manfaat Penelitian membutuhkan perhatian khusus (Mohafandi,
1. Bagi perawat di RSU Deli Serdang 2008).
Menambah pengetahuan bagi perawat
tentang manfaat mobilisasi terhadap Stupor dan Koma
pencegahan dekubitus pada pasien Koma adalah kondisi tidak sadar dimana
koma. mata tertutup dan pasien tidak dapat
2. Bagi Peneliti membukanya. Kondisi vegetatif adalah
Untuk menambah pengetahuan dan sebuah kondisi dimana mata dapat membuka
pengalaman peneliti dalam menerapkan dan bergerak, tetapi lebih banyak tidak sadar
14
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 2, No. 1, Februari 2016

dan tidak dapat merespon atau berpikir ruangan ICU Di Rumah Sakit Umum Daerah
(Yunita, 2009). Deli Serdang Tahn 2016. Metode
Tingkat aktivitas di dalam otak yang pengambilan sampel dalam penelitian ini
normal bervariasi secara konstan. adalah dengan menggunakan metode
Aktivitas pada saat terjaga sangat berbeda accidental sampling dengan jumlah sampel
dengan aktivitas ketika tertidur. Aktivitas 10 responden.
otak ketika mengikuti ujian sangat berbeda
dengan aktivitas otak ketika bersantai di Metode Pengukuran
pantai. Semua perbedaan tersebut merupakan Metode pengukuran data dalam
keadaan yang normal dan otak bisa berubah penelitian ini adalah posisi lateral kanan,
dengan cepat dari satu tingkat kesiagaan ke supinasi, lateral kiri yang diukur dengan
tingkat lainnya. parameter gejala-gejala klinis dekubitus yang
Selama keadaan siaga yang abnormal ada pada pasien. Sedangkan pencegahan
(perubahan tingkat kesadaran), otak tidak dekubitus diukur dengan parameter
mampu berubah dan berfungsi sebagaimana pemberian posisi lateral kanan, supinasi,
mestinya. Salah satu bagian otak yang lateral kiri setiap 2 jam sekali dan pemenuhan
terletak jauh di dalam batang otak berfungsi kebutuhan aktifitas.
mengendalikan tingkat kesadaran dan secara Instrumen yang digunakan untuk
ritmis merangsang otak untuk terjaga dan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
siaga. Dalam keadaan normal, rangsangan lembar observasi yang berisi 5 karakteristik
kesadaran menerima masukan visual dari yang harus diteliti yaitu dengan
mata, suara dari telinga, sentuhan dari kulit menggunakan skala guttman, dimana tanda-
dan masukan dari setiap organ sensorik tanda yang menunjukkan terjadinya luka
lainnya untuk melengkapi tingkat kesiagaan dekubitus diberi skor 0 dan yang tidak
yang tepat. menunjukkan tanda-tanda terjadinya luka
dekubitus diberi skor 1. Pada lembar
Teori Fisioterapi observasi yaitu tekanan pada kulit dibagi
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan menjadi 3 bagian antara lain jika terjadinya
Kesehatan yang ditujukan kepada individu tekanan pada kulit dalam jangka waktu yang
atau kelompok untuk mengembangkan, lama diberi nilai 0, jika tekanan pada kulit
memelihara dan memulihkan gerak dan jangka pendek diberi nilai 1 dan jika tidak
fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan terjadi tekanan diberi nilai 2, jika ada eritema
dengan menggunakan penanganan secara diberi nilai 0 dan tidak ada diberi nilai 1,jika
manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, ada ephitel pada kulit diberi nilai 0 dan jika
elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan tidak ada di beri nilai 1,jika ada nekrosis
fungsi, komunikasi. diberi nilai 0 dan jika tidak ada nekrosis di
bari nilai 1. Untuk mengetahui nilai tersebut
Desain Penelitian digunakan rumus:
Desain penelitian ini menggunakan P = F x 100%
penelitian Eksperimen dengan bentuk N
rancangan penelitian design one group Metode Analisa Data
pretest posttest. Analisa data secara statistik dengan uji
paired sample t test untuk melihat hubungan
Lokasi dan Waktu Penelitian mobilisasi dengan pencegahan dekubitus
Penelitan ini dilaksanakan di Rumah pada pasien koma, dalam uji ini ditentukan
Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk WLQJNDW NHSHUFD\DQ GHQJDQ QLODL .
Pakam. Penelitian ini dilaksanakan pada 0,05.
bulan Februari-Maret 2016

Pulasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah
semua pasien koma yang dirawat inap di
15
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 2, No. 1, Februari 2016

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Frekuensi Dari tabel di atas diketahui bahwa


Responden Berdasarkan Data Demografi sebelum dilakukan mobilisasi responden
Responden di RSUD Deli Serdang Tahun mayoritas memiliki kulit lembab sebanyak 6
2016 orang (60%), mengalami tekanan yang
Karakteristik Frekuensi Persentase pendek sejumlah 7 orang (70%).
No
Responden (F) (%) Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa
Umur (usia) responden yang diberi perlakuan dan yang
1 a. 40-50 10 tidak diberikan perlakuan (mobilisasi)
1
Tahun terdapat adanya perbedaan yaitu dapat dilihat
b. 46-50 4 40 dari 3 orang variabel kontrol yang tidak
2
Tahun diberikan perlakuan memiliki karakteristik
c. 51-55 2 yang buruk antara lain kulit yang lembab,
3 20
Tahun mengalami tekanan yang lama, dan eritema.
4 d > 55 Tahun 3 30 Kemudian, jika dilihat pada tabel responden
yang dilakukan mobilisasi tidak mengalami
Total 10 100
tekanan yang lama dan tidak terdapat adanya
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa eritema.
responden mayoritas berusia 46-50 tahun Dari 7 responden diperoleh hasil bahwa
yaitu sejumlah 4 orang (40%) dan responden sebelum dilakukan mobilisasi pada pasien
yang paling sedikit berusia 40-50 tahun yaitu koma di ruang ICU RSUD Deli Serdang
sejumlah 1 orang (10%). Lubuk pakam, diperoleh hasil bahwa
mayoritas responden memiliki kulit yang
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase tidak lembab sebanyak 4 orang (57,14%),
Pencegahan Luka Dekubitus Sebelum responden yang mengalami tekanan yang
Diberikan Mobilisasi Pada Pasien Koma di pendek sejumlah 4 orang (57,14%). Setelah
Ruang ICU RSUD Deli Serdang Lubuk dilakukan mobilisasi pada pasien koma di
Pakam Tahun 2015 RSUD Deli Serdang di ruang ICU diperoleh
Karakteristik Frekuensi Persentase perubahan pada responden yaitu pada
No
Responden (F) (%)
kelembaban kulit responden, mayoritas kulit
1. Kelembaban
a. Lembab 6 60
responden tidak lembab yaitu berjumlah 6
b. Tidak 4 40 orang (85,71%), tekanan pada kulit
Lembab responden yang mayoritas yaitu tidak ada
Total 10 100 tekanan yaitu 7 orang (100%), tidak adanya
2. Tekanan eritema pada kulit berjumlah 7 orang (100%),
a. Lama 3 30 tidak ada kerusakan pada epitel kulit
b. Pendek 7 70 epidermis barjumlah 7 orang (100%), dan
c. Tidak ada 0 0 responden mayoritas tidak mengalami
Total 10 100 nekrosis yaitu berjumlah 7 orang (100%).
3. Eritema
a. Ada 0 0 Hubungan Pencegahan Luka Dekubitus
b. Tidak ada 10 100 Sebelum dan Sesudah Diberikan
Total 10 100 Mobilisasi Pada Pasien Koma di Ruang
4. Kerusakan ICU RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam
Pada 0 0 Tahun 2015
Epithelial 10 100 P value
Kulit Variabel SD SE N
(Sign)
a. Ada PRE
b. Tidak ada (sebelum 0,002 10
Total 10 100 perlakua
2.726 0,862
5. Nekrosis n/
a. Ada 0 0 mobilisas
b. Tidak ada 10 100 i)
Total 10 100 POST 2.860 0,904
16
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 2, No. 1, Februari 2016

