Anda di halaman 1dari 115

Try Gunawan Zebua

MENCEGAH DAN MENGATASI STRES


DALAM BELAJAR MATEMATIKA
Penulis :
Try Gunawan Zebua

ISBN :
978-623-7229-76-6

Editor :
Try Gunawan Zebua

Penyunting :
Anara Publishing House

Desain Cover dan Tata Letak :


Anara Publishing House
( Foto Legal Lisensi dari Berbagai Situs )

Penerbit :
ANARA PUBLISHING HOUSE
Jl. Gajah Mada Gg. 23
Jember 68133
Telp : 082139814426
Email : anarapublishinghouse@gmail.com

Cetakan 1 : April 2020

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip


atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa
izin tertulis dari penerbit.
KATA PENGANTAR
PENULIS
Dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan Puji
dan Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga
atas pertolongan, rahmat, karunia dan penyertaan-Nya kepada
penulis, penulis dapat menyelesaikan buku yang diberikan judul:
“Mencegah dan Mengatasi Stres dalam Belajar Matematika”.
Penulisan buku ini diambil dari pengalaman Penulis yang dikatakan
stres saat kuliah S1 di kampus UM Malang. Akibat atau dorongan
dari rasa penasaran apa itu stres, maka Penulis pun membeli dan
mengumpulkan sejumlah buku yang memuat tentang stres.
Penulis membeli dan mengumpulkan buku-buku stres
berbahasa Indonesia saja, karena kelemahan penulis pada bahasa
lain. Saat mengambil Mata Kuliah Metodologi Penelitian, penulis
disuruh untuk membuat Proposal (Bab 1 sampai Bab 3). Proposal
itu dibuat berdasarkan masalah waktu masih sekolah. Saat
sekolah, penulis pernah menerima pernyataan yang menyatakan
bahwa matematika itu membuat stres. Setelah itu, penulis pun
mengumpulkan berbagai sumber. Kemudian, penulis mengambil
kesimpulan bahwa akan mengangkat judul Stres Belajar
Matematika.
Dalam rangka membagi sumber-sumber atau pengetahuan
yang didapatkan ke banyak orang, maka penulis pun membuat
proposal tersebut menjadi sebuah buku. Bab 1 bagian Latar
Belakang dijadikan Bab 1, setiap sub bab dari Bab 2 dibuat menjadi
Bab 2 dan seterusnya, ditambah satu bab yang tidak ada di dalam
proposal. Dalam buku ini penulis membuat ke dalam 5 bab saja,

i
di mana Bab 1 membahas hubungan antara Matematika, Stres,
dan Stres belajar; Bab 2 membahas Matematika, Bab 3 membahas
Stres, Bab 4 membahas tentang Stres Belajar dan Bab 5 membahas
Stres Belajar Matematika.
Atas perhatian dan kerjasamanya penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya. Demi kesempurnaan buku ini,
penulis pun meminta kritikan dan saran yang bersifat membangun.

Gunungsitoli, Desember 2019

Penulis

(Try Gunawan Zebua, A. Md.)

ii
KATA PENGANTAR
PAKAR PENDIDIKAN
Assalamualaikum warrahatullahi wabarakatuh,
Segala puji bagi Allah Tuhan yang maha kuasa, atas
pertolongan, rahmat, karunia dan penyertaan-Nya kepada penulis
buku yang berjudul: “Mencegah dan Mengatasi Stres dalam
Belajar Matematika” ini, hingga buku ini dapat selesai dengan baik.
Pada mulanya stres berarti tekanan atau tuntutan. Namun, pada
perkembangannya stres itu lebih diarahkan pada dampaknya bagi
kesehatan. Dimana stres itu dapat membuat seseorang mengalami
penyakit karena dapat menurunkan imunitas (daya tahan tubuh).
Baik itu stres dalam jumlah yang sedikit maupun banyak.
Namun pada kenyataannya, stres itu tidak hanya berdampak
negatif saja. Tetapi bisa juga berdampak positif. Misalnya saja
dalam dunia kerja, ada istilah stres kerja. Supaya mendapatkan
bonus, maka seorang pekerja harus bisa mendapatkan sejumlah
orang. Supaya gaji dan jabatan naik, seseorang harus memiliki
tingkat Pendidikan tertentu (harus S2 atau S3), dan lain-lain
sebagainya. Hal tersebut membuat orang menjadi termotivasi
atau terdorong, sehingga dia rajin menawarkan produk kepada
banyak orang (supaya mendapatkan bonus) dan dia kuliah lagi
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi (supaya
gaji dan jabatan naik).
Sehingga hal tersebut membuat kita sangat membutuhkan
stres, karena dapat meningkatkan prestasi atau hasil ke depannya.
Stres itu pun tidak dapat dihindari dan dijauhi karena ada dimana-
mana dan kapan saja. Misalnya, di sekolah ada itu KKM (Kriteria
iii
Ketuntasan Minimal) dimana nilai minimal yang harus dicapai
siswa supaya bisa dikatakan lulus, di dunia bisnis dituntut adanya
inovasi setiap saat karena sifat manusia yang mudah bosan atau
ingin segala sesuatu yang baru, murah, dan kualitas yang luar
biasa. Stres dapat membuat segalanya menjadi lebih baik maupun
buruk. Semua tergantung dari kita, kalau kita arahkan ke arah baik
maka berdampak positif dan begitu pula sebaliknya.
Stres terjadi bisa dari diri sendiri atau bahkan dari luar.
Sesuatu dapat menjadi stres tergantung dari diri sendiri. Lebih
tepatnya bagaimana kita merespon stres itu sendiri, tergantung dari
jenis kelamin, usia, dan lain-lain sebagainya. Bagi seseorang yang
lambat dalam merespon, bisa saja dianggap biasa saja dan tidak
terasa sama sekali. Tapi, bagi yang merespon secara berlebihan,
bisa membuat dia mual, gelisah, cemas, dan lain-lain sebagainya.
Bahkan bisa sampai membuat orang tersebut tidak fokus dengan
masalah yang lain atau berikutnya. Belum lagi jika tidak selesai
sampai batas waktu tertentu atau ada masalah baru, bisa membuat
seseorang bahkan menjadi bertingkah laku aneh atau gila.
Penulis buku ini adalah salah satu mahasiswa Jenjang
S1 Prodi Pendidikan Matematika di Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (IKIP) Gunungsitoli. Dia merupakan salah satu putra
Nias (Suku Nias) yang lahir dan bahkan besar di Nias. Dari
segi judul dan gagasan buku ini sangat menarik. Penulis Buku
memaparkan kepada kita secara dalam apa itu Matematika, Stres,
Stres Belajar dan Stres Belajar Matematika, baik dari pengertian,
jenis, cara mencegah, cara mengatasi, dan lain-lain sebagainya.
Memang tulisan penulis buku cenderung kaku karena lebih
banyak kutipan dari kata-kata orang. Namun ternyata, hal itu terjadi
karena dia menghargai sumber pengetahuan yang dia dapatkan
iv
v
dengan mencantumkannya dalam bentuk kutipan dan pada Daftar
Pustaka. Buku ini juga tidak salah jika digunakan sebagai bahan
bacaan dan referensi dalam penelitian, terlebih-lebih dalam hal
stres belajar matematika.
Pada Kata Pengantar ini, penulis meminta saya untuk
memberikan kritikan dan arahan yang sifatnya membangun pada
penulis. Sehingga dapat menjadikan buku ini lebih baik lagi ke
depannya. Namun, tidak tertutup juga kemungkinan dari pihak
lain. Hal ini sesuai dengan apa yang ada pada Kata Pengantar
Penulis, yang mengatakan bahwa dia meminta kritikan dan saran
yang bersifat membangun. Membangun yang dalam artian bukan
menjatuhkan, tetapi membuat bagaimana supaya buku berguna
dan dapat digunakan oleh segala kalangan. Hal ini secara tidak
langsung memberikan tanda bahwa penulis siap untuk diajak
berdiskusi bersama demi kesempurnaan buku ini.

Wassalam

Makassar, Desember 2019

Prof. Dr. Abdul Rahman, M. Pd.


(Pakar Pendidikan Matematika Universitas Negeri Makassar)

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PENULIS.........................................................i


......................................................... i
KATA PENGANTAR PAKAR PENDIDIKAN................................iii ................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................vi
............................................................................................ vi
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................1
................................................................... 1
BAB II : MATEMATIKA .....................................................................8
..................................................................... 8
A. Pengertian Matematika .......................................................9
....................................................... 9
B. Fungsi Matematika ................................................................14
................................................................ 14
C. Pembagian Matematika .......................................................16
....................................................... 16
D. Kemampuan dari Matematika ..........................................17
.......................................... 17
E. Sikap dari Matematika .........................................................18
......................................................... 18
F. Karakteristik Matematika ...................................................19
................................................... 19
G. Komponen Matematika .......................................................21
....................................................... 21
BAB III : STRES ....................................................................................22
.................................................................................... 22
A. Pengertian Stres .....................................................................23
..................................................................... 23
B. Penyebab Stres (Stresor) ....................................................30
.................................................... 30
C. Respons Individu Terhadap Stres ...................................37
................................... 37
E. Terjadinya Stres ......................................................................40
...................................................................... 40
G. Gejala Stres ...............................................................................43
............................................................................... 43
H. Akibat Stres ..............................................................................52
.............................................................................. 52
I. Mengatasi Stres ........................................................................53
........................................................................ 53
J. Cara Mencegah Stres ..............................................................65
.............................................................. 65
BAB IV : STRES BELAJAR ................................................................71
................................................................ 71
A. Pengertian Stres Belajar .....................................................72
..................................................... 72
B. Sumber Stres Belajar ............................................................74
............................................................ 74
vi
C. Gejala Stres Belajar................................................................79
................................................................ 79
E. Dampak Stres Belajar ...........................................................83
........................................................... 83
F. Mengatasi Stres Belajar ........................................................85
........................................................ 85
BAB V : STRES BELAJAR MATEMATIKA ...................................88
................................... 88
A. Pengertian Stres Belajar Matematika............................89
............................ 89
B. Faktor Penyebab Stres Belajar Matematika................89 ................ 89
C. Jenis Stres Belajar Matematika.........................................93
......................................... 93
D. Mencegah Stres Belajar Matematika .............................94
............................. 94
E. Mengatasi Stres Belajar Matematika .............................98
............................. 98
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................100
............................................................................. 100
BIODATA PENULIS.............................................................................104
............................................................................. 104

v ii
BAB I
PENDAHULUAN

1
Salah satu pelajaran di sekolah menengah, baik itu Sekolah
Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas
(SMA) adalah Matematika. Matematika merupakan bidang studi
yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA, dan bahkan
juga di perguruan tinggi (Mulyono Abdurrahman, 2012:204). Hal
ini membuat matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang
penting. Baik karena dipelajari dari tingkat SD hingga perguruan
tinggi, maupun akibat dari matematika yang dapat ditemukan
dimana saja dan kapan saja tanpa batasan dari ruang dan waktu.
Hingga saat ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara
para matematikawan tentang apa yang disebut matematika itu
(Abdul Halim Fathani, dkk., 2016:17). Pengertian matematika
menurut asal-usulnya (The Liang Gie dalam Didi Haryono, 2014:6)
adalah:
“Istilah matematika berasal dari istilah Latin yaitu
Mathematica yang awalnya mengambil istilah Yunani
yaitu Mathematike yang berarti relating to learning
yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan. Kata
Yunani tersebut mempunyai akar kata Mathema yang
berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu atau pengetahuan
(knowledge) yang ruang lingkupnya menyempit, dan
arti teknisnya menjadi pengkajian matematika. Kata
Mathematike yang berhubungan juga dengan kata lainnya
yang serumpun, yaitu Mathenein atau dalam bahasa
Perancis les mathématiques yang berarti belajar (to learn).
Jadi berdasarkan asal-usulnya maka kata Matematika
berarti pengetahuan yang diperoleh dari hasil proses belajar.
Sehingga matematika merupakan suatu pengetahuan.
Maka persoalannya adalah pengetahuan tentang apa,
apa yang menjadi pokok masalahnya atau sasaran yang
dipelajarinya?”
Menurut Wikipedia, Matematika adalah studi besaran,

2
struktur, ruang dan perubahan (Gatot Muhsetyo, 2012:3). Menurut
Gatot Muhsetyo (2012:3) dari pengertian Wikipedia dapat
diketahui bahwa:
“Matematika merupakan pengetahuan “bayang-bayang”
yang imajinatif karena mempunyai subyek kajian yang
hanya ada dalam pikiran, bukan keadaan nyata tetapi
keadaan abstrak. Akibatnya, matematika memang menjadi
lebih sulit untuk dipelajari anak karena kemampuan berfikir
anak terbatas pada hal-hal yang nyata atau konkrit, visual,
dan faktual. Adalah tugas guru untuk membelajarkan
anak melalui model, bahan, atau peraga manipulatif tanpa
menciderai sifat dari matematika itu sendiri.”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), abstrak
adalah tidak berwujud; tidak berbentuk; mujarad; niskala.
Beralasan sifat matematika yang abstrak, tidak sedikit siswa
yang masih mengganggap matematika itu sulit (Dian Novitasari,
2016:8). Matematika yang dianggap sulit inilah yang membuat
siswa terkadang malas atau bahkan tidak peduli sama sekali dengan
Matematika. Apalagi jika diperparah dengan guru matematika
yang katanya galak dan kejam.
Kesulitan itu dialami dalam kegiatan pembelajaran, yang
kemudian disebut sebagai kesulitan belajar. Kesulitan belajar
adalah suatu kondisi di mana peserta didik tidak bisa belajar
dengan semestinya (Muammar Ardian Aprianto, 2015:6). Sehingga
dari kesulitan belajar inilah peserta didik menjadi frustrasi dan
mengalami stres belajar (Muammar Ardian Aprianto, 2015:6).
Stres belajar itu terdiri dari dua kata, yaitu stres dan belajar.
Dimana stres dikaitkan dalam dunia belajar. Baik itu di Sekolah, di
Pasar maupun dimanapun. Hal ini karena belajar dapat dilakukan
dimana saja dan kapan saja. Tanpa batasan dari segi usia, warna
kulit, suku dan lain-lain sebagainya. Belajar itu sangat penting
sebagai modal atau investasi buat masa depan yang lebih baik.

3
Sebelum kita masuk atau membahas tentang stres belajar,
ada baiknya terlebih dahulu kita membahas apa itu stres. Stres
adalah sebuah kata sederhana yang sudah tidak asing lagi diucapkan
sehari-hari oleh setiap orang dan selalu menggambarkan kondisi
yang kalau dapat dihindari oleh setiap orang (Abdullah bin Abbas,
2007:1). Karena, ia sering berarti collaps, down, shock, panik,
pingsan, pikiran buntu, lemah ingatan, pusing dan lain sebagainya
(Abdullah bin Abbas, 2007:1).
Pada umumnya, setiap orang pernah mengalami stres,
baik ringan, sedang, maupun berat (Farida Aryani, 2016:1). Stres
dapat dialami oleh setiap individu, tidak terkecuali siswa di TK,
SD, SMP, SMA, bahkan Mahasiswa di Perguruan Tinggi (Suyono,
Triyono, dan Dany M. Handarini, 2016:116). Bahkan stres dapat
dialami oleh orangtua atau yang lebih tua lagi. Karena stres tidak
mengenal batasan usia, waktu, jenis kelamin, warna kulit, suku
dan lain-lain sebagainya.
Istilah “stres” sering digunakan secara tidak tepat, yakni
dipakai untuk menunjuk fenomena “tidak waras” (Farida Aryani,
2016:1). Dimana setiap ada orang yang tidak waras pasti dikatakan
stres. Hal ini terbukti dulu saat penulis masih kecil, dimana setiap
ada orang yang tidak waras pasti dikatakan stres. Seolah-olah tidak
waras itu berarti stres, sementara pengertian dari stres itu sendiri
bukan tidak waras. Stres hanya dilihat dari sisi negatif, padahal
stres dapat menjadi indikasi positif, stres dibutuhkan pada tingkat
tertentu karena dapat mendorong individu berprestasi (Wahyudi,
2017:154).
Sebaliknya, jika kita sama sekali tidak mengalami stres,
berarti tidak ada semangat atau rangsangan untuk melakukan
perubahan, perbaikan, pada diri kita maupun lingkungan kerja
(Wahyudi, 2017:154). Sebenarnya, stres merupakan istilah yang
netral, yakni menunjuk pada hal yang selalu dialami manusia
dalam kehidupan sehari-hari (Farida Aryani, 2016:1). Pada zaman

4
modern ini, kita dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan
kecepatan perubahan. Setiap menit bahkan detik, bisa saja terjadi
perubahan yang berdampak saat itu maupun dimasa yang akan
datang.
Namun, apakah sesungguhnya stres itu? Kita sering kali
latah mengatakan ‘stres’ pada orang lain atau bahkan diri kita
sendiri, tanpa mengetahui dengan jelas apa arti stres (Siswanto,
2007:49-50). Memahami stres seperti kita memahami apa itu,
panas, dingin, manis, asam, asin atau pahit (Pradipta Sarastika,
2014:51). Kita semua mengerti apa itu, panas, dingin, manis, asam,
atau asin (Pradipta Sarastika, 2014:51). Akan tetapi, kita tidak
pernah bisa membuat sebuah ringkasan kata yang bisa dipahami
dengan merasakan rasa tersebut (Pradipta Sarastika, 2014:51).
Hal tersebut bisa disebabkan karena perbedaan. Perbedaan
dari segi kebiasaan, pendidikan, keluarga, lingkungan maupun yang
lainnya. Sehingga bagi yang satu terasa panas, bagi yang lain tidak.
Apalagi jika orang tersebut terbiasa bersentuhan atau berhubungan
dengan yang panas-panas, sehingga dia mengganggap panas itu
biasa sampai temperatur tertentu. Atau mungkin saja ada penyakit
tertentu yang dapat mengakibatkan orang tersebut mengganggap
biasa saja temperatur berapapun. Begitu juga dengan dingin,
manis, asam, asin atau pahit. Sepengetahuan penulis, tidak pernah
ada yang membuat indikator atau alat yang dapat mengukur hal-
hal tersebut secara keseluruhan maupun utuh.
Untuk lebih memahami apa itu stres, maka kita perlu
mengerti apa yang dimaksud dengan stres itu. Istilah stres bermula
dari sebuah kata Latin “stringere” yang berarti ketegangan dan
tekanan (Padmiarso M. Wijoyo, 2011:11). Dari segi peristilahan,
stres berasal dari bahasa Inggris “stress” yang artinya ketegangan
jiwa atau tekanan jiwa seseorang (Wahyudi, 2017:154).
Tekanan ini dapat dialami dalam berbagai bidang
kehidupan, baik diakibatkan dari tekanan hidup maupun tuntutan

5
zaman. Misalnya dari segi ekonomi, terkadang ada saja orang yang
menginginkan suatu produk itu murah dan memiliki kualitas yang
sangat baik. Dalam bidang politik, misalnya untuk mendapatkan
posisi tertentu harus mampu menarik hati atau menjalin hubungan
dalam hal pernikahan antara anak sendiri dan orang tersebut.
Begitu juga dalam hal belajar, terjadi juga yang disebut sebagai
tekanan itu.
Tekanan ini terjadi pada kegiatan belajar, yang disebut
sebagai stres belajar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan,
stres biasanya dialami siswa karena masalah belajar atau
diistilahkan dengan “stres belajar” (Yiming dan Fung dalam Farida
Aryahi, 2016:5). Rao (Agus Murtana, 2014:1) mengemukakan stres
belajar adalah perasaan yang dihadapi oleh siswa ketika terdapat
tekanan-tekanan. Tekanan-tekanan tersebut berhubungan dengan
belajar dan kegiatan sekolah, contohnya tenggat waktu PR, saat
menjelang ujian, dan hal-hal yang lain (Agus Murtana, 2014:1).
Guna mengetahui apakah seseorang itu sedang mengalami
stres, bisa dilihat dari beberapa gejalanya (Abdullah bin Abbas,
2007:8). Untuk dapat mengetahui apakah siswa mengalami stres
atau tidak dalam kegiatan belajar, dapat dilihat melalui gejala-
gejala stres belajar. Gejala stres belajar menurut Hardjana (Farida
Aryahi, 2016:47-48), yaitu:
1. Gejala Fisik meliputi, sakit kepala, tidur tidak teratur, tegang
pada leher, berkeringat, tidak selera makan, dan sering gemetar.
2. Gejala Emosional meliputi, cemas, gelisah, sedih, mood yang
berubah-ubah, marah-marah, gugup, dan harga diri yang
rendah.
3. Gejala Intelektual meliputi, sulit konsentrasi, pelupa, pikiran
kacau, sering melamun, sulit mengambil keputusan, dan
rendahnya motivasi dan prestasi belajar.
4. Gejala Interpersonal meliputi, kesedihan karena merasa

6
kehilangan orang yang disayangi, mudah menyalahkan orang
lain, egois, dan sering “mendiamkan” orang lain.
Stres dapat terjadi diberbagai bidang kehidupan, baik
pada bidang sejarah, teknik, bahkan matematika. Stres dalam hal
belajar matematika dapat disebut sebagai stres belajar matematika.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Efriana
Wulandari dan Roseli Theis (2012:34), didapatkan bahwa tingkat
stres matematika 54 orang siswa, atau 25% dari 214 siswa sebagai
berikut:
“1 orang siswa atau 1,85% yang berada dalam kategori
yang sangat tinggi, 30 orang siswa atau 55,55% yang
berada dalam kategori tinggi, 22 orang siswa atau 40,47%
yang berada dalam kategori sedang dan 1 orang siswa atau
1,85% berada dalam kategori rendah.”
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Efriana Wulandari
dan Roseli Theis (2012:34) didapatkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara problem stres matematika sekolah terhadap
hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil penelitian Tanisa
Diva Aryani dan Maylita Hasyim (2018:251), didapatkan bahwa
problem stres matematika memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar matematika.

