Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar berat
dapat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera
oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi. Di Amerika Serikat,
kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar membutuhkan tindakan emergensi, dan sekitar
210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka
bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka luka bakar tersebut makin
meningkat.
Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbukan efek sistemik
yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh
kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Selain beratnya
luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi prognosis.1

DEFINISI
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan
suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan
khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.2

ANAMNESIS
Pengambilan suatu anamnesis yang menyeluruh merupakan tugas yang sangat penting. Anamnesis
harus mencakup semua rincian tentang kecelakaannya.
A. Waktu dan lama kontak
B. Lokasi – ruang terbuka atau tertutup (kemungkinan cedera paru lebih besar di ruang tertutup).
C. Sumber panas – api (biasanya luka bakar dalam), air panas (jarang dengan ketebalan penuh), dll.
D. Kemungkinan cedera lainnya ledakan dengan serpih serpih tajam atau kaca, kecelakaan
kendaraan bermotor, dll.
E. Penyakit kronis yang sudah ada sebelumnya, termasuk panyakit pembuluh koroner, DM,
penyakit paru kronis, penyakit cerebrovaskuler, dan AIDS, memperburuk prognosis sehingga
perlu dicatat.

PEMERIKSAAN FISIK

1
Pasien luka bakar merupakan pasien trauma dan evaluasinya perlu dilakukan secara aman
dan tangkas menurut petunjuk Advanced Trauma Life Support dari Amerika College of Surgeons.
Penyebab ketidakstabilan yang paling dini yang timbul pada pasien luka bakar adalah cedera
inhalasi yang berat, yang menimbulkan kerusakan jalan napas atas dan obstruksi atau keracunaan
karbon monoksida yang mendekati letal. Pada pengamatan pertama harus dengan cepat dapat
mengenali kesulitan-kesulitan ini. Pada pengematan kedua yang menyeluruh dapat dideteksi adanya
cedera-cedera lain yang menyertainya. Perubahan status neurologic dapat menunjukkan adanya
trauma kepala tertutup. Tanda-tanda vital dan penilaian perifer memungkinkan interpretasi
perubahan-perubahan selanjutnya. 1,2

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan pada luka bakar mayor. Hal ini untuk menunjang
tatalaksana, mengingat luka bakar mayor dapat menyebabkan kerusakan yang lebih berat dan
gangguan keseimbangan metabolisme tubuh yang berat. Hal ini harus dikenali sehingga bisa diatasi
secepat mungkin. Pemeriksaan yang dilakukan :Hemoglobin, hematokrit, elektrolit, gula darah,
golongan darah, kadar COHb dan kadar sianida (pada luka bakar akibat kebakaran di ruangan).
Konsentrasi gas darah dan karboksi-hemoglobin perlu segera diukur oleh karena pemberian oksigen
dapat menutupi keparahan keracunan karbon monoksida yang dialami penderita.1-3

EPIDEMIOLOGI
Di Amerika serikat kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar setiap tahunnya. Dari
angka tersebut, 112.000 penderita luka bakar membutuhkan tindakan emergensi, dan sekitar 210
penderita luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar,
tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dan industri, angka luka bakar juga semakin
meningkat.1,3

ETIOLOGI
Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang dapat dipicu atau
diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor rumah tangga,
cairan cairan dari tabung pemantik api, yang akan menyebabkan luka bakar pada seluruh atau
sebagian tebal kulit. Pada anak kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh air panas yang terjadi
pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan luka bakar superfisial, tetapi dapat juga
mengenai seluruh ketebalan kulit (derajat tiga).1,3
Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun
bahan kimia. Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan nekrosis

2
koagulasi, denaturasi protein dan rasa nyeri yang hebat. Asam hidrofluorida mampu menembus
jaringan sampai ke dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan pada luka yang
kecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang banyak terdapat dalam rumah tangga antara lain cairan
emutih pakaian (bleaching), berbagai cairan pembersih, dll.
Luka bakar yang disebabkan oleh basa kuat akan menyebabkan jaringan mengalami
nekrosis yang mencair (liquefactive necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam
lebih kuat daripada asam, kerusakan jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi
denaturasi protein dan kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan sehingga penderita sering
terlambat datang untuk berobat dan kerusakan jaringan sudah meluas. Secara garis besar, penyebab
terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi :1,2
a) Scald Burns
Air panas menjadi penyebab tersering terjadinya luka bakar. Air mendidih biasanya
menyebabkan luka bakar yang dalam. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu kontaknya,
semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat
dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada ksus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan
pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oloeh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang
disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan
garis yang menandai permukaan cairan. Pada anak, kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh
air panas yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan luka bakar
superficial, tetapi dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit (derajat tiga).
b) Flame Burns
Kontak langsung dengan api merupakan penyebab kedua yang biasa menyebabkan luka
bakar. Terbakar api langsung dapat dipicu atau diperparah dengan adanya cairan yang mudah
terbakar seperti bensin, gas kompor rumah tangga, cairan dari lubang pemantik api, yang akan
menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Api dapat membakar pakaian
terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memilki kecenderungan untuk terbakar,
sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan
berupa cedera kontak.

