Anda di halaman 1dari 3

Pentingnya Literasi Matematika untuk Memperkenalkan Budaya Nias

Penilaian PISA (Programme for International Student Assesment) dalam Putra dan Vebrian
(2020:1) mencakup pada penilaian tiga kompetensi, yaitu membaca (reading literacy), matematika
(mathematical literacy), dan sains (scientific literacy). Prestasi Indonesia pada Penilaian PISA
bagian bidang Matematika (mathematical literacy) adalah (Putra dan Vebrian, 2020:3) pada tahun
2000 Indonesia memiliki peringkat ke-39 dari 43 negara peserta, pada tahun 2003 Indonesia
memiliki peringkat ke-38 dari 41 negara peserta, pada tahun 2006 Indonesia peringkat ke-50 dari 57
negara peserta, pada tahun 2009 Indonesia peringkat 61 dari 65 negara peserta, pada tahun 2012
Indonesia peringkat ke-64 dari 65 negara peserta, pada tahun 2015 Indonesia peringkat 62 dari 70
peserta, dan pada tahun 2018 Indonesia peringkat 73 dari 79 negara. Jika kita lihat dari prestasi
bangsa kita Indonesia dalam bidang literasi matematika tersebut yang dinilai oleh PISA, maka dapat
kita simpulkan bahwa kemampuan literasi matematika bangsa kita masih bisa dikatakan rendah
karena masih berada pada bagian papan bawah atau prestasi bawah mulai dari tahun 2000 (awal)
sampai tahun 2018.
Apakah itu literasi? Menurut Abidin, Mulyati dan Yunansah (2020:1), secara tradisional,
literasi dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis. Kemudian menurut Abidin, Mulyati
dan Yunansah (2020:1) mengatakan bahwa pengertian literasi selanjutnya berkembang menjadi
kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Menurut Suwandi (2019:4) secara
etimologis atau asal-usul kata, literasi berasal dari bahasa Latin literatus yang berarti ‘learned
person’ atau “orang yang belajar”. Selanjutnya Suwandi (2019:4) mengatakan bahwa hal ini
didasarkan pada masa abad pertengahan yang memberikan suatu penilaian bahwa seseorang disebut
“literatus” apabila orang tersebut dapat mahir membaca dan menulis dalam bahasa Latin.
Kemudian Suwandi (2019:6) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan
literasi adalah seseorang yang bisa membaca, mau membaca, dan terbiasa membaca. Kemudian
perkembangan defenisi literasi menurut Fisher dalam Suwandi (2019:8) mengatakan bahwa konsep
dasar literasi mencakup tiga hal penting: membaca, berpikir dan menulis. Dari kedua pendapat di
atas menurut Abidin, Mulyati, dan Yunansah serta Suwandi, maka dapat disimpulkan bahwa pada
mulanya atau pada awalnya literasi itu adalah membaca dan menulis. Kemudian defenisi literasi
berkembang karena digunakan pada berbagai bidang pengetahuan dan membentuk istilah baru,
seperti literasi dalam bidang matematika disebut sebagai literasi matematika, literasi dalam bidang
sains disebut sebagai literasi sains, dan lain-lain sebagainya.
Jenis dari literasi ada beragam atau berjenis-jenis, namun ada 6 jenis program literasi yang
digalakkan pemerintah dalam Muti’ah, dkk., (2020:8), yaitu: 1). Literasi baca-tulis, 2). Literasi
numerik (literasi matematika), 3). Literasi sains, 4). Literasi teknologi informasi dan komunikasi,
5). Literasi finansial, 6). Literasi budaya dan kewarganegaraan. Dari beberapa jenis literasi tersebut
di atas, literasi matematika merupakan sesuatu hal yang penting atau berguna sekali. Hal tersebut
karena matematika itu merupakan ratu atau pelayan ilmu. Selain itu, matematika ada dimana saja
dan kapan saja, serta matematika itu digunakan dalam mengukur kemampuan seseorang apakah
seseorang itu cerdas atau tidak. Hal tersebut dapat kita lihat dimana matematika digunakan dalam
tes ujian masuk perguruan tinggi, ujian nasional (UN) dan bahkan saat melamar pekerjaan tertentu.
Menurut The Report of the Expert Panel on Student Success in Ontario 2004 dalam Abidin,
Mulyati dan Yunansah (2020:100) menyatakan bahwa literasi matematis merupakan prasyarat
untuk meraih kesuksesan dalam kehidupan. Dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
literasi matematika itu termasuk kedalam suatu hal yang penting sekali karena dapat menjadi
prasyarat untuk bisa meraih kesuksesan dalam kehidupan. Sehingga mau-tidak mau, suka-tidak
suka, senang-tidak senang, dan lain-lain sebagainya, kita sangat memerlukan atau membutuhkan
kemampuan literasi matematika itu.
Apakah itu literasi matematika? Menurut Muti’ah, dkk., (2020:11) secara sederhana, literasi
matematis adalah kemampuan untuk memahami dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan menurut Abidin, Mulyati, dan Yunansah (2020:100) secara sederhana,
literasi matematis berarti sebagai kemampuan memahami dan menggunakan matematika dalam
berbagai konteks untuk memecahkan masalah, serta mampu menjelaskan kepada orang lain
bagaimana menggunakan matematika. Dari pendapat Muti’ah, dkk., serta Abidin, Mulyati, dan
Yunansah dapat kita simpulkan bahwa literasi matematis adalah kemampuan untuk memahami dan
mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari, serta kemampuan menjelaskan kepada
orang lain bagaimana menggunakan matematika itu. Sehingga literasi matematika itu bukan hanya
kita paham apa dan seperti apa matematika, tetapi juga dapat mengajarkan matematika kepada
orang lain.
Buku literasi yang ditemukan oleh penulis yang dikaitkan dengan budaya masih berjumlah
1, yaitu literasi matematika yang dikaitkan dengan konteks bangka Belitung yang dituliskan oleh
Yudi Yunika Putra dan Rajab Vebrian yang berjudul: “Literasi Matematika (Mathematical
Literacy): Soal Matematika Model PISA Menggunakan Konteks Bangka Belitung. Selain Bangka
Belitung, perlu juga untuk memberikan budaya daerah lain seperti Jakarta, Yogyakarta, dan bahkan
budaya Nias. Nias merupakan suatu kepulauan dan suku yang terletak disebelah barat pulau
Sumatera yang terdiri dalam 4 Kabupaten (Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias
Utara dan Kabupaten Nias Selatan) serta 1 Kota (Kota Gunungsitoli).
Suku Nias memiliki berbagai kebudayaan seperti lompat batu, bermacam-macam tarian
(maena, sekapur sirih, dan lain-lain sebagainya), rumah adat, dan lain-lain sebagainya. Kebudayaan
ini dapat dipromosikan melalui literasi matematika, dimana mengaitkan matematika dengan
kehidupan sehari-hari, terkhusus dalam hal suku atau kebudayaan Nias. Manfaat literasi berbasis
budaya nias, yaitu: 1). Memperkenalkan budaya Nias bagi generasi selanjutnya dan bagi daerah
lain, 2). Memperkuat atau menanamkan rasa bangga bagi suku nias, 3). Mempertahankan atau
melestarikan kebudayaan Nias, serta 4). Membuat orang Nias memiliki prestasi atau kemampuan
dalam hal matematika. Sehingga literasi matematika berbasis budaya nias perlu untuk dibuat atau
diproduksi dengan sesegera mungkin.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus, Mulyati, Tita dan Yunansah, Hana. 2020. Pembelajaran Literasi: Strategi
Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis. Jakarta :
Bumi Aksara.
Muti’ah, Rahma, dkk., 2020. Literasi Matematika: Upaya Meningkatkan Kemampuan Literasi
Matematika Siswa Melalui Kegiatan Pembelajaran. Yogyakarta : Deepublish.
Putra, Yudi Yunika dan Vebrian, Rajab. 2020. Literasi Matematika (Mathematical Literacy): Soal
Matematika Model PISA Menggunakan Konteks Bangka Belitung. Yogyakarta :
Deepublish.
Suwandi, Sarwiji. 2019. Pendidikan Literasi: Membangun Budaya Belajar, Profesionalisme
Pendidik, dan Budaya Kewirausahaan untuk Mewujudkan Marwah Bangsa. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai