FARHATUR ROBIAH
(202002040040)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan tentang konsep dasar kebutuhan
istirahat dan tidur, dan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan pola tidur.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan pengkajian
b. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan diagnosa
c. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan rencana tindakan
keperawatan
d. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan tindakan
keperawatan
e. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan evaluasi
keperawatan
f. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan dokumentasi
keperawatan
C. Tinjauan Medis
Dua fase tidur normal : NREM (pergerakan mata yang tidak cepat)
dan REM (pergerakan mata yang cepat).
a. Tahap 1 : NREM
Merupakan tingkat paling dangkal dari tidur. Tahapan ini
berakhir beberapa menit sehingga orang mudah terbangun
karena suara. Terjadi pengurangan aktivitas fisiologis seperti
pengurangan tanda-tanda vital dan metabolisme, merasa telah
melamun setelah bangun.
b. Tahap 2 : NREM
Merupakan tidur bersuara. Terjadi relaksasi sehingga untuk
bangun pun sulit. Tahap ini berakhir 10-20 menit. Fungsi tubuh
menjadi lambat.
c. Tahap 3 : NREM
Menjadi tahap awal tidur yang dalam. Otot-oto menjadi relaks
penuh sehingga sulit untuk dibangunkan dan jarang bergerak.
Tanda-tanda vital menurun namun teratur. Berakhir 15-30
menit.
d. Tahap 4 : NREM
Menjadi tahap tidur terdalam. Individu menjadi sulit
dibangunkan. Jika kurang tidur, individu akan menyeimbangkan
porsi tidurnya pada tahap ini. Tanda-tanda vital menurun secara
bermakna. Pada tahap ini terjadi tidur sambil berjalan dan
anuresis. Berakhir 15-30 menit.
e. Tahap REM
Pada tahap ini, individu akan mengalami mimpi. Respon
pergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung dan kecepatan
respirasidan peningkatan tekanan darah. Terjadi tonus otot
skelet penurunan. Sekresi lambung meningkat. Berakhir dalam
waktu 90 menit. Terjadi peningkatan tidur REM tiap siklus
dalam waktu 20 menit.
G. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan
1) Kebiasaan pola tidur bangun, apakah mengalami kesulitan
tidur, jumlah dan jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami
kesulitan tidur, sering bangun pada saat tidur, apakah
mengalami mimpi yang mengancam.
2) Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari : apakah
merasa segar saat bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.
3) Adakah alat bantu tidur : apa yang anda lakukan sebelum
tidur, apakah menggunakan obat-obatan untuk membantu
tidur.
4) Gangguan tidur/ faktor-faktor kontribusi : jenis gangguan
tidur, kapan masalah itu terjadi.
b. Pemeriksaan fisik
1) Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi
pasien.
2) Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan
konjungtiva merah.
3) Perilaku : iretabel, kurang perhatian, pergerakan lambat,
bicara lambat, postur Tubuh tidak stabil, tangan tremor,
sering menguap, mata tampak lengket, menarik diri, bingung,
dan kurang koordinasi.
I. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
(kelembapan lingkungan, kebisingan, suhu lingkungan)
1) Kaji masalah gangguan tidur pasien, karakteristik, dan
penyebab kurang tidur
R : memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana
keperawatan
2) Berikan tempat tidur yang nyaman, bersih dan bantal nyaman
R : untuk meningkatkan tidur
3) Edukasi kesehatan jadwal tidur mengurangi stress, cemas dan
latihan relaksasi
R : untuk meningkatkan pola tidur
4) Kolaborasi pemberian pengobatan seperti analgetik dan
sedatif setengah jam sebelum tidur
R : untuk mengurangi gangguan tidur
b. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan
pemahaman pasangan tentang narkolepsi
1) Identifikasi koping yang dimiliki keluarga
R : mengidentifikasi masalah yang dihadapi keluarga (asal
masalah, jumlah masalah, sifat masalah dan waktu terjadinya
masalah)
2) Diskusikan tindakan atau koping yang dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah
R : mendiskusikan koping atau upaya yang biasa dilakukan
keluarga
3) Latih gunakan koping atau cara mengatasi masalah yang baru
R : melatih keluarga menggunakan koping yang efektif
4) Evaluasi kemampuan keluarga menggunakan koping yang
efektif
R : mengevaluasi kemampuan keluarga menggunakan koping
yang efektif
B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(mengangkat berat, trauma, latihan fisik berlebihan) ditandai
dengan nyeri di area lutut sebelah kanan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
(kelembapan lingkungan, kebisingan, suhu lingkungan) ditandai
dengan kesulitan tidur.
