INFERTILITAS
Oleh:
Preseptor:
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah meet the expert yang berjudul
“Infertilitas”. makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
pembimbing yang telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua pihak yang
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata,
Penulis
BAB I
2
PENDAHULUAN
kedokteran. Sesuai dengan definisi fertilitas yaitu kemampuan seorang istri untuk
menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu
sekunder, disebut infertilitas primer kalau istri belum pernah hamil walaupun
disebut infertilitas sekunder bila istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak
Penyebab infertilitaspun harus dilihat pada kedua belah pihak yaitu isteri
dan suami. Salah satu bukti bahwa pasangan infertil harus dilihat sebagai satu
kesatuan adalah adanya faktor imunologi yang memegang peranan dalam fertilitas
suatu pasangan. Faktor imunologi ini erat kaitannya dengan faktor semen/sperma,
Termasuk juga sebagai faktor imunologi adanya autoantibodi. 1,2 Infertilitas dapat
idiopatik.
pasangan infertil, banyak terjadi pada pasangan yang lebih tua. Lebih kurang
seperlima pasangan usia subur di Amerika Serikat adalah pasangan infertil. Lima
3
(unexplained infertility). Berdasarkan persentase perempuan umur 15-49 tahun
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 Definisi Infertilitas
Infertilitas adalah suatu keadaaan pasangan suami istri yang telah kawin
satu tahun atau lebih dan telah melakukan hubungan seksual secara teratur
minimal 2-3 kali dalam seminggu tanpa memakai kontrasepsi tapi tidak
memperoleh kehamilan atau keturunan. Dari pengertian infertil ini terdapat tiga
faktor yang harus memenuhi persyaratan yaitu lama berusaha, adanya hubungan
sebagai primer jika sebelumnya pasangan suami istri belum pernah mengalami
kehamilan. Sementara itu, infertilitas dikatakan sekunder jika pasangan suami istri
mengalami kehamilan dalam kurun waktu satu tahun pertama pernikahan bila
konrasepsi. Angka kehamilan kumulatif akan meningkat menjadi 92% ketika lama
2.3 Epidemiologi
infertilitas pada 8-10% pasangan, yaitu sekitar 50 juta hingga 80 juta pasangan. Di
Eropa angka kejadiannya mencapai 14%. Pada tahun 2002, dua juta wanita usia
5
berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1996, diperkirakan ada 3,5 juta
meningkat mencapai 15-20 persen dari sekitar 50 juta pasangan. Infertilitas dapat
disebabkan oleh pihak istri maupun suami. Kondisi yang menyebabkan infertilitas
dari faktor istri didapatkan sebanyak 65%, faktor suami 20%, kondisi lain-lain dan
dengan permasalahan dari pihak istri adalah tuba (27,4%), tidak diketahui
seksual (2,7%). Angka kejadian infertilitas pada wanita terjadi pada berbagai
rentang umur, 20-29 tahun (64,5%), 30-39 tahun (20%), 40-49 tahun (11,8%),
diatas 50 tahun (3,7%). Penelitian lain nya menemukan 54,4% wanita infertile
merupakan wanita yang bekerja penuh waktu, 33,3 % wanita yang bekerja paruh
waktu, 3,5% merupakan ibu rumah tangga. Sebanyak 84% perempuan akan
mengalami kehamilan dalam kurun waktu satu tahun pertama pernikahan bila
mereka melakukan hubungan suami istri secara teratur tanpa menggunakan alat-
alat kontrasepsi. Angka kehamilan kumulatif akan meningkat menjadi 92% ketika
Secara garis besar penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi faktor tuba
dan pelvik (35%), faktor lelaki (35%), faktor ovulasi (15%), faktor idiopatik
518 pasangan suami istri yang berusia antara 24 - 34 tahun dijumpai 50%
6
kehamilan terjadi di dalam dua siklus haid pertama dan 90% kehamilan terjadi di
dalam enam siklus haid pertama. Vang menemukan bahwa angka fekunditas per
1. Non-Organik
a. Usia
usia 35 tahun atau 77% perempuan subur di usia 38 tahun akan mengalami
kehamilan dalam kurun waktu tiga tahun lama pernikahan. Ketika usia istri
mencapai 40 tahun maka kesempatan untuk hamil hanya sebesar lima persen per
untuk meletakkan kehamilan sebagai prioritas kedua setelah upaya mereka untuk
meraih jenjang jabatan yang baik di dalam pekerjaannya, merupakan alasan bagi
bahkan lebih tua lagi. Hal ini menyebabkan usia rata-rata perempuan masa kini
melahirkan bayi pertamanya 3,5 tahun lebih tua dibandingkan dengan usia
perempuan yang dilahirkan pada 30 tahun yang lalu. Tentu hal ini akan
b. Frekuensi Senggama
7
Angka kejadian kehamilan mencapai puncaknya ketika pasangan suami
istri melakukan hubungan suami istri dengan frekuensi 2 - 3 kali dalam seminggu.
