Anda di halaman 1dari 5

URGENSI BISNIS SYARIAH

Berbisnis tak sekedar menghitung untung rugi saja, namun bagi seorang muslim berbisnis itu
harus menerapkan standar syariat pada setiap aspeknya bisnisnya sebagai bagian dari
tercapainya tujuan diterapkan syariah yakni untuk menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga
akal, menjaga keturunan dan menjaga harta.

Dalam hal muamalah terutama dalam menjalankan praktik bisnis, seorang


muslim wajib menerapkan hukum-hukum syariah dalam seluruh aspek
bisnisnya, mengapa?
Ada 5 maqashid asy-syariah (tujuan diterapkannya syariah), yakni untuk
menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga keturunan dan
menjaga harta.
1. Bisnis syariah menjaga agama,
Sebagai umat muslim kita sudah memahami bahwa seluruh amal
perbuatan manusia selama hidup di dunia ini wajib terikat dengan
syari’at islam, dan inilah wujud sekaligus konsekuensi dari keimanan
seorang muslim kepada sang Pencipta Nya, sebagaimana syahadat
yang sudah di ikrarkan sebelumnya.
Dalilnya:
Hai orang-orang yang ber-iman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
(Al-Baqarah [2]: 208).
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari
urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti
hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
(Al-Jatsiyah [45]: 18)
2. Bisnis syariah diterapkan dalam rangka menjaga jiwa,
Penjagaan jiwa dalam berbisnis bisa berupa menjaga jiwa dari sifat-
sifat yang dilarang dalam bisnis seperti serakah, tidak amanah,
bersumpah palsu, tidak jujur, berlaku tidak adil/curang, mencampur
aduk yang hak dan batil dan sebagainya sehingga apabila syari’at islam
diterapkan dalam bisnis maka insyaa allah jaminan keamanan,
kenyamanan dan ketenangan dalam bermuamalah niscaya dapat
diperoleh.
Dalilnya:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat:
“Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?” Para sahabat
menjawab; “Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang
yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.”
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya umatku
yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat,
puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan memakan
harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah
itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka
hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum
terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil
untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke
neraka.”
(Hadits Muslim No. 4678)
3. Bisnis syariah dapat melakukan penjagaan terhadap akal,
Dalilnya:
“Orang-orang yang makan riba itu tidaklah berdiri (bangkit dari kuburnya)
melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan setan lantaran
(tekanan) penyakit gila.”
(Al-Baqarah [2]: 275)
Al-Imam Ibnu Katsir berkata: “Orang-orang pemakan riba itu tidaklah
dibangkitkan dari kubur mereka di hari kiamat melainkan seperti
bangkitnya orang yang kesurupan saat setan merasukinya, yaitu
berdiri dalam keadaan sempoyongan.
Shahabat Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: ‘Seorang
pemakan riba akan dibangkitkan (dari kuburnya) di hari kiamat
dalam keadaan gila (rusak akalnya).’ (Diriwayatkan oleh Al-Imam
Ibnu Abi Hatim).
Seperti itu pula yang diriwayatkannya dari Auf bin Malik, Sa’id bin
Jubair, As-Suddi, Rabi’ bin Anas, Qatadah, dan Muqatil bin Hayyan
(tentang ayat tersebut).”
Dalam contoh yang lain terhadap implementasi bisnis, sebagaimana
disampaikan QS al-Maidah [5]: 90, bahwa akal manusia bisa rusak
akibat khamer dan apa saja yang memabukkan. (Biasanya dalam
bisnis seringkali urusan entertainment / jamuan terhadap klien
misalnya tidak jauh dari urusan “kesenangan sesaat”).
4. Bisnis syariah dalam melakukan penjagaan harta,
Untuk memperoleh harta yang halal, syariat Islam membolehkan
berbagai macam bentuk muamalah (bisnis) diantaranya seperti jual
beli, sewa menyewa, gadai, dan lainnya. Untuk menjaganya, syariat
Islam mengharamkan umatnya memakan harta manusia dengan jalan
yang batil, seperti mencuri, riba, menipu, mengurangi timbangan,
korupsi, dan lain-lain.
Dalilnya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”
(QS. An-Nisa [4]: 29)
5. Bisnis syariah dalam menjaga keturunan,
Bisnis Syariah juga mengatur fungsi keberlanjutan hak dan kewajiban
tata muamalah hingga pada penjagaan keturunan. Diantara yang
termasuk sebab-sebab kepemilikan harta adalah waris.
Ahli waris dapat diberi izin untuk mengelola dan juga berhak
meminta bagian keuntungannya.
Dalilnya:
“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-
anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua
orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua,
maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak
perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk
dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang
meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja),
maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai
beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian
tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah
dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya
bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(QS. An-Nisa [4]: 11)

Anda mungkin juga menyukai