7
BAB II
MATEMATIKA

8
A. Pengertian Matematika
Hingga saat ini, belum ada kesepakatan yang bulat di
antara para matematikawan tentang apa yang disebut matematika
itu (Abdul Halim Fathani, 2016:17). Adapun beberapa pengertian
matematika adalah:
1. Pengertian matematika menurut asal-usulnya (The Liang Gie
dalam Didi Haryono, 2014:6) adalah:
“Istilah matematika berasal dari istilah Latin yaitu
Mathematica yang awalnya mengambil istilah Yunani
yaitu Mathematike yang berarti relating to learning
yang berkaitan dengan hubungan pengetahuan. Kata
Yunani tersebut mempunyai akar kata Mathema yang
berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu atau pengetahuan
(knowledge) yang ruang lingkupnya menyempit, dan
arti teknisnya menjadi pengkajian matematika. Kata
Mathematike yang berhubungan juga dengan kata lainnya
yang serumpun, yaitu Mathenein atau dalam bahasa
Perancis les mathématiques yang berarti belajar (to learn).
Jadi berdasarkan asal-usulnya maka kata Matematika
berarti pengetahuan yang diperoleh dari hasil proses belajar.
Sehingga matematika merupakan suatu pengetahuan.
Maka persoalannya adalah pengetahuan tentang apa,
apa yang menjadi pokok masalahnya atau sasaran yang
dipelajarinya?”
2. Menurut Wikipedia, Matematika adalah studi besaran, struktur,
ruang dan perubahan (Gatot Muhsetyo, 2012:3).
3. Pengertian Matematika dalam H. M. Ali Hamzah dan Muhlisrarini
(2014:47-48), yaitu:
a. Menurut Sri Anitah W., dkk., matematika adalah:
1) Matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan

9
terorganisasi.
2) Matematika adalah ilmu tentang keluasan atau
pengukuran dan letak.
3) Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan
dan hubungan-hubungannya.
4) Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-
struktur, dan hubungannya yang diatur menurut
urutan yang logis.
5) Matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima
generalisasi yang didasarkan pada observasi (induktif)
tetapi diterima generalisasi yang didasarkan kepada
pembuktian secara deduktif.
6) Matematika adalah ilmu tentang struktur yang
terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan
ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat
akhirnya ke dalil atau teorema.
7) Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai
bentuk, susunan besaran, dan konsep-konsep
hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan
terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis,
dan geometri.
b. Menurut Sukardjono, matematika adalah: matematika
adalah cara atau metode berpikir dan bernalar, bahasa
lambang yang dapat dipahami oleh semua bangsa
berbudaya, seni seperti pada musik penuh dengan
simetri, pola, dan irama yang dapat menghibur, alat bagi
pembuat peta arsitek, navigator angkasa luar, pembuat
mesin, dan akuntan.
c. Ismail, dkk., dalam bukunya memberikan definisi
matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka

10
dan perhitungannya, membahas masalah-masalah
numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari
hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir,
kumpulan sistem, struktur dan alat.
4. Pengertian Matematika dalam Abdul Halim Fathani (2016:19-
34), yaitu:
a. Menurut Sujono matematika adalah:
1) Matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan
yang eksak dan terorganisasi secara sistematik.
2) Matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang
penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan
dengan bilangan.
3) Matematika sebagai ilmu bantu dalam
menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.
b. Plato berpendapat bahwa matematika adalah identik
dengan filsafat untuk ahli pikir, walaupun mereka
mengatakan bahwa matematika harus dipelajari untuk
keperluan lain.
c. Aristoteles memandang matematika sebagai salah satu
dari tiga dasar yang membagi ilmu pengetahuan fisik,
matematika, dan teologi.
d. Sedangkan matematika dalam sudut pandang Andi Hakim
Nasution yang diuraikan dalam bukunya, bahwa:
“istilah matematika berasal dari kata Yunani, mathein
atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata ini
memiliki hubungan yang erat dengan kata Sansekerta,
medha atau widya yang memiliki arti kepandaian,
ketahuan, atau intelegensia. Dalam bahasa Belanda,
matematika disebut dengan kata wiskunde yang
berarti ilmu tentang belajar (hal ini sesuai dengan arti

11
kata mathein pada matematika).”
e. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan,
hubungan antara bilangan dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan.
f. Menurut Sumardyono definisi matematika dapat
dideskripsikan sebagai berikut, di antaranya:
1) Matematika sebagai struktur yang terorganisasi
2) Matematika sebagai alat (tool)
3) Matematika sebagai pola pikir deduktif
4) Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking)
5) Matematika sebagai bahasa artifisial
6) Matematika sebagai seni yang kreatif
5. Pengertian matematika dalam Hasratuddin (2014:30), yaitu:
a) Hudojo menyatakan bahwa: ”matematika merupakan ide-
ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara
hierarkis dan penalarannya deduktif, sehingga belajar
matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi.
b) James dalam kamus matematikanya mengatakan
bahwa “matematika adalah ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep
berhubungan lainnya dengan jumlah yang banyak yang
terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan
geometri.”
6. Menurut National Research Council (Fadjar Shadiq, 2014:7)
Mathematics is a science of patterns and order. Artinya,
matematika adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan
(pattern) dan tingkatan (order).

12
7. Pengertian matematika dalam Andar dan Ikman (2016:16-17),
yaitu:
a. Soedjadi mengatakan matematika adalah:
1) Matematika adalah ilmu pengetahuan eksak dan
terorganisasi secara sistematik;
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan
kalkulasi;
3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran
logik dan berhubungan dengan bilangan;
4) Matematika adalah suatu pengetahuan tentang fakta-
fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan
bentuk;
5) Matematika adalah suatu pengetahuan tentang struktur-
struktur yang logik;
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan
yang ketat.
b. Paling dalam Abdurrahman mengemukakan bahwa:
“matematika adalah suatu cara untuk menemukan
jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia;
suatu cara menggunakan informasi, menggunakan
pengetahuan tentang bentuk dan ukuran,
menggunakan pengetahuan tentang menghitung dan
yang paling penting adalah memikirkan dalam diri
manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan
hubungan-hubungan.”
Dari uraian di atas dapat diambilkan kesimpulan bahwa
matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
bilangan.

13
B. Fungsi Matematika
Fungsi matematika dalam H. M. Ali Hamzah dan
Muhlisrarini (2014:49-52), yaitu:
1. Sebagai suatu struktur.
Banyak dijumpai simbol yang satu berkaitan dengan simbol
lainnya dalam matematika, misalkan dalam konsep matriks di
mana terdapat baris dan kolom, keduanya dihubungkan satu
sama lain. Dalam diferensial dikenal adanya simbol variabel
y dan x, keduanya saling berkaitan membentuk turunan.
Matematika sebagai suatu struktur atau bentuk jelas dengan
contoh di atas. Matematika disusun atau dibentuk dari hasil
pemikiran manusia seperti ide, proses, dan penalaran. Kita sering
mendengar seorang anak menghafal perkalian dengan bilangan-
bilangan tertentu. Hafalan itu merupakan bentuk atau susunan
yang menurut aturan dan disepakati bersama sebagai suatu
kebenaran. Kalau tidak ada simbol-simbol, barangkali kita tidak
dapat berkomunikasi matematika. Simbol-simbol itu dibentuk
dari ide, misalkan bilangan satu maka ide kata satu diberi simbol
‘1’.
Komunikasi secara efektif dan efisien dapat dilakukan
dengan adanya simbol matematika yang dibentuk dari suatu hal
yang abstrak. Berawal dari ide-ide lalu disimbolisasi, kemudian
dari simbol-simbol dikomunikasi. Dari komunikasi diperoleh
informasi dan dari informasi-informasi itu dapat dibentuk
konsep-konsep baru.
Pengembangan produk berbentuk konsep baru melahirkan
matematika, yaitu suatu ilmu yang tersusun secara hierarkis,
logis, dan sistematis dari konsep yang sederhana sampai kepada
konsep yang kompleks. Dalam prosesnya, ide yang menjadi
simbol harus dipahami lebih dahulu sebelum ide tersebut
disimbolkan, sehingga penggunaan simbol tidak mengalami
14
kekeliruan. Kekeliruan penggunaan simbol dalam matematika
sangat berbahaya karena akan mengalami kekeliruan dalam
memanipulasi aturan-aturan atau rumus-rumus pada tahap
berikutnya.
2. Kumpulan sistem.
Matematika sebagai kumpulan sistem mengandung arti
bahwa dalam satu formula matematika terdapat beberapa
sistem di dalamnya. Misalkan pembicaraan sistem persamaan
kuadrat, maka ada di dalamnya variabel-variabel, faktor-faktor,
sistem linier yang menyatu dalam persamaan kuadrat tersebut.
Persamaan linier merupakan bagian dari sistem kuadrat.
Di samping sebagai sistem, matematika dibagi lima
cabang yaitu aritmetika, geometri, aljabar, analisis, dan dasar
matematika. Aritmetika membahas teori bilangan, dasar
matematika membicarakan tentang logika dasar. Matematika
dapat digambarkan sebagai pohon dengan semua cabang-
cabangnya dan logika dasar sebagai akar pohon tersebut.
Walaupun berurai menjadi beberapa macam, matematika tetap
bersifat konsisten dalam arti bebas dari kontradiksi yang di
dalamnya di samping mempunyai sistem deduktif.
3. Sebagai sistem deduktif.
Kita mengenal pengertian pangkal atau primitif pada
bidang matematika. Definisi-definisi dasar ini memuat beberapa
definisi, sekumpulan asumsi, banyak postulat dan aksioma serta
sekumpulan teorema atau dalil. Ada hal-hal semacam di atas
sebagai tidak dapat didefinisikan, akan tetapi diterima sebagai
suatu kebenaran, konkretnya yakni tentang titik, garis, elemen
atau unsur dalam matematika tidak didefinisikan, akan menjadi
konsep yang bersifat deduktif.
4. Ratunya ilmu dan pelayan ilmu.

15
Kalau melihat matematika sebagai bahasa dalam arti
bahasa simbol dan sebagai alat yakni perangkat yang diperlukan
dalam suatu aktivitas maka akan banyak yang menggunakannya
terutama bidang sains dan sosial. Matematika dapat melayani
ilmu-ilmu karena rumus, aksioma, dan model pembuktian yang
dipunyainya dapat membantu ilmu-ilmu tersebut. Peran sebagai
ratunya ilmu tergantung pada bagaimana seseorang dapat
menggunakannya. Ketika ada peran yang berkembang maka
kita dapat mengatakan bahwa matematika memberikan dampak
yang cukup berarti terhadap perkembangan ilmu dan matematika
itu sendiri, sehingga ke depan akan senantiasa melakukan
penemuan-penemuan baru. Inilah umpan balik dalam bentuk
dorongan perkembangan iptek kepada matematika.

C. Pembagian Matematika
Pembagian matematika dalam Rully Charitas Indra
Prahmana, dkk. (2015:6-7) adalah:
1. Ilmu tentang struktur berawal dari bilangan. Pertama dan yang
sangat umum adalah bilangan natural dan bilangan bulat berikut
operasi aritmetikanya, yang dijabarkan dalam aljabar dasar.
Sifat bilangan bulat yang lebih mendalam dipelajari dalam teori
bilangan.
2. Pelajaran tentang ruang dimulai dengan materi geometri,
yaitu geometri Euclid dan trigonometri dari ruang tiga dimensi
(yang juga dapat diterapkan ke dimensi lainnya), kemudian
belakangan juga digeneralisasi ke geometri Noneuclid yang
memainkan peran sentral dalam teori relativitas umum. Bidang
ilmu modern tentang geometri diferensial dan geometri aljabar
menggeneralisasikan geometri ke beberapa arah, seperti
geometri diferensial yang menekankan pada konsep fungsi,
buntelan, derivatif, smoothness, dan arah. Sementara itu, dalam
16
geometri aljabar, objek-objek geometris digambarkan dalam
bentuk sekumpulan persamaan polinomial.
3. Segala hal yang berhubungan dengan perubahan pada kuantitas
yang dapat dihitung adalah sesuatu yang biasa dalam ilmu
pengetahuan alam, dan kalkulus dibangun sebagai alat untuk
tujuan tersebut. Konsep utama yang digunakan untuk menjelaskan
perubahan variabel adalah fungsi. Banyak permasalahan yang
berujung secara alamiah kepada hubungan antara kuantitas
dan laju perubahannya, dan metode untuk memecahkan
masalah ini adalah topik dari persamaan diferensial. Untuk
merepresentasikan kuantitas yang terus menerus, digunakanlah
bilangan riil. Di sisi lain, studi mendetail dari sifat-sifatnya
dan sifat fungsi nilai riil dikenal sebagai analisis riil. Agar
dapat menjelaskan dan menyelidiki dasar matematika, bidang
teori pasti, logika matematika, dan teori model dikembangkan.
Bidang-bidang penting dalam matematika terapan ialah
statistik, yang menggunakan teori probabilitas sebagai alat
dan memberikan deskripsi atas hasil yang didapat, selanjutnya
analisis dan perkiraan fenomena digunakan dalam seluruh
bidang ilmu. Analisis bilangan menyelidiki teori yang secara
tepat guna memecahkan berbagai masalah matematika secara
bilangan pada komputer dan kemudian mengambil keputusan
yang menyeluruh sebagai hasil dari analisis yang diberikan.

D. Kemampuan dari Matematika


Kemampuan-kemampuan yang dapat diperoleh dari
matematika menurut Hasratuddin (2014:33), antara lain:
1. Kemampuan berhitung,
2. Kemampuan mengamati dan membayangkan bangunan-
bangunan geometris yang ada di alam beserta dengan sifat-sifat
keruangan (spatial properties) masing-masing,
17
3. Kemampuan melakukan berbagai macam pengukuran, misalnya
panjang, luas, volume, berat dan waktu,
4. Kemampuan mengamati, mengorganisasi, mendeskripsi,
menyajikan, dan menganalisis data,
5. Kemampuan melakukan kuantifikasi terhadap berbagai variabel
yang lain dapat diketahui secara lebih eksak,
6. Kemampuan mengamati pola atau struktur dari suatu situasi,
7. Kemampuan untuk membedakan hal-hal yang relevan dan hal-
hal yang tidak relevan pada suatu masalah,
8. Kemampuan membuat prediksi atau perkiraan tentang sesuatu
hal berdasarkan data-data yang ada,
9. Kemampuan menalar secara logis, termasuk kemampuan
mendeteksi adanya kontradiksi pada suatu penalaran atau
tindakan,
10. Kemampuan berpikir dan bertindak secara konsisten,
11. Kemampuan berpikir dan bertindak secara mandiri (independen)
berdasarkan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan,
12. Kemampuan berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan
masalah dalam berbagai situasi.

E. Sikap dari Matematika


Sikap-sikap yang dapat ditumbuh kembangkan melalui
bidang studi matematika menurut Hasratuddin (2014:33), antara
lain:
1. Sikap teliti (cermat),
2. Sikap kritis,
3. Sikap efisien,
4. Sikap telaten,
5. Sikap konsisten dan memiliki kebenaran yang universal.

18
F. Karakteristik Matematika
Karakteristik matematika adalah merupakan sifat yang
terdapat pada matematika itu sendiri (Hasratuddin, 2015:41).
Adapun yang menjadi Karakteristik Matematika menurut
Hasratuddin (2015:41-49), yaitu:
1. Matematika mempunyai objek kajian yang bersifat abstrak.
Matematika memiliki objek-objek kajian yang bersifat abstrak
yang hanya ada dalam pikiran, sedangkan yang dilihat dan
dipelajari hanyalah merupakan gambar atau lukisan untuk
mempermudah mempelajarinya.
2. Bertumpu pada kesepakatan. Dalam matematika kesepakatan
merupakan tumpuan yang amat penting.
3. Berpola pikir deduktif. Matematika merupakan pengetahuan
yang berpola pikir deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan
dalam matematika diterima kebenarannya bila telah dibuktikan
secara deduktif (umum).
4. Memperhatikan semesta pembicaraan. Sehubungan dengan
kosongnya arti dari simbol-simbol matematika, maka bila kita
menggunakannya kita seharusnya memperhatikan pula lingkup
pembicaraannya.
5. Konsisten dalam sistemnya. Dalam matematika terdapat banyak
sistem. Ada sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi
ada sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain.
6. Matematika mempelajari tentang keteraturan (rules), tentang
struktur yang terorganisasikan, konsep-konsep matematika
tersusun secara hierarkis, terstruktur dan sistematik, mulai
dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep paling
kompleks.
7. Matematika sebagai alat (tool). Matematika juga sering
dipandang sebagai alat dalam mencari solusi berbagai masalah
19
kehidupan sehari-hari.
8. Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking).
Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling
tidak karena beberapa hal, seperti matematika memuat cara
pembuktian yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang
umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis.
9. Matematika sebagai bahasa artifisial. Simbol merupakan ciri
paling menonjol dalam matematika. Bahasa matematika adalah
bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti
bila dikenakan pada suatu konteks.
10. Matematika sebagai seni yang kreatif. Penalaran yang logis dan
efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif
dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai
seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.
11. Memiliki simbol yang kosong dari arti. Di dalam matematika
banyak sekali terdapat simbol baik yang berupa huruf Latin,
huruf Yunani, maupun simbol-simbol khusus lainnya. Simbol-
simbol tersebut membentuk kalimat dalam matematika yang
biasanya disebut model matematika. Model matematika dapat
berupa persamaan, pertidaksamaan, maupun fungsi. Selain itu
ada pula model matematika yang berupa gambar (pictorial)
seperti bangun-bangun geometrik, grafik, maupun diagram. Jadi
secara umum, model/simbol matematika sesungguhnya kosong
dari arti. Ia akan bermakna sesuatu bila kita mengaitkannya
dengan konteks tertentu. Secara umum, hal ini pula yang
membedakan simbol matematika dengan simbol bukan
matematika. Kosongnya arti dari model-model matematika itu
merupakan “kekuatan” matematika, yang dengan sifat tersebut
ia bisa masuk pada berbagai macam bidang kehidupan, dari
masalah teknis, ekonomi, hingga ke bidang psikologi.

20
G. Komponen Matematika
Komponen-Komponen Matematika menurut Kitcher
(Hamzah B. Uno, 2011:28), yaitu:
1. Bahasa (language) yang dijalankan oleh para matematikawan,
Komponen bahasa dalam matematika biasanya diwujudkan
dalam bentuk lambang atau simbol yang memiliki makna
tersendiri. Penggunaan lambang dalam matematika tampaknya
lebih efisien, dan dalam proses pembelajarannya menjadi alat
untuk mengomunikasikan ide-ide matematika.
2. Pernyataan (statements) yang digunakan oleh para
matematikawan,
Komponen pernyataan (statements) biasanya ditemukan
dalam bentuk logika matematika “jika p, maka q”.
3. Pertanyaan (questions) penting yang hingga kini belum
terpecahkan,
Komponen pertanyaan (questions) memberikan gambaran
bahwa begitu banyak persoalan matematika yang belum
terpecahkan hingga saat ini.
4. Alasan (reason) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan,
Sedangkan komponen alasan (reason) merupakan
komponen matematika yang memerlukan alasan secara
argumentatif dalam memecahkan masalah matematika.
5. Ide matematika itu sendiri.

21
BAB III
STRES

22
A. Pengertian Stres
Stres adalah sebuah kata sederhana yang sudah tidak
asing lagi diucapkan sehari-hari oleh setiap orang dan selalu
menggambarkan kondisi yang kalau dapat dihindari oleh setiap
orang (Abdullah bin Abbas, 2007:1). Karena, ia sering berarti
collaps, down, shock, panik, pingsan, pikiran buntu, lemah ingatan,
pusing dan lain sebagainya (Abdullah bin Abbas, 2007:1).
Pada umumnya, setiap orang pernah mengalami stres,
baik ringan, sedang, maupun berat (Farida Aryani, 2016:1). Stres
dapat dialami oleh setiap individu, tidak terkecuali siswa di TK,
SD, SMP, SMA, bahkan Mahasiswa di Peguruan Tinggi (Suyono,
Triyono, dan Dany M. Handarini, 2016:116).
Istilah “stres” sering digunakan secara tidak tepat, yakni
dipakai untuk menunjuk fenomena “tidak waras” (Farida Aryani,
2016:1). Stres hanya dilihat dari sisi negatif, padahal stres dapat
menjadi indikasi positif, stres dibutuhkan pada tingkat tertentu
karena dapat mendorong individu berprestasi (Wahyudi, 2017:154).
Sebaliknya jika kita sama sekali tidak mengalami stres berarti
tidak ada semangat atau rangsangan untuk melakukan perubahan,
perbaikan, pada diri kita maupun lingkungan kerja (Wahyudi,
2017:154). Sebenarnya, stres merupakan istilah yang netral, yakni
menunjuk pada hal yang selalu dialami manusia dalam kehidupan
sehari-hari (Farida Aryani, 2016:1).
Namun, apakah sesungguhnya stres itu? Kita sering kali
latah mengatakan ‘stres’ pada orang lain atau bahkan diri kita
sendiri, tanpa mengetahui dengan jelas apa arti stres (Siswanto,
2007:49-50). Memahami stres seperti kita memahami apa itu,
panas, dingin, manis, asam, asin atau pahit (Pradipta Sarastika,
2014:51).
Kita semua mengerti apa itu, panas, dingin, manis, asam,

23
atau asin (Pradipta Sarastika, 2014:51). Akan tetapi, kita tidak
pernah bisa membuat sebuah ringkasan kata yang bisa dipahami
dengan merasakan rasa tersebut (Pradipta Sarastika, 2014:51).
Untuk lebih memahami apa itu stres, maka kita perlu
mengetahui apa yang dimaksud dengan stres atau pengertian stres.
Pengertian stres di sini dibagi atas tiga bagian, yaitu:
1. Menurut istilah dan Asal Kata
a. Istilah stres bermula dari sebuah kata Latin “stringere” yang
berarti ketegangan dan tekanan (Padmiarso M. Wijoyo,
2011:11).
b. Dari segi peristilahan, stres berasal dari bahasa Inggris
“stress” yang artinya ketegangan jiwa atau tekanan jiwa
seseorang (Wahyudi, 2017:154).
c. Berdasarkan sejarah istilah “stres” dalam Nasib Tua Lumban
Gaol (2016:2):
“Sekitar awal abad keempat belas, istilah stres bisa
ditemukan, namun pengertiannya masih pada “kesulitan
atau penderitaan yang begitu berat”. Istilah stres tersebut pun
masih berdasarkan penekanan yang belum secara sistematis
(Lazarus, 1993). Kemudian pada abad kedelapan belas
hingga awal abad kesembilan belas, kata stres dipahami
sebagai kekuatan, tekanan, ketegangan atau usaha yang kuat
diberikan pada sebuah objek material atau pada seseorang
“organ atau kekuatan mental” (Hinkle, 1974). Pada abad
kesembilan belas, istilah stres juga sebenarnya sudah mulai
digunakan dalam kesehatan dan sosial (Bartlett, 1998).
Namun istilah stres baru dikaitkan pada kondisi manusia
di bidang kajian-kajian ilmiah semenjak tahun 1930 (Lyon,
2012). Kemudian selama abad kesembilan belas hingga abad
kedua puluh, istilah stres dan tekanan pun mulai dikonsep

24
sebagai penyebab permasalahan dalam kesehatan secara
fisik maupun psikologis (Hinkle, 1974).”
d. Perkembangan istilah stres menurut Muammar Ardian
Aprianto (2015:13) yaitu:
“stres merupakan istilah yang berasal dari bahasa Latin
“stingere” yang berarti keras (stricus). Istilah ini mengalami
perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang
berlanjut dari waktu ke waktu dari straise, strest, stresce, dan
stress. Abad ke-17 istilah stress diartikan sebagai kesukaran,
kesusahan, kesulitan, atau penderitaan. Pada abad ke-18
istilah ini digunakan dengan lebih menunjukkan kekuatan,
tekanan, ketegangan, atau usaha yang keras berpusat pada
benda dan manusia, “terutama kekuatan mental manusia”.”
e. Menurut Kamus Webster (Farida Aryani, 2016:9), stres
berasal dari bahasa latin, yaitu strictus yang berarti kesulitan,
kesengsaraan, dan penderitaan.
f. Istilah “stres” mengacu kepada kondisi tubuh yang menjadi
tegang saat berusaha menyesuaikan diri dengan aktivitas
sehari-hari yang berat (Trident Reference Publishing,
2009:4).
2. Menurut bidang pengetahuan
a. Stres dalam ilmu kedokteran (Padmiarso M. Wijoyo, 2011:12)
diartikan sebagai:
“respons psikis atau fisik terhadap ancaman yang dapat dirasa
(perceived threat). Respons psikis antara lain kecemasan,
keputusasaan, depresi, gampang marah, perasaan tidak
mampu menghadapi hidup, serta ketergantungan pada
alkohol dan obat-obatan. Respon fisik meliputi berbagai
masalah fisik yang terjadi sebagai hasil dari stres mental,
antara lain penyakit jantung, tekanan darah tinggi, bulimia,

25
anoreksia nervosa, migrain, kanker, gangguan lambung,
asma, diabetes, alergi, gangguan kulit, kolesterol, dan
menurunnya daya tahan tubuh.”
b. Secara psikologis, stres adalah perasaan tegang dan dibayangi
rasa takut karena ada sesuatu yang mengancam dirinya (W.
Mc. Quade dan A. Aikman dalam Wahyudi, 2017:153).

