Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN JIWA

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DOSEN MATA KULIAH:


EL RAHMAYANTI, SKp.,M.Kes
DUSUSUN OLEH :
PERNANDO HENDRAWAN
1914301035

REGULER 1, TINGKAT 3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021

KASUS 9
Kelien sudah seminggu dirawat karna memecahkan meja ruang tamu dan memukul
anaknya. Selama satu minggu dirawat, sudah ada kemajuan, dia sudah mampu menarik
nafas dalam dan memukul bantal setiap kali merasa kesal dengan sesama pasien.

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien :
Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Obyektif
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang
2. Diagnosa 1: perilaku kekerasan
3. Tujuan Umum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan
lingkungan dan mengontrol emosi.
4.Rencana tindakan
Mengevaluasi Isi pembicaraan Cara berinteraksi
Mempersilahkan klien untuk mulai berinteraksi dengan Satu orang
Mengevaluasi cara pasien berinteraksi
B. STRATEGI PELAKSANAAN

1. Orientasi :

 Salam Teraupetik
Perawat :“Selamat pagi Mbak. Perkenalkan nama saya Pernando hendrawan, panggil
saja Ando. Nama Mbak siapa dan suka dipanggil apa?
Pasien : mita
Perawat: Baiklah mulai sekarang saya akan pangil Mbak Mita ya”
Pasien: mengganguk

 Evaluasi/validasi
Perawat: “kalau boleh tahu, sudah berapa lama Mbak Mita di sini ? Apakah Mbak Mita
masih ingat siapa yang membawa kesini ? bagaimana perasaan Mbak saat ini? Saya lihat
Mbak sering tampak marah dan kesal, sekarang Mbak masih merasa kesal atau marah ?”
Pasien: menggaguk

 Kontrak
Perawat: “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang membuat Mbak
Mita marah dan bagaimana cara mengontrolnya? Ok. Mbak?”
Pasien: mengguk
“ Tidak lama kok, 15 menit saja”.
“Mbak senangnya kita berbicaranya dimana?. Dimana saja boleh kok, asal Mbak merasa
nyaman. Baiklah, berarti kita berbicara disini saja ya, Mbak”

2. Kerja :

Perawat: “Nah, sekarang coba Mbak ceritakan Apa yang membuat Mbak Mita merasa
marah? ”
Apakah sebelumnya mbak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan
yang sekarang?”
“Lalu saat Mbak sedang marah apa yang akan Mbak rasakan? Apakah Mbak merasa
sangat kesal, dada Mbak berdebar-debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup
rapat dan ingin mengamuk? ”
Pasien: mengangguk
Perawat: “Setelah itu apa yang Mbak Mita lakukan? ”
“Apakah dengnan cara itu marah/kesal Mbak dapat terselesaikan? ” Ya tentu tidak, apa
kerugian yang Mbak Mita alami?”

“Menurut Mbak Mita adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Mbak Mita belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
Pasien: menggelengka kepala
Perawat: ”Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Mbak. Salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Namanya teknik napas
dalam”
”Begini Mbak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Mbak rasakan, maka Mbak berdiri
atau duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
perlahan –lahan melalui mulut”
“Ayo Mbak coba lakukan, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan 5 kali. “
“Bagus sekali, Mbak sudah bisa melakukannya”
“ Nah..Mbak Mita tadi telah melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam, sebaiknya
latihan ini Mbak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu
muncul Mbak sudah terbiasa melakukannya”

3. Terminasi :

 Evaluasi
Evaluasi subjektif:
Perawat: “Bagaiman perasaan Mbak setelah kita berbincang-bincang dan melakukan
latihan teknik relaksasi napas dalam tadi?
Pasien: baik
Ya...betul, dan kelihatannya Mbak terlihat sudah lebih rileks”.

Evaluasi objektif
”Coba Mbak sebutkan lagi apa yang membuat Mbak marah, lalu apa yang Mbak rasakan
saat itu dan apa yang akan Mbak lakukan. Kemudian apa akibatnya...”
“Wah...bagus, Mbak masih ingat semua...”