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kurang kontrol
tidur ditandai dengan mengeluh sulit tidur
C. Intervensi
Data Dx. Penjelasan Tujuan Intervensi Rasional
Kep Keilmuan Keperawatan
DO : 1 Pengalaman Setelah 1. Kaji lokasi, 1. Untuk
Klien sensorik dilakukan karakteristi mengetahui
tampak atau tindakan k, durasi, status nyeri
meringis emosional keperawat frekunsi, klien sebagai
kesakitan, yang an selama kualitas, bahan
gelisah berkaitan 1x24 jam intensitas pertimbanga
DS : Klien dengan diharapka nyeri n intervensi
mengataka kerusakan n nyeri 2. Berikan berikutnya.
n nyeri di jaringan klien teknik 2. Untuk
area lutut aktual atau berkurang nonfarmak mengalihkan
sebelah fungsional, dengan ologis rasa nyeri
kanan dengan kriteria untuk pada pasien.
P : Saat onset hasil : mengurang 3. Untuk
duduk, mendadak i rasa nyeri memandirika
1. Melap
dan ketika atau lambat (mis. n pasien
ingin dan orkan Terapi memonitor
berdiri berintensitas nyeri musik, status
terasa ringan terkont terapi pijat, nyerinya.
nyeri hingga berat rol teknik 4. Untuk
Q : Nyeri yang 2. Kema imajinasi menghilangk
seperti berlangsung mpuan terbimbing, an rasa nyeri
ditusuk- kurang dari menge kompres secara cepat.
tusuk 3 bulan. nali hangat/din
R : Nyeri penyeb gin)
di area ab 3. Anjurkan
lutut nyeri memonitor
sebelah 3. Kema nyeri
kanan mpuan secara
S : Skala mengg mandiri
nyeri 4 unakan 4. Kolaborasi
tekik pemberian
T : Hilang
non analgetik
timbul
farmak
ologis
DO : 2 Gangguan Setelah 1. Kaji 1. Memberikan
Klien kualitas dan dilakukan masalah informasidas
tampak kuantitas tindakan gangguan ar dalam
lemas dan waktu tidur keperawat tidur menentukan
mata sayu akibat an selama pasien, rencana
TD = faktor 1x24 jam karakteristi keperawatan
140/90 eksternal diharapka k, dan 2. Untuk
mmHg n pola penyebab meningkatka
N = 72 tidur klien kurang n tidur
x/menit tidak tidur 3. Untuk
RR = 18 terganggu 2. Berikan meningkatka
x/menit dengan tempat n pola tidur
S = 36,2 kriteria tidur yang 4. Untuk
o
C nyaman, mengurangi
DS : Klien hasil : bersih dan gangguan
mengataka bantal tidur
1. Jumlah
n sudah 3 nyaman
jam
hari 3. Edukasi
tidur
merasa kesehatan
dalam
kurang jadwal
batas
tidur tidur
normal
karena mengurang
6-8
cuaca i stress,
jam
yang cemas dan
2. Pola
panas dan latihan
tidur
merasakan relaksasi
dan
nyeri di 4. Kolaborasi
batas
area lutut pemberian
tidur
sebelah analgetik
dalam
kanannya dan sedatif
batas
setengah
normal
jam
3. Perasa
sebelum
an
tidur
segar
sesuda
h tidur
atau
istirah
at
DO : 3 Perasaan Setelah 1. Monitor 1. Melakukan
Klien kurang dilakukan status perubahan
tampak senang, lega tindakan pengubah posisi yang
kesulitan dan keperawat an posisi tepat
saat sempurna an selama 2. Meminim 2. Memberikan
melakukan dalam 1x24 jam alkan arahan
berpindah dimensi diharapka gesekan mengubah
tempat fisik, n dan posisi yang
dari psikospiritu gangguan tarikan tepat
tempat al, rasa saat 3. Agar tidak
duduk dan lingkungan nyaman mengubah terjadi cedera
gelisah dan sosial klien posisi 4. Untuk
DS : Klien teratasi 3. Ajarkan memberikan
mengataka dengan cara terapi yang
n kriteria mengguna tepat
mengeluh hasil : kan
sulit tidur posture
1. Tidak
karena yang baik
merasa
cuaca dan
gelisah
yang mekanik
2. Tidak
panas dan tubuh
megelu
menahan yang baik
h sulit
rasa sakit selama
tidur
di area melakuka
3. TTV
lutut n
dalam
sbelah perubahan
batas
kanan posisi
normal
4. Memberik
an
premedika
si sebelum
mengubah
posisi jika
perlu
D. Implementasi
Tgl/Hari/jam No. Dx. Tindakan Respon Klien Paraf
Kep Keperawatan
3 Mengkaji
DO : Klien tampak
gangguan rasa
kesulitan saat
nyaman
melakukan
berpindah tempat
dari tempat duduk
dan gelisah
DS : Klien
mengatakan
mengeluh sulit
tidur karena cuaca
yang panas dan
menahan rasa sakit
di area lutut sbelah
kanan
DO : Lingkungan
12.00 WIB 2 Memberikan rumah tampak
lingkungan/tempat bersih dan rapi
tidur yang nyaman DS : Klien
mengatakan selalu
membersihkan
lingkungan dan
tempat tidurnya
setiap hari
DO : Klien
3 Mengajarkan cara bersedia
ketika ingin berdiri DS : Klien
yang benar agar mengatakan belum
tidak terasa nyeri mengetahui cara
berdiri yang benar
supaya tidak terasa
nyeri
Kontrak waktu
2 DO : -
ujian
DS : Klien
mengatakan
bersedia
Kamis, 01 2 Mengajarkan DO : Klien
Oktober 2020 teknik relaksasi mengatakan mau
otot progresif untuk diajarkan
08.00 WIB teknik relaksasi
otot progresif
DS : Klien tampak
bersemangat dan
mengikuti apa yang
diajarkan
E. Evaluasi
Tgl/Hari/jam No. Dx. Catatan Perkembangan Klien Paraf
Kep
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Analisis Hasil Penelitian Berdasarkan Tinjauan Teori
Relaksasi otot progresif merupakan relaksasi yang
mengembangkan metode fisiologis dalam melawan ketegangan
otot-otot yang dikarenakan leh kelelahan atau kecemasan, sehingga
disebut teknik relaksasi progresif yang bertujuan untuk menurunkan
ketegangan dan merelaksasikan otot-otot. Terapi relaksasi banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk dapat mengatasi
berbagai masalah, misalnya menurunkan stress, mengendorkan otot-
otot yang tegang, menurunkan kecemasan, dan menurunkan tekanan
darah. Berdasarkan hasil penelitian ini memberikan perspektif
bahwa intervensi teknik relaksasi progresif dan tidur sehat dapat
meningkatkan kualitas tidur lansia.
B. Analisis Hasil Penelitian Berdasarkan Tinjauan Kasus
Berdasarkan artikel latihan teknik relaksasi otot progresif
dilakukan pada 46 responden didapatkan hasil rerata kualitas tidur
lansia meningkat setelah diberikan intervensi kombinasi teknik
relaksasi progresif dan tidur bersih. yaitu menurun sebesar 6,21
kali. Hal ini dapat diartikan terjadi peningkatan secara signifikan
(p< 0,000). Rata-rata kualitas tidur lansia sebelum diberikan
intervensi yaitu 11,82 dan menurun menjadi 5,61. Artinya
berdasarkan instrumen yang digunakan untuk penilaian kualitas
tidur menyatakan bahwa jika didapatkan hasil evaluasi lebih dari 5
itu kualitas tidur seseorang dikatakan buruk, sedangkan jika
didapatkan nilai evaluasinya 5 maka dikatakan kualitas tidur
seseorang itu bagus. Hal tersebut di aplikasikan pada kasus kelolaan
yaitu pada pasien Ny. M dengan tekanan darah awal 140/90 mmHg dan
setelah dilakukan intervensi mengalami penurunan menjadi 130/80
mmHg, walaupun penurunnya belum drastis karena tindakan tersebut
masih dilakukan sekali. Ny. M mengatakan setelah dilakukan latihan
teknik relaksasi oot progresif merasa lebih segar dan rileks sehingga Ny.
M di anjurkan untuk melakukan teknik tersebut kembali selama 2x per
minggu.
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknik relaksasi otot progresif dan tidur sehat ini
memberikan perspektif bahwa dapat meningkatkan kualitas tidur
lansia. Penilaian kualitas pada lansia dapat menjadi deteksi dini
untuk melihat pemenuhan kebutuhan dasar lansia. Pemenuhan
kebutuhan dasar yang kurang baik maka dapat menyebabkan
penurunan kualitas hidup pasien lansia.
B. Saran
Beberapa saran penulis antara lain :
1. Untuk penulis agar lebih menguasai konsep dan asuhan
keperawatan yang dibuat agar dapat menentukan intervensi
lebih tepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh klien.
2. Untuk pihak keluarga dan pasien adalah untuk lebih
memperhatikan faktor yang dapat memicu kekambuhan
nyerinya, perubahan pola tidurnya sehingga tidak terulang
keluhan yang sama.
Daftar Pustaka
Budiarto, F. (2014). Kebutuhan Istirahat Tidur. Http://Fitria-Budiarti-
Fkp13.Web.Unair.Ac.Id/Artikel_detail-99547-AprilKebutuhan%20istira-
hat%20tidur.Html. Diunduh Pada Tanggal 03 Oktober 2020 Pukul 20.00
Tarwoto dan Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Edisi ke-4. Jakarta : Salemba Medika
Lampiran Kasus
A. Latar Belakang
Jumlah penduduk lanjut usia (Lansia) di Indonesia berdasarkan
Biro Pusat Statistik pada tahun 2005-2010 sekitar 19 juta jiwa atau 8,5%
dari seluruh jumlah penduduk. Menurut perhitungan WHO di tahun 2025
Indonesia mengalami peningkatan jumlah warga lansia sebesar 41,4%.
Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan tahun 2050
jumlah warga lansia di Indonesia mencapai ± 60 juta jiwa.
Akibat dari keterbatasan dan penurunan fungsi fisik, psikologis dan
sosialnya maka akan berdampak pada fase tidur. Faktor tersebut dapat
mempengaruhi lansia secara menyeluruh, seperti adanya rasa tak berguna,
perasaan sedih dan kesepian misalnya karena kehilangan pasangan hidup
dan teman sebaya. Semua masalah tersebut dapat menyebabkan kualitas
tidur lansia menjadi menurun atau buruk. Lansia pada umumnya
mengalami fase tidur 3 dan 4 biasanya akan menghilang atau tidak melalui
fase tersebut, sehingga lansia akan mudah terbangun. Siklus tidur yang
tidak sempurna dapat menyebabkan lansia tidak tertidur pulas, sering
terbangun, dan jumlah total waktu tidur per hari akan berkurang. Masalah
ini dapat menyebabkan kualitas tidur lansia menurun. Akibat lanjut dari
penurunan kualitas tidur bagi lansia yaitu depresi, sulit konsentrasi, sakit
jantung, dan kecelakaan (Kanender dkk, 2015). Data Riskesdas (2013)
mengatakan ada beberapa macam penyakit dominan yang dialami oleh
lansia seperti hipertensi (57,6%); gangguan sendi/ arthritis (51,9%); dan
stroke (46,1%). Sedangkan angka kesakitan penduduk lansia di Indonesia
tahun 2012 sebesar 26,93%, artinya setiap 100 orang lansia terdapat 27
orang mengalami sakit. Terjadinya angka kesakitan pada lansia ini
berpengaruh terhadap masalah kesehatan yang mengganggu aktivitas
kehidupan sehari-hari seperti dalam upaya pemenuhan kebutuhan
dasarnya.
Lansia merupakan kelompok umur yang berisiko tinggi mengalami
gangguan tidur akibat beberapa faktor, serta proses secara patologis terkait
usia juga dapat menyebabkan perubahan pola tidur. Masalah tidur yang
sering dialami oleh orang lansia adalah sering terjaga pada malam hari,
seringkali terbangun pada dini hari, sulit untuk tertidur, dan rasa lelah
yang amat sangat pada siang hari (Dewi, 2013). Adanya bebagai faktor
risiko yang ada pada lansia maka, lansia merupakan populasi rentan yaitu
berada pada kelompok risiko terhadap kesehatan yang buruk, kerentanan
dikaitkan dengan peningkatan resiko morbiditas dan mortalitas, sehingga
lansia dikatakan kedalam kelompok tersebut. Kelompok rentan adalah
kelompok sosial yang mempunyai resiko atau kerentanan untuk
mengalami gangguan kesehatan akibat paparan berbagai resiko dari
populasi lainnya (Stanhope & Lancester, 2014).
Dampak yang ditimbulkan adanya gangguan tidur bagi lansia yaitu
risiko terjadinya kecelakaan sangat tinggi (didalam atau diluar rumah),
gangguan jantung, sulit konsentrasi, dan depresi. Sedangkan dampak bagi
keluarga yaitu lansia yang sudah mengalami gangguan tidur berat maka
ketergantungannya akan semakin meningkat pada keluarga. Untuk
meminimalisasi akibat lanjut gangguan tidur tersebut maka perawat
komunitas dapat memberikan informasi melalui promosi kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan lansia, keluarga, dan
kelompok lansia dengan gangguan tidur.
B. Tujuan
Tujuan dari artikel jurnal ini adalah untuk mengetahui kombinasi
teknik relaksasi progresif dan tidur sehat untuk meningkatkan kualitas
tidur lansia.
BAB II
IDENTIFIKASI ARTIKEL EVIDENCE BASED PRACTICE
A. Identitas Artikel (judul artikel, nama peneliti, tahun terbit,
penerbit)
Judul artike : Kombinasi Teknik Relaksasi Otot Progresif dan Tidur
Sehat untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Lansia
Nama peneliti : Yusriana
Tahun terbit : 2018
Penerbit : Menara Ilmu (STIKES Mercubaktijaya Padang)
BAB III
PEMBAHASAN
A. Resume Kasus Kelolaan
Klien Ny. M usia 78 tahun mengeluh sulit tidur/ merasa kurang
puas tidur, TD 140/90, RR 18x/menit, HR 72x/menit, S 36,2 OC dan
klien merasa nyeri di area lutut sebelah kanan
P : Saat duduk, dan ketika ingin berdiri terasa nyeri
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri di area lutut sebelah kanan
S : Skala nyeri 4
T : Hilang timbul
yang membuat sering terbangun serta cuaca yang panas sehingga
menimbulkan ketidaknyamanan pada pola tidurnya. Berdasarkan data
memunculkan masalah keperawatan gangguan pola tidur dan diberikan
latihan teknik relaksasi otot progresif agar pasien merasa lebih rileks
dan nyaman, tidak terjadi insomnia. Setelah dilakukan latihan teknik
relaksasi otot progresif klien merasa lebih segar dan rileks.
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Yusriana. 2018. Kombinasi Teknik Relaksasi Otot Progresif dan Tidur Sehat
untuk Meningkatkan Kualitas Tidur Lansia. STIKES
Mercubaktijaya Padang (Menara Ilmu). Vol. XII Jilid I No.80