3. Menurut pendapat para ahli.


a. Pengertian stres dalam Wahyudi (2017:153), yaitu:
1) Stres adalah suatu kondisi dinamik individu
dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala
(constraints), atau tuntutan (demand) yang dikaitkan
dengan apa yang sangat diinginkan yang hasilnya
dipersepsikan sebagai tidak pasti (S. P. Robbins).
2) F. J. Pashkow dan C. Libov mengartikan stres adalah
perasaan tertekan dan penuh kecemasan yang dialami
seseorang, karena sulit mencapai kebutuhan dan
keinginannya.
3) Dari sudut pandang ahli kesehatan mendefinisikan
stres sebagai “setiap gangguan yang mengganggu
kesejahteraan mental dan fisik yang sehat dari seseorang”
(F. J. Pashkow dan C. Libov).
b. Stres oleh Lazarus dan Folkman diartikan sebagai reaksi fisik
dan psikologis terhadap tuntutan hidup yang membebani
kehidupan seseorang dan akan mengganggu kesejahteraan
hidupnya (Farida Aryani, 2016:9).
c. Pengertian stres dalam Padmiarso M. Wijoyo (2011:11),
yaitu:
1) Menurut Richard Bugelski dan Anthony M. Graziano,
menyatakan bahwa, stres adalah suatu istilah umum
26
yang digunakan para psikolog untuk menunjukkan
ketegangan seseorang karena tidak mampu mengatasi
tuntutan-tuntutan atau tekanan-tekanan sekelilingnya.
2) Stres itu adalah reaksi atau respons fisiologis, psikologis,
dan perilaku dari seseorang (laki-laki maupun
perempuan) untuk mencari penyesuaian terhadap
tuntutan-tuntutan atau tekanan-tekanan sekelilingnya
(Padmiarso M. Wijoyo).
d. Stres adalah cara tubuh kita bereaksi terhadap ketegangan,
kegelisahan, dan tugas-tugas berat yang harus dihadapi
sehari-hari (Trident Reference Publishing, 2009:4).
e. Kami mendefinisikan stres sebagai ketidakmampuan
mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik,
emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat
mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (National
Safety Council, 2003:2).
f. Stres merupakan kondisi jiwa dan raga, fisik dan psikis
seseorang yang tidak berfungsi secara normal, dan bisa
terjadi setiap saat terhadap setiap orang tanpa mengenal
jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan atau status sosial
ekonomi (Abdullah bin Abbas, 2007:1).
Beberapa pengertian stres dalam Abdullah bin Abbas
(2007:5-6), yaitu:
1) Menurut Dadang Hawari, stres bisa diartikan sebagai
reaksi fisik dan psikis, yang berupa perasaan tidak
enak, tidak nyaman, atau tertekan terhadap tekanan atau
tuntutan yang sedang dihadapi.
2) A. Baum mendefinisikan stres sebagai pengalaman
emosional yang negatif yang diikuti oleh perubahan-
perubahan biokimia, fisik, kognitif, dan tingkah laku

27
yang diarahkan guna mengubah peristiwa stres tersebut
atau mengakomodasi segala dampaknya.
g. Stres itu sendiri secara umum diartikan sebagai
ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh
mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia (Pradipta
Sarastika, 2014:52).
h. Stres itu sendiri adalah akibat dari interaksi (timbal-balik)
antara rangsangan lingkungan dan respons individu
(Siswanto, 2007:50).
i. Pengertian stres dalam Sukadiyanto (2010:56), yaitu:
1) Dalam pengertian umum, stres adalah
“suatu tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam
diri individu. Sesuatu tersebut dapat terjadi disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan
yang diinginkan oleh individu, baik keinginan yang
bersifat jasmaniah maupun rohaniah.”
2) Menurut McGrath dalam Weinberg dan Gould
“stres didefinisikan sebagai “a substantial imbalance
between demand (physical and/or psychological) and
response capability, under conditions where failure
to meet that demand has importance consequences”.
Artinya, stres akan muncul pada individu bila ada
ketidakseimbangan atau kegagalan individu dalam
memenuhi kebutuhannya baik yang bersifat jasmani
maupun rohani.”
j. Pengertian Stres dalam Muhamad Nanang Suprayogi dan
Anisa Fauziah (2011:282), yaitu:
1) Menurut Santrock, stres didefinisikan sebagai respons
individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu
stres (stresor) yang mengancam dan mengganggu

28
kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping).
2) Stres dapat pula didefinisikan sebagai kejadian atau
keadaan yang melebihi kemampuan individu untuk
mengatasinya (Lahey).
3) Stres adalah respon individu atas keadaan yang melebihi
kemampuan individu tersebut untuk mengatasinya
(Muhamad Nanang Suprayogi dan Anisa Fauziah).
k. Pengertian stres dalam Veronika Dwiasih Wulandari (2009:8-
10), yaitu:
1) Looker dan Gregson mendefinisikan stres sebagai sebuah
keadaan yang dialami individu ketika terjadi sebuah
ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntutan yang diterima
dan kemampuan untuk mengatasinya.
2) Menurut Cranwell-Ward (dalam Iswinarti dan Rahayu
Siti) stres adalah reaksi fisiologis dan psikologis yang
terjadi jika seseorang merasakan ketidakseimbangan
antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuannya
untuk mengatasi tuntutan tersebut.
3) Atkinson mengemukakan bahwa stres mengacu pada
peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan
fisik dan psikologis seseorang.
4) Stres adalah keadaan tertekan baik secara fisik maupun
psikologis (Chaplin).
5) Sarafino (dalam Smet) mendefinisikan stres sebagai suatu
kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu
dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak
antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan
sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan
sosial seseorang.
6) Stres adalah respon individu terhadap keadaan yang

29
memicu stres (stresor) yang mengancam sehingga
individu merasa tertekan dan individu akan bereaksi
secara fisiologis maupun psikologis (Veronika Dwiasih
Wulandari).
l. Pengertian stres dalam Muammar Ardian Aprianto (2015:14),
yaitu:
1) Menurut Hardjana stres sebagai keadaan atau kondisi yang
tercipta bila transaksi seseorang yang mengalami stres
dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat
orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan
antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya
biologis, psikologis, dan sosial yang ada padanya (Iyus
Yosep).
2) Dalam kamus psikologi yang di kutip dalam buku Tri
Rahayu, Chaplin menyebutkan bahwa stres adalah
tekanan internal maupun eksternal serta kondisi
bermasalah lainnya dalam kehidupan (an internal and
eksternal pressure and other troublesome condition in
life). Stres merupakan suatu keadaan tertekan baik itu
secara fisik maupun psikologis.
Jadi, berdasarkan pengertian stres di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa stres adalah respons atau kondisi seseorang
terhadap tuntutan atau tekanan.

B. Penyebab Stres (Stresor)


a. Penyebab stres menurut Greg Wilkinson (2003:1), adalah:
“apakah penyebab stres? Yaitu segala hal yang membuat Anda
tegang, marah, frustrasi, atau tidak bahagia. Mungkin, ketika
Anda memikirkan tes izin mengemudi, atau efek mengunjungi
keluarga yang tidak bersahabat. Mungkin juga, ketika Anda
harus membuat keputusan untuk pindah rumah atau menikah.

30
Dapat juga ketika Anda mendapat kecelakaan atau terluka.”

b. Penyebab Stres atau Sumber Stres menurut Siswanto (2007:51-


52), yaitu:
I. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik bisa menjadi sumber stresor, seperti suhu
yang terlalu panas atau dingin, perubahan cuaca, cahaya
yang terlalu terang/gelap, suara yang terlalu bising dan
polusi merupakan sumber-sumber potensial yang bisa
menjadi stresor. Kepadatan juga bisa mengakibatkan stres.
Penduduk yang tinggal di kampung-kampung yang kumuh
yang biasanya harus membagi ruang geraknya dengan
banyak orang lain , cenderung lebih mudah meledak
dibanding dengan penduduk yang tinggal di area yang
kurang padat.
II. Individu
Stresor bisa berasal dari individu sendiri. Konflik yang
berhubungan dengan peran dan tuntutan tanggung jawab
yang dirasakan berat bisa membuat seseorang menjadi
tegang.
III. Kelompok
Stresor yang lain berasal dari kelompok seperti: hubungan
dengan teman, hubungan dengan atasan, dan hubungan
dengan bawahan.
IV. Keorganisasian
Terakhir, stresor bisa bersumber dari keorganisasian seperti
kebijakan yang diambil perusahaan, struktur organisasi
yang tidak sesuai, dan partisipasi para anggota yang rendah.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan munculnya stres


pada individu (Pradipta Sarastika, 2014:54-56), antara lain:
1) Perasaan cemas mengenai hasil yang dicapai

31
Perasaan cemas adalah suatu kondisi yang khawatir
terhadap suatu masalah yang tidak jelas penyebabnya.
Rasa cemas juga bisa disebabkan oleh sifat individu yang
memang pencemas (traits-anxiety). Rasa cemas ini membuat
individu takut untuk melakukan berbagai hal, sebab ia takut
gagal, takut dicemooh orang dan lain sebagainya.
2) Aktivitas yang tidak seimbang
Kondisi ini terjadi karena aktivitas yang terlalu
berlebihan sehingga individu tidak memiliki waktu luang
untuk me-recovery dirinya. Selain itu, kedekatan dengan
keluarga atau orang yang dicintainya akan berkurang akibat
padatnya kegiatan yang dilakukan.
Padahal, orang keluarga, kerabat, sahabat atau
orang-orang terdekat lainnya, seperti kekasih merupakan
sarana untuk berkeluh kesah dan juga sebagai media untuk
mengurangi beban psikologis yang berlebihan. Dari sini,
maka menjalin komunikasi yang harmonis dengan keluarga,
sahabat, pacar dan lain sebagainya sangat penting agar kita
terhindar dari potensi terserang stres.
3) Tekanan diri sendiri
Tekanan diri sendiri ini akan menjadi pemicu
munculnya stres, terutama bagi individu yang selalu ingin
tampil sempurna (perfectionist). Orang yang selalu ingin
tampil sempurna biasanya segala sesuatu yang tidak sesuai
dengan keinginannya akan mendorong dirinya untuk
menyempurnakannya.
Ia tidak memikirkan bahwa pekerjaan yang
diembannya cukup banyak sehingga menyita waktu yang
banyak pula. Oleh karena itu, tipe orang yang perfectionist
berpeluang besar terkena stres.
4) Kondisi ketidakpastian
Kondisi ini membuat individu menjadi tidak
menentu. Misalnya, seorang perempuan yang sudah

32
memasuki waktu menikah, tetapi belum ada tanda-tanda
dari kekasihnya untuk segera meminangnya. Dalam keadaan
seperti ini si gadis sebenarnya sedang dalam keadaan stres
yang disebabkan oleh perasaan tidak menentu, apakah
hubungan yang ia jalani selama ini berubah manis sampai
ke pelaminan atau justru kandas di tengah jalan.
5) Kondisi sosial ekonomi.
Hal ini terjadi karena kondisi ekonomi yang tidak
stabil bahkan serba kekurangan. Apalagi, sebelumnya
individu tersebut pernah memiliki status sosial ekonomi yang
mapan. Tetapi, karena adanya krisis ekonomi, ia kemudian
dipecat dari pekerjaannya, sehingga ia menganggur dan
tidak memiliki penghasilan tetap. Kondisi ini sangat rawan
dan berpotensi besar memunculkan stres.

* Oleh para ahli psikologi (Abdullah bin Abbas, 2007:8-10), faktor


penyebab atau pemicu stres adalah:
a. Stresor psikologik. Yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain seperti: buruk sangka, kekecewaan sebab gagal
mendapatkan sesuatu yang diinginkan, iri hati, dendam,
perasaan cemburu, sikap bermusuhan, konflik pribadi, serta
keinginan yang di luar kemampuan.
b. Stresor fisik biologik. Adapun yang termasuk dalam
kelompok stresor ini antara lain seperti: penyakit yang tidak
kunjung sembuh, keadaan fisik yang kurang sempurna
atau kurang berfungsinya salah satu anggota tubuh, wajah
yang tidak dianggapnya kurang ideal (seperti: terlalu kecil,
pendek, kurus atau gemuk).
c. Stresor sosial. Kelompok stresor ini meliputi tiga faktor,
yaitu:
1) Faktor Pekerjaan, misalnya: kesulitan mendapatkan
pekerjaan, pengangguran, terkena pemutusan
hubungan kerja (PHK), berselisih dengan atasan,

33
penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan sehari-
hari atau jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan
bidang keahliannya;
2) Faktor keadaan kehidupan keluarga, misalnya: relasi
antar anggota keluarga kurang harmonis, perceraian,
suami atau istri meninggal dunia, ditinggal suami atau
istri, kurang mendapatkan perhatian dari orang tua,
suami atau istri berbuat selingkuh dengan orang lain,
anak yang terlalu nakal dan sering membuat masalah
dengan orang lain, sikap dan perlakuan orang tua yang
terlalu keras (seperti: bentakan, caci maki, pukulan
yang berlebihan) dan tidak adil, penghasilan keluarga
yang tidak memadai dan lain sebagainya;
3) Faktor keadaan lingkungan, misalnya: maraknya
tindakan kriminalitas (pembunuhan, pencurian, dan
perampokan), tawuran pelajar antar sekolah atau
penduduk antar kampung karena masalah sepele,
harga kebutuhan pokok yang terus melonjak, kemarau
yang panjang, udara yang sangat panas atau dingin,
suara bising, polusi udara, lingkungan yang kotor atau
kemacetan lalu lintas, bertempat tinggal di wilayah
yang sering banjir, kehidupan politik dan ekonomi
yang tidak stabil dan masih banyak lagi lainnya.
c. Penyebab Stres menurut Anjali Arora (2008:7-8), yaitu:
a. Dari diri sendiri.
b. Dari sesuatu yang terjadi pada diri Anda.
c. Stres juga bisa tersembunyi dan menyebabkan masalah
komunikasi.
d. Tergantung pada bagaimana Anda berfungsi secara mental
dan apa yang Anda pikirkan, misalnya sikap Anda. Contoh:
pindah kantor bisa menimbulkan stres bagi seseorang,
tetapi juga dapat menjadi kesempatan yang berharga bagi
yang lain!

34
d. Faktor penyebab stres dalam Wahyudi (2017:158-159), yaitu:
a. Menurut N. R. Qubei bahwa faktor-faktor potensial yang
menjadi penyebab ketegangan dan stres sebagai berikut:
1) Perubahan-perubahan dalam suatu bagian penting
dalam hidup kita.
2) Kehilangan orang karena kematian.
3) Perceraian atau perpisahan.
4) Sakit secara fisik.
5) Kehamilan dan kelahiran seorang bayi yang tidak
dipersiapkan.
6) Terancam atau terganggu keamanan kita.
7) Kebosanan dan rutinitas yang tidak menarik dalam
kegiatan sehari-hari.
b. Terdapat sejumlah faktor penyebab terjadinya stres. J. L.
Gibson, J. M. Ivancevich dan J. H. Donnelly mengidentifikasi
sejumlah faktor penyebab stres yaitu:
1) Lingkungan fisik,
2) Individual,
3) Kelompok,
4) Organisasional.
c. S. P. Robbins berpendapat bahwa sumber potensial dari stres
adalah faktor-faktor sebagai berikut:
1) Faktor lingkungan,
2) Faktor individu,
3) Faktor organisasi,
4) Faktor perbedaan individu.
d. Faktor penyebab stres dan emosi dalam Efrita Novia
(2014:23-24), yaitu:
a. Ancaman
Persepsi tentang adanya ancaman membuat
35
seseorang merasa stres, baik ancaman fisik, sosial,
finansial, maupun ancaman lainnya. Keadaan akan
menjadi buruk bila orang yang memersepsikan
tentang adanya ancaman ini merasa bahwa dirinya
tidak dapat melakukan tindakan apa pun yang akan
bisa mengurangi ancaman tersebut.
b. Ketakutan
Ancaman bisa menimbulkan ketakutan. Ketakutan
membuat orang membayangkan akan terjadinya
akibat yang tidak menyenangkan, dan hal ini membuat
orang menjadi stres dan emosi.
c. Ketidakpastian
Saat kita merasa tidak yakin tentang sesuatu,
maka kita akan sulit membuat prediksi. Akibatnya
kita merasa tidak akan dapat mengendalikan situasi.
Perasaan tidak mampu mengendalikan situasi akan
menimbulkan ketakutan. Rasa takut menyebabkan
kita merasa stres dan emosi.
d. Disonansi Kognitif
Bila ada kesenjangan antara apa yang kita lakukan
dengan apa yang kita pikirkan, maka dikatakan bahwa
kita mengalami disonansi kognitif, dan hal ini akan
dirasakan sebagai stres. Sebagai contoh, bila kita
merasa bahwa kita adalah orang yang baik, namun
ternyata menyakiti hati orang lain, maka kita akan
mengalami disonansi dan merasa stres. Disonansi
kognitif juga terjadi bila kita tidak dapat menjaga
komitmen. Kita yakin bahwa diri kita jujur dan tepat
janji, namun adakalanya situasi/lingkungan tidak
mendukung kita untuk jujur atau tepat janji. Hal ini
akan membuat kita merasa stres karena kita terancam
dengan sebutan tidak jujur atau tidak mampu menepati
janji.
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
36
penyebab stres adalah diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar.

C. Respons Individu Terhadap Stres


Tanggapan individu turut memengaruhi apakah suatu sumber stres/
stresor itu menjadi stres atau tidak (Siswanto, 2007:52-53). Stresor
yang sama bisa berakibat berbeda pada individu yang berbeda
karena adanya perbedaan tanggapan antar individu atau individual
differences (Siswanto, 2007:52-53). Perbedaan individu dalam
Siswanto (2007:52) meliputi:

a. Usia
Usia berhubungan dengan toleransi seseorang
terhadap stres dan jenis stresor yang paling mengganggu.
Usia dewasa biasanya lebih mampu mengontrol stres
dibanding dengan usia anak-anak dan usia lanjut. Dengan
kata lain, orang dewasa biasanya mempunyai toleransi
terhadap stresor yang lebih baik.
b. Jenis Kelamin
Wanita biasanya mempunyai daya tahan yang
lebih baik terhadap stresor dibanding dengan pria. Secara
biologis tubuh wanita lebih lentur dibanding pria sehingga
toleransinya terhadap stres lebih baik. Terlebih bila wanita
tersebut masih pada usia-usia produktif di mana hormon-
hormon masih bekerja normal.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan juga memengaruhi seseorang
mudah terkena stres atau tidak. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, toleransi dan pengontrolan terhadap
stresor biasanya lebih baik.
d. Kesehatan
Tingkat kesehatan seseorang juga memengaruhi
mudah tidaknya terkena stres. Orang yang sakit lebih
mudah menderita akibat stres dibanding orang yang sehat.
37
e. Kepribadian
Faktor kepribadian menentukan mudah tidaknya
seseorang terkena stres. Orang tipe A cenderung akan lebih
mudah terkena penyakit jantung daripada kepribadian tipe
B.
f. Harga Diri
Harga diri yang rendah juga cenderung membuat
efek stres lebih besar dibanding orang yang mempunyai
harga diri tinggi.
g. Toleransi
Toleransi terhadap sesuatu yang bersifat samar
juga menentukan mudah tidaknya seseorang terkena stres.
Orang yang kaku dan memandang segala sesuatu sebagai
hitam dan putih biasanya lebih mudah terkena stres dari
pada orang yang bisa menerima adanya warna abu-abu
dalam kehidupan.
Tanggapan Individu atau Respons Individu dapat dibedakan
menurut Andrew Goliszek (2005:4), yaitu:
“Pada Senin pagi, Anda berjalan ke kantor dan
memandang setumpuk pekerjaan. Sesuatu terjadi di dalam
diri Anda—Anda dapat merasakannya. Jika Anda adalah
tipe orang yang merespons secara berlebihan (over-
responder), tubuh Anda akan bereaksi dan timbullah rasa
sakit, mual atau gelisah. Sebaliknya, bila Anda adalah tipe
orang yang bereaksi lamban (slow reactor), Anda mungkin
tidak menangkap pesan dari kondisi tersebut sampai pulang
ke rumah pada sore harinya, atau setelah Anda naik ke
tempat tidur.”