 Tindak lanjut
Perawat:“Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari
Mbak?”
Pasien: mengangguk
Perawat: “Kapan waktu yang Mbak inginkan untuk melakukan latihan ini? Bagaimana
kalau setiap jam 11pagi?”
Pasien: mengangguk

 Kontrak yang akan datang


“ Nah, Mbak. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah satu dari teknik saja. Masih ada
cara yang bisa digunakan untuk mengatasi marah Mbak. Cara yang kedua yaitu dengan
teknik memukul bantal atau kasur.
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok, Mbak maunya kita bertemu
besok jam berapa?”“Kita latihannya dimana, Mbak? Disini saja lagi , Mbak” “ok, Mbak.
Kalau begitu saya pamit dulu ya, Mbak.... Assalamualaikum”
LAPORAN PENDAHULUAN

A. MASALAH UTAMA
Perilaku Kekerasan

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan


yang dapat membahayakan secara fisik baik secara diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, dalam Harnawati, 1993).
Setiap aktivitas bila tidak dicegah dapat mengarah pada kematian (Stuart dan Sundeen,
1998).
Suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain (Towsend, 1998).
Suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan klien
sendiri, lingkungan, termasuk orang lain dan barang-barang (Maramis, 1998).
Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan fisik
(Ketner et al., 1995).
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan
bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain (Carpenito, 2000).

Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu yang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak
lingkungan.
C. ETIOLOGI

1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori
biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend (1996
dalam Purba dkk, 2008) adalah:

a) Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku:

1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif: sistem limbik,
lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam
memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem
informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka
akan meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan
pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada
penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis
mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik
terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara konstan
berinteraksi dengan pusat agresif.

2) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan
serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. Teori
ini sangat konsisten dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya
tentang respons terhadap stress.

3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan
genetik karyotype XYY.

4) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak
kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal;
trauma otak, yang menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan
epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan
tindak kekerasan.

b) Teori Psikologik

1) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan
rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri
rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat
meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan
perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.

2) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang tua
mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau
berpengaruh, atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak
memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal.
Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku
guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau
mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik akan
cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.

c) Teori Sosiokultural

Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap
perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan
sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada
perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan
mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan
lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan
sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.

2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan
(Yosep, 2009):
a) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
b) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam
menyelesaikan konflik.
d) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
e) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
f) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

D. TANDA DAN GEJALA

1. Fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah


memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, kasar dan ketus.
3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral
dan kreativitas terhambat.
7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
8. Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.
(Nita Fitria, 2009. hal 140)
E. MEKANISME KOPING

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien
untuk mengembangkan mekanisme koping yang kontruktif dalam mengekspresikan
kemarahannya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan
ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, represif, denial dan reaksi formasi.
Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari
seseorang karena ditinggal oleh orang yang dianggap sangat berpengaruh dalam
hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang rendah
diri (harga diri rendah), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. Bila
ketidakmampuan bergaul dengan orang lain ini tidak diatasi akan memunculkan
halusinasi berupa suara-suara atau bayangan yang meminta klien untuk melakukan tindak
kekerasan. Hal tersebut akan berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (resiko
tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan).
Selain diakibatkan berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik
dalam menghadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping
keluarga tidak efektif). Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar masuk RS atau
menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen
terapeutik inefektif).
(Nita Fitria, 2009. hal 145)
F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada klien dengan perilaku kekerasan meliputi penatalaksanaan


keperawatan dan penatalaksanaan medis.
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan dapat dilakukan melalui proses pendekatan keperawatan
dan terapi modalitas.

a) Pendekatan proses keperawatan


Penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan berdasarkan proses keperawatan, yaitu
meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan
serta evaluasi.
1) Terapi Modalitas
Terapi kesehatan jiwa telah dipengaruhi oleh perubahan terkini dalam perawatan
kesehatan dan reimbursement, seperti pada semua area kedokteran, keperawatan, dan
disiplin ilmu keshatan terkait. Bagian ini secara singkat menjelaskan modalitas terapi
yang saat ini digunakan baik pada lingkungan, rawat inap, maupun rawat jalan
(Videbeck, 2001, hlm. 69).
(a) Terapi lingkungan
Begitu pentingnya bagi perawat untuk mempertimbangkan lingkungan bagi semua klien
ketika mencoba mengurangi atau menghilangkan agresif. Aktivitas atau kelompok yang
direncanakan seperti permainan kartu, menonton dan mendiskusikan sebuah film, atau
diskusi informal memberikan klien kesempatan untuk membicarakan peristiwa atau isu
ketika klien tenang. Aktivitas juga melibatkan klien dalam proses terapeutik dan
meminimalkan kebosanan.
Penjadwalan interaksi satu-satu dengan klien menunjukkan perhatian perawat yang tulus
terhadap