c) Contact Burns
Terjadi kontak langsung dengan benda panas , misalnya yang terbuat dari logam, plastik,
kaca, atau batubara panas. Luka bakar yang dihasilkan biasanya terbatas pada area tubuh yang
mengalamai kontak, tapi bisa menghasilkan luka yang dalam.
d) Aliran Listrik

3
Cedera yang timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh, umumnya
mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat
menyebabkan luka bakar tambahan.
e) Zat Kimia
Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan nekrosis
koagulasi, denaturasi protein, dan rasa nyeri yang hebat. Asam hidrofluorida mampu menembus
jaringan sampai ke dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan pada luka yang
kecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang banyak terdapat dalam rumah tangga antara lain cairan
pemutih pakaian (bleaching), berbagai cairan pembersih, dll. Luka bakar yang disebabkan oleh basa
kuat akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair (liquefactive necrosis).
Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam lebih kuat daripada asam, kerusakan jaringan
lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi denaturasi protein dan kolagen. Rasa sakit
baru timbul belakangan sehingga penderita sering terlambat sehingga penderita sering terlambat
datang untuk berobat dan kerusakan jaringansudah meluas.
f) Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injury ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industry atau dari sumber radiasi untuk
keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahri akibat terpapar yang
terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

PATOFISIOLOGI
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m2 pada anak baru lahir sampai
1m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler
dibawahnya, area sekitarnya dan area yang jauh sekali pun akan rusak dan menyebabkan
permeabilitasnya meningkat. Terjadilah kebocoran cairan intrakapiler ke interstisial sehingga terjadi
udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit. Rusaknya kulit akibat luka bakar akan
mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barier dan penahan penguapan.
Kedua penyebab di atas dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan intravaskular.
Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%, mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%), dapat terjadi syok hipovolemik
disertai gejla yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan, maksimal terjadi
setelah delapan jam. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi.
Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.1,3

4
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan
mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhirup. Udem laring yang
ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea,
stridor, suara parau, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO
atau gas beracun lainnya. Karbonmonoksida sangat kuat terikat dengan hemoglobin sehingga
hemoglobin tidak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan yaitu lemas, bingung,
pusing, mual, dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60%
hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan dari ruang interstisial ke pembuluh darah yang ditandai dengan
meningkatnya diuresis. Luka bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati yang
merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini
sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis.
Padahal, pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi
pada luka bakar, selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran
napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial biasanya sangat
berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik.1,3
Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari kulit
sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gram negatif.
Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin lain yang
berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat
dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur
keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granu lasi membentuk nanah. Infeksi ringan
dan noninvasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan nanah yang
bayak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di
tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula
derajat dua menjadi derajat tiga. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di
jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat dua dapat sembuh dengan
meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang masih
vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Luka
bakar derajat dua yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gagal, kaku dan
secara estetik sangat jelek. Luka bakar derajat tiga yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami
kontraktur. Bila ini terjadi di prsendian; fungsi sendi dapat berkurang atau hilang. Pada luka bakar
berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristaltis usus menurun atau berhenti karena

5
syok. Juga peristaltis dapat menurun karena kekurngan ion kalium. Stres atau beban faali setra
hipoperfusi daerah splangnikus pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan terjadinya
tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala tukak peptik.
Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling atau stress ulcer. Aliran darah ke lambung berkurang
sehingga terjadi iskemia mukosa. Bila keadaan ini berlanjut, dapat timbul ulkus akibat nekrosis
mukosa lambung. Yang dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah penyulit perdarahan yang
tampil sebagai hematemesis dan/atau melena.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein
menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi, dan mudah
terjadi infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan.
Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat pembakaran protein dari otot skelet.
Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun.
Kecacatan akibat luka bakar bisa sangat hebat, terutama bila mengenai wajah. Penderita mungkin
mengalami beban kejiwaan berat akibat cacat tersebut., sampai bisa menimbulkan gangguan jiwa
yang disebut schizophrenia postburn.1,3

Luas Luka Bakar


Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa
digunakan “rumus 9”, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong,
ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta
tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu
untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.

6
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak lebih besar.
Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk

bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang
masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan
dan kiri masing-masing 15%.1
Gambar 1. (A) Rule of “nines" untuk orang dewasa dan (B) Diagram Lund-Browder untuk
mengetahui luasnya luka bakar pada anak-anak.4

Derajat Luka Bakar


Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi.
Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar.
Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis, seperti
nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah lumer oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket
sehigga memperberat kedalaman luka bakar. Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan tingkatan
kedalaman kulit yang terpajan, seperti epidermis (derajat satu), lapisan superfisial dan mencapai
kedalaman dermis (derajat dua), seluruh lapisan kulit (derajat tiga) dan derajat empat.1
1. Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari;
misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagau eritema dengan keluhan rasa nyeri atau
hipersensitivitas setempat.

7
2. Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen epitel sehat
tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan
pangkal rambut. Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam dua sampai
tiga minggu. Gejala yang timbul adalah nyeri, gelembung atau bula berisi cairan eksudat yang
keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meningkat.
3. Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis, atau organ yang
memungkinkan penyembuhan dari dasar luka; biasanya diikuti dengan terbentuknya eskar yang
merupakan jaringan nekrosis akibat denaturasi protein jaringan kulit. Oleh karena itu, untuk

mendapatkan kesembuhan harus dilakukan skin grafting. Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau
hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada bula
dan tidak terasa nyeri.
Gambar 2. Derajat-derajat Luka Bakar. 5

Beratnya Luka Bakar


Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar.
Walaupun demikian beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Umur dan keadaan
kesehatan penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Selain dalam dan luasnya
luka bakar, prognosis dan penanganan ditentukan oleh letak luka, usia, dan keadaan kesehatan
penderita. Perawatan daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan sulit, antara lain karena mudah
mengalami kontraktur. Bayi dan orang usia lanjut daya kompensisanya lebih rendah, maka bila
terbakar digolongkan ke dalam golongan berat. Berdasarkan berat/ringan luka bakar, diperoleh
beberapa kategori luka bakar menurut American Burn Association (ABA).1-3
1. Luka bakar berat/kritis (major burn)
8
a. Derajat II-III >20% pada pasien berusia dibawah 10 tahun atau diatas usia 50 tahun.
b. Derajat II-III >25% pada kelompok usia selain disebutkan di atas
c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum.
d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar.
e. Luka bakar listrik tegangan tinggi
f. Disertai trauma lainnya
g. Pasien-pasien dengan risiko tinggi
4. Luka bakar sedang (moderate burn)
a. Luka bakar dengan luas 15-25% pada dewasa, dengan luka bakar derajat tiga
kurang dari 10%.
b. Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia <10 tahun atau dewasa >40
tahun, dengan luka bakar derajat tiga kurang dari 10%
c. Luka bakar dengan derajat tiga <10% pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan,kaki dan perineum.
5. Luka bakar ringan
a. Luka bakar dengan luas <15% pada dewasa.
b. Luka bakar dengan luas <10% pada anak dan usia lanjut.
c. Luka bakar dengan luas <2% pada anak segala usia; tidak mengenai muka, kaki dan
perineum.
d. Tidak ada resiko gangguan kosmetik, fungsional atau disabiliti

PENATALAKSANAAN
Jika ada keraguan, rawatlah pasien di rumah sakit. Kasus-kasus kritis harus dirujuk ke pusat
luka bakar, Tetapi baru dikirim setelah dipasang beberapa slang infus dan sudah dimuali resusitasi
cairan yang adekuat. Perawatan jalan cukup untuk luka bakar superfisial yang mengenai kurang dari
15 % luas permukaan tubuh pada orang dewasa dan 10% pada anak-anak. Perawatan jalan untuk
luka bakar ketebalan penuh kurang dari 2% masih masuk akal. Pasien dengan luka bakar dalam
lebih dari 10% biasanya dirawat di rumah sakit. Adapun faktor faktor lain yang lebih baik dirawat
di rumah sakit adalah umur-umur ekstrem (sangat muda atau sangat tua) atau luka bakar pada
tangan, kaki, wajah, atau perineum.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka bakar baik pengaruh positif
maupun negative sehingga luka akan mengalami penyembuhan, delayed healing, atau bahkan non-
healing. Factor internal seperti usia, kondisi premorbid dan adanya gangguan proses metabolism
khusunya protein jelas menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan. Faktor eksternal lebih

9
ditekankan pada perlakuan terhadap luka; dengan penatalaksanaan yang tepat akan menyebabkan
proses penyembuhan sebagaimana mestinya. Sebaliknya dengan penatalaksanaan yang tidak tepat,
akan terjadi konversi luka bakar kearah yang lebih berat atau bahkan kematian jaringan.
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan sejak dini dan
pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-
gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60%
karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. Dengan demikian diharapkan pemberian
nutrisi sejak awal dapat membantu mencegah terjadinya SIRS dan MODS. 1-3

Luka Bakar Ringan


a. Merendam segera daerah luka di dalam air dingin atau memakai kantong dingin akan meredekan
nyeri dan mengurangi pembengkakan. Es jangan ditempelkan langsung pada kulit.
b. Luka bakar harus dibersihkan dengan hati-hati dan dilakukan debrideman jaringan mati, seperti
epidermis yang sudah tidak menempel karena lepuh yang pecah.
c. Lepuh yang utuh umumnya tidak boleh didebridemen. Karena ada kemungkinan lepuh pecah,
bula yang amat tegang di atas sendi boleh diaspirasi secara steril.
d. Luka bakar derajat pertama dapat diobati dengan krem antibiotik Pembalutan tidak diperlukan.
e. Luka bakar derajat kedua harus diobati dengan antibiotic topical dan penutupan luka. Sebuah
regimen yang sering dipakai adalah neomisin- polimiksin-basitrasin (Neosporin) yang dioleskan
pada luka bakar, dengan kasa yang telah mengandung antibiotic (Xeroform) dipasang di atasnya.
Luka harus dilihat dan kasa penutupnya diganti seluruhnya dalam jangka waktu 1 sampai 2 hari.
Idelanya pasien boleh mengoleskan antibiotic topical beberapa kali sehari, meskipun ini
mungkin tidak praktis untuk terapi rawat jalan.

Luka Bakar Berat


Pada luka bakar derajat dua dangkal
Bula yang luas lebih 5 cm dengan akumulasi transudate, akan menyebabkan penarikan
cairan ke dalam bula sehingga menyebabkan penarikan cairan ke dalam bula sehingga
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan; sehingga perlu dilakukan insisi. Insisi bertujuan
mengeluarkan cairan transudate, tanpa membuang epidermis yang terlepas. Selanjutnya epidermis
yang terlepas (epidermolisis) ini dijadikan sebagai penutup luka sebagaimana split thickness skin
graft. Perawatan selanjutnya adalah meletakkan tulle di atas graft tersebut dan membungkusnya

10
dengan kasa lembab (moist dressing) selama 2-3 hari, dilanjutkan dengan perawatan luka
menggunanakan krim antibiotik sampai terjadi epitelisasi.

Luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga


Setelah pencucian luka, letakkan tulle dan pembalutan luka dengan kasa lembab. Kasa
lembab ini akan menyerap eksudat yang timbul dan mencgah penguapan. Balutan diganti sesuai
kebutuhan, terutama bila kasa sudah jenuh. Sebagai upaya mencegah infeksi, lakukan pencucian
luka (dilusi), kalau perlu menggunakan larutan mengandung antibiotic. Pada eskar lakukan hal yang
sama atau bila dikhawatirkan akan timbul infeksi, sebagai pencegahan dapat dilakukan teknik klisis
atau diolesi krim antibiotik topical yang sesuai dengan karakteristiknya. Penggantian balutan
dilakukan 1-2 dalam sehari, sesuai kebutuhan selama 1-2 hari pertama sampai siap dilakukan
eskarektomi.
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis (nekrotomi) dan debris
(debridement) yang dikerjakan dalam waktu kurang dari 7 hari pertama pasca cedera termis.
Kemudian pada perkembangannya diterapkan lebih dini yaitu dalam 24 jam pertama pasca trauma.
Dilakukan tindakan dini ada beberapa hal diantaranya
1. Mengupayakan proses penyembuhan luka berjalan sesuai dengan waktu.
2. Jaringan nekrosis, debris, eskar dibuang, sehingga proses inflamasi tidak berkepanjangan dan
segera dilanjutkan fibroplasia.
3. Jaringan nekrosis melepaskan burn toxin yang menginduksi dilepasnya mediator-mediator
inflamasi. Salah satu upaya memutus mata rantai. Proses ini adalah melakukan eliminasi fokus,
yaitu nekrotomi dan debridement sedini mungkin.
Semakin lama tindakan eksisi dilakukan, hiperemi akibat vasodilatasi disekitar luka dimulai
demikianpula proses angiogenesis; akan menyebabkan banyak darah keluar saat tindakan operasi.

Terapi Cairan
Diberikan pada luka bakar derajat II/ lebih seluas ≥20% pada anak- anak, atau ≥30% pada
dewasa. Jumlahnya berdasarkan luas luka bakar (%LB) dan berat badan (BB). Permeabilitas kapiler
terhadap koloid telah terbukti signifikan dalam 24 jam pertama. Oleh karena itu, penggantian cairan
permulaan sebaiknya dengan larutan kristaloid. Formula Parkland (Baxter) dianjurkan 24 jam
pertama larutan RL, 4 ml/kg/persentase luka bakar. Luka bakar yang lebih besar dari 50% dianggap
50%. Setengah volume pada 8 jam pertama, setengah volume pada 16 jam berikutnya
Formula seperti ini hendaknya hanya digunakan sebagai pedoman, dan pasien yang
mengalami syok dengan tanda-tanda vital yang tidak stabil harus diresusitasi dengan lebih agresif.

11
Pertahankan keluaran urin antara 30 dan 50 ml/jam. Resusitasi cairan dilakukan dengan
memberikan cairan pengganti. Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini: 1,3,6
A. Cara Evans
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
B. Cara Baxter
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

Nutrisi
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen
yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari dengan kadar protein
tinggi. Pada masa kini, tiap unit luka bakar sudah menerapkan pemberian dini nutrisi enteral melalui
selang nasogastrik untuk mencegah terjadinya ulkus curling dan memenuhi kebutuhan status
hipermetabolisme yang terjadi pada fase akut luka bakar. nutrisi enteral ini diberikan melalaui
selang nasogastrik yang sekaligus berfungsi untuk mendekompresi lambung. Penderita yang sudah
mulai stabil keadaannya memerlukan fisioterapi untuk memperlancar peredaran darah dan
mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu, sendi diistirahatkan dalam posisi fungsional dengan bidai.1,7
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi penderita luka bakar.1

12
Minuman diberikan pada penderita luka bakar:
a. segera setera peristaltis menjadi normal
b. sebanyak 25 ml/kgBB/hari
c. sampai diuresis sekurang-kurangnya mencapai 30 ml/jam
Makanan diberikan oral pada penderita luka bakar :
a. Segera setelah dapat minum tanpa kesulitan
b. Sedapat mungkin 2500 kalori/hari
c. Sedapat mungkin mengandung 100-150 gr protein/hari
Sebagai tambahan diberikan setiap hari :
a. Vitamin A,B dan D
d. Vitamin C 500mg
e. Fe sulfat 500mg
f. Mukoprotektor

Penanganan Lokal
Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar sebasea,
kelenjar keringat atau pangkal rambut, dapat diharapkan sembuh sendiri, asal dijaga supaya elemen
epitel tersebut tidak hancur ataurusak karena infeksi. Pada luka lebih dalam perlu diusahakan
secepat mungkin membuang jaringan kulit yang mati dan member obat topikal yang daya
tembusnya tinggi sampai mencapai dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat dilakukan secara
terbuka atau tertutup. Masih banyak kontroversi dalam pemakaian obat-obatan topikal, tetapi yang
penting obat topikal tersebut membuat luka bebas infeksi, mengurangi rasa nyeri, bisa menembus
eskar dan mempercepat epitelisasi. Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver
sulfadiazine dan terbaru MEBO (moist exposure burn ointment).1-3
Obat topikal yang dipakai dapat berbentuk larutan, salep, atau krim. Antibiotik dapat
diberikan dalam bentuk sediaan kasa (tulle). Antiseptic yang dipakai adalah yodium povidon atau
nitras-argenti 0,5%. Kompres nitras-argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai
bakteriostatik untuk semua kuman. Obat ini mengendap sebagai garam sulfide atau klorida yang
member warna hitam sehingga mengotori semua kain. Krim ‘silver sulfadiazine’ 1 % sangat
berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap semua
kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman. Krim ini dioleskan tanpas pembalut, dan dapat
dibersihkan dan diganti setiap hari.

13
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu
terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya, bila digunakan
obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan keluarga pun merasa
kurang enak melihat luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin luka dibarkan terbuka setelah
diolesi obat.
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk
menutup luka dari kemungkinan kontaminasi, tetapi tutupnya sedemikian rupa sehingga masih
cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan. Keuntungan perawatn tertutup adalah luka tampak
rapi, terlindung, dan enak bagi penderita. Hanya, diperlukan tenaga dan dana lebih banyak karena
dipakainya banyak pembalut dan antiseptik. Kadang suasana luka yang lembap dan hangat
memungkinkan kuman untuk berkembang biak. Oleh karena itu, bila pembalut melekat pada luka,
tetapi tidak berbau, sebaiknya jangan dilepaskan, tetapi ditunggu sampai terlepas sendiri. Sedapat
mungkin luka ditutup kasa penjerap setelah dibubuhi dan dikompres dengan antiseptik.1-3

Tindak Bedah
Pemotongan eskar atau eskarotomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga yang melingkar
pada ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan pembengkakan yang terus
berlangsung dapat mengakibatkan penjepitan yang membahayakan sirkulasi sehingga bagian distal
bisa mati. Tanda dini penjepitan adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai kebas pada
ujung-ujung distal. Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang
membuka keropeng sampai penjepitan terlepas.1-3,6
Debridement diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi
tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan penderita menjadi stabil
karena eksisi tangensial juga menyebabkan perdarahan. Biasanya eksisi dini ini dilakukan pada hari
ke-3 sampai ke-7, dan pasti boleh dilakukan pada hari ke-10. Eksisi tangensial sebaiknya tidak
dilakukan lebih dari 10% luas permukaan tubuh, karena dapat terjadi perdarahan yang cukup
banyak.
Luka bakar yang telah dibersihkn atau luka granulasi dapat ditutup dengan skin grafting
yang umumnya diambil dari kulit penderita sendiri (skin grafting autologus). Penutupan luka bakar
dengan bahan biologis seperti kulit mayat atau kulit binatang atau amnion manusia dapat dilakukan
jika terdapat keterbatasan luas kulit penderita atau keadaan penderita terlalu payah. Walaupun
kemungkinan ditolak, bahan tersebut dapat berfungsu sementara sebagai penghalang penguapan
berlebihan, pencegah infeksi yang lebih parah, dan mengurangi nyeri. Namun, sedikit demi sedikit
penutup sementara ini harus diganti dengan kulit penderita sendiri sebagai penutup permanen.
Sebaiknya pada penderita luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga dilakukan skin grafting

14
untuk mencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang hipertropik. Skin grafting dapat
dilakukan sebelum hari kesepuluh, yaitu sebelum timbulnya jaringan granulasi.
Saat ini telah banyak terdapat material pengganti kulit (skin substitute) yang dapat
digunakan jika skin grafting tidak bisa dilakukan. Skin substitute ini antara lain integra, aloderm,
dan dermagraft. Aloderm adalah dermis manusia yang elemen-elemen epitelnya telah dibuang
sehingga secara teoritis bersifat bebas antigen, dan berfungsi sebagai kerangka pengganti dermis.
Dermagraft merupakan hasil pembiakan fibroblast tneonatus yang digabung dengan membran
silicon, kolagen babi, dan jarring (mush) nilon. Setelah dua minggu, membrane silicon dikelupas
dan digantikan dengan STSG (split thickness skin graft). Integra merupakan analog dermis yang
terbuat dari lapisan kolagendan kondroitin ditambah lapisan silicon tipis.1-3

Skin Grafting
Skin grafting adalah salah satu metode penutupan luka sederhana yang merupakan salah satu
modalitas utama dalam ilmu bedah plastik. Pada kasus luka bakar di fase awal. Metode ini
diterapkan pada luka bakar berdasarkan tujuan. 8
a. Menghentikan evaporative heat loss berlebihan yang menyebabkan gangguan metabolism.
Dalam mengatasi raw surface yang terjadi, diupayakan suatu penutup luka biologic terbaik bagi
tubuh.
b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai waktu.
Kehilangan kulit yang luas pada luka bakar menyebabkan hilangnya barier kulit yang
berperan pada pengaturan penguapan dan mencegah infeksi mikroorganisme dari luar;
menyebabkan penguapan berlebihan disertai kehilangan energy (panas,protein dsb). Skin draft yang
dilekatkan merupakan penutup luka terbaik. Sehingga dengan penutupan ini penguapan berlebihan
dapat dihentikan. Proses epitelisasi merupakan bagian dari proses penyembuhan luka. Beberapa hal
yang menjadi perhatian dalam penatalaksanaan prosedur skin grafting ini antara lain.
1. Penutupan timing operasi
2. Persiapan operasi, baik donor maupun resipien
3. Penentuan priotitas daerah yang memerlukan penutupan, sehubungan
dengan keterbatasan donor.
4. Beberapa alternative untuk mengatasi masalah keterbatasan donor
5. Prosedur operasi
6. Perawatan pasca prosedur skin grafting
Penilaian hasil prosedur skin grafting sangat ditentukan oleh langkah-langkah yang
dilakukan pada prosedur itu sendiri (penentuan timing operasi, hemostasis, donor tipis, balut tekan,

15
kasa adsorben, dsb)

Indikasi Rawat Inap


Pasien luka bakar diindikasikan untuk rawat inap harus mengikuti pedoman dari American Burn
Association.3
1. Pasien yang lebih muda dari 10 tahun atau lebih tua dari 50 tahun mengalami luka bakar
parsial atau dengan luka bakar seluruh lapisan lebih besar dari 10%.
2. Luka bakar parsial atau luka bakar sampai lebih dari 20% pada usia lainnya.
3. Khusus daerah, termasuk sendi, tangan, kaki, perineum, alat kelamin, wajah, mata, atau
telinga.
4. Luka bakar seluruh lapisan lebih besar dari 5%.
5. Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan dalam tubuh
dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh.
6. Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada anak yang berisiko
tinggi

KOMPLIKASI
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah akibat jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat menggangu fungsi dan menyebabkan
kekakuan sendi, atau menimbulkan cacat estetis yang jelek sekali, terutama bila parut tersebut
berupa keloid. kekakuan sendi memerlukan fisioterapi intensif dan kontraktur memerlukan tidakan
bedah. pada cacat estetik yang berat mungkin diperlukan psikiater untuk mengembalikan rasa
percaya diri penderita dan diperlukan pertolongan ahli bedah rekontruksi terutama jika cacat
mengenai wajah atau tangan. bila luka bakar merusak jalan nafas akibat inhalasi, dapat terjadi
atelektasis, pneumonia, atau insufisiensi fungsi paru bahkan trauma. 1

PROGNOSIS
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak
daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan
penyembuhan. Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka
bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan
kontraktur.

DAFTAR PUSTAKA

16
1. Sjamsuhidajat, de Jong. Luka bakar. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.2007.h.103-10.
2. Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL,
Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartz’s principal surgery. 8th ed. USA: The McGraw-Hill
Companies; 2007.
3. Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
4. Burn Triage and Treatment - Thermal Injuries. Diunduh dari
https://chemm.nlm.nih.gov/burns.htm. 29 Februasri 2016.
5. Burn Classification. Diunduh dari http://hospitals.unm.edu/burn/classification.shtml. 29
Februari 2016
6. Naradzay JFX, Alson R. Thermal burns. Dalam: Slapper D, Talavera F, Hirshon JM, Halamka
J, Adler J, editors. Diunduh dari: http://www.emedicinehealth.com. 29 Februari 2016.
7. Steven J. Schwults, J Perren Cobb. Wasington Manual Of Surgery, 5th ed. 2008.h.418-25
8. Split And Full Thickness Skin Grafting. Diunduh dari
http://www.burnsurvivorsttw.org/burns/grafts.html. 29 Februari 2016

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Aki CKD
    Referat Aki CKD
    Dokumen31 halaman
    Referat Aki CKD
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Saddsadas 7
    Saddsadas 7
    Dokumen22 halaman
    Saddsadas 7
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Dasda
    Dasda
    Dokumen2 halaman
    Dasda
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • Cover Sepsis PDF
    Cover Sepsis PDF
    Dokumen3 halaman
    Cover Sepsis PDF
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat
  • VHJVHJ
    VHJVHJ
    Dokumen26 halaman
    VHJVHJ
    Jonathan wiradinata
    Belum ada peringkat