Anda di halaman 1dari 7

1. Salah satu tatalaksana hiperbilirubinemia adalah dengan fototerapi.

Bagaimana cara
melakukan fototerapi tersebut?
Jawab:
Pemberian sinar berspektrum biru berintensitas tinggi (420-470 nm) pada bayi. Terapi
penyinaran ini menggunakan tabung fluorensens “biru spesial”, yang diletakkan 15-20
cm dari bayi dan kain fiberoptik fototerapi diletakkan di punggung bayi untuk
meningkatkan area kulit bayi yang terkena. Dalam penggunaan terapi sinar,yang perlu
diperhatikan sebagai berikut :
 Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin
dengan membuka pakaian bayi.
 Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat
memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi
bayi.
 Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang
terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.
 Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang
terkena cahaya dapat menyeluruh.
 Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.
 Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.
 Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan
hemolisis.

2. Adakah pemeriksaan lain yang non invasif untuk mengukur bilirubin selain dengan
serum bilirubin?
Jawab:
 Metode visual
 Metode non invasif: tcb (transcutaneous bilirubinometer)
 Metode invasif: bilirubin serum total
 Metode kurang invasif: Billstick

3. Apa kriteria pulang bayi hiperbilirubin?


Jawab:
Pada bayi perlu dilakukan pemeriksaan nilai bilirubin serial setiap 24 jam untuk
evaluasi keberhasilan terapi. Bayi dipulangkan bila secara klinis dan hasil
laboratorium dari bilirubin telah membaik (bilirubin serum sudah di bawah indikasi
fototerapi), serta tidak terdapat tanda bahaya atau tanda infeksi berat.

4. Kriteria rujuk ke FKTL?


Jawab:
Setiap Ikterus yang timbul dalam 24 jam pasca kelahiran adalah patologis dan
membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut; minimal kadar bilirubin serum total,
serta pemeriksaan ke arah adanya penyakit hemolisis oleh karena itu selanjutnya harus
dirujuk. Selain itu pada bayi dengan ikterus Kramer III atau lebih perlu dirujuk ke
fasilitas yang lebih lengkap setelah keadan bayi stabil.
1. Bagaimana membedakan nyeri dada serangan jantung dengan nyeri lainnya?
Jawab:
 keluhan angina dibedakan menjadi keluhan khas dan tidak khas. keluhan tidak
khas disebut angina equivalen, dapat berupa sesak napas, nyeri epigastrik, atau
sinkop.
 gejala umum iskemia dan miokard infark adalah nyeri dada retrosternal. berikut
yang perlu diperhatikan dalam evaluasi nyeri dada iskemik ACS:
- lokasi: daerah retrosternal dan pasien sulit melokalisir rasa nyeri
- deskripsi: rasa berat seperti dihimpit, ditekan, diremas, panas atau dada terasa
penuh. keluhan tersebut lebih dominan daripada rasa tajam. perlu juga
diperhatikan keluhan angina equivalen.
- penjalaran: ke lengan kiri, bahu, punggung, leher rasa tercekik atau rasa ngilu
pada rahang bawah.
- lama: nyeri SKA dapat berlangsung lama, >20 menit. Pada STEMI, nyeri >20
menit dan tidak hilang dengan istirahat atau nitrat sublingual
- gejala sistemik: disertai mual, muntah, atau keringat dingin

2. Bagaimana mendiagnosis STEMI?


Jawab:
Pada STEMI biasanya terjadi penyumbatan total arteri coroner ditandai dengan
keluhan ACS dan pada EKG terjadi peningkatan segmen ST pada dua sadapan yang
bersebelahan. Pengukuran: 0,04 detik (1 kk) dari J point (akhir komp QRS). Nilai
ambang elevasi:
 1 mm selain di sadapan V2 dan V3
 2,5 mm di V2 dan V3 bila < 40 tahun male. 2 mm > 40 tahun male. 1,5 mm
female
V1-V4 Anterior
V5-V6, I, aVL Lateral
II, III, aVF Inferior
V7-V9 Posterior
V3R, V4R Ventrikel kanan
3. Bagaimana tatalaksana ACS secara umum?
Jawab:
1. Hipertensi dapat ditatalaksana di faskes primer. Kapan sebaiknya pasien hipertensi
dirujuk ke faskes tingkat lanjut?
Jawab:
- Pasien dengan kecurigaan hipertensi sekunder
- Pasien muda (<40 tahun) dengan hipertensi derajat 2 keatas (sudah disingkirkan
kemungkinan hipertensi sekunder)
- Pasien dengan hipertensi mendadak dengan riwayat TD normal
- Pasien hipertensi resisten
- Pasien dengan penilaian HMOD lanjutan yang akan mempengaruhi pengobatan
- Kondisi klinis lain dimana dokter perujuk merasa evaluasi spesialistik diperlukan

2. Bagaimana modifikasi gaya hidup pada pasien hipertensi?


Jawab:
Pola hidup sehat dapat memperlambat ataupun mencegah kebutuhan terapi obat pada
hipertensi derajat 1, namun sebaiknya tidak menunda inisiasi terapi obat pada pasien
dengan HMOD atau risiko tinggi kardiovaskular. Pola hidup sehat telah terbukti
menurunkan tekanan darah yaitu:

Pembatasan konsumsi garam


Terdapat bukti hubungan antara konsumsi garam dan hipertensi. Konsumsi garam
berlebih terbukti meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan prevalensi
hipertensi. Rekomendasi penggunaan natrium (Na) sebaiknya tidak lebih dari 2
gram/hari (setara dengan 5-6 gram NaCl perhari atau 1 sendok teh garam dapur).
Sebaiknya menghindari makanan dengan kandungan tinggi garam.

Perubahan pola makan


Pasien hipertensi disarankan untuk konsumsi makanan seimbang yang mengandung
sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan segar, produk susu rendah lemak, gandum,
ikan, dan asam lemak tak jenuh (terutama minyak zaitun), serta membatasi asupan
daging merah dan asam lemak jenuh.

Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal


Tujuan pengendalian berat badan adalah mencegah obesitas (IMT >25 kg/m2), dan
mentargetkan berat badan ideal (IMT 18,5 – 22,9 kg/m2) dengan lingkar pinggang
<90 cm (laki-laki) dan <80 cm (perempuan).

Olahraga teratur
Olahraga aerobik teratur bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi,
sekaligus menurunkan risiko dan mortalitas kardiovaskular. Olahraga teratur dengan
intensitas dan durasi ringan memiliki efek penurunan TD lebih kecil dibandingkan
dengan latihan intensitas sedang atau tinggi, sehingga pasien hipertensi disarankan
untuk berolahraga setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamik berintensitas sedang
(seperti: berjalan, joging, bersepeda, atau berenang) 5-7 hari per minggu.

Berhenti merokok
Merokok merupakan faktor risiko vaskular dan kanker, sehingga status merokok harus
ditanyakan pada setiap kunjungan pasien dan penderita hipertensi yang merokok harus
diedukasi untuk berhenti merokok.
3. Bagaimana pertimbangan pemilihan obat hipertensi?
Jawab:
(1) Inisiasi pengobatan pada sebagian besar pasien dengan kombinasi dua obat. Bila
memungkinkan dalam bentuk SPC, untuk meningkatkan kepatuhan pasien.
(2) Kombinasi dua obat yang sering digunakan adalah RAS blocker (Renin-
angiotensin system blocker), yakni ACEi atau ARB, dengan CCB atau diuretik.
(3) Kombinasi beta bloker dengan diuretik ataupun obat golongan lain dianjurkan bila
ada indikasi spesifik, misalnya angina, pasca IMA, gagal jantung dan untuk kontrol
denyut jantung.
(4) Pertimbangkan monoterapi bagi pasien hipertensi derajat 1 dengan risiko rendah
(TDS <150 mmHg), pasien dengan tekanan darah normal-tinggi dan berisiko sangat
tinggi, pasien usia sangat lanjut (≥80 tahun) atau ringkih.
(5) Penggunaan kombinasi tiga obat yang terdiri dari RAS blocker (ACEi atau ARB),
CCB, dan diuretik jika TD tidak terkontrol oleh kombinasi dua obat.
(6) Penambahan spironolakton untuk pengobatan hipertensi resisten, kecuali ada
kontraindikasi.
(7) Penambahan obat golongan lain pada kasus tertentu bila TD belum terkendali
dengan kombinasi obat golongan di atas.
(8) Kombinasi dua penghambat RAS tidak direkomendasikan.
1. Apa komplikasi hemoroid?
Jawab:
- Trombosis, edema dan inflamasi bantalan anus interna
- Anemia
- Dermatitis perianal

2. Adakah terapi non bedah selain modifikasi gaya hidup?


Jawab:
- Injeksi sklerosan dengan etoksisklerol
- Rubber band ligation
- Koagulasi bipolar
- Hemoroidolisis

3. Apa saja derajat hemoroid interna?


Jawab:
a. Derajat I: membesar tapi tidak melewati linea dentata saat mengedan
b. Derajat II: prolapse saat mengedan sampai melewati linea dentata, masuk kembali
secara spontan bila mengedan dihentikan
c. Derajat III: prolapse melewati kanalis anus dan harus direposisi secara manual
d. Derajat IV: prolapse melewati kanalis anus dan tidak dapat direposisi secara
manual
1. Dimana sebaiknya diagnosis yang tepat dilakukan?
Jawab:
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang
secara tepat di rawat jalan. Keluhan dan riwayat penyakit perlu ditanyakan untuk
menegakkan diagnosis.

2. Kapan diperlukan eksisi pada benjolan di leher?


Jawab:
Evaluasi setelah pemberian OAT yang tepat dan adekuat, namun benjolan tidak
mengecil sekitar 3-4 minggu setelah pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai