Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Penistaan agama terjadi sejak turunnya Alquran hingga sekarang.

Penghinaan ajaran agama adalah kegiatan mengusik ajaran sakral dalam suatu

agama. Penistaan agama menjadi topik pembicaraan terhangat di masyarakat

Indonesia. Hal ini menyebabkan tantangan yang dihadapi polisi, MUI,

pemerintah dan masyarakat semakin berat karena semakin kompleknya

permasalahan yang dihadapi umat islam di negeri ini. Kebebasan yang tidak

terbatas akibat reformasi yang disalahartikan telah melahirkan sikap dan

perbuatan yang menyimpang dari norma agama yang sebenarnya. (Jalaluddin

2000, 87)

Kasus yang menimbulkan keresahan oleh berbagai pihak adalah


pernyataan Sukmawati Soekarno Putri yang dianggap telah melakukan penistaan
agama. Dalam sebuah acara diskusi yang diadakan oleh FGD humas polri,
Sukmawati melontarkan sebuah pertanyaan perbandingan antara nabi
Muhammad SAW dan Ir. Soekarno tentang perjuangan negara.

Dalam kasus ini beberapa pihak melaporkan Sukmawati atas tuduhan


penistaan agama ke pihak Polda Metro Jaya antara lain : warga Bandung
bernama Irvan Novianda, Korlabi (Koordinator Bela Islam), Forum Pemuda
Muslim Bima, dan lain-lain.

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kronologi kasus penistaan agama oleh Sukmawati Soekarno


Putri?
2. Bagaimana tindakan hukum terhadap kasus penistaan agama di Indonesia?
3. Bagaimana penyelesaian kasus Sukmawati Soekarno Putri?

1
I.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kronologi kasus penistaan agama oleh Sukmawati


Soekarno Putri
2. Untuk mengetahui tindakan hukum terhadap kasus penistaan agama di
Indonesia
3. Untuk mengatahui penyelesaian kasus Sukmawati Soekarno Putri

I.4 Manfaat

1. Meningkatkan pengetahuan tentang hukum pidana terhadap kasus penistaan


agama di Indonesia
2. Menambah pemahaman pembaca agar dalam menyampaikan pernyataan
dapat menghindari perkataan yang negatif khususnya dalam persoalan agama

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Kronologi Kasus

Dalam edisi online dari Berita Hukum tanggal 11 November 2019,

Mahfud mencatatat bahwa untuk memperingati hari pahlawan, sebuah Forum

Grup Diskusi (Humas) Polri menggelar sebuah acara diskusi bertajuk

Bangkitkan Nasionalisme : Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas

Terorisme. Acara tersebut diadakan pada tanggal 11 November 2019 di Gedung

The Tribrata, Dharmawangsa, Jakarta Selatan. Narasumber yang menjadi

pembicara dalam acara tersebut adalah Diah Mutiara Sukmawati Sukarnoputri,

ketua BNPT, Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, M.H., Kadensus 88 Anti Teror

Polri, Irjen. Pol. Drs. H. M. Syafii, S.H., Rektor Universitas Widyatama,

Prof.Dr.H.Obsatar Sinaga,S.IP.,M.Si., dan Ketua Pengurus Harian PBNU,

Robikin Emhas. Acara tersebut rencananya akan dibuka oleh Kadiv Humas

Polri, Irjen. Pol. Muhammad Iqbal, S.I.K., M.H.

Dalam acara tersebut Sukmawati Soekarno Putri membuat pernyataan


yang diduga melakukan penistaan terhadap agama islam. Pernyataan yang
menuai reaksi umat islam yaitu “Mana yang lebih bagus pancasila sama Alquran
sekarang saya mau tanya sama semua. Yang berjuang di abad 20 itu nabi yang
mulia Muhammad atau Insinyur Soekarno untuk kemerdekaan?”. Pernyataan
tersebut dinilai membandingkan nabi Muhammad SAW dengan Ir. Soekarno.
Pernyataan Sukmawati telah menyinggung perasaan umat muslim sehingga
menuai tanggapan dari beberapa pihak antara lain : Ustadz Yusuf Mansur,
Pengurus Besar NU, Gus Mus, Ma’ruf Amin, dan lain-lain.

Pada awalnya Sukmawati membahas tentang peristiwa pada 10


November 1945 di Surabaya. Sukmawati mengatakan bahwa pada saat peristiwa

3
tersebut rakyat Indonesia hanya menggunakan peralatan seadanya untuk
melawan tentara Jepang tetapi mereka berhasil untuk mengibarkan bendera
merah putih. Kemudian Sukmawati melontarkan pertanyaan terkait bendera
hitam bertuliskan arab yang tidak ada pada peristiwa tersebut. Sukmawati
merasa kesal kepada orang yang ingin menjadikan negara Indonesia sebagai
negara khilafah. Selain itu, Sukmawati melontarkan pertanyaan terkait dengan
penghormatan terhadap perjalanan sejarah revolusi seperti Thomas Jefferson,
Thomas Alfa Edison yang berjasa terhadap kesejahteraan manusia.

II.2 Analisis Kasus

Kasus penistaan agama ditinjau dari segi hukum yaitu melanggar pasal
156a KUHP berbunyi “Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima
tahun barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaaan atau
melakukan perbuatan yang bersifat permusuhan, penyalahgunaan, atau penodaan
terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia.” Selain itu, penistaan agama
juga diatur dalam Penetapan Presiden Republik Indonesia nomor 1 tahun 1965
tentang pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama. Penistaan agama
juga diatur dalam pasal 28 UU ITE yang berbunyi setiap orang dengan sengaja
dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa
kebencian atau permusuhan individu dan atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan.

Dalam kasus ini beberapa pihak melaporkan Sukmawati atas tuduhan


penistaan agama ke pihak Polda Metro Jaya antara lain : warga Bandung
bernama Irvan Novianda, Korlabi (Koordinator Bela Islam), Forum Pemuda
Muslim Bima, dan lain-lain. Namun Sukmawati merasa tidak melakukan
penistaan agama. Sukmawati mengaku bahwa pertanyaan terkait kemerdekaan
bangsa Indonesia bermaksud untuk mengetahui pemahaman generasi muda
tentang sejarah Indonesia. Sukmawati menegaskan bahwa beliau tidak
bermaksud untuk melakukan penghinaan terhadap nabi Muhammad SAW atau
membandingkan dengan Ir.Soekarno.

4
Dalam edisi online dari detik news tanggal 06 Desember 2019,

Samsudhuha mencatat bahwa pelapor Sukmawati yaitu Irvan Noviandana

membawa bukti berupa video full acara forum diskusi. Pada pernyataan

klarifikasi Sukmawati sebelumnya, beliau mengatakan bahwa video acara

tersebut telah diedit oleh media yang sengaja membenarkan bahwa Sukmawati

telah melakukan penistaan agama. Oleh karena itu, Irvan membawa bukti video

full dan artikel berita.

Dalam edisi online dari kompas.com tanggal 20 November 2019,

Rakhmat Nur Hakim mencatat bahwa Wakil Presiden Maruf Amin mengusulkan

agar kasus Sukmawati Soekarno Putri diselesaikan dengan cara mediasi.

Menurut Maruf Amin, masyarakat harus mampu menghindari perkataan-

perkataan kontroversial. Hal tersebut dianggap mampu untuk menghindari

perpecahan umat beragama di Indonesia. Maruf Amin menyatakan bahwa

pernyataan Sukmawati kurang tepat karena telah membandingkan nabi

Muhammad SAW dan Soekarno. Kedua tokoh tersebut memiliki zaman dan

ketokohan yang berbeda. Akan tetapi, tidak seharusnya masyarakat Indonesia

selalu menempuh jalur hukum. Maruf Amin juga menyarankan agar Sukmawati

meminta maaf kepada seluruh masyarakat ataupun kelompok yang tersinggung

atas perkataanya.

Dalam edisi online dari tirto.id tanggal 19 November 2019, Riyan

Setiawan mencatat bahwa Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia

(YLBHI) dan direktur program Institute for Criminal Justice Reform (ICJR),

Erasmus Napitupulu juga menyarakankan agar melakukan dialog dari pada

menempuh jalur hukum. Muhammad Isnur, Ketua advokasi YLBHI mengatakan

5
bahwa pasal 156a adalah pasal karet. Beliau mengatakan bahwa Mahkamah

Konstitusi (MK) dalam putusan 140/2010 menyatakan UU 1/PNPS/1965 tentang

pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama sudah bermasalah

sehingga MK merekomendasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

untuk merevisi pasal tersebut. Akan tetapi, dalam berita tertulis bahwa korlabi,

pelapor Sukmawati menutup jalan dialog dan tetap mendorong polri untuk

memproses Sukmawati untuk ditetapkan menjadi tersangka. Sedangkan Irvan

Noviandana bersedia untuk berdialog tetapi jalur hukum harus tetap berjalan.

Dalam segi sosial, Indonesia adalah negara yang penduduknya mayoritas


beragama islam. Sebagai proklamator maka penggunaan kata yang baik dan
tidak menyinggung pihak lain perlu diperhatikan. Pada zaman sekarang
informasi dapat diubah sesuai dengan kepentingan beberapa pihak. Menurut
Sukmawati dalam klarifikasinya, bahwa ucapannya sengaja dipelintir dan
videonya diedit untuk menyudutkan beliau. Menurut pengacara Sukmawati,
terdapat pelaku yang sengaja menimbulkan keresahan dan kebencian di kalangan
masyarakat padahal tidak ada perkataan yang membandingkan jasa nabi dan
presiden pertama negara ini.

Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam agama. Oleh
karena itu, seharusnya negara melindungi keyakinan agama yang hidup dan
berkembang di masyarakat. Akan tetapi, dalam beberapa tahun ini Indonesia
dihadapkan pada munculnya kelompok-kelompok yang kehilangan toleransi
yang sejak lama sudah menjadi bagian dari identitas berharga bagi bangsa
Indonesia.

6
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Dari pembahasan kasus penistaan agama oleh Sukmawati Soekarno Putri


dapat disimpulkan bahwa penistaan agama dapat membuat perpecahan bangsa
Indonesia. Agama merupakan suatu hal yang bersifat sensitif karena
menyangkut tentang keyakinan dan kepercayaan suatu orang maupun kelompok.
Penggunaan kata juga perlu untuk diperhatikan dalam berbicara di depan umum
agar tidak menimbulkan ketersinggungan pada pihak tertentu. Dalam kasus
Sukmawati belum ditemukan penyelesaian. Pihak polisi masih menyelidiki dan
memproses kasus tersebut dengan memeriksa para pelapor dan barang bukti.
Penegakan hukum tindak pidana penistaan terhadap agama harus dilaksanakan
sesuai dengan undang-undang yang telah mengatur tindak pidana tersebut.
Adanya perbedaan pendapat antar masyarakat tentang kasus Sukmawati
termasuk tindak pidana atau tidak, menimbulkan pro kontra sehingga pelaku
tidak dapat ditahan.

III.2 Saran

Warga negara yang baik adalah warga yang mampu menghindari


perkataan negatif sehingga dapat menjaga kerukunan dan kedamaian negara.
Selain itu, Warga Negara Indonesia diharapkan mampu untuk tidak terpengaruh
dengan provokator yang menyangkut tentang persoalan agama. Dalam
menanggapi kasus ini, diharapkan masyarakat tidak membuat kegaduhan atau
aksi-aksi yang dapat menimbulkan masalah lain. Masyarakat perlu dihimbau
agar tetap mengendalikan diri dan memperhatikan Undang-Undang serta
ketentuan yang berlaku dalam Republik Indonesia. Media online adalah alat
penyampaian informasi dan menyajikan berita sesuai dengan fakta sehingga
diharapkan untuk tidak membuat berita-berita provokasi. Selain itu, penegakan
hukum tindak pidana penistaan terhadap agama hendaknya tegas dalam
menerapkan pasal-pasal terkait kasus tersebut.

7
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. 2017. Analisis Penegakan Hukum Tindak Pidana Penistaan Agama.


Fakultas Hukum Universitas Lampung : 1-14.
Anggraeny, K. 2017. Penafsiran Tindak Pidana Penodaan Agama dalam Perspektif
Hukum. Jurnal Era Hukum 2 : 267-293.
Berita Hukum. Pemerintah diminta Lebih Militan Menghadapi Kelompok Radikal.
11 November 2019
http://m.beritahukum.com/detail_berita.php?
judul=Pemerintah+Diminta+Lebih+Militan+Menghadapi+Kelompok+Radi
kal&subjudul=Radikalisme (diakses Desember, 5 2019)
Dahri, M. 2017. Tindak Pidana Penodaan Agama di Indonesia: Tinjauan
Pengaturan Perundang-Undangan dan Konsep Hukum Islam. Jurnal of
Islamic Law 1:57-71.
Malik, A. 2017. Meme dan Visualisasi Kebencian Netizen dalam Kasus Penistaan
Agama. Jurnal Rekam 13 : 67-83
Nurita, D. Dua Kasus Sukmawati; Dulu Puisi Konde, Kini Bandingkan Nabi. 17
November 2019.
https://www.google.com/amp/s/nasional.tempo.co/amp/1273296/dua-kasus-
sukmawati-dulu-puisi-konde-kini-bandingkan-nabi (diakses Desember, 7
2019)
Santoso, A. Tak Maksud Menista Agama, Sukmawati Jelaskan Alasan Bandingkan
Nabi-Sukarno.19 November 2019.
https://m.detik.com/news/berita/d-4789764/tak-maksud-menista-agama-
sukmawati-jelaskan-alasan-bandingkan-nabi-sukarno (diakses Desember, 7
2019)
Setiawan, R. Pasal Karet di Balik Pelaporan Sukmawati atas Dugaan Penodaan
Agama.19 November 2019.
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/pasal-karet-di-balik-pelaporan-
sukmawati-atas-dugaan-penodaan-agama-elVk (diakses Desember, 7 2019)
Wildansyah,S. Diperiksa Polisi, Pelapor Bawa Bukti Video Sukmawati Bandingkan
Nabi-Sukarno.06 Desember 2019. https://m.detik.com/news/berita/d-
4812949/diperiksa-polisi-pelapor-bawa-bukti-video-sukmawati-
bandingkan-nabi-sukarno
(diakses Desember, 4 2019)

Anda mungkin juga menyukai