Anda di halaman 1dari 2

2.

Ringkasan
 Dari video tersebut kita mengetahui bahwa sekarang penting sekali berpikir,
bersikap, dan bertindak masuk akal. Apabila kita menerima sebuah kabar tentang
suatu kejadian, kita perlu berpikir, masuk akalkah berita tersebut dengan
pemahaman kita. Dan sebaliknya, masuk akalkah jika kita tidak langsung
mempercayai berita tersebut karena alasan tertentu. Setelah kita berpikir dan
memeriksa, maka kita dapat menyatakan berita bohong (hoax), kabar burung, dan
takhayul. Teknologi dunia maya telah menciptakan Budaya Komentar. Siapa saja
boleh komentar. Tak peduli apakah komentar tersebut mulukai bahkan
menyingkirkan orang lain. Teknologi telah membuat setan yang membuat kita
saling membenci, saling memakan, dan saling membuat orang lain menjadi
korban. Namun, video tersebut menegaskan kita tidak perlu melarang teknologi.
Bukan karena manfaat dan madlaratnya, tapi kesiapan kita. Sanggup atau tidak
sanggup hidup dalam tegangan dunia baru, dunia maya.
Sementara Ilmu pengetahuan adalah sebuah cara untuk mengetahui realitas
manusia dalam cakupan ruang dan waktu, baik yang konkret maupun abstrak.
Ilmu pengetahuan hanya salah satu cara untuk mengetahui bukan satu-satunya
cara. Ilmu adalah cara berpikir yang sistematis dan bertopang pada pernyataan-
pernyataan yang dapat diuji. Ilmu pengetahuan pada tingkat paling sederhana
mengajarkan kita untuk berpikir pada hal-hal yang tertanam di dunia. Supaya kita
dapat menjelaskan dan meramalkan kapan peristiwa serupa akan terjadi dan kita
bisa mencegah bencana yang mungkin ditimbulkan.

 Sumbernya berasal dari filsafat dan ilmu-ilmu yang menghormati


objektivitas,bukan karena mengklaim kebenaran,melainkan karena mau mencari
kebenaran yang bukan berasal dari tafsiran kita sendiri. Karlina pun
mengingatkan jika keberadaan teknologi itu menekankan sanggup atau tidaknya
manusia hidup dalam tegangan dunia baru yang bernama dunia maya, tanpa
terpengarui setan gundul dan ikut menjadi setan gundul yang menyebar
kebencian. Cara berpikir masuk akal akan melatih kita melihat dan menyadari
bahwa diluar diri kita ada tata objektif yang kita senut negara,dimana ada tata
social yang dinamakan masyarakat dan tata simbolik yang disebut bangsa.

 Menurut Karlina,campur aduk dalam kedua ranah subjektif dan objektif bias
sangat berbahaya. Tanpa melatih kesanggupan berpikir objektif,tanpa melatih
kebiasaan membedakan mana masalah dunia dan mana urusan surga,kehidupan
kita semrawut. Apa saja yang menyangkur agam diklaim sebagai urusan
Tuhan,dan karena itu orang boleh melakukan apa saja. Kalau untuk
sembahyang,orang boleh bikin jalan macet: kalau untuk Tuhan orang boleh
menyerang dan mengolahnya dalam batin, yang jahat, si iblis itu,tampil dalam
rupa hal-hal yang baik dan buruk,mencuri atau tidak mencuri,menyakiti atau tidak
menyakiti. Bagi orang yang sungguh terlatih, situasinya berbeda. Ian dengan
tajam dan jeli dapat mengenali bahwa iblis itu cerdik. Dia menampilkan dirinya
ibarat malaikat yang saleh. Orang beragama dan beriman tidak perlu anti nalar
dan bahkan nalar diperlukan untuk memahami ajaran-ajaran agama yang diterima
berdasarkan iman.

Menurut saya, saat dalam suatu diskusi atau perdebatan, ada argumentasi dan ide
yang cenderung merugikan, lantas seseorang menimpali dan menyanggah ide
tersebut dengan sesuatu yang berkaitan dengan agama seperti ayat-ayat dan
lainnya,
Akhirnya, disatu sisi ada yang memanfaatkan agama sebagai objek untuk
menaikkan pamor atau suatu hal padahal alangkah baiknya jika tidak membawa
agama karena agama sendiri merupakan sebuah koleksi terorganisir dari
kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia
dengan tatanan/perintah dari kehidupan. Bukan sebagai objek yang digunakan
untuk menjatuhkan orang lain yang memiliki agama yang berbeda.

 Pendapat saya adalah akal budi merupakan sebuah kemampuan hakiki yang
memberi ciri tersendiri bagi manusia bila dibanding dengan mahkluk lain seperti
binatang. Oleh adanya akal budi manusia menjadi ciptaan unik sekaligus yang
membedakan manusia dari ciptaan lain. Manusia memiliki akal budi sedangkan
ciptaan lain tidak memiliki kemampuan itu. Dengan bantuan filsafat, manusia
memang telah berusaha memahami segala sesuatu secara baik dan benar oleh
kemudahan tawaran kerangka nalar tertentu yang logis dan eviden.

Anda mungkin juga menyukai