(sesudah dan sesudah pemberian intervensi atau


perlakua mobilisasi.
n/mobilis Penyebab dari luka dekubitus yaitu usia,
asi) usia dapat mempengaruhi terjadinya luka
Tingkat pencegahan terhadap luka dekubitus. Usia lanjut mudah sekali untuk
dekubitus pada pasien koma di ruang ICU terjadi luka decubitus. Hal ini karena pada
RSUD Deli Serdang dari 7 responden usia terjadi perubahan kualitas kulit dimana
sebelum dilakukan perlakuan, diperoleh adanya penurunan elastisistas, dan kurangnya
standar deviasi 2,726 dan sesudah dilakukan sirkulasi pada dermis kulit. Nutrisi juga
mobilisasi diperoleh standar deviasi 2,860. merupakan faktor yang dapat mengkontribusi
Dari tabel tersebut diketahui bahwa terdapat terjadinya luka dekubitus. Sebagian besar
perbedaan nilai standar deviasi sebelum dan dari hasil penelitian mengatakan adanya
sesudah pemberian mobilisasi. Hasil uji hubungan yang bermakna pada klien yang
VWDWLVWLN GLGDSDWNDQ QLODL ! PDND mengalami luka dekubitus dengan malnutrisi.
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan Hipoalbuminemia berhubungan dengan luka
tingkat pencegahan luka dekubitus yang dekubitus pada pasien yang di rawat.
signifikan sebelum dan sesudah pemberian Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji
PRELOLVDVL ! GDSDW GLOLKDW GDUL KDVil t test sering disebut paired/related sample t
mobilisasi yang dilakukan terhadap 7 test dengan tingkat kepercayaan 95 %
responden sebelum dilakukan perlakuan diperoleh hasil p = 0,002 dimana p < 0,005
diperoleh standar deviasi 2,726 dan sesudah artinya terdapat perbedaan yang signifikan
dilakukan mobilisasi diperoleh standar tingkat pencegahan terhadap luka dekubitus
deviasi 2,860. Dari tabel tersebut diketahui sebelum dan sesudah diberikan mobilisasi.
bahwa terdapat perbedaan nilai standar Dari hasil penelitian, tingkat pencegahan
deviasi sebelum dan sesudah pemberian terhadap dekubitus yang dialami pasien koma
mobilisasi. di ruang ICU RSUD Deli Serdang Lubuk
Untuk mengetahui seberapa besar Pakam diperoleh hasil dari 7 orang pasien
pengaruh mobilisasi terhadap pencegahan koma di ruang ICU RSUD Deli Serdang
luka dekubitus pada pasien koma di RSUD Lubuk pakam, bahwa mayoritas responden
Deli Serdang dengan uji statistik yang memiliki kulit yang tidak lembab sebanyak 4
digunakan yaitu uji t dependent sering orang (57,14%), responden yang tidak
disebut paired/related sample t test. Maka mengalami eritema sejumlah 4 orang
dari hasil uji statistik di dapat bahwa (57,14%). Setelah dilakukan mobilisasi pada
mobilisasi berpengaruh terhadap pencegahan pasien koma di RSUD Deli Serdang di ruang
luka dekubitus pada pasien koma, dapat ICU diperoleh perubahan pada responden
dilihat dari taraf signifikan yaitu 0,002 (s < yaitu pada kelembaban kulit responden
0.05), sehingga dapat dinyatakan bahwa mayoritas kulit responden tidak lembab yaitu
mobilisasi mempengaruhi terhadap berjumlah 6 orang (85,71%), tidak adanya
pencegahan luka dekubitus pada pasien koma eritema kulit berjumlah 7 orang (100%), tidak
di ruang ICU RSUD Deli Serdang tahun adanya kerusakan pada epitel kulit epidermis
2015. barjumlah 7 orang (100%), dan responden
mayoritas tidak adanya nekrosis yaitu
PEMBAHASAN berjumlah 7 orang (100%).
Hasil uji statistik dengan t paired test
Pada penelitian ini, peneliti GLSHUROHK QLODL ! PDND
membandingkan pencegahan responden dapat disimpulkan adanya perbedaan tingkat
terhadap luka dekubitus sebelum dan sesudah pencegahan dekubitus sebelum dan sesudah
diberikan intervensi berupa mobilisasi. pemberian mobilisasi. Hasil ini sesuai dengan
Jumlah responden dalam penelitian ini pernyataan Patricia A (2005) yang
sebanyak 7 orang yang diperoleh dengan menyatakan bahwa Ulkus Dekubitus
memakai rancangan penelitian design one menyebabkan nyeri dan bisa berakibat fatal.
grup pretest posttest kemudian responden di Ulkus juga menyebabkan masa perawatan
kaji dengan questioner yang sama sebelum
17
Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA Vol. 2, No. 1, Februari 2016

dirumah sakit menjadi lebih panjang dan pencegahan dekubitus khususnya pada
menyebabkan biaya lebih banyak. Untuk pasien koma.
mencegah terbentuknya ulkus dekubitus
dapat dilakukan beberapa tindakan merubah DAFTAR PUSTAKA
posisi pasien yang tidak dapat bergerak
sendiri, minimal setiap 2 jam sekali untuk Alfon. (2008). Perawatan Dekubitus.
mengurangi tekanan. Menurut asumsi http://www. Yahoo. Com. Diakses Pada
penulis, setelah dilakukan penelitian pada tanggal 09 Januari 2016.
pasien koma di RSUD Deli Serdang ruang Andry Arianto. (2003). Prinsip±prinsip
ICU dengan desain penelitian Eksperimen Keperawatan. Jogyakarta: Selemba
bahwa mobilisasi sangat penting dalam Medika.
mengurangi tekanan pada bagian tubuh Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu
individu yang mengalami penurunan Pendekatan Praktek. Jakarta: Asdi
kesadaran atau pada individu yang tidak Mahasatya.
dapat melakukan pergerakan secara mandiri Asis Alimul Hidayat. (2007). Metode
dan dapat mencegah terjadinya luka Penelitian Keperawatan dan Teknik
dekubitus. Penyebab utama dari luka Analisa Data. Jakarta: Selemba Medika.
dekubitus tersebut karena berkurangnya Asmadi. (2008). Teknik Prosedural
aliran darah ke kulit yang disebabkan oleh Keperawatan Konsep Dasar Aplikasi
tekanan. Tekanan menyebabkan kekurangan Kebutuhan Dasar Dasar Klien. Jakarta:
oksigen. Gerakan yang normal akan Selemba Medika.
mengurangi tekanan sehingga darah akan Muhardi Muhiman. (2003).
terus mengalir, disamping itu juga untuk Penatalaksanaan Pasien di Intensive
mencegah terbentuknya dekubitus dilakukan Care Unit. Jakarta: FKUI.
beberapa tindakan dengan merubah posisi Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi
pasien yang tidak dapat bergerak minimal di Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
lakukan 2 jam sekali untuk mengurangi Cipta.
tekanan. Patrecia, dan Potter. (2005). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Edisi Empat.
KESIMPULAN Jakarta: EGC.
Roehadi. (2009). Asuhan Keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian yang Dekubitus. http://www. Google. Com.
dilakukan terhadap 10 orang responden Diakses Pada tanggal 09 Januari 2016.
dengan 3 orang variabel kontrol. maka Sabandar. (2009). Evaluasi-Ulkus Dekubitus.
diperoleh kesimpulan ada pengaruh http://www. Google. Com. Pada tanggal
mobilisasi terhadap pencegahan dekubitus 09 Januari 2016.
pada pasien koma di RSUD Deli Serdang Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset
Lubuk Pakam tahun 2016. Keperawatan. Surabaya: Graha Ilmu.
Subahan. (2009). Ulku-Dekubitus.
SARAN http://www. Google. Com. Diakses Pada
tanggal 09 Januari 2016.
1. Bagi perawat di RSU Deli Serdang Suriadi. (2004). Perawatan Luka. Jakarta:
Disarankan bagi perawat di RS agar Sagung Seto.
selalu memberikan mobilisasi dan Wahyuningsih. E, & Subekti B. (2005).
mengajarkan kepada keluarga pasien Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta:
tentang mobilisasi khususnya pada EGC.
pasien koma karena tindakan mobilisasi
sangat penting dalam upaya pencegahan
dekubitus.
2. Bagi Penelitian Keperawatan
Agar dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang pengaruh mobilisasi terhadap
18

Anda mungkin juga menyukai