ovulasi, justru akan meningkatkan kejadian stres bagi pasangan suami istri
c. Pola Hidup
o Alkohol
o Merokok
o Berat Badan
Perempuan dengan indeks massa tubuh yang lebih dari 29, yang
hamil. Usaha yang paling baik untuk menurunkan berat badan adalah
8
dengan cara menjalani olahraga teratur serta mengurangi asupan kalori di
dalam makanan. 3
2. Organik
a. Masalah Vagina
Terjadinya proses reproduksi manusia sangat terkait dengan kondisi vagina yang
sehat dan berfungsi normal. Masalah pada vagina yang memiliki kaitan erat
tidak nyaman atau rasa nyeri saat melakukan sanggama. Dispareunia dapat
berkemih.
adanya rasa nyeri saat penis akan melakukan penetrasi ke dalam vagina. Hal
9
ini bukan disebabkan oleh kurangnya zat lubrikans atau pelumas vagina,
tetapi terutama disebabkan oleh diameter liang vagina yang terlalu sempit,
terjadi kesulitan penetrasi vagina oleh penis. Penyempitan liang vagina ini
sama sekali. Namun, infeksi klamidia trakomatis memiliki kaitan yang erat
b. Masalah Uterus
memiliki kaitan erat dengan kejadian infertilitas adalah serviks, kavum uteri, dan
korpus uteri. 3
o Faktor serviks
10
- Trauma pada serviks. Tindakan operatif tertentu pada serviks seperti
Faktor yang terkait dengan kavum uteri meliputi kelainan anatomi kavum
endometrium. Tidak terdapat kaitan yang erat antara septum uteri ini
11
o Faktor miometrium
mioma uteri terhadap miometrium, serviks dan kavum uteri, maka mioma
(the junctional zona) yang secara ontogeni merupakan sisa dari duktus
c. Masalah Tuba
Tuba Fallopii memiliki peran yang besar di dalam proses fertilisasi, karena
tuba berperan di dalam proses transpor sperma, kapasitas sperma proses fertilisasi,
terhadap angka fertilitas. Keiainan tuba yang seringkali dijumpai pada penderita
12
infertilitas adalah sumbatan tuba baik pada pangkal, pada bagian tengah tuba,
maupun pada uiung distal dari tuba. Berdasarkan bentuk dan ukurannya, tuba
yang tersumbat dapat tampil dengan bentuk dan ukuran yang normal, tetapi dapat
pula tampil dalam bentuk hidrosalping. Sumbatan tuba dapat disebabkan oleh
d. Masalah Ovarium
Masalah utama yang terkait dengan fertilitas adalah terkait dengan fungsi ovulasi.
seringkali dijumpai pada kasus infertilitas. Saat ini untuk menegakkan diagnosis
sindrom ovarium polikistik iika dijumpai dari tiga gejala di bawah ini. 3
Empat puluh sampai tujuh puluh persen kasus sindrom ovarium polikistik
polikistik. Masalah gangguan ovulasi yang lain adalah yang terkait dengan
Kista ovarium yang sering dijumpai pada penderita infertilitas adalah kista
endometrium yang sering dikenal dengan istilah kista cokelat. Kista endometriosis
tidak hanya mengganggu fungsi ovulasi, tetapi juga dapat mempengaruhi fungsi
maturasi oosit.
13
Untuk menilai derajat keparahan endometriosis, saat ini digunakan klasifikasi
dengan AFS derajat sedang atau berat kejadian infertilitas dapat dikaitkan dengan
kegagalan ovulasi, kegagalan maturasi oosit, dan kegagalan fungsi tuba akibat
deformitas tuba. Tindakan operatif untuk pengangkatan kista ovarium jika tidak
e. Masalah Peritoneum
dalam bentuk yang khas yaitu nodul hitam, nodul hitam kebiruan, nodul cokelat,
nodul putih, nodul kuning, dan nodul merah yang seringkali dipenuhi pula oleh
tipis di bawah lapisan peritoneum yang dikenal dengan istilah nodul powder burn,
dan ada pula bercak endometriosis yang tertanam dalam di bawah lapisan
3. Faktor Laki-laki
Infertilitas dapat juga disebabkan oleh faktor laki-laki, dan setidaknya sebesar 30-
40% dari infertilitas disebabkan oleh faktor laki-laki, sehingga pemeriksaan pada
14
Tabel 2.1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan infertilitas laki-laki dan
Pemeriksaan dasar merupakan hal yang sangat penting dalam tata laksana
infertilitas. Dengan melakukan pemeriksaan dasar yang baik dan lengkap, maka
terapi dapat diberikan dengan cepat dan tepat, sehingga penderita infertilitas dapat
15
terhindar dari keterlambatan tata laksana.infertilitas yang dapat memperburuk
2.5.1 Anamnesis
pasangan suami istri atau salah satunya memiliki kebiasaan merokok atau minum,
minuman beralkohol. Perlu juga diketahui apakah pasutri atau salah satunya
Siklus haid merupakan variabel yang sangat penting. Dapat dikatakan siklus haid
normal jika berada dalam kisaran antara 21 - 35 hari. Sebagian besar perempuan
dengan siklus haid yang normal akan menunjukkan siklus haid yang berovulasi.
Untuk mendapatkan rerata siklus haid perlu diperoleh informasi haid dalam kurun
3 - 4 bulan terakhir. Perlu juga diperoleh informasi apakah terdapat keluhan nyeri
haid setiap bulannya dan perlu dikaitkan dengan adanya penurunan aktivitas fisik
saat haid akibat nyeri atau terdapat penggunaan obat penghilang nyeri saat haid
dilakukan selama ini. Akibat sulitnya menentukan saat ovulasi secara tepat, maka
frekuensi 2 - 3 kali per minggu. Upaya untuk mendeteksi adanya olulasi seperti
pengukuran suhu basal badan dan penilaian kadar luteinizing bormone (LH) di
dalam urin seringkali sulit untuk dilakukan dan sulit untuk diyakini ketepatannya,
16
pengukuran lingkar pinggang. Penentuan indeks massa tubuh perlu dilakukan
dengan menggunakan formula berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m2).
Perempuan dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25kg/m2 termasuk ke
dalam kelompok kriteria berat badan lebih. Hal ini memiliki kaitan erat dengan
sindrom metabolik. IMT yang kurang dari 19 kg/m2 seringkali dikaitkan dengan
penampilan pasien yang terlalu kurus dan perlu dipikirkan adanya penyakit kronis
seperti infeksi tuberkulosis (TBC), kanker, atau masalah kesehatan jiwa seperti
seperti kumis, jenggot, jambang, bulu dada yang lebat, bulu kaki yang lebat dan
sebagainya (hirsutisme) atau pertumbuhan jerawat yang banyak dan tidak normal
maupun biokimiawi. 3
adanya ovulasi dalam sebuah siklus haid adalah penilaian kadar progesteron pada
fase luteal madia, yaitu kurang lebih 7 hari sebelum perkiraan datangnya haid.
Adanya ovulasi dapat ditentukan jika kadar progesteron fase luteal madia
Penilaian kadar progesteron pada fase luteal madia menjadi tidak memiliki
nilai diagnostik yang baik jika terdapat siklus haid yang tidak normal seperti
siklus haid yang jarang (lebih dari 35 hari), atau siklus haid yang terlalu sering
(kurang dari 21 hari). Pemeriksaan kadar thyroid stimulating hormone (TSH) dan
prolactin hanya dilakukan jika terdapat indikasi berupa siklus yang tidak
17
berovulasi, terdapat keluhan galaktore atau terdapat kelainan fisik atau gejala
hormone (FSH) dilakukan pada fase proliferasi awal (hari 3 - 5) terutama jika
hirsutisme atau akne yang banyak, maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar
testosteron atau pemerlksaan free androgen index (FAI), yaitu dengan melakukan
kajian terhadap kadar testosteron yang terikat dengan sex bormone binding
kadar FAI normal jika dijumpai lebih rendah dari 7. Pemeriksaan uji
bertujuan untuk menilai interaksi antara sperma dan lendir serviks. Metode ini
sudah tidak dianjurkan untuk digunakan karena memberikan hasil yang sulit untuk
dipercaya. 3
18
o Keluarkan sperma dengan cara masturbasi dan hindari dengan cara sanggama
terputus.
sperma.
o Tabung sperma harus dilengkapi dengan nama jelas, tanggal, dan waktu
temperature yang terlampau tinggi (>38’C) atau terlalu rendah (<15'C) atau
kriteria normal berdasarkan kriteria WHO (Tabel 1). Hasil dari analisis sperma
(Tabel 2). 3
19
Tabel 2.3 Terminologi dan definisi analisis sperma berdasarkan kualitas sperma
melakukan analisis sperma tunggal jika pada pemeriksaan telah dijumpai hasil
20
analisis sperma normal, karena pemeriksaan analisis sperma yang ada merupakan
metode pemeriksaan yang sangat sensitif. Untuk mengurangi nilai positif palsu,
Apabila telah diyakini bahwa analisis spermanya normal, maka UPS bisa
dijadwalkan. Ini akan memperlihatkan apakah semen sudah terpancar dengan baik
ke puncak vagina selama senggama. UPS dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum
perkiraan ovulasi. Pasien diminta datang 2-8 jam setelah senggama normal. Getah
servik dihisap dari kanal endoserviks yang pada tahap ini harus banyak dan
lapang pandang, harapan untuk kehamilan cukup besar jika 1-20 sperma aktif per
lapang pandang. Uji ini harus dilakukan sekurang-kurangnya pada dua keadaan
c. Uji Pakis
glass akan mengalami kristalisasi dan menghasilkan suatu pola daun pakis yang
cukup khas. Ini terjadi antara hari ke-6 sampai hari ke-22 dari siklus haid dan
kemudian akan dihambat oleh progestron. Hambatan ini biasanya akan tampak
pada hari ke-23 hingga haid berikutnya. Menetapnya pola pakis setelah hari ke- 23
ini menunjukan bahwa ovulasi tidak terjadi. Darah dan semen juga dapat
menghambat pembentukan lukisan pakis itu sehingga hasil yang salah sering
21
d. Suhu Basal Badan (SBB)
siklus haid. Cara ini juga dapat menentukan apakah telah terjadi ovulasi. SBB
diambil setiap hari pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur,
ataupun makan dan minum. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika wanita
Meskipun grafik bifasik berarti bahwa ovulasi telah terjadi, suatu grafik
monofasik belum memastikan bahwa ovulasi tidak terjadi. SBB bisa dipakai
sekitar saat itu. Dalam praktek penggunaan SBB tidak selalu mudah untuk
Epitel dari sepertiga lateral atas dinding vagina memberikan respon yang
ada pada hormon ovarium. Pemeriksaan ini dilakukan secara serial. Sekarang
telah dikembangkan pemeriksaan dari endoserviks pada fase pasca ovulasi dengan
f. Biopsi Endometrium
dengan memakai sendok kurret kecil tanpa dilatasi serviks. Saat yang tepat adalah
g. Laparaskopi
22
Cara ini memungkinkan visualisasi langsung secara endoskopik baik
ovulasi yang baru saja terjadi dengan adanya bintik ovulasi, maupun adanya
korpus luteum sebagai hasil ovulasi diwaktu yang lebih dini dari siklus itu. 4
a. Inseminsi Buatan
pada tempat untuk membuahi sel telur wanita dalam organ reproduksi wanita.
Pada inseminasi, terdapat beberapa tahapan penting yang baik untuk diketahui
oleh setiap pasangan yang akan menjalani teknik tersebut. Antara lain:
(isolasi),
IUI).5
tubuh; atau dalam masyarakat dikenal dengan istilah “bayi tabung” merupakan
salah satu jalan keluar bagi pasangan suami istri yang belum memiliki anak. Pada
teknik ini, sel telur matang yang dihasilkan akan dipertemukan dengan
spermatozoa dalam suatu wadah berisi cairan khusus di laboratorium. Cairan yang
digunakan untuk merendam serupa dengan cairan yang terdapat pada tuba wanita
23
dengan tujuan untuk membuat suasana pertemuan antara sel telur matang dan
dan kondisi optimal sel telur dapat terjaga. Proses-proses utama dalam fertilisasi
in vitro5:
1) Pengambilan sel telur matang dan spermatozoa oleh dokter ahli untuk
2) Proses fertilisasi sel telur oleh spermatozoa dalam sebuah cawan khusus di
laboratorium. Embrio yang dihasilkan akan ditumbuhkan hingga cukup usia (pada
3) Embrio yang telah siap (sekitar 2—3 hari pascafertilisasi) ditanamkan kembali
ke dalam rahim sang ibu oleh dokter ahli. Embrio tersebut diharapkan terus
tumbuh dan barkembang hingga menjadi bayi yang pada akhirnya dilahirkan oleh
sang ibu.
menyuntikan satu sel sperma langsung ke sel telur. Keistimewaan dari teknik ini
adalah jumlah spermatozoa yang dibutuhkan untuk melakukan fertilitas sel telur
di laboratorium hanya satu spermatozoa. Oleh karena itu, teknik tersebut sangat
bermanfaat bagi pria yang hanya memiliki sedikit spermatozoa normal dan aktif. 5
mengambil sel telur dari ovarium, lalu dipertemukan dengan sel sperma yang
24
sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel
telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan kedalam tuba
falopi melalui irisan kecil di bagian perut wanita melalui operasi laparoskopik.6
ZIFT merupakan teknik pemindahan zigot (sel telur yang telah dibuahi).
Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sel telur dari indung telur
operasi laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik FIV dan
GIFT. 6
25
BAB 3
PENUTUP
Infertilitas memberikan dampak yang serius bagi pasangan suami istri, mulai dari
dampak medis, ekonomi dan psikologis. Infertilitas dapat terjadi baik oleh karena
faktor istri maupun faktor suami dan dapat juga tidak diketahui penyebabnya
(idiopatik). Oleh sebab itu, dalam menangani kasus infertilitas, pasangan suami
istri harus diperlakukan sebagai satu kesatuan sehingga penyebab infertilitas dapat
diketahui. Baik suami dan istri harus sama-sama bekerja sama dan diperiksa untuk
26
DAFTAR PUSTAKA
MKS. 2014;46(4):295-300.
Aditama; 2008.
27