Yang terjadi terhadap tubuh kita saat menghadapi stres


(Trident Reference Publishing, 2005:5), yaitu:
“Saat menghadapi stres, otak akan merangsang
sekresi adrenalin. Bahan kimia ini akan menuju ginjal

38
dan memicu proses perubahan glikogen menjadi glukosa
sehingga mempercepat aliran darah. Tekanan darah
Anda akan meningkat, pernapasan semakin cepat (untuk
meningkatkan asupan oksigen), dan pencernaan pun
terkena dampaknya. Saat tubuh mengulangi proses kimiawi
ini secara reguler seiring dengan berjalannya waktu, hal ini
akan menjadi kronis. Dalam keadaan tersebut, berbagai
jenis rangsangan – bahkan sedikit kegembiraan – dapat
menyebabkan efek-efek yang tidak proporsional sehingga
tubuh kehabisan tenaga. Stres bukanlah suatu penyakit,
melainkan mekanisme pertahanan tubuh. Namun, jika
mekanisme ini menjadi kronis maka Anda menjadi lebih
rentan terhadap penyakit.”

Sebenarnya, stres tidak menyebabkan penyakit secara


langsung (Andrew Goliszek, 2005:7). Stres hanya mendorong
timbulnya penyakit karena menurunnya kekebalan tubuh (Andrew
Goliszek, 2005:7).

D. Tipe A dan Tipe B


Karakteristik Perilaku Tipe A dan Karakteristik Perilaku
Tipe B menurut Andrew Goliszek (2005:21-22), yaitu:
a. Karakteristik Perilaku Tipe A, yaitu:
a. Sangat suka bersaing
b. Tidak sabar
c. Berorientasi pada prestasi/pencapaian
d. Agresif dan termotivasi
e. Memiliki pengertian yang keliru tentang urgensi waktu
f. Sering kali bergerak cepat
g. Berbicara cepat dan tidak sabar dalam mendengar
b. Karakteristik Perilaku Tipe B, yaitu:
a. Rileks dan tidak terburu-buru

39
b. Sabar
c. Tidak suka bersaing
d. Tidak agresif
f. Tidak memiliki urgensi waktu

E. Terjadinya Stres
1. Menurut Siswanto (2007:51) terjadinya stres tergantung pada
stresor dan tanggapan seseorang terhadap stresor tersebut.
2. Menurut Pradipta Sarastika (2014:53) stres nyata jika
“stres baru nyata dirasakan apabila keseimbangan diri
terganggu. Artinya kita baru mengalami stres manakala kita
memersepsi tekanan dari stres melebihi daya tahan yang
kita miliki untuk menghadapi tekanan tersebut. Jadi selama
kita memandang diri kita masih bisa menahankan tekanan
tersebut (yang kita persepsi lebih ringan dari kemampuan
kita menahannya) maka cekaman stres belum nyata. Akan
tetapi, apabila tekanan tersebut bertambah besar (dari stres
yang sama atau dari Stres lain secara bersamaan) cekaman
menjadi nyata, kita kewalahan dan merasakan stres.”
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa terjadinya stres tergantung dari respons atau tanggapan
individu, yang pada saat itu mengalami ketidakseimbangan.

F. Jenis Stres
a. Jenis stres dalam Agus Murtana (2014:2), yaitu:
a. Stres yang bersifat positif (eustress)
Stres yang bersifat positif disebut eustress. Eustress
mendorong manusia untuk lebih berprestasi, lebih tertantang
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya,
meningkatkan produktivitas kerja, dan lain-lain.
b. Stres yang berlebihan dan bersifat merugikan (distress)
Stres yang berlebihan dan bersifat merugikan disebut

40
distress. Distress menimbulkan berbagai macam gejala
yang umumnya merugikan kinerja seseorang. Gejala-gejala
distress melibatkan baik kesehatan fisik maupun psikis.
Beberapa contoh distress antara lain: motivasi belajar
menurun, sering membolos, jantung berdebar-debar,
gangguan pada alat pencernaan, dan lain sebagainya.
b. Jenis stres dalam Padmiarso M. Wijoyo (2011:12), yaitu:
1. Menurut masa terjadinya, stres dapat dibagi menjadi stres akut
dan stres kronis.
Contoh stres akut adalah perasaan kaget karena hampir
tertabrak mobil. Stres jenis ini terjadi sangat tiba-tiba, namun
berangsur-angsur menghilang. Sementara stres kronis adalah
ketegangan yang berlangsung lama, kita bisa terserang suatu
penyakit karena kita sudah kehabisan energi bergulat dengan
stres itu.
I. Eustress
Stres itu bagian dari kehidupan, sehingga menuntut kita
untuk menyesuaikan diri. Stres merupakan reaksi awal dari
penyesuaian diri tersebut. Sedikit stres membuat manusia
menjadi waspada dan ini dibutuhkan agar kita mampu
memotivasi diri, menyesuaikan diri, dan segera mencari
cara untuk mengatasi stres tersebut.
Stres jenis ini dinamakan eustress, yaitu stres yang membuat
seseorang jadi bertambah kuat dan mampu menyesuaikan
diri. Jadi wajar kalau kita dalam kondisi stres jenis ini.
II.Distres
Namun demikian, bila seseorang gagal menyesuaikan diri
terhadap stres, artinya ia tidak mampu memotivasi diri,
dan segera mencari cara untuk mengatasi stres tersebut,
tidak dapat mencapai harapan-harapannya, menderita, serta
merasa tertekan, stresnya itu sudah termasuk jenis stres yang
membahayakan, atau sudah masuk dalam kategori distres.
Distres atau stres berat yang telah berlangsung cukup lama

41
buruk bagi kesehatan kita, terutama bagi kesehatan jantung.
c. Secara umum stres terbagi menjadi dua (Pradipta Sarastika,
2014:52), yaitu:
a. Eustres atau stres positif
Pertama, eustres atau stres positif yang terjadi ketika
tingkatan stres cukup tinggi untuk memotivasi seseorang
agar bertindak atau bergerak meraih apa yang ia
harapkan. Eustres adalah stres yang baik. Stres ini sangat
menguntungkan bagi kesehatan manusia.
b. Distres atau stres negatif
Kedua, distres atau stres negatif yang terjadi ketika
tingkatan stres terlalu tinggi sehingga tubuh dan pikiran
kita meresponsnya dengan respons negatif. Distres adalah
stres yang mengganggu kesehatan dan menyebabkan
ketidakseimbangan antara tuntutan stres dan kemampuan
untuk memenuhi tuntutan.
d. Stres dapat dipandang dalam dua cara (National Safety Council,
2003:3-4):
a. Stres baik
Stres yang baik disebut sebagai stres positif: situasi atau
kondisi apa pun yang menurut Anda dapat memotivasi
atau memberikan inspirasi. Promosi jabatan dan cuti yang
dibayar adalah contoh-contoh dari stres baik. Biasanya,
situasi yang termasuk dalam stres baik adalah situasi
yang menyenangkan dan, untuk alasan ini, tidak dianggap
sebagai ancaman terhadap kesehatan Anda.
b. Stres buruk (distres)
Stres buruk, di sisi lain, adalah stres yang membuat Anda
menjadi marah, tegang, bingung, cemas, merasa bersalah,
atau kewalahan. Distres dapat dibagi menjadi dua bentuk:
1. Stres Akut
Stres akut muncul cukup kuat, tetapi menghilang
dengan cepat. Misalnya, ketika mencari ruang parkir
42
di tempat kerja, terburu-buru mencari nomor telepon,
dan terlambat datang ke rapat.
2. Stres Kronik
Stresor (penyebab stres) kronik, di sisi lain tidak
terlalu kuat, tetapi dapat bertahan sampai berhari-
hari, berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-
bulan. Contoh stres kronik antara lain adalah masalah
keuangan, hubungan yang buruk dengan pemilik
perusahaan, dan kejenuhan kerja. Stres kronik yang
berulang kali pada tubuh ini yang dapat memengaruhi
kesehatan dan produktivitas Anda.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa stres terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Stres Baik atau Stres Positif (Eustres): adalah jenis stres yang
berdampak positif atau baik.
2. Stres Buruk atau Stres Negatif (Distres): adalah jenis stres yang
berdampak negatif atau buruk.

G. Gejala Stres
Ada seseorang mengatakan dirinya terkena stres, padahal
tidak (Padmiarso M. Wijoyo, 2011:21). Sebaliknya, para penderita
stres justru tidak menyadari keadaannya (Padmiarso M. Wijoyo,
2011:21). Guna mengetahui apakah seseorang itu sedang
mengalami stres, bisa dilihat dari beberapa gejalanya (Abdullah
bin Abbas, 2007:8).
Stres yang terjadi pada seseorang ditandai adanya gejala-
gejala yang mendahuluinya (Wahyudi, 2017:157). Langkah
pertama untuk menghilangkan stres adalah mengenali gejala
tertentu yang memberitahu kita bahwa tubuh sedang mengalami
stres (Andrew Goliszek, 2005:11).
Setiap reaksi yang kita miliki belum tentu merupakan
gejala stres (Andrew Goliszek, 2005:12). Reaksi setiap orang pasti
berbeda-beda (Andrew Goliszek, 2005:12). Apa yang menjadi

43
tanda stres bagi seseorang mungkin merupakan pertanda penyakit
bagi orang lain (Andrew Goliszek, 2005:12). Gejala-gejala stres
itu yaitu:
1. C. Cooper dan A. Straw (Wahyudi, 2017:157-158) mengemukakan
bahwa terdapat tiga gejala stres, yaitu:
a. Gejala Fisik antara lain: pernafasan menjadi semakin cepat,
mulut dan kerongkongan menjadi kering, kedua tangan
menjadi basah oleh keringat, tubuh terasa gerah/panas,
otot-otot menjadi tegang, tubuh mengalami gangguan
pencernaan, diare, susah buang air besar/sembelit, badan
terasa lelah, kepala menjadi sakit/tegang, berkedut
(bergetarnya urat-urat pada kelopak mata), perasaan sangat
gelisah.
b. Gejala-gejala perilaku antara lain: tidak termotivasi, lekas
marah, sering salah paham, perasaan khawatir, dan sedih,
tidak berdaya, gelisah, gagal dalam menjalankan pekerjaan,
tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi, menarik
diri dari pergaulan orang lain.
c. Gejala-gejala di tempat kerja antara lain: kepuasan kerja
menurun, rendahnya prestasi kerja, hilangnya vitalitas dan
semangat kerja, tidak komunikatif.
2. Gejala stres menurut Andrew Goliszek (2005:12-15), yaitu:
a. Gejala Fisik, meliputi: sakit kepala, kelopak mata berkedip-
kedip tanpa sadar, hidung bergerak-gerak tanpa sadar,
rasa nyeri di muka atau rahang, mulut atau tenggorokan
kering, sulit menelan, sariawan di lidah, sakit leher, pusing,
sulit berbicara (berbicara dengan ucapan yang kurang
jelas, atau terbata-bata), sakit punggung, nyeri otot, rasa
lemah, sembelit, gangguan pencernaan, rasa mual dan/atau
muntah-muntah, sakit perut, diare, berat badan bertambah
atau berkurang, nafsu makan hilang atau selalu ingin
makan, kulit gatal-gatal (merah, terkelupas, atau masalah
kulit lain), sakit di bagian dada, rasa panas di perut, jantung
berdebar-debar, sering buang air kecil, tangan dan/atau kaki
44
dingin, berkeringat secara berlebihan, tidak dapat tidur, tidur
lama/berlebihan, hubungan seks tidak prima, tekanan darah
tinggi, kelelahan kronis, persendian bengkak, alergi yang
semakin sensitif, sering menderita pilek dan flu, gerakan
otot gemetar dan/atau gelisah tanpa sadar, cenderung
mengalami kecelakaan, menstruasi secara berlebihan atau
kegelisahan pada saat menstruasi, napas terengah-engah
atau terganggu.
b. Gejala Emosional, meliputi: mudah tersinggung, suasana
hati (mood) berubah-ubah, depresi, sikap agresif yang tidak
normal, kehilangan ingatan atau konsentrasi, gelisah atau
bergairah secara berlebihan, gelisah terhadap hal-hal kecil,
mimpi buruk, berperilaku impulsif, merasa tidak berdaya
atau frustrasi, menarik diri dari orang lain, tingkah laku
neurotik, pikiran yang kacau atau kehilangan orientasi,
amarah, ketidakmampuan membuat keputusan, khawatir,
panik, sering menangis, muncul pikiran untuk bunuh diri,
perasaan kehilangan kontrol, berkurangnya ketertarikan
seksual, mengalami periode kebingungan.
c. Gejala Perilaku, meliputi: suka menggemeretakkan gigi, dahi
berkerut, gelak tawa gelisah bernada tinggi, mengantuk-
antukkan kaki atau jari, menggigit kuku, menarik atau
memutar rambut, merokok secara berlebihan, memakai
obat-obatan secara berlebihan, mengonsumsi alkohol
secara berlebihan, makan secara kompulsif (berlebihan),
diet secara kompulsif, berjalan mondar-mandir, melakukan
penundaan yang kronis, kehilangan ketertarikan pada
penampilan fisik, perilaku sosial berubah secara tiba-tiba,
kelambanan kronis.
3. Donald R. Rhodes, Jr., MD, Medical Director Departement of
Community Health National Naval Medical Center (Padmiarso
M. Wijoyo, 2011:21-24) menunjukkan bahwa gejala seseorang
mengalami stres pada dasarnya dibagi dalam tiga kategori,
yakni:

45
a. Gejala stres pada fisik
1) Mudah lelah, sesak napas, nafas terengah-engah, nyeri
kepala, nyeri rahang, pandangan tertekan, berkeringat
meskipun suhu normal, mulut kering, rambut kusut, dan
wajah pucat.
2) Otot tegang di leher, bahu, pundak, lengan, dan kaki.
Tangan terasa/teraba dingin (cold hands).
3) Jantung berdebar, detak tak teratur. Rasa sesak/kencang
di dada dan di daerah jantung. Tangan gemetar (tremor).
4) Tekanan darah tinggi, gula darah dan zat pembeku darah
naik.
5) Nyeri perut, mual/muntah, perut kembung dan banyak gas,
gangguan pencernaan, mencret, sering buang air besar
berlendir (colitis) atau sebaliknya sembelit (susah buang
air besar), sering buang air kecil (ke toilet lebih sering
dari biasanya), asam lambung bertambah (nyeri/sakit/
panas di ulu hati). Menurut penelitian yang dilakukan
Departemen Kesehatan Indonesia (Depkes RI), diketahui
bahwa 80-90 persen kasus nyeri perut berulang lebih
disebabkan faktor psikis. Biasanya, nyeri ini semakin
memburuk pada saat stres, cemas, atau depresi.
6) Tubuh mudah diserang berbagai penyakit (kanker, arthritis/
rheumatik, infeksi, alergi, dll.), karena menurunnya
sistem kekebalan tubuh.
7) Sakit kulit, gatal-gatal di kulit, kemerahan, dan alergi.
Sakit kulit bisa menjadi borok; kulit berminyak.
8) Nyeri pinggang, sakit punggung bawah, nyeri/radang
sendi.
9) Siklus haid terganggu (pada wanita).
10) Perubahan berat badan. Berat badan Anda meningkat
walaupun telah berusaha keras untuk menguranginya.
11) Alat kelamin kurang berfungsi.

46
b. Gejala stres pada jiwa
1) Sedih, menangis, atau merasa tak berdaya.
2) Perasaan yang berubah-ubah.
3) Sulit berkonsentrasi, proses berpikir dan ingatan terganggu,
kebingungan.
4) Berpikir tentang hal yang berulang kali.
5) Kehilangan minat.
6) Tidak tertarik kepada orang lain.
7) Tidak tertarik terhadap penampilan diri.
8) Kehilangan selera terhadap kesenangan ataupun seks.
9) Tak punya waktu menjalankan hobi apa pun.
10) Kehilangan selera humor.
11) Menarik diri dari hubungan pergaulan.
12) Kurang kreatif.
13) Berpikir negatif kepada diri sendiri (Tidak bisa mengatasi
apa pun). Anda senantiasa merasa diri Anda terlalu kecil.
14) Merasa segala sesuatu tidak berguna.
15) Anda senantiasa merasa diri terjepit.
16) Menyalahkan diri sendiri.
17) Dituntun oleh tekanan, bukan dituntun oleh Allah.
c. Gejala stres pada perilaku
1) Aktivitas berkurang, tak ada tenaga, atau aktivitas
berlebihan dan tak bisa istirahat.
2) Minum alkohol, banyak merokok, banyak minum kopi.
3) Menyalahgunakan obat-obatan terlarang/narkoba untuk
meredakan ketegangan.
4) Sulit berkonsentrasi.
5) Cepat tersinggung dan marah.
6) Tidak menyadari Anda sering kali berbicara terlalu
lantang (nada tinggi).

47
7) Mudah resah, gelisah, dan cemas.
8) Mudah kecewa.
9) Menjadi pelupa.
10) Mudah panik.
11) Selalu mengunyah permen karet.
12) Sulit tidur (insomnia) atau tidur terlalu sedikit dan terus
memikirkan masalah yang ada. Tidur tidak tenang dan
mudah terganggu, pada pagi buta bangun tidak fresh.
13) Suka murung (moody).
14) Tidak bergairah.
15) Tangan tak henti memainkan rambut, kalung, atau
kancing.
16) Mulut terus mengunyah.
17) Suka mengkritik.
18) Perubahan nafsu makan, makan terlalu banyak atau
terlalu sedikit.
4. Oleh para ahli (Abdullah bin Abbas, 2007:8) gejala-gejala stres
dapat dikelompokkan kepada dua macam, yaitu:
a. Gejala Fisik. Yang termasuk gejala stres bersifat fisik antara
lain ialah: sakit kepala, darah tinggi, sakit jantung atau
jantung berdebar-debar, sulit tidur, sakit lambung, mudah
lelah, keluar keringat dingin, kurang nafsu makan, serta
sering buang air kecil.
b. Gejala Psikis. Adapun yang termasuk gejala stres bersifat
psikis antara lain ialah: gelisah atau cemas, kurang bisa
berkonsentrasi bekerja atau belajar, sering melamun, sikap
masa bodoh, sikap pesimis, selalu murung, malas bekerja
atau belajar, bungkam seribu bahasa, hilang rasa humor,
dan mudah marah atau bersikap agresif, seperti kata-kata
kasar dan menghina, atau menempeleng, menendang,
membanting pintu dan suka memecahkan barang-barang.
5. Menurut Efrita Novia (2014:17-21), yaitu:

48
a. Jerawat bermunculan
Masalah ini mungkin banyak dijumpai di usia
remaja. Sebagian besar menganggap ini perkara hormonal,
tetapi sangat mungkin stres adalah penyebab utama orang
berjerawat. Stres sangat mempengaruhi hormon. Stres
normal terjadi ketika seseorang kesulitan dalam menangani
suatu hal, seperti bertengkar dengan teman atau masalah
di rumah. Belajar untuk mengatasi stres dan kondisi emosi
stabil tenang sungguh membuat penampilan terlihat lebih
baik. Tersenyumlah.
b. Teman menjengkelkan
Teman-teman yang mengganggu berpotensi besar
membuat Anda sangat stres. Waspadai, terlalu stres dapat
membuat Anda marah-marah dan tidak sabar. Solusinya
adalah cobalah untuk tersenyum dan tertawa bersama
teman-teman Anda. Tertawa dapat mengubah perasaan
Anda dan menghilangkan stres.
c. Selalu merasa lelah
Saat Anda mendengarkan musik dengan beat
cepat, apakah Anda menari? Atau jangan-jangan malah
menguap? Jika Anda merasa sangat lelah, mungkin stres
adalah penyebabnya. Lawanlah perasaan lelah ini dengan
olahraga. Menari, berolahraga, atau berlari dapat membuat
Anda lebih rileks dan menambah energi, serta meningkatkan
mood Anda.
d. Jantung berdebar
Jantung yang berdebar-debar bukanlah hal yang
mengejutkan. Itu berarti tubuh Anda sedang bersiap untuk
kondisi sulit, berjuang dan bertarung. Stres ringan bisa bagus
untuk membantu Anda mencetak skor dalam permainan
bola dan memenangkan pertandingan. Mata Anda terbuka
lebar sehingga bisa melihat lebih jelas. Otot Anda mendapat
banyak aliran darah dan Anda berkeringat dingin. Bila
Anda tak bisa merasa santai setelah mengalami gejala tadi,
49
misal stres sulit membuat Anda tidur, berbicaralah dengan
orang yang Anda percaya mengenai kecemasan Anda untuk
mencari solusi terbaik.
e. Selera makan menggila
Makan berlebihan juga salah satu tanda Anda sedang
stres. Saat Anda terlalu banyak mengonsumsi junk food atau
saat Anda tidak merasa bahwa Anda terlalu banyak makan
justru waktunya untuk waspada. Mengonsumsi makanan
yang tidak sehat dapat mengurangi energi Anda, menimbun
racun dalam tubuh sehingga Anda merasa cepat lelah dan
stres. Makanan terbaik untuk memerangi stres adalah buah-
buahan, sayuran, dan biji-bijian bersama dengan protein
untuk menjaga rasa lapar Anda. Hindari keripik, pizza, kue,
es krim, dan olahan junk food lainnya
f. Sariawan
Stres dapat membuat sariawan muncul lebih
sering. Tambahkan waktu Anda untuk bersantai seperti
mendengarkan musik atau berjalan-jalan.
g. Prestasi menurun
Ketika Anda sedang stres akan masalah rumah
atau sekolah, Anda pasti tidak akan bisa berkonsentrasi
pada pelajaran. Jika stres terus berlanjut, tidak menutup
kemungkinan Anda akan mengalami penurunan baik
kinerja di kantor atau prestasi di sekolah. Cara untuk
mengalahkannya adalah belajarlah dengan teman-teman
yang membuat Anda rileks.
h. Ketergantungan obat-obatan dan alkohol
Jika Anda menggunakan obat-obatan atau alkohol
untuk menangani stres, mintalah bantuan dari seorang
dokter atau psikolog.
i. Sakit kepala akhir pekan
Penurunan tingkat stres secara tiba-tiba dapat
menyebabkan migren. Karena itu, disarankan agar pola

50
0
tidur, pola makan Anda tidak banyak berubah di akhir
pekan.
j. Kram menstruasi
Wanita yang mengalami stres dua kali lebih
mungkin terkena kram yang menyakitkan. Berolahraga
ringan dan berekreasi dapat mengurangi serangan.
k. Ngilu rahang
Rasa sakit ini dapat terjadi bila Anda tanpa sadar
mengadu rahang-rahang Anda saat tertidur. Menggunakan
pelindung gigi saat tidur dapat mengatasi masalah ini.
l. Mimpi aneh
Mimpi biasanya adalah hal positif karena Anda
akan merasa lebih baik setelah bangun. Namun, ketika
Anda stres Anda sering terbangun dari tidur sehingga
prosesnya terputus-putus. Mimpi buruk atau menyeramkan
bisa terjadi di sela-selanya. Anda dapat mengurangi risiko
ini dengan kebiasaan tidur yang baik dan tidak minum kopi
menjelang tidur.
m. Gusi berdarah
Orang yang stres lebih berisiko mengalami gusi
berdarah. Pelepasan banyak hormon stres yang disebut
cortisol melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga
bakteri mudah menyerang gusi. Jagalah kebersihan gigi
dengan tetap menggosok gigi secara teratur dan benar,
bahkan ketika Anda sedang stres.
o. Keranjingan makan manis
Stres dapat membuat orang menjadi suka makan
yang manis-manis. Hati-hati bila Anda memiliki penyakit
diabetes.
p. Kulit gatal
Orang yang stres dua kali lebih berisiko mengalami
gatal-gatal di kulit dan terkena dermatitis, eksim atau
psoriasis yang lebih parah.
51
1
q. Alergi
Hormon stres memicu produksi lgE, protein yang
menyebabkan reaksi alergi.
r. Sakit perut
Kecemasan dan stres dapat menyebabkan
nyeri lambung, sakit kepala, dan punggung serta dapat
menyebabkan insomnia. Kenaikan hormon stres dapat
memicu penyakit maag.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa gejala dari stres adalah sakit kepala, jantung berdebar,
sulit tidur, sakit leher, mudah marah, mudah tersinggung, sulit
berkonsentrasi, adanya ketergantungan (pada Alkohol, obat-obatan
dan Obat terlarang/Narkoba) dan nafsu makan berlebih.

H. Akibat Stres
Cox dalam Gibson, dkk., (Siswanto, 2007:51)
mengategorikan akibat stres menjadi lima kategori, yaitu:
1. Akibat Subjektif, yaitu akibat yang dirasakan secara pribadi,
meliputi kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi,
kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri
rendah, perasaan terpencil.
2. Akibat Perilaku, yaitu akibat yang mudah dilihat karena
berbentuk perilaku-perilaku tertentu, meliputi mudah
terkena kecelakaan, penyalahgunaan obat, peledakan
emosi, berperilaku impulsif, tertawa gelisah.
3. Akibat Kognitif, yaitu akibat yang memengaruhi proses
berpikir, meliputi tidak mampu mengambil keputusan
yang sehat, kurang dapat berkonsentrasi, tidak mampu
memusatkan perhatian dalam jangka waktu yang lama,
sangat peka terhadap kecaman dan mengalami rintangan
mental.
4. Akibat Fisiologis, yaitu akibat-akibat yang berhubungan
dengan fungsi atau kerja alat-alat tubuh, yaitu tingkat

52
2
gula darah meningkat, denyut jantung/tekanan darah naik,
mulut menjadi kering, berkeringat, pupil mata membesar,
sebentar-sebentar panas dan dingin.
5. Akibat Keorganisasian, yaitu akibat yang tampak dalam
tempat kerja, meliputi absen, produktivitas rendah,
mengasingkan diri dari teman sekerja, ketidakpuasan kerja,
menurunnya keterikatan dan loyalitas terhadap organisasi.

I. Mengatasi Stres
1. Cara mengatasi stres menurut Siswanto (2007:56-57), yaitu:
a. Konsumsi Obat
Kalau akibat stres telah memengaruhi fisik dan bahkan
menimbulkan penyakit tertentu, peranan obat/medikasi
biasanya diperlukan. Namun obat itu sendiri kurang efektif
untuk mengatasi stres dalam jangka panjang. Ada efek
negatif bila menggunakan obat terus menerus. Di samping
obat-obat tertentu membutuhkan biaya yang mahal, obat
juga bisa mengakibatkan ketergantungan dan bahkan
membuat orang tertentu kebal terhadap obat tertentu.
b. Terapi
Beberapa teknik terapi telah dikembangkan dan dicobakan
untuk mengatasi stres ini. Bio feedback adalah salah satu
teknik untuk mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang
terkena stres dan kemudian belajar untuk menguasainya.
Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang cukup
rumit, gunanya sebagai feedback atau umpan balik untuk
terhadap bagian tubuh tertentu. Bio feedback agak kurang
efektif untuk digunakan secara praktis.
c. Istirahat dan melakukan olah raga
Seringkali istirahat dan melakukan olah raga yang teratur
disebut-sebut sebagai salah satu cara yang efektif untuk
mencegah dan menyembuhkan stres. Memang cara hidup
yang teratur membuat seseorang tidak mudah terkena stres.

53
3
d. Relaksasi
Relaksasi adalah teknik yang paling efektif untuk
menyembuhkan stres. Ada berbagai teknik relaksasi,
tetapi yang biasa digunakan adalah teknik relaksasi
dengan mengendurkan otot-otot seluruh tubuh, kemudian
pengenduran dilakukan pada bagian-bagian tubuh yang
sering mengalami stres. Semakin lama berlatih teknik
relaksasi, orang akan semakin peka dan semakin spontan
untuk dapat merasakan bagian tubuh yang mana yang
terkena stres dan semakin mudah untuk mengembalikan
pada keadaan semula.
e. Meditasi
Meditasi merupakan teknik yang mulai diminati sebagai
salah satu cara mengatasi stres. Selain bisa mencegah stres,
meditasi juga memiliki keuntungan lain seperti konsentrasi
menjadi lebih tajam dan pikiran menjadi lebih tenang.
f. Mengubah sikap hidup
Pencegahan terhadap stres bisa dilakukan dengan mengubah
sikap hidup. Orang yang terlibat lebih aktif dengan
pekerjaan dan kehidupan masyarakat, lebih berorientasi
pada tantangan dan perubahan, dan merasa dapat menguasai
kejadian-kejadian dalam hidupnya adalah orang yang tidak
akan mudah terkena efek negatif stres.
2. Cara mengatasi stres dalam Padmiarso M. Wijoyo (2011:26-37),
yaitu:
a. Menurut M. M. Nilam Widyarini, yang penting dikembangkan
dalam menghadapi dan mengatasi stres adalah membangun
keadaan diri yang memungkinkan penilaian (persepsi)
terhadap situasi yang dihadapi menjadi lebih positif. Harus
yakin bahwa masalah yang ada dapat diatasi. Keyakinan
“masalah dapat diatasi” pada prinsipnya dapat dibangun
melalui dua hal:
1) Menyadari stres seperti apa yang kita alami dan

54
4
mengenali penyebab stres.
2) Melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk
meredakan tegangan, baik oleh diri sendiri maupun
dengan bantuan orang lain. Dalam keadaan rileks dan
memahami persoalan, stres negatif dapat dihindari,
bahkan berkembang menjadi positif dan mendorong
kinerja.

b. Strategi mengatasi stres yang dikemukakan De Janasz, dkk.,


sebagai berikut:
1) Identifikasi (kenali) penyebab stres dan tingkat stres
yang dialami agar dapat membantu menemukan dan
mengatur respons yang efektif.
2) Bila stres berkaitan dengan waktu, terapkan
keterampilan manajemen waktu. Tips manajemen
waktu:
* Buat daftar hal-hal yang akan dilakukan,
termasuk daftar prioritas tugas yang penting
untuk diselesaikan. Prioritas membedakan
kegiatan dari yang sangat penting, dan tidak
penting.
* Susun jadwal harian, pertimbangkan prioritas.
Dengan menyisihkan waktu 10-15 menit
setiap hari untuk menyusun jadwal, kita dapat
menyelesaikan hal-hal penting dan mengurangi
kemungkinan waktu tersia-sia untuk hal yang
tak penting.
* Temukan waktu yang optimal untuk bekerja,
disesuaikan dengan kondisi biologis. Contohnya,
bila kita merasa lebih produktif berkonsentrasi
pada pagi hari, penyelesaian tugas penting
dijadwalkan pada pagi hari.
* Melakukan aktivitas secara fokus akan

55
memberikan hasil efektif. Artinya, saat
melakukan suatu aktivitas tidak memikirkan hal
lain, kecuali yang sedang dihadapi.
* Pilih lingkungan yang tepat untuk menyelesaikan
tugas, kurangi hal-hal yang mengganggu atau
menghambat.
* Delegasikan tugas yang memungkinkan untuk
didelegasikan.
* Hindari penundaan. Lakukan apa yang dapat
dilakukan sekarang.
3) Buka diri, yaitu mengakui perasaan kita dan tidak
menutupinya dari orang lain, merupakan teknik yang
efektif untuk meredakan stres.
4) Menuliskan perasaan dan kejadian yang kita alami
sebagai catatan atau jurnal pribadi.
5) Berbicara dengan teman, kerabat, atau rekan kerja
yang dapat dipercaya dapat membantu mengurangi
stres.
6) Lakukan visualisasi atau gambaran mental yang positif.
Contohnya, dalam keadaan stres karena penyakit, kita
membayangkan diri dalam keadaan bugar, melakukan
aktivitas-aktivitas yang menyenangkan dengan hati
gembira, dsb.
7) Untuk memperkuat fisik, konsumsi makanan bergizi
dan berolahraga teratur, serta hindari minuman
beralkohol dan kafein.
* Konsumsilah makanan yang sehat dan
berimbang. Ingat, menu makanan 4 sehat dan
5 sempurna harus dilakukan setiap hari.
* Konsumsilah buah dan sayuran yang
mengandung antioksidan tinggi. Hal itu
tidak hanya bisa menyehatkan tubuh Anda,
tetapi juga membuat stabil emosi, sehingga

56
6
bisa membantu Anda dalam mengatasi stres.
Buah dan sayuran apa saja yang mengandung
antioksidan?
Buah-buahan dan sayur-sayuran yang
mengandung antioksidan, yaitu:
* Menurut Nuri Andarwulan, Ratna Batari,
Diny Agustini Sandrasari, dan Hanny
Wijaya (Padmiarso M. Wijoyo, 2011:28-
29) dalam penelitiannya mengatakan
bahwa sayuran yang mengandung
antioksidan yang merupakan asli dari
Provinsi Jawa Barat, yaitu:
# Kenikir
# Beluntas
# Mangkokan
# Kecombrang
# Kemangi
# Katuk
# Kedondong cina
# Antaman
# Poh-pohan
# Daun ginseng
# Krokot
* Buah-buahan yang mengandung
antioksidan menurut Hernani dan Mono
Rahardjo dalam bukunya tanaman
berkhasiat antioksidan, antara lain:
# Anggur
# Alpokat
# Jeruk
# Kiwi

57
7
# Semangka
# Markisa
# Apel
# Belimbing
# Pepaya
# Kelapa
8) Olah ragalah secara teratur. Ketika Anda secara teratur
melakukan aktivitas olahraga, tubuh akan lebih kuat
menghadapi stres. Sebab, tubuh kita selalu dalam
kondisi sehat dan bugar.
9) Sediakan waktu untuk relaksasi dengan beberapa
pilihan: mempraktikkan napas panjang dan dalam,
relaksasi otot, yoga, dan meditasi. Dalam relaksasi
ini, individu dapat melepaskan berbagai ketegangan
otot serta pikiran dan emosi negatif.
10) Minta bantuan profesional (konselor atau terapis)
karena mereka dapat membantu individu memahami
situasi dan mengatur respons agar menjadi lebih
efektif, sehingga mengurangi efek psikis dari stres.
11) Dalam kasus-kasus tertentu, stres memerlukan obat-
obatan, sehingga individu perlu meminta bantuan
dokter.
12) Berdoa.
c. Strategi mengatasi stres lainnya menurut Padmiarso M.
Wijoyo (2011:36-37), yaitu:
1) Berpikir dan bertindak positif
Jangan pernah sekali-kali Anda berpikir negatif
terhadap orang lain. Sekali saja Anda melakukannya,
jangan harap otak Anda akan berhenti berpikir.
Cobalah berpikir positif terhadap sesuatu yang
menimpa Anda. Ambillah hikmah yang menimpa
diri Anda menjadi sesuatu yang positif. Kemudian,

58
8
bersikaplah positif ketika Anda melakukan solusi dari
sebuah persoalan.
2) Sadarilah, manusia mempunyai keterbatasan
Manusia dilahirkan memiliki kekurangan dan
kelebihan. Sebaiknya, Anda harus menyadari hal ini.
Sehingga, Anda tidak merasa sengsara ketika tidak
dapat mengatasi sebuah persoalan. Yang penting
adalah berusaha, berusaha lagi, berdoa, dan berserah
diri.
3) Bersikap asertif bukan agresif
Tidaklah mudah meredam amarah. Namun, sadari
dan pahamilah bahwa semakin kita emosi, semakin
banyak energi yang keluar. Sebaiknya, bersikaplah
tegas terhadap perasaan, pendapat, serta kepercayaan
dalam diri dibandingkan mementingkan rasa marah,
defensif, ataupun pasif.
4) Istirahat dan tidur
Tubuh kita bukanlah mesin yang tidak mengenal
lelah. Jadi, sebaiknya, ciptakanlah sebuah kesempatan
agar tubuh kita ini bisa beristirahat dan cukup tidur.
Jika tubuh ini sudah istirahat, otomatis pemulihan di
dalam tubuh pun akan terjadi.
5) Sosialisasi
Percayalah, teman yang banyak akan membuat hati
lebih ceria dan terhindar dari berbagai pikiran berat.
Ingat, punya seribu teman masih sedikit. Tapi, satu
orang musuh itu terlalu banyak.
3. Tips sederhana atau kiat mengatasi ketegangan atau stres dalam
kehidupan kita (Wahyudi, 2017:163-169) sebagai berikut:
a. Mengetahui akar masalah
Untuk mengetahui penyebab stres, langkah awal yang perlu
dilakukan adalah:
1) Pikirkanlah kembali situasi yang penuh ketegangan atau
59
9
stres beberapa waktu yang lalu.
2) Gejala-gejala apa yang dirasakan sebagai akibat
ketegangan yang dialami.
3) Kapan semuanya terjadi.
4) Apa penyebab yang mendasar munculnya gejala-gejala
ketegangan.
Dengan menetapkan empat langkah dimaksud, kita
memiliki dasar untuk menetapkan berbagai strategi resolusi
stres. Langkah selanjutnya adalah menerjemahkan semua
langkah ke dalam tindakan dan perilaku yang akan datang.
b. Jangan terlalu serius
Suasana rileks perlu dikondisikan, sekali-kali diri Anda
mentoleransi tidak menyelesaikan tugas dengan baik, toh selama
ini Anda telah banyak berbuat untuk keluarga dan tempat kerja
Anda. Anda juga dapat membandingkan dengan orang lain
yang kurang berprestasi dan sering terlambat menyelesaikan
tugas, dengan demikian Anda merasa lebih baik. Sadarilah
bahwa umur Anda masih panjang, masih ada hari esok, dan
jangan biarkan diri Anda mengalami ketegangan yang berlarut-
larut, sementara Anda masih punya keterampilan, pengetahuan
untuk kelangsungan hidup Anda.
c. Lakukan olah raga atau hobi tertentu
Setiap orang memerlukan sesuatu di luar pekerjaan untuk
menyeimbangkan hidupnya. Olah raga fisik, yang berupa
gerakan-gerakan yang dapat mengeluarkan keringat jauh lebih
baik untuk mengurangi agresivitas ketimbang “olah raga pasif”
main kartu, memanah, snooker dan sejenisnya. Hobi bercocok
tanam juga baik, lahan atau kebun Anda juga dapat dijadikan
tempat untuk menurunkan stres, tanamilah berbagai jenis
sayur-sayuran; cabai, terong, kacang-kacangan yang umurnya
pendek dan segera berbuah, pasti Anda akan melihat perubahan
tanaman dan setiap Anda datangi kebun dan tanaman Anda.
d. Bicarakan masalah Anda dengan orang lain

60
Dari sekian banyak teman Anda, tentu ada yang dapat
dipercaya dan dapat menyimpan rahasia pribadi Anda.
Kemukakan masalah secara jujur agar teman mudah memahami
dan mencari alternatif solusi berdasarkan pengalaman yang
pernah dirasakan. Sugesti teman terdekat berpengaruh dalam
menyikapi masalah yang Anda hadapi. Pasti Anda merasakan
dan melihat teman Anda sungguh-sungguh membantu Anda
dalam menempatkan masalah tersebut pada proporsinya.
Secara teoretis, hanya sekitar 2% dari masalah kehidupan dan
pekerjaan yang benar-benar layak dicemaskan.
e. Kerjakan yang mudah
Terkadang kita dihadapkan pada tugas yang bersamaan dan
menuntut waktu penyelesaian pekerjaan yang sama. Di antara
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Anda tentu ada yang
lebih mudah diselesaikan, maka cobalah yang lebih mudah dan
cepat diselesaikan, ini dapat mengurangi rasa cemas dan Anda
merasakan tahapan telah dilalui sebagian. Paksakan untuk
menambah waktu lembur Anda, tapi ingat Anda perlu istirahat
dan tidur. Tentukan batas waktu penyelesaian. Jangan menjadi
stres jika Anda tidak dapat menyelesaikan pada target waktu.
Yang membuat Anda semakin stres adalah bila Anda tidak mau
memberitahukan kepada orang lain bahwa Anda tidak dapat
memenuhi batas waktu tersebut. Jika Anda tidak memberitahu,
maka atasan Anda akan terus menelepon sehingga mengganggu
Anda dan menimbulkan masalah baru. Bukankah sebaiknya
Anda menemui atau menelepon atasan Anda bahwa Anda
terlambat menyelesaikan pekerjaan. Harga diri Anda terganggu
dengan dengan keterlambatan tersebut, tetapi setidaknya Anda
tidak perlu cemas.
f. Hadapi masalah dengan keberanian dan kepercayaan diri
Masalah-masalah pada umumnya merupakan kesempatan-
kesempatan yang tersembunyi di belakang topeng yang
menakutkan. Bila Anda menghadapinya dengan keberanian,
kepercayaan diri, maka dapat mengubah menjadi batu loncatan

61
di jalan menuju arah cita-cita Anda. Orang yang sukses banyak
belajar dari masalah yang menimpanya. Dengan penuh tawakal,
dan usaha maksimal seraya memohon petunjuk kepada Tuhan
Yang Maha Esa Allah SWT, maka Anda menemukan jalan
keluar atas segala problem Anda. Anda jangan takut pada suatu
hari akan muncul masalah baru, namun Anda telah banyak
pengalaman dalam menghadapinya.
g. Menjadikan hidup lebih teratur
Tidak mudah untuk mengubah kemalasan menjadi teratur.
Menjadikan hidup lebih teratur adalah suatu keterampilan yang
akan membuat kita lebih efektif dan efisien di tempat kerja dan
lebih puas di rumah. Berikut alternatif membuat hidup lebih
teratur:
1) Buat rencana harian yang berisi daftar tugas/pekerjaan
yang harus diselesaikan dengan menunjukkan prioritas
serta perkiraan waktu untuk menyelesaikannya.
2) Laksanakan menurut rencana yang sudah dibuat,
penundaan dan penyimpangan dari rencana dapat
menghambat penyelesaian tugas dan pencapaian target
waktu.
3) Kerjakanlah tugas pekerjaan menurut prioritas.
4) Beri hadiah kepada diri sendiri untuk setiap pekerjaan
yang telah diselesaikan misal; beli barang kesukaan,
nonton film, membeli buku.
5) Gunakan lembar perencanaan tahunan untuk
menjadwalkan proyek dan kejadian penting.
6) Sisihkan waktu persiapan yang cukup untuk pekerjaan
besar yang harus diselesaikan.
7) Tinjaulah rencana karier Anda secara teratur.
8) Tingkatkan kemampuan Anda dengan membaca, seminar,
diskusi, jika diperlukan mengikuti pelatihan.
Menyesali satu kali, waktu tidak dapat ditambah, dihentikan,
ataupun dibalikkan. Jarum jam terus berputar dengan
62
keteraturan tanpa belas kasihan terhadap orang yang tidak tepat
waktu dalam menyelesaikan tugas.
h. Mengelola waktu
Menguasai waktu merupakan salah satu aspek penting
untuk bekerja lebih efektif. Anda harus mengelola tugas di
tempat kerja, bertanggung jawab di rumah dan mengatur
kegiatan santai yang cukup.
Sebagian orang yang sibuk selalu kelihatan menguasai
waktu mereka. Mereka hidup teratur, siap menghadapi
kompetisi kehidupan sehari-hari dan mereka pun memiliki
disiplin diri. Berikut sejumlah strategi pengelolaan waktu:
1) Melakukan panggilan via telepon hal penting dan
dibatasi waktu tidak banyak bergurau dan menyimpang
dari tujuan semula.
2) Penghematan waktu dalam rapat.
3) Batasi jam bicara dengan tamu kemukakan yang penting
dan fokus pada masalah pembicaraan.
4) Pemanfaatan waktu pergi dan pulang kerja secara lebih
efisien.
5) Pengaturan rumah dan orang serumah untuk menghemat
waktu Anda.
6) Memanfaatkan sebaik mungkin waktu menunggu di
toko, di ruang tunggu bandara, dan dalam kemacetan
lalu lintas dengan relaksasi, parkir di tempat yang aman,
mendengarkan musik kesayangan anda.
i. Meningkatkan produktivitas dan menghilangkan kelesuan
Produktivitas berarti Anda mengerjakan apa yang
diharapkan dan menyelesaikan pekerjaan. Menjadi produktif
adalah yang terpenting dalam hampir semua pekerjaan.
Produktivitas juga merupakan salah satu unsur utama dalam
kepuasan kerja karena Anda mendapat pengakuan dan
penghargaan atas hasil kerja Anda. Ada sejumlah kiat untuk
meningkatkan produktivitas kerja:
63
1) Mengerjakan sesuatu pekerjaan sesuai dengan rencana
dan standar operasional prosedur (SOP).
2) Waktu yang semula tidak produktif coba manfaatkan dan
cari cara agar lebih produktif.
3) Tingkatkan keterampilan dan pengetahuan untuk
mendukung tugas Anda.
4) Berdiskusi dengan orang yang berpengalaman dalam
bidang kerja Anda, dan cobalah strategi yang mereka
gunakan untuk meningkatkan produktivitas.
5) Latihlah menempatkan diri Anda pada posisi orang
yang Anda hadapi dan lihatlah diri Anda dari perspektif
mereka.
Dengan demikian, produktivitas Anda bisa ditingkatkan
melalui pemahaman akan diri sendiri dan kebutuhan kerja
Anda. Sebaiknya Anda menjaga produktivitas kerja dan
menghindari kelesuan kerja dengan cara sebagai berikut:
1) Luangkan sedikit waktu untuk beristirahat sepanjang hari
kerja dan berlatihlah untuk rileks secara fisik, mental
dan emosional.
2) Selidiki pertukaran kerja atau ciri khusus untuk
memperbaharui keterampilan kerja Anda.
3) Usahakan mengambil liburan berkala. Hindari godaan
untuk menumpuk cuti rekreasi Anda.
4) Pertahankan suasana kondusif dengan pekerja lain
untuk berdiskusi masalah pekerjaan agar memperoleh
dukungan teman sekerja.
5) Buat pekerjaan Anda bervariasi sebanyak mungkin.
Hindari rutin kerja di mana setiap hari bisa diramalkan
seluruhnya.
6) Pertahankan keterlibatan aktif terhadap minat luar
dan hobi untuk memberi sejumlah keragaman dan
kegairahan hidup Anda.

64
Kelesuan adalah kondisi riil yang dapat menurunkan
produktivitas kerja, tetapi Anda dapat mempraktikkan
butir-butir sebagaimana disebutkan di atas untuk mencegah
diri Anda menjadi lesu.
j. Ciptakan rasa humor yang positif
Belajarlah memisahkan yang sebenarnya serius dengan
yang hanya kejengkelan-kejengkelan pribadi semata.
Kejengkelan muncul karena kurang introspeksi, menyalahkan
orang lain, tidak sabar, kurang teliti, dan emosional. Tidak
perlu menyesali secara berlebihan peristiwa kegagalan yang
telah berlalu, lebih baik mengambil hikmah setiap kejadian
sebagai pelajaran untuk memperbaiki sikap, cara berpikir dan
perbuatan yang akan datang.
Belajarlah mencari humor dalam setiap kesempatan maka
Anda akan hidup lebih bergairah dan menyenangkan. Humor
dapat bersumber dari nonton peristiwa lucu di televisi, dapat
juga Anda menceritakan kejadian lucu selama perjalanan
menuju tempat kerja, atau menceritakan perilaku lucu anak
balita Anda. Satu di antara obat penghilang stres terbaik
yang pernah ditemukan adalah suatu bentuk nasehat yang
menenangkan dan memberikan solusi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa mengatasi stres yaitu dengan cara konsumsi obat,
istirahat, olahraga, bersikap dan berpikir positif, terapi, relaksasi,
meditasi, dan berdoa.

J. Cara Mencegah Stres


Mengingat begitu seriusnya risiko stres ini terhadap
kesehatan raga maupun jiwa kita, maka, ibarat sedia payung sebelum
hujan, lebih baik kita berupaya menghindari atau mencegah stres
sebelum stres mengganggu kesehatan kita dengan mengubah gaya
hidup kita (Padmiarso M. Wijoyo, 2011:81).
Gaya hidup untuk mencegah stres menurut Padmiarso M.
Wijoyo (2011:81-87), yaitu:
65
1. Selalu berpikir positif dan optimis
Keluarkan energi positif dalam diri Anda dengan
selalu berpikir positif dan optimis dalam menghadapi setiap
permasalahan. Sadarlah bahwa dalam setiap permasalahan
pasti ada jalan keluar.
Selain itu, jangan bersikap terlalu keras kepada diri
sendiri. Ketahuilah bahwa setiap rencana yang telah dibuat
belum tentu pasti dapat tercapai karena adanya halangan.
Bersikaplah lebih fleksibel sehingga Anda pun dapat lebih
menikmati hidup.
2. Olah raga yang teratur
Olah raga adalah kunci untuk mengurangi stres!
Olahraga secara teratur sangat disarankan bagi Anda yang
mudah terkena stres. Menurut Dr. David Posen, “tidak
ada yang menyangkal olahraga aerobik sebagai satu
cara menyalurkan energi kala kita stres.” Olahraga dapat
merangsang keluarnya endorfin, yaitu zat yang membuat
tubuh merasa nyaman, sehingga orang yang berolahraga
teratur biasanya tampak sehat dan bahagia.
Olah raga secara umum direkomendasikan kita
lakukan dalam bentuk aerobik paling tidak selama 20
menit, tiga kali seminggu. Lakukanlah aktivitas olahraga
ini bersama keluarga atau teman-teman. Hal ini dapat
mengurangi risiko stres yang bisa berefek buruk pada
kesehatan fisik dan mental Anda, dan olahraga teratur harus
didukung dengan pola makan dan istirahat yang baik.
3. Cermat dalam memilih makanan
Salah satu pemicu Anda terkena stres adalah
mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Hubungan antara
kondisi fisik dan mental sangat erat. Jadi, sebaiknya Anda
juga cermat dalam memilih makanan, jika tidak ingin
mudah terkena stres. Caranya:
a. Kontrollah asupan kalori dalam tubuh, batasi juga

66
konsumsi lemak dan gula.
b. Konsumsilah banyak buah dan sayur yang mengandung
antioksidan tinggi. Hal itu tidak hanya bisa menyehatkan
tubuh Anda, tetapi juga membuat stabil emosi. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Carnegie
Mellon University di Pittsburgh, orang yang terkena flu,
cenderung akan bekerja dalam tekanan dan membuat
stres. Untuk itu, jangan biarkan tubuh Anda mudah
terkena flu dengan mengonsumsi jeruk secara teratur.
c. Mengonsumsi vitamin B-12. Para peneliti telah
menunjukkan bahwa vitamin B-12 adalah nutrisi
penting dan utama karena mendorong aktivitas sel
saraf dalam tubuh. Badan makanan dan gizi AS telah
merekomendasikan bahwa orang yang berusia lebih
dari 51 tahun menyerap nutrisi tidak sebaik daripada apa
yang harus dipakai tubuhnya. Oleh karena itu, mereka
harus melakukan menambah konsumsi vitamin B-12
atau dibentengi oleh produk makanannya. Ikan (salmon
dan tuna), ragam makanan laut lainnya, unggas, telur,
susu dan produk olahannya, produk fermentasi kedelai
(tauco dan tempe yang diolah secara tradisional), susu
kedelai yang diperkaya dengan vitamin dan mineral,
bisa Anda jadikan sumber vitamin B-12. Dengan
mengonsumsinya, emosi Anda bisa lebih terkontrol.
d. Hindari atau batasi kafein. Terlalu banyak kafein
dalam tubuh bisa membuat Anda gugup, gelisah, dan
ketagihan. Hati-hati jika Anda mulai kecanduan kopi,
karena kecanduan adalah gejala awal depresi. Menurut
Dr. David Posen, Canadian Journal of Continuing
Medical Education, kafein adalah perangsang yang
benar-benar membangkitkan reaksi stres dalam tubuh.
Orang yang membuat rendah kadar kafein atau bahkan
menghilangkan masuknya kafein atau dilaporkan
mempunyai kondisi perasaan yang lebih santai, lebih

67
tidak gelisah dengan energi dan memperbaiki pola
tidur. Lain kali kala Anda membutuhkan secangkir kopi,
carilah yang bebas kafein.
4. Dapatkan tidur yang cukup
Telah terbukti jika tidur benar-benar menolong
mencegah dan mengurangi stres. Tidur memulihkan tubuh
dan pikiran dan menolong kita memelihara kesehatan
mental dan fisik. Studi telah menunjukkan bahwa “orang
yang tidur tujuh hingga delapan jam setiap malamnya
menikmati kesehatan dan kehidupan yang lebih panjang
daripada orang yang kurang tidur.” (Mid-Columbia
Medical Center, Oregon) berdasarkan Dr. David Posen,
dalam tulisannya di Canadian Journal of Continuing
Medical Education sejarah peristiwa stres, pasien hampir
selalu menderita akibat keletihan. Keletihan membuat
kita kurang dapat mengatasi dengan baik situasi penuh
tekanan. Dinamika ini dapat menciptakan siklus tindakan
yang merusak. Ketika mendapatkan lebih banyak istirahat,
mereka akan merasa lebih baik, lebih tabah, dan mampu
beradaptasi kala berurusan dengan peristiwa setiap harinya.
Jangan meremehkan gagasan kuno tentang tidur malam
yang cukup. Tidur cukup memberi lebih banyak kesehatan
daripada yang Anda tahu.
5. Kendalikan emosi
Cara termudah untuk mengendalikan emosi adalah
dengan minum air putih yang banyak saat di ambang
kemarahan. Air putih ini dapat menenangkan emosi Anda
dan membantu untuk berpikir lebih jernih. Emosi yang
berlebihan yang tidak perlu justru dapat menjadi pemicu
stres. Bersikaplah lebih sabar dan berpikir lebih luas agar
dapat memahami setiap masalah dengan jernih.
6. Rencanakan waktu Anda dengan baik
Buat daftar yang harus dikerjakan sesuai prioritas
dengan urutan sebagai berikut:
68
1) Kerjakanlah yang terpenting terlebih dahulu.
2) Kerjakan yang mungkin bisa Anda kerjakan.
3) Akhirnya Anda akan menyadari bahwa Anda mampu
melakukan yang tidak mungkin. Silakan dicoba.
. 7. Rehat sejenak
Luangkan waktu Anda sedikit dengan beristirahat.
Gunakan akhir pekan dengan baik dan maksimal untuk
memanjakan diri sendiri dan keluar rutinitas sehari-hari.
Kumpul bersama keluarga atau teman-teman dapat menjadi
cara terbaik untuk menumbuhkan energi positif dan
semangat baru.
8. Bangun keluarga bahagia dan perbanyak teman
Hal ini akan sangat baik untuk mencegah stres.
Mereka akan selalu bersama Anda dalam setiap kesulitan.
9. Terbuka
Jangan pendam masalah Anda sendirian. Sebuah
pepatah mengatakan, that’s what friends are for. Dengan
berbagi cerita, setidaknya beban terasa lebih ringan dan
tidak mengendap terus di dalam pikiran. Biarkan orang lain
ikut memikirkan masalah Anda. Ceritakan kepada pasangan
hidup, teman, supervisor, atau pemimpin agama. Mereka
mungkin bisa membantu meletakkan masalah Anda sesuai
dengan proporsinya dan menawarkan cara-cara pemecahan
yang berguna.
10. Tingkatkan rasa humor
Secara klinis, humor dapat digunakan untuk
mencegah dan mengatasi rasa stres. Sekarang ini, di
Indonesia sudah muncul kelompok-kelompok terapi
yang melakukan terapi tertawa. Biasanya dilakukan oleh
sekelompok orang, minimal 5 orang, selama 5-10 menit.
Humor perlu dilakukan agar syaraf tidak terlalu tegang dan
tubuh mendapat relaksasi walau sejenak.
11. Rencanakan waktu untuk rekreasi
69
Rencanakan waktu Anda dan keluarga untuk
rekreasi. Dengan rekreasi kita bisa menjauhkan pikiran
dan emosi terhadap hal-hal yang membuat stres. Rekreasi
sekaligus istirahat singkat sambil bergembira ria akan
menyebabkan pikiran dan semangat kita segar kembali.
12. Berdoa
Berdoa merupakan hal yang sangat penting, maka
berdoalah kapan saja dan di mana pun Anda berada. Kalau
Anda seorang Muslim, lakukan shalat rutin, berdoa pagi
dan petang, dan doa-doa lain saat memulai dan mengakhiri
aktivitas. Bagi yang beragama lain, lakukan dengan cara
masing-masing.

70
BAB IV
STRES BELAJAR

71
A. Pengertian Stres Belajar
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan, stres biasanya
dialami siswa karena masalah belajar atau diistilahkan dengan
“stres belajar” (Yiming dan Fung dalam Farida Aryahi, 2016:5).
Konsep yang secara khusus menggambarkan kondisi stres yang
dialami oleh siswa akibat tuntutan sekolahnya, yakni stres belajar
(Agus Murtana, 2014:1).
Selain menggunakan istilah stres belajar, adapun yang
menggunakan istilah stres sekolah yaitu Desmita dalam bukunya
yang berjudul Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Kedua
hal tersebut memiliki pengertian yang sama karena sama-sama
tuntutan sekolah. Pada Sekolah ada kegiatan belajar-mengajar,
sehingga Stres Belajar adalah bagian dari Stres Sekolah.
Stres belajar sebenarnya bukanlah konsep yang orisinal
dan sama sekali baru, tetapi lebih merupakan pengembangan
dari konsep organizational stress atau job stress, yakni stres
yang dialami individu akibat tuntutan organisasi atau tuntutan
pekerjaannya (Agus Murtana, 2014:1). Untuk mengetahui lebih
dalam apa itu Stres Belajar, maka kita harus tahu lebih dulu apa itu
pengertian Stres Belajar. Pengertian Stres Belajar yaitu:
1. Pengertian stres belajar dalam Agus Murtana (2014:1) yaitu:
a. Verma, Sharma dan Larson mendefinisikan stres belajar
sebagai school demands (tuntutan sekolah), yaitu
stres siswa yang bersumber dari tuntutan sekolah.
Tuntutan sekolah yang dimaksud difokuskan pada
tuntutan tugas-tugas sekolah (schoolwork demands)
dan tuntutan dari guru-guru (the demands of tutors).
b. Sementara itu, Desmita mendefinisikan stres belajar
sebagai ketegangan emosional yang muncul dari
peristiwa-peristiwa kehidupan di sekolah dan
perasaan terancamnya keselamatan atau harga diri
siswa, sehingga memunculkan reaksi-reaksi fisik,
psikologis, dan tingkah laku yang berdampak pada
penyesuaian psikologis dan prestasi akademis.
72
c. Rao mengemukakan stres belajar adalah perasaan yang
dihadapi oleh siswa ketika terdapat tekanan-tekanan.
Tekanan-tekanan tersebut berhubungan dengan
belajar dan kegiatan sekolah, contohnya tenggat
waktu PR, saat menjelang ujian, dan hal-hal yang
lain.
d. Menurut Agus Murtana, stres dalam belajar adalah
suatu respons atau perasaan yang tidak mengenakkan
yang dialami oleh seseorang yang dipengaruhi oleh
individu dan situasi eksternal sehingga menimbulkan
akibat-akibat khusus secara psikologis maupun
fisiologis terhadap seseorang.
2. Pengertian stres belajar dalam Muammar Ardian Aprianto
(2015:2;7), yaitu:
a. Stres belajar menurut ahli dalam Syaiful Bahri adalah
suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar
secara wajar yang disebabkan adanya tekanan,
hambatan ataupun gangguan dalam belajarnya.
b. Stres belajar adalah gangguan mental atau emosional
pada semua hal yang berhubungan dengan ilmu
pengetahuan dan pendidikan di sekolah.
3. Stres belajar adalah suatu kondisi yang dirasakan oleh siswa
tentang adanya bahaya, tekanan atau ancaman yang melampaui
batas kemampuannya dan dapat membahayakan kesejahteraan
dirinya (Andi Agustan Arifin, 2018:70).
4. Pengertian stres belajar dalam Farida Aryani (2016:25-26),
yaitu:
a. Stres belajar diartikan sebagai tekanan-tekanan
yang dihadapi anak berkaitan dengan sekolah,
dipersepsikan secara negatif, dan berdampak pada
kesehatan fisik, psikis, dan performa belajarnya
(Campbell & Svenson; Ng Lai Oon).
b. Stres belajar merupakan respons fisik atau psikis karena

73
ketidakmampuan dalam mengubah tingkah laku atau
penampilan dengan serangkaian kegiatan seperti:
menulis, membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru, sebagai akibat dari tekanan-tekanan atau
ketidaksesuaian antara tuntutan yang diterima dengan
kemampuan yang dimiliki.
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa stres
belajar adalah kondisi atau respons siswa terhadap tuntutan atau
tekanan sekolah.

B. Sumber Stres Belajar


a. Desmita mengidentifikasi adanya empat tuntutan sekolah
yang dapat menjadi sumber stres bagi siswa (2012:293-
298), yaitu:
a. Physical demands (tuntutan fisik).
Physical demands maksudnya adalah stres siswa
yang bersumber dari lingkungan fisik sekolah. Dimensi-
dimensi dari lingkungan fisik sekolah yang dapat
menyebabkan terjadinya stres siswa ini meliputi:
1) Keadaan iklim ruangan kelas,
2) Temperatur yang tinggi (temperature extremes),
3) Pencahayaan dan penerangan (lighting and illumination),
4) Perlengkapan atau sarana/prasarana penunjang
pendidikan,
5) Schedule atau daftar pelajaran,
6) Kebersihan dan kesehatan sekolah,
7) Keamanan dan penjagaan (security and maintenance)
sekolah, dan sebagainya.
b. Task demands (tuntutan tugas).
Sama halnya dengan guru-guru atau karyawan di
sekolah, siswa juga dihadapkan pada tuntutan tugas-tugas
yang harus dikerjakan. Tetapi, berbeda dengan guru dan

74
karyawan sekolah, tugas-tugas dihadapi siswa berkaitan
dengan proses dan pencapaian tujuan pembelajaran.
Dengan demikian, task demands atau tuntutan
tugas dalam konsep stres sekolah ini dapat diartikan
sebagai tugas-tugas pelajaran (academic work) yang harus
dikerjakan atau dihadapi oleh peserta didik yang dapat
menimbulkan perasaan tertekan atau stres. Aspek-aspek
dari task demands ini meliputi:
1) Tugas-tugas yang dikerjakan di sekolah (class work) dan
di rumah (school work/home work),
2) Mengikuti pelajaran,
3) Memenuhi tuntutan kurikulum,
4) Menghadapi ulangan atau ujian,
5) Mematuhi disiplin sekolah,
6) Penilaian, dan
7) Mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler.
c. Role demands (tuntutan peran).
Dimensi ketiga dari stresor di sekolah adalah
berhubungan dengan peran yang dipikul oleh siswa. Di
sekolah ada anggota yang berposisi sebagai guru, karyawan,
penjaga sekolah, dan sebagai siswa. Semua anggota
organisasi sekolah ini diharapkan memenuhi kewajiban-
kewajiban yang telah ditetapkan sesuai dengan posisinya
masing-masing.
Sekumpulan kewajiban yang diharapkan dipenuhi
oleh masing-masing individu sesuai dengan posisinya
inilah yang disebut dengan peran (role). Apabila seseorang
menduduki suatu posisi, maka hal ini secara otomatis
menjadi suatu peran. Posisi tidak akan menjadi suatu peran,
kecuali bila seseorang menduduki posisi yang dirumuskan
menurut harapan-harapan anggota lain dan individu itu
sendiri.
Tuntutan peran secara tipikal berkaitan dengan
75
harapan tingkah laku yang dikomunikasikan oleh pihak
sekolah (kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai) serta oleh
orang tua dan masyarakat kepada siswa, seperti harapan
memiliki nilai yang bagus, mempertahankan nama baik
dan keunggulan sekolah, memiliki sikap dan tingkah laku
yang baik, memiliki motivasi belajar yang tinggi, harapan
berpartisipasi dalam memajukan kehidupan masyarakat,
menguasai keterampilan yang dibutuhkan di lapangan
pekerjaan atau perusahaan, dan sebagainya. Semua harapan
peran ini dapat menjadi salah satu sumber stres bagi siswa,
terutama ketika ia merasa tidak mampu memenuhi harapan-
harapan peran tersebut.
d. Interpersonal demands (tuntutan interpersonal).
Dimensi keempat dari tuntutan sekolah yang
dapat menjadi sumber stres bagi siswa adalah tuntutan
interpersonal. Di lingkungan sekolah, siswa tidak hanya
dituntut untuk dapat mencapai prestasi akademis yang tinggi,
melainkan sekaligus harus mampu melakukan interaksi
sosial atau menjalin hubungan baik dengan orang lain.
Bahkan keberhasilan siswa di sekolah banyak ditentukan
oleh kemampuannya mengelola interaksi sosial ini. Hal ini
adalah karena sebagian besar waktunya dihabiskan bersama
orang-orang di luar lingkungan keluarganya, seperti teman
sebaya dan guru-guru.
* Sumber stres dalam Agus Murtana (2014:2-4), yaitu:
a. Adapun Losyk menyatakan sumber stres dibagi menjadi
empat, yaitu:
1) Kondisi fisik,
2) Kondisi mental-psikis,
3) Kondisi sosio-ekonomi, dan
4) Budaya dan kondisi lingkungan khusus.
b. Rice menyatakan garis besar dua tipologi sumber stres
belajar, yaitu:

76
1) Personal and Social Stressor, adalah stres siswa yang
bersumber dari diri pribadi dan lingkungan sosial.
Stresor personal dan sosial yang penting meliputi isu-isu:
transisi, lingkungan tempat tinggal, saudara dan teman
lama. Berhubungan dengan transisi dalam lingkungan
baru, terdapat pula banyak stresor, seperti: menemukan
teman baru, masa-masa kesepian (periods of loneliness)
dan menangani hubungan romantis. Dalam studi tentang
siswa wanita yang dilakukan oleh Frazier dan Schauben
(dalam Rice), diidentifikasi beberapa stresor yang
berhubungan dengan isu-isu hubungan, yaitu ditolak,
disisihkan, dicurangi teman dekat, tidak diikutsertakan,
kehamilan yang tidak dikehendaki, tekanan ujian, dan
masalah keuangan. Dari sekian banyak stresor yang
tercakup dalam dimensi hubungan ini, stresor yang
paling kuat adalah kematian orang tua atau teman dekat
dan kehamilan yang tidak dikehendaki.
2) Academic stressor, adalah stres siswa yang bersumber dari
proses belajar mengajar atau hal-hal yang berhubungan
dengan kegiatan belajar, yang meliputi: tekanan untuk
naik kelas, lama belajar, menyontek, banyak tugas,
mendapat nilai ulangan, birokrasi, mendapatkan
bantuan beasiswa, keputusan menentukan jurusan dan
karir, serta kecemasan ujian dan manajemen waktu.
1. Menurut Agustin faktor-faktor yang mempengaruhi stres belajar
yaitu:
1) Faktor karakteristik pribadi (personal characteristic)
Kepribadian adalah kualitas total sikap, kebiasaan, karakter
dan perilaku manusia. Karakteristik kepribadian yang
rentan mengalami kejenuhan adalah individu yang idealis,
perfeksionis, neurotis dan mudah menyerah. Kemampuan
yang rendah dalam mengendalikan emosi juga merupakan
salah satu karakteristik kepribadian yang menimbulkan
stres. Individu yang tidak bisa menerima keadaan, penuh

77
obsesi, dan perfeksionis mengalami tingkat stres belajar
yang tinggi. Fakta lain menunjukkan bahwa individu yang
memiliki harga diri rendah rentan mengalami kejenuhan
belajar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Evers
(Karabiyik) menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki
harga diri tinggi memiliki tingkat kemungkinan mengalami
stres belajar yang rendah daripada seseorang yang memiliki
harga diri rendah.
2) Faktor dukungan sosial (social support)
Individu yang memiliki dukungan sosial tinggi memiliki
kemampuan untuk mengelola stres dengan baik. Lingkungan
belajar yang menyenangkan, saling menghargai dan beban
belajar yang tidak berlebihan merupakan hal yang positif
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Hubungan
yang kurang baik dengan teman belajar, atau dengan guru
menjadi pemicu munculnya kejenuhan pada peserta didik.
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan nilai pribadi dalam
kompetisi belajar. Kurangnya dukungan sosial, baik itu dari
teman, guru, keluarga hingga masyarakat bisa menimbulkan
stres belajar. Penelitian Salamani menemukan bahwa
dukungan sosial dari teman belajar memiliki pengaruh baik
yang positif maupun yang negatif terhadap stres belajar. Sisi
positif yang dapat diambil yaitu mereka merupakan sumber
emosional bagi individu saat menghadapi masalah dengan
lingkungan. Sisi negatif dari dukungan teman belajar adalah
terjadinya hubungan sosial yang buruk antar teman belajar
yang menyebabkan siswa mengalami stres belajar.
3) Faktor beban akademis yang berlebihan (courseload)
Saat mengikuti kegiatan belajar, individu memerlukan
waktu dan tenaga untuk memahami orang lain dalam
berinteraksi di kelas. Selain itu, pemberian tugas rumah
yang banyak dan standar nilai tinggi menyebabkan siswa
stres dalam belajar. Beban akademis yang berlebihan
mengandung makna menghabiskan waktu dan tenaga

78
sehingga menyebabkan stres. Selain itu, harapan yang
tinggi dari lingkungan sekolah terhadap siswa memberikan
kontribusi besar untuk terjadinya stres belajar. Jacobs
menambahkan bahwa beban akademis yang berlebihan
memiliki hubungan yang positif dengan stres belajar yang
dialami oleh siswa. Ketika siswa mempersepsikan beban
tugas menjadi beban berlebih bagi mereka, maka itu akan
menyebabkan lemahnya motivasi, menurunnya prestasi
dan merasa gagal.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan,
sumber stres belajar adalah diri sendiri, sekolah, pelajaran, dan
sosial.

C. Gejala Stres Belajar


Adapun yang dapat menjadi gejala stres belajar dalam Farida
Aryani (2016:47-49), yaitu:
1. Menurut Hardjana
a) Gejala Fisik, meliputi:
1) Sakit kepala,
2) Tidur tidak teratur,
3) Tegang pada leher,
4) Berkeringat,
5) Tidak selera makan, dan
6) Sering gemetar.
b) Gejala Emosional, meliputi:
1) Cemas,
2) Gelisah,
3) Sedih,
4) Mood yang berubah-ubah,
5) Marah-marah,
6) Gugup, dan

79
7) Harga diri yang rendah.
c) Gejala Intelektual, meliputi:
1) Sulit konsentrasi,
2) Pelupa,
3) Pikiran kacau,
4) Sering melamun,
5) Sulit mengambil keputusan, dan
6) Rendahnya motivasi dan prestasi belajar.
d) Gejala Interpersonal, meliputi:
1) Kesedihan karena merasa kehilangan orang yang
disayangi,
2) Mudah menyalahkan orang lain,
3) Suka mencari kesalahan orang lain,
4) Egois, dan
5) Sering “mendiamkan” orang lain.
2. Menurut Ng Lai Oon, anak yang mengalami stres belajar
akan menunjukkan perilaku khas antara lain:
a. Berubah menjadi murung, apatis, dan tidak bahagia,
b. Tidak mau bergaul, menutup diri, lebih suka menyendiri,
c. Mengalami penurunan prestasi di sekolah,
d. Jadi agresif dan berperilaku cenderung merusak,
f. Sering terlihat cemas, gelisah dan gugup,
g. Tidak dapat tidur tenang, selalu gelisah, bermimpi buruk,
dan sering mengigau, dan
h. Mengalami perubahan pola makan, jadi suka makan atau
tidak mau makan sama sekali.
3. Menurut Farida Aryani, siswa yang mengalami perasaan
tertekan (mengalami stres) akan memberikan reaksi
Fisik, seperti denyut jantung, napas, dan ketegangan otot-
otot tertentu meningkat. Respons mental dan fisik siswa
terhadap stres belajar akan berdampak pada perilakunya.
80
Kemungkinan amarahnya meledak, menjadi agresif,
mengamuk, tertawa, atau sebaliknya sedih dan gelisah.
Reaksi seperti ini biasanya muncul jika stres yang dialami
berkepanjangan. Respons lain adalah perilaku gemetar,
bicara cepat, tidak konsentrasi, dan lesu.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa Gejala Stres Belajar adalah sakit kepala, tidur tidak teratur,
berkeringat, cemas, gelisah, sedih, marah-marah, sulit konsentrasi,
pelupa, pikiran kacau dan mengalami perubahan pola makan.

D. Tahapan Stres Belajar


Gejala-gejala stres pada seseorang terutama stres belajar
sering kali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres
berjalan secara lambat dan baru dirasakan saat tahapan gejala
sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari
(Farida Aryani, 2016:49-50). Amberg dalam Hawari (Farida
Aryani, 2016:50-53) membagi tahapan-tahapan stres belajar
sebagai berikut:
1. Stres tahap I
Merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan semangat
bekerja besar atau menyelesaikan tugas sekolah,
penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya,
merasa mampu menyelesaikan pekerjaan/tugas sekolah
lebih dari biasanya tanpa menyadari cadangan energi
dihabiskan, disertai rasa gugup yang berlebihan, merasa
senang dengan pekerjaan/tugas sekolah tersebut dan
semakin bertambah semangat, tetapi tanpa disadari
cadangan energi semakin menipis.
2. Stres belajar tahap II
Pada tahap ini dampak stres yang semula “menyenangkan”
mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang
disebabkan karena kurang istirahat. Keluhan-keluhan

81
yang sering dikemukakan adalah merasa letih ketika
bangun pagi, merasa mudah lelah sesudah makan siang,
lekas merasa capai menjelang sore hari, sering mengeluh
lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort),
detak jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar),
otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak
bisa santai.
3. Stres tahap III
Merupakan keadaan yang akan terjadi apabila seseorang
tetap memaksakan dirinya dalam pekerjaan tanpa
menghiraukan keluhan-keluhan pada tahap II. Keluhan-
keluhan pada tahap ini seperti gangguan usus dan lambung
yang semakin nyata, ketegangan otot-otot, perasaan
ketidaktenanggan dan ketegangan emosional yang
semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia),
koordinasi tubuh terganggu. Pada tahapan ini, seseorang
harus berkonsultasi pada dokter atau terapis, beban stres
hendaknya dikurangi dan tubuh beristirahat.
4. Stres tahap IV
Tidak jarang seseorang yang memeriksakan diri ke
dokter karena keluhan-keluhan yang dialami stres tahap
III, dinyatakan tidak sakit oleh dokter dikarenakan
tidak adanya kelainan fisik yang ditemukan pada organ
tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan orang tersebut tetap
memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat,
maka gejala stres tahap IV akan muncul. Gejalanya
adalah bosan terhadap aktivitas kerja yang semula
terasa menyenangkan, kehilangan kemampuan untuk
merespons secara memadai (adeque), ketidakmampuan
untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari, gangguan
pola tidur disertai mimpi-mimpi yang menegangkan,
sering kali menolak ajakan (negativisme) karena tidak
ada semangat dan kegairahan, daya konsentrasi dan
daya ingat menurun dan timbul perasaan ketakutan dan

82
kecemasan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
5. Stres tahap V
Keadaan lanjutan yang ditandai dengan keadaan kelelahan
fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and
psychological exhaustion), ketidakmampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan
sederhana, gangguan sistem pencernaan semakin berat
(gastro-intenstinal disorder), dan timbul perasaan
ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat serta
mudah bingung dan panik.
6. Stres tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang akan
mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan
takut mati. Stres pada tahap ini ditandai dengan gejala
debaran jantung teramat keras, susah bernapas (sesak dan
megap-megap), sekujur badan terasa gemetar, dingin dan
keringat bercucuran, ketiadaan tenaga untuk melakukan
hal-hal yang ringan, pingsan atau kolaps (collapse).

E. Dampak Stres Belajar


1. Dampak stres belajar dalam Desmita (2012:298-299), yaitu:
a. Menurut Kiselica, dkk., yaitu:
‘”Researchers examining the relationship between anxiety
and psychological adjusnment in children and adolescents
have indicated that, although moderate levels of anxiety
can enhance awareness, alterness, and performance, high
levels can be maladaptive in nature and can contribute to
a variety of psychosocial problems among school-aged
youth. An excessively high level of anxiety is an essential
feature of three anxiety disorder subtypes that may arise
in childhood and adolescence: separation anxiety disorder,
overanxious dirorder, and avoidant disorder. Estimates of
the prevalence of these disorders range from 2% to 12%.

83
Other researchers have demonstrated that anxiety in
childhood and adolescence is associated with diminished
peer popularity, depression, attention difficulties,
oppositional behavior, somatic complaints, subtance abuse,
career idecision, loneliness, and shyness.”’
Kutipan di atas memberikan gambaran bahwa kecemasan
atau stres sekolah yang dialami oleh anak mempunyai dampak,
tidak saja pada penyesuaian fisiologis, psikologis dan psikososial,
melainkan juga pada penyesuaian akademis.
b. Berdasarkan penelitian Fimian dan Cross, menyatakan
bahwa stres anak yang tinggi di sekolah lebih
memungkinkannya untuk menentang dan berbicara di
belakang guru, membuat keributan dan kelucuan di dalam
kelas, serta mengalami sakit kepala dan sakit perut.
c. Johnson memperkirakan 10% hingga 30% anak remaja
yang sangat cemas di sekolah, cukup mengganggu prestasi
belajarnya.
d. Philips (dalam Kiselica, dkk.) melaporkan bahwa kecemasan
sekolah (school anxiety) yang tinggi dan rendah dalam
diri anak remaja secara konsisten menimbulkan dampak
yang berbeda antara perilaku adaptif dan mal adaptif.
Kecemasan anak yang tinggi menunjukkan lebih banyak
problem tingkah laku, tidak disukai oleh teman, konsep
diri yang buruk, serta sikap terhadap sekolah dan prestasi
akademis yang rendah.

2. Dampak stres dalam Agus Murtana (2014:1-2), yaitu:


Wulandari pada penelitiannya menggambarkan stres
belajar dapat menimbulkan dampak secara jangka pendek
maupun dampak secara jangka panjang.
a. Dampak secara jangka pendek di antaranya adalah:
1) Respons secara psikologis, yaitu:
* Mengalami kecemasan,

84
* Sedih,
* Takut, dan
* Putus asa.
2) Respons fisik, yaitu: Timbul serangan sakit perut
dan sakit kepala.
3) Respons perilaku, yaitu:
* Gemetar,
* Gagap, dan
* Keinginan untuk melakukan tindakan agresif
kepada orang lain.
b. Dampak jangka panjang di antaranya adalah:
1) Menurunnya daya tahan tubuh seseorang sehingga
mudah terkena risiko penyakit,
2) Depresi,
3) Kelelahan mental, dan
4) Mulai mengonsumsi rokok atau minuman-minuman
keras.
Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan, dampak stres
adalah kecemasan, sakit kepala, sedih, takut, gemetar, dan mulai
mengonsumsi rokok atau minuman-minuman keras.

F. Mengatasi Stres Belajar


Berikut ini akan dikemukakan beberapa upaya yang dapat
dilakukan guru dalam mengatasi stres yang dialami peserta didik
(Desmita, 2012:301-304):
1. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif
Iklim sekolah (school climate) adalah situasi
atau suasana yang muncul akibat hubungan antara kepala
sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan
peserta didik, dan hubungan antar peserta didik, yang
memengaruhi sikap (attitude), kepercayaan (beliefs), nilai
(values), motivasi (motivation) dan prestasi orang-orang
85
(personalia) yang terlibat dalam suatu (sekolah) tertentu.
Stres sekolah yang dialami peserta didik di antaranya
bersumber dari hubungan interpersonal di sekolah. Karena
itu, sejumlah pemikir dan praktisi dunia pendidikan
kontemporer, (seperti Hanushek; Bobbi De Porter; Hoy
& Miskel; Sackney), menyarankan kepada pihak sekolah
agar mampu menciptakan iklim sekolah yang sehat dan
menyenangkan, yang memungkinkan siswa dapat menjalin
interaksi sosial secara memadai di lingkungan sekolah.
Iklim sekolah yang sehat ini, di samping dibutuhkan untuk
membangkitkan motivasi belajar siswa, juga diperlukan
untuk mengantisipasi timbulnya perasaan tidak nyaman
dan stres dalam diri siswa, yang pada gilirannya akan
memengaruhi prestasi belajar mereka.
2. Melaksanakan program pelatihan penanggulangan stres
Kondisi stres yang dialami peserta didik di sekolah
dapat diatasi oleh guru dengan melaksanakan program
pelatihan inokulasi stres (stress inoculation training).
Inokulasi stres merupakan salah satu strategi atau teknik
kognitif-perilaku (cognitive-behavior) dalam program-
program terapi dan konseling.
Pendekatan kognitif-perilaku dikembangkan atas
prinsip dasar bahwa pola pemikiran manusia terbentuk
melalui proses rangkaian stimulus-kognisi-respons
(SKR), yang saling berkaitan dan membentuk semacam
jaringan SKR dalam otak manusia (Oemarjoedi). Dalam
rangkaian SKR ini, proses kognitif memainkan peranan
penting dan menjadi faktor penentu dalam memengaruhi
perilaku manusia, bagaimana manusia berpikir, merasa
dan bertindak sikap-sikap, harapan, atribusi, dan berbagai
kegiatan kognitif lainnya merupakan kekuatan utama dalam
menghasilkan, memprediksi dan memahami perilaku.
Menurut Deffenbacher, training inokulasi stres adalah
suatu paradigma konseling yang sangat menjanjikan bagi

86
psikoedukasional dan program prevensi. Karena training
inokulasi stres dapat diadaptasi dengan mudah untuk
kelompok intervensi, maka ia sangat cocok untuk digunakan
sebagai bagian dari upaya-upaya psikologi pendidikan yang
terencana (Huebner).
Sejumlah temuan penelitian menunjukkan bahwa
training inokulasi stres memberikan dampak yang positif
bagi kehidupan remaja yang telah mengikuti training
inokulasi stres secara signifikan lebih mampu menghadapi
situasi-situasi yang stressfull serta memiliki keterampilan-
keterampilan sosial.
Kiselica, dkk., menunjukkan yang positif training
inokulasi stres bagi peningkatan keterampilan remaja dalam
menanggulangi kecemasan dan stres serta penggunaan
strategi penyesuaian psikososial yang lebih efektif.
3. Mengembangkan resilensi peserta didik
Resilensi merupakan salah satu aspek potensi yang
perlu dikembangkan dalam diri peserta didik. Sebab, resilensi
merupakan kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki
peserta didik yang memungkinkannya untuk menghadapi,
mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan
dampak-dampak yang merugikan dari kondisi-kondisi
yang tidak menyenangkan, atau bahkan mengubah kondisi
kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang
wajar untuk diatasi. Bagi mereka yang resilien, resilien
membuat hidupnya menjadi lebih kuat. Artinya, resilien
akan membuat seseorang berhasil menyesuaikan diri dalam
berhadapan dengan kondisi-kondisi yang menyenangkan,
perkembangan sosial, akademis, kompetensi vokasional,
dan bahkan dengan tekanan hebat yang inheren dalam
dunia sekarang sekalipun.

87
BAB V
STRES BELAJAR
MATEMATIKA

88
A. Pengertian Stres Belajar Matematika
Stres Belajar Matematika adalah kondisi atau respon siswa
terhadap tuntutan atau tekanan dari Belajar Matematika. Hal ini
dapat terjadi sebelum Belajar Matematika, saat Belajar Matematika,
maupun sesudah Belajar Matematika. Baik dari Matematika
(Faktor Internal) itu sendiri maupun dari Faktor Eksternal (Teman,
Sahabat, Orangtua, Guru, Diri Sendiri, Keluarga, Kepala Sekolah,
Fasilitas, Cuaca, dan lain-lain sebagainya).

B. Faktor Penyebab Stres Belajar Matematika


Faktor yang dapat menjadi Penyebab dari Stres Belajar
Matematika itu adalah:
1. Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam atau
dari Matematika itu sendiri. Hal-hal yang dapat menjadi
Faktor penyebab Stres Belajar Matematika dari Matematika
itu sendiri, yaitu:
a. Matematika Bersifat Abstrak
Sifat matematika yang abstrak atau tidak nyata
ini dapat diperparah dari guru matematika yang
hanya menyampaikan atau mengajarkan matematika
kadang hanya sebatas kata-kata atau siswa hanya
disuruh membayangkan tanpa didukung dengan media
pembelajaran ataupun alat peraga tertentu. Kadang ada
sekolah atau guru yang tidak menggunakan atau tidak
memiliki alat peraga maupun media pembelajaran. Hal
itu disebabkan dari guru yang malas atau tidak bisa
membuatnya, maupun keterbatasan dari segi biaya,
sarana dan prasarana, juga letak sekolah yang jauh dari
pusat kota yang membuat jadi serba susah.
b. Matematika itu memiliki Banyak Rumus
Dalam mengerjakan matematika itu diperlukan
rumus-rumus yang menjadi ketentuan atau syarat

89
untuk dapat menyelesaikan atau mengerjakan soal-soal
matematika. Misalnya pada bagian perpangkatan atau
eksponen, ada banyak rumus disana, misalnya untuk

pangkat negatif ( ), ada lagi untuk pangkat

positif yang memiliki banyak rumus yang tergantung


dari pada operasinya. Misalnya

, berbeda dengan , dan begitu juga yang

lainnya.
c. Matematika itu Ribet dan Rumit
Saat mengerjakan soal matematika itu kadang
membuat kita menjadi ribet dan rumit. Dimana dalam
pengerjaan satu soal saja kadang bisa membutuhkan
rumus yang berjumlah 2 bahkan lebih. Selain itu dalam
mengerjakan kadang membutuhkan waktu yang lama,
kertas yang banyak, tinta yang banyak dan bahkan
penghapus yang banyak jikalau salah. Saat mengerjakan
soal harus begini maupun harus begitu, dimana harus
sesuai dengan ketentuan yang ada.
d. Dalam Matematika terdapat Angka, gambar, simbol
maupun huruf
Dalam mengerjakan soal matematika terkadang kita
menemukan, menuliskan atau bahkan membuat gambar
untuk mempermudah kita dalam menemukan jawaban.
Pada gambar tersebut digunakan angka dan huruf sebagai
penanda, bahkan terkadang digunakan simbol tertentu.
2. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang berada atau bukan dari
Matematika itu sendiri. Faktor Eksternal itu yaitu:
a. Diri Sendiri
Diri sendiri adalah orang itu sendiri atau siswa

90
itu sendiri. Diri sendiri dapat menjadi salah satu faktor
penyebab Stres Belajar Matematika (bahkan bisa menjadi
faktor utama) karena merasa tidak mampu atau tidak
bisa, tidak memiliki rasa ingin tahu, tidak ada keinginan
atau kemauan untuk belajar matematika, takut terhadap
matematika (matematika itu sulit, ribet, dan lain-lain
sebagainya), takut terhadap guru matematika (galak,
kejam, dan lain-lain sebagainya) karena perkataan yang
mungkin didengar dari senior tentang matematika atau
guru matematika, dan membenci (tidak suka) matematika
bahkan membenci pengajarnya.
b. Orangtua
Orangtua adalah orang yang mungkin memiliki
atau menghabiskan waktu lebih banyak dengan siswa,
kecuali kalau memang ada orangtua yang terlalu
sibuk mencari uang atau mengejar jenjang karier yang
cemerlang. Orangtua dapat menyebabkan Stres Belajar
Matematika secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya Orangtua tidak memiliki uang untuk sekolah
maupun tidak memiliki uang untuk membeli buku,
koran, paket internet, dan lain-lain sebagainya, sebagai
alat dan bahan belajar bagi siswa. Selain itu, faktor
lain adalah orangtua tidak mengerti sehingga tidak bisa
mengajari atau memberitahukan matematika kepada
siswa jika siswa bingung atau tidak tahu, orangtua tidak
mendorong atau menyemangati siswa, orangtua bisa
saja menanamkan pikiran-pikiran buruk atau menakut-
nakuti siswa (misalnya: matematika itu sulit, ribet, guru
matematika galak dan kejam, dan lain-lain sebagainya).
c. Keluarga
Keluarga disini dalam pengertian, orang yang
berhubungan darah dengan siswa, selain daripada
orangtua. Baik itu adek dari orangtua siswa, maupun
kakak dari orangtua siswa, baik dari bapak maupun

91
dari Ibunya siswa. Orangtua dan Keluarga dipisahkan
karena untuk menekankan bahwa orangtua memiliki
peran dan tanggungjawab juga kepada siswa. Terkadang
ada orangtua yang memberikan anaknya sekolah dan
menyerahkan seutuhnya pendidikan siswa kepada guru
(lepas tangan). Sehingga apapun masalah siswa atau
apapun salah siswa, guru yang selalu disalahkan, guru di
tuduh tidak bisa mendidik.
Sebenarnya Pendidikan kepada siswa menjadi
tanggungjawab bersama antara guru dan orangtua.
Percuma guru mendidik siswa dengan baik di sekolah,
sementara di rumah berantakan. Percuma juga orangtua
mendidik siswa di rumah dengan baik, sementara saat ke
sekolah siswa bertemu dan terpengaruh dengan teman-
temannya yang tidak baik. Entah itu cabut dari sekolah,
berkelahi, memaki, maupun yang lain sebagainya. Itu
semua terjadi karena tidak selamanya siswa itu berada
di rumah, begitu juga tidak selamanya siswa berada di
sekolah. Bahkan di sepanjang perjalan dari rumah ke
sekolah maupun sebaliknya, bisa mempengaruhi siswa.
Keluarga dapat membuat siswa mengalami stres
dalam belajar matematika, misalnya: keluarga tidak tahu
atau sibuk kalau siswa bertanya tentang tugasnya dari
sekolah, keluarga tidak membantu orangtua siswa jika
kekurangan biaya, keluarga menanamkan pikiran yang
buruk terhadap matematika kepada siswa atau membuat
siswa menjadi takut belajar matematika, dan lain-lain
sebagainya.
d. Sahabat dan Teman
Sahabat dan Teman dapat menjadi salah satu
faktor yang dapat membuat siswa stres dalam belajar
matematika, misalnya: selalu mengejek-ngejek atau
merendahkan siswa yang menjadi teman atau sahabatnya,
tidak tahu atau tidak mau membantu siswa yang menjadi

92
teman atau sahabatnya jika mengalami masalah saat
belajar matematika, dan lain-lain sebagainya.

e. Senior
Senior dapat menjadi faktor penyebab dari stres belajar
matematika, misalnya: senior mengatakan kepada siswa
bahwa guru matematika itu galak, kejam, sanggar, dan
lain-lain sebagainya. Sehingga membuat siswa menjadi
takut sebelum belajar matematika atau bahkan membuat
siswa menjadi tidak suka atau tidak mau belajar
matematika.
f. Lingkungan
Lingkungan dapat menjadi faktor penyebab stres
dalam belajar matematika siswa, misalnya: lingkungan
belajar berada di daerah yang selalu terkena banjir,
dilingkungan belajar banyak maling atau pencuri
sehingga siswa merasa khawatir setiap saat, lingkungan
belajar memiliki suhu yang panas atau tinggi, dan lain-
lain sebagainya.
g. Sekolah dan Pemerintah
Di Sekolah terdapat beberapa oknum yang terlibat,
baik itu Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru,
maupun Ketua Yayasan. Selain itu di Sekolah juga
terdapat fasilitas berupa sarana dan prasarana sekolah.
Sekolah dan Pemerintah dapat menjadi salah satu faktor
penyebab stres siswa dalam belajar matematika, misalnya:
Buku-buku di perpustakaan hanya dapat dipinjam oleh
siswa saat proses pembelajaran berlangsung, pemerintah
menetapkan standar minimal kelulusan tertentu yang
tidak mempertimbangkan apakah semua siswa dapat
mencapainya, tidak terjadi pemerataan diberbagai
sekolah, dan lain-lain sebagainya.

93
C. Jenis Stres Belajar Matematika
Jenis dari Stres Belajar Matematika dapat dilihat dari dampak
yang ditimbulkannya. Jenis Stres Belajar Matematika, yaitu:
1. Stres Positif
Stres Positif adalah stres yang berdampak positif
atau baik kepada siswa. Misalnya: dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa, dapat meningkatkan
semangat dan motivasi dalam belajar matematika, dan
lain-lain sebagainya.
2. Stres Negatif
Stres Negatif adalah jenis stres yang berdampak
negatif atau buruk kepada siswa. Misalnya: siswa
menjadi malas belajar matematika, siswa menjadi suka
ribut atau mengganggu teman di dalam kelas saat belajar
matematika, dan lain-lain sebagainya. Bahkan siswa
dapat mengalami gangguan kesehatan karena Stres yang
dapat menurunkan Imunitas.

D. Mencegah Stres Belajar Matematika


Adapaun yang menjadi cara untuk mencegah Stres Belajar
Matematika adalah:
1. Media Pembelajaran atau Alat Peraga
Dalam pembelajaran matematika, sangat baik jika
digunakan media pembelajaran atau alat peraga. Dimana
media pembelajaran atau alat peraga dapat membuat
siswa tertarik, termotivasi, dan lain sebagainya dalam
belajar matematika.
2. Berpikir Positif
Sebelum, saat atau bahkan sesudah belajar matematika
sebaikya diadakan berpikir positif. Maksudnya adalah
perlu ditanamkan pemikiran positif. Misalnya: senior
disuruh untuk tidak menakut-nakuti junior, perlu
ditanamkan pemikiran bahwa matematika itu mudah,
94
belajar matematika menyenangkan, belajar matematika
sangat bermanfaat, dan lain-lain sebagainya.

3. Motivasi
Supaya tidak stres dalam belajar matematika, siswa
perlu diberikan motivasi. Motivasi tersebut baik dalam
bentuk kata-kata maupun benda. Hal ini perlu dilakukan
agar siswa tidak menjadikan kegiatan belajar matematika
tersebut sebagai suatu beban atau masalah.
4. Minat
Dalam belajar, kita sangat memerlukan yang disebut
sebagai minat. Minat adalah kemauan atau keinginan
untuk melakukan sesuatu. Jika siswa dalam hatinya
sudah tidak ada minat belajar, maka bisa saja semua
usaha kita untuk mengajari siswa akan sia-sia belaka.
Begitu juga guru, kalau guru hanya mengejar supaya
materi tercapai, siswa mendapatkan nilai tinggi, siswa
bisa mengerjakan semua soal yang diberikan, dan lain-
lain sebagainya, akan sia-sia jika guru tidak memiliki
minat untuk mengajari siswa dengan sungguh-sungguh.
Apa guna materi seluruhnya tercapai jika siswa masih
kurang paham, apa guna kalau nilai siswa tinggi tapi dari
hasil belas kasihan atau siswa yang menyontek, dan lain-
lain sebagainya.
Jika tidak ada minat dapat membuat kegiatan
mengajar menjadi rutinitas atau segala hal yang tidak
dinikmati, bahkan menjadi sebuah beban belaka. Minat
jika disatukan dengan motivasi (motif), akan sangat baik
dan bermanfaat bagi siswa. Jika siswa hanya memiliki
minat, minat tersebut bisa seketika hilang jika siswa
tidak ada motivasi (dorongan) untuk belajar. Bagi guru
Motivasi yang perlu dimiliki oleh guru adalah untuk
menciptakan generasi unggul, berprestasi dan bahkan
yang paling penting adalah jujur.
95
6. Doa
Sebelum belajar sebaiknya dilakukan doa, baik secara
pribadi maupun bersama teman-teman satu kelas. Hal
ini dilakukan agar kiranya siswa bisa konsentrasi, fokus
dan bahkan mampu mengikuti kegiatan pembelajaran
di kelas. Dengan cara meminta atau memohon kepada
Tuhan.
7. Lingkungan kondusif dan menyenangkan
Lingkungan disini dalam pengertian lingkungan
sekolah maupun lingkungan sekitar sekolah, maupun
lingkungan rumah tempat tinggal siswa. Lingkungan
yang kondusif dan menyenangkan dapat mencegah
terjadinya stres. Misalnya: warga sekitar sekolah
diberikan pemahaman akan penting dan bermanfaatnya
belajar matematika, jika sekolah berada dilingkungan
yang banyak pencuri maka perlu diadakan pengamanan,
perlu dibentuk taman yang indah supaya siswa bisa
bersantai-santai sebelum belajar matematika maupun
sesudah belajar matematika, dan lain-lain sebagainya.
7. Sistem pendidikan
Sistem pendidikan nasional perlu diubah. Hal yang
perlu diubah itu adalah pengajaran diberikan berdasarkan
talenta yang dimiliki oleh peserta didik. Sehingga
prestasi bisa menjadi semaksimal mungkin. Ada siswa
yang memiliki talenta dalam bidang matematika dan
bahkan ada juga yang tidak. Sehingga siswa tidak terasa
terbebani karena butuh waktu dan proses jika ingin
mengubah dari yang bukan talenta menjadi talenta.
Misalnya siswa yang tidak memiliki talenta dalam
bermain gitar, siswa tersebut pasti bersusah payah
dan bahkan sampai jari bisa sakit untuk bisa bermain
gitar. Memang semua pengetahuan itu penting dan
berhubungan, tapi siswa belum tentu bisa menguasai
satu bidang saja dengan utuh.
96
8. 1 Guru, untuk 1 sampai 3 siswa
Dalam pelaksanaan Pendidikan, guru biasanya
mengajar lebih dari satu siswa dalam satu kelas. Ada
yang 25 orang siswa, 30 orang siswa dan bahkan lebih
dari 30 orang siswa dalam satu kelas. Hal seperti ini
dirasakan kurang kondusif karena satu metode atau cara
hanya bisa diterima mungkin oleh 3 siswa, 5 siswa,
tapi tidak keseluruhan siswa. Terkadang di satu sisi ada
masalah siswa dan kita selesaikan, tetapi di sisi lain ada
siswa yang membuat masalah yang sama bahkan jauh
berbeda.
Kalau melihat seluruh ruangan terasa sangat sulit
apalagi jika ruangan kelas sangat besar. Sehingga
perlu diberikan konsep bahwa 1 sampai 3 orang siswa
diajarkan oleh hanya satu orang guru saja. Tetapi
alangkah lebih baik jika 1 siswa untuk 1 orang guru
karena lebih gampang dalam mengontrol atau mengatasi
siswa tersebut. Jika lebih dari 1 siswa (maksimal 3
siswa), lebih baik jika digabungkan siswa yang memiliki
karakter dan cara mengatasinya yang sama.
9. Olahraga
Supaya tidak terjadi stres dalam belajar matematika,
ada baiknya dilakukan olahraga. Olahraga tersebut
bisa dilakukan sebelum, saat maupun sesudah belajar
matematika. Olahraga bisa dilakukan dengan hal-hal
sederhana misalnya menggerakkan kepala ke kiri dan ke
kanan biar leher tidak tegang.
10. Tidur yang cukup
Tidur yang cukup dapat mencegah stres terjadi,
dimana dapat meningkatkan fokus dan konsentrasi.
Sehingga kita juga perlu waktu tidur yang cukup.
11. Bercerita dengan orang yang dipercaya
Dengan kita bercerita, terkadang masalah bisa

97
berkurang bahkan hilang. Ada orang disekeliling kita
yang pernah mengalami apa yang kita alami dan ada
orang yang bisa membantu kita dengan memberikan
berbagai pertimbangan yang bisa kita gunakan untuk
menyelesaikan masalah. Baik yang ahli dalam bidang
itu, maupun yang sudah berpengalaman. Sebagai sarana
bertukar pikiran maupun mencari solusi terbaik untuk
masalah yang dihadapi.
Terkadang ada orang yang menyalahgunakan atau
memanfaatkan cerita kita untuk menjatuhkan kita. Oleh
sebab itu, sebaiknya pertimbangkan orang yang kita ajak
bercerita itu. Apakah dapat merahasiakan cerita kita atau
tidak.

E. Mengatasi Stres Belajar Matematika


Stres belajar matematika dapat diatasi dengan berbagai cara.
Terkadang bagi siswa yang satu tidak bisa metode A, tapi pada
siswa yang lain bisa atau berdampak. Sehingga sebenarnya, tidak
ada ketentuan yang baku tentang cara mengatasi stres belajar
matematika. Tapi, disini dicoba ditawarkan beberapa solusi,
diantaranya:
1. Konsumsi Buah dan Sayuran
Konsumsi Buah dan Sayuran yang mengandung
antioksidan tinggi dapat membuat kita menjadi sehat.
Apalagi stres dapat menurunkan imunitas atau kekebalan
tubuh dalam melwan penyakit.
2. Istirahat dan Olahraga
Saat mengalami stres, kita perlu melakukan istirahat dan
olahraga untuk menenangkan dan menyegarkan otak.
3. Berpikir Positif
Saat terjadi stres, sebaiknya kita berpikir positif. Hal ini
dilakukan agar kita dapat menjadi tenang dan rileks. Tidak
lagi merasa jadi beban atau masalah.

98
4. Bercerita dengan orang yang dipercaya
Saat kita mengalami stres dalam belajar matematika, ada
baiknya kita bercerita dengan orang-orang di sekitar kita
yang dapat dipercaya sebagai tempat cerita.
5. Konsultasi kepada ahli atau orang bijaksana
Ahli disini adalah dokter, psikolog, psikiater dan
bimbingan konseling. Mereka terlebih dahulu sudah
mempelajari seperti apa dan bagaimana itu stres, beserta cara
untuk mengatasinya. Sehingga perlu melakukan konsultasi
kepada mereka.
Selain dengan para ahli, dapat juga dilakukan konsultasi
dengan para tokoh yang dianggap bijaksana. Orang
bijaksana biasanya dapat membuat kita menjadi tenang atau
dapat menyelesaikan segala masalah kita.
6. Konsumsi Obat
Ini adalah cara terakhir jika sudah benar-benar tidak
dapat lagi di atasi. Ada obat yang dapat menurunkan stres.
Sehingga kita perlu mengkonsumsi obat tersebut. Sebaiknya
obat yang dikonsumsi tersebut dikonsultasikan atau
berdasarkan resep dokter.

99
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Abdullah bin, 2007, Kiat Mengatasi Stres Anak Melalui
Sikap Kasih Sayang Orang Tua, Restu Agung, Jakarta.

Abdurrahman, Mulyono, 2012, Anak Berkesulitan Belajar: Teori,


Diagnosis, dan Remediasinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Andar, dan Ikman, 2016, Deskripsi Kesalahan Siswa Dalam


Menyelesaikan Soal-Soal Ujian Semester Matematika
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Kendari, Jurnal
Penelitian Pendidikan Matematika, Vol. 4, No. 2.

Aprianto, Muammar Ardian, 2015, Fenomena Stres Belajar


Peserta Didik SMK Muhammadiyah 1 Moyudan, Skripsi
di Terbitkan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
Yogyakarta.

Arifin, Andi Agustan, 2018, Meminimalisir Stres Belajar Siswa


Melalui Teknik Meditasi Hening, Jurnal Bimbingan dan
Konseling Terapan, Vol. 02, No. 01.

Arora, Anjali, 2008, 5 Langkah Mencegah dan Mengatasi Stres,


PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

Aryani, Farida, 2016, Stres Belajar : Suatu Pendekatan dan


Intervensi Konseling, Edukasi Mitra Grafika, Makassar.

Aryani, Tanisa Diva dan Maylita Hasyim, 2018, Pengaruh


Kecemasan Matematis, Problem Stress Matematika
dan Self-Regulated Learning Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa, Jurnal Pendidikan Matematika FKIP
Univ. Muhammadiyah Metro, Vol. 7, No. 2.
100
10
National Safety Council, 2003, Manajemen Stres, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997, Kamus Besar


Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Desmita, 2012, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, PT


Remaja Rosdakarya, Bandung.

Fathani, Abdul Halim, 2016, Matematika : Hakikat & Logika, Ar-


Ruzz Media, Jogjakarta.

Gaol, Nasib Tua Lumban, 2016, Teori Stres : Stimulus, Respons,


dan Transaksional, Buletin Psikologi, Vol. 24, No. 1.
Goliszek, Andrew, 2005, :60 Second Manajemen Stres, Bhuana
Ilmu Populer, Jakarta.

Hamzah, H. M. Ali dan Muhlisrarini, 2014, Perencanaan dan


Strategi Pembelajaran Matematika, Rajawali Pers,
Jakarta.

Haryono, Didi, 2014, Filsafat Matematika : Suatu Tinjauan


Epistemologi dan Filosofis, CV Alfabeta, Bandung.

Hasratuddin, 2014, Pembelajaran Matematika Sekarang dan


yang akan datang Berbasis Karakter, Jurnal Didaktik
Matematika, Vol. 1, No. 2.

Hasratuddin, 2015, Mengapa Harus Belajar Matematika?, Perdana


Publishing, Medan.

Muhsetyo, Gatot, 2012, Gagasan (HCN + K) Untuk Pengembangan


Model Pembelajaran Matematika Dalam Kompetisi
Global, Naskah Pidato Pengukuhan Guru Besar,

101
Universitas Negeri Malang, Malang.

Murtana, Agus, 2014, Hubungan Antara Harga Diri dan Interaksi


Teman Sebaya Dengan Stres Belajar, Naskah Publikasi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Novia, Efrita, 2014, Tips-tips Dahsyat Kelola Stres & Emosi Untuk
Hidup Lebih Bahagia, Araska, Yogyakarta.

Novitasari, Dian, 2016, Pengaruh Penggunaan Multimedia


Interaktif Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa, Jurnal Pendidikan Matematika &
Matematika, Vol. 2, No. 2.

Prahmana, Rully Charitas Indra, dkk., 2015, Mengenal Matematika


Lebih Dekat, Matematika, Yogyakarta.

Publishing, Trident Reference, 2009, Bebas Stres, Kanisius,


Yogyakarta.

Shadiq, Fadjar, 2014, Pembelajaran Matematika ; Cara


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa, Graha Ilmu,
Yogyakarta.

Sarastika, Pradipta, 2014, Manajemen Pikiran Untuk Mengatasi


Stres, Depresi, Kemarahan & Kecemasan, Araska,
Yogyakarta.

Siswanto, 2007, Kesehatan Mental, Konsep, Cakupan, dan


Perkembangannya, Andi, Yogyakarta.

Sukadiyanto, 2010, Stress dan Cara Menguranginya, Cakrawala


Pendidikan, Vol. 29, No. 1.
Suprayogi, Muhamad Nanang dan Anisa Fauziah, 2011, Gambaran
Strategi Coping Stress Siswa Kelas XII SMAN 42 Jakarta

102
Dalam Menghadapi Ujian Nasional, Humaniora, Vol. 2,
No. 1.

Suyono, Triyono dan Dany M. Handarini, 2016, Keefektifan Teknik


Relaksasi Untuk Menurunkan Stres Akademik Siswa SMA,
Jurnal Pendidikan Humaniora, Vol. 4, No. 2.

Uno, Hamzah B., 2011, Model Pembelajaran, Bumi Aksara,


Jakarta.

Wahyudi, 2017, Manajemen Konflik dan Stres dalam Organisasi :


Pedoman Praktis bagi Pemimpin Visioner, CV Alfabeta,
Bandung.

Wijoyo, Padmiarso M., 2011, Cara Mudah Mencegah dan


Mengatasi Stres!, Bee Media Pustaka, Bogor.

Wilkinson, Greg, 2003, Panduan Menangani Stres Sendiri,


Intimedia & Ladang Pustaka, Jakarta.

Wulandari, Efriana dan Roseli Theis, 2012, Pengaruh Problem


Stres Matematika Sekolah Terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 4 Kota
Jambi T. A 2009/2010, Edumatica, Vol. 02, No. 01.

Wulandari, Veronika Dwiasih, 2009, Tingkat Stres Siswa SMA Kelas


XII di Yogyakarta Dalam Menghadapi Ujian Nasional,
Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

103
BIODATA PENULIS
Try Gunawan Zebua dilahirkan di
Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli,
Sumatera Utara, pada tanggal 11
Juli 1994, Anak ke-3 dari 3 orang
bersaudara, dari pasangan Ayah
(Alm) Constantin Theodali Zebua
dan Ibu Rosmawati Telaumbanua.

Riwayat Pendidikan: TK BNKP


Hanna Blindow Gunungsitoli pada
tahun 1998-2000. SD Swasta RK

Mutiara Gunungsitoli pada Tahun 2000-2006, SMP Swasta


Bunga Mawar Gunungsitoli pada Tahun 2006-2009, SMA Swasta
Santu Xaverius Gunungsitoli pada Tahun 2009-2012, Jenjang D3
Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada Tahun 2012-2015.

Pada awal tahun 2016 sempat kuliah dan diterima di Universitas


Negeri Malang (UM) pada Jenjang S1 Pendidikan Teknik
Mesin Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik. Tapi, karena
tidak sanggup membayar uang kuliah, Kuliah pada Jenjang S1
Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (IKIP) Gunungsitoli pada Tahun 2016 hingga sekarang.

Penulis dapat dihubungi melalui: SMS/Telepon/WA di nomor


081360781116, Facebook: Try GUnawan ZEbua, Instagram: Try
GUnawan Zebua, E-mail: trygunawan@rocketmail.com

104
TESTIMONI
Saya percaya dengan hadirnya buku ini bisa membantu para pelajar
khususnya dalam mata pelajaran Matematika.
Baca buku ini, perjuangkan mimpi Anda dan berkaryalah bagi
negara kita tercinta. Indonesia, Pasti Bisa!

Merry Riana
Entrepreneur, Influencer, Educator
Tokoh Inspirasi Buku & Film ‘MERRY RIANA : Mimpi Sejuta
Dolar’
TV Host ‘I’m Possible’ on Metro TV
www.MerryRiana.com

“Buku ini memberikan kita pemahaman yang cukup mengenai


stres dan matematika. Menarik untuk dibaca dan menjadi salah
satu opsi untuk referensi dalam penelitian.”
Ahmad Sulaiman, S. Psi., M. Ed. - Peneliti di Centre of
Research in Education for Social Transformation (CREASION)

“Jika anda mengalami hambatan, kendala atau bahkan stres dalam


menghadapi angka-angka, maka buku ini bisa membantu Anda.”
Kang Jay - Co Founder @catatan_psikologi

“Semoga dengan buku ini, maka para pelajar maupun orang tua
pelajar dapat memahami dan mengatasi stress belajar dan stress
belajar matematika agar Indonesia bisa lebih maju di dunia. Salam
Sukses Selalu. Cheers”
Coach Jimmy Susanto – International Best-Selling Author
“Ignite Your Life”

105
10
“Buku ini termasuk buku yang ‘baik hati’. Betapa tidak, kesulitan-
kesulitan dalam belajar matematika justru menjadi ide dalam
penyusunannya. Insya Allah, para pembaca buku ini akan sangat
terbantu dengan paparan di dalamnya.”
Novik el Koto – Penulis Novel Isak Rumah Gadang & Pendiri
Komunitas Literasi Natsir.

“Stres dapat dirasakan oleh setiap orang, pada dasarnya itu reaksi
normal dari tubuh, dan stres tidak menimbulkan gangguan asal bisa
dikelola dengan baik. Salah satu yang membuat anak-anak sekolah
stres adalah pelajaran itu sendiri, termasuk pelajaran matematika.
Buku ini sangat bagus karena dapat mengenalkan kita tentang
stres, dengan itu diharapkan pembaca dapat mengelola stresnya
dengan baik.”
Syukur Pelianus Telaumbanua – Dokter dan Kepala Puskesmas
Kecamatan Tamansari Jakarta Barat.

106

Anda mungkin juga menyukai