Anda di halaman 1dari 3

Nama : M.

Radhit Mushirul Haq

Kelas : XII MIA 1

1. Keengganan tersebut bisa terjadi karena ia tidak ingin harga dirinya rendah dengan
meminta maaf dan ke-egoan dalam dirinya yang tinggi.
Al-Hasib (al hasiibu) adalah salah satu asma’ul husna dengan makna Maha Menghitung
atau Maha Memperhitungkan. Al Hasib berarti sifat yang memperhitungkan segala hal.
Allah menciptakan segala sesuatu dengan perhitungan yang teliti, jelas dan benar.
Asmaul Husna Al Hasib dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan meyakini
bahwa hanya Allah yang memberi kecukupan dan membuat perhitungan, mengevaluasi
diri secara konsisten.

2. Orang yang tidak ingin memaafkan kesalahan orang lain itu ia sudah terkalah dengan
perasaan kesal dan dendam dalam dirinya sehingga ia sulit untuk menerima kesalahan
orang lain. Untuk meneladani kata ‘afwu, maka kita harus menjadi seorang pemaaf dan
berusaha menutup aib orang lain. Menjadi pemaaf dan menutup aib orang lain sekarang
ini penting. Aktifitas sehari-hari dalam dunia nyata maupun dunia maya terkadang
membuat kesalahan, baik sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karenanya sikap pemaaf
dan menutup aib orang lain harus dibiasakan dalam kehidupan-sehari hari.

3. Rezeki yang dijamin Allah SWT sangatlah berlimpah, namun untuk mendapatkan rezeki
tersebut kita tidak bisa hanya menunggu rezeki tersebut datang. Kita harus jeli terhadap
peluang rezeki yang ada. Dengan berusaha keras, yakin terhadap usaha tersebut, dan
memasrahkan diri atas hasil apapun yang didapatkan. Insyaallah, Allah akan melihat
upaya kita dan memberikan rezeki yang dijamin-Nya

4. Asmaul Husna Al-Hakim bermakna Allah Mahabijaksana dalam segala sesuatu. Ia telah
menentukan apa yang bermanfaat dan tidak bagi makhluk-Nya. Tidak ada keraguan dan
kebimbangan dalam segala perintah dan larangan-Nya

5.

“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah


penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu
(dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” ((QS.
an-Nisā` [4]: 86)
Makna yang terkandung adalah, Sesungguhnya Allah mencatat amal perbuatan seorang
hambanya dan memberikan balasan setimpal sesuai dengan amal perbuatan tersebut.

6. Karena seorang anak mempelajari hal-hal baru, salah satunya perbedaan-perbedaan yang
ada pada orang lain. Jika diajarkan toleransi sejak dini, anak tersebut akan terbiasa
menerima apa adanya keadaan orang lain dan memberlakukan orang lain sebagaimana ia
ingin diperlakukan. Cara penerapannya adalah
1. Ajari cara menghargai orang lain
2. Kenalkan keragaman yang ada di dunia, suku, ras, agama, dll
3. Beri contoh toleransi yang baik

7. Implementasi tasamuh :
1. Bergaul tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, dll
2. Menghargai perbedaan yang ada pada orang lain
3. Tidak memaksakan kehendak pada orang lain

Nilai Positif :

1. Membuat pikiran lebih terbuka


2. Menciptakan lingkungan yang aman dan tentram
3. Dapat menjalin ukhuwah sesama manusia

8. Saat terjadi perselisihan, ada baiknya kedua pihak tidak saling menyalahkan tetapi
mendengarkan pendapat dari masing-masing pihak terdahulu. Setelah itu, bicarakan jalan
tengahnya bersama-sama yang tidak merugikan satu pihak lalu bermaaf-maafan agar
tercipta suasana samai

9.
Artinya :
Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-
anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak
perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka
bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu
seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua
ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang
meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia
diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang
meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau
(dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah
ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.

10. Pada ayat ini Allah menjelaskan apa yang mereka jadikan perkara itu. Salah satu pihak
dari mereka menerangkan bahwa saudaranya mempunyai sembilan puluh sembilan ekor
kambing. Sedang ia sendiri mempunyai seekor kambing saja. Saudaranya menuntut agar
menyerahkan kambing yang ia miliki. Karena saudaranya itu pandai memutarbalikkan
fakta, sedang ia sendiri tidak mempunyai bukti-bukti yang kuat untuk menangkis, ia
merasa dikalahkan dan harus menyerahkan kambing yang seekor itu kepada saudaranya.
Itulah perkara yang mereka ajukan kepada Nabi Daud dengan maksud agar mendapat
keputusan yang adil

Anda mungkin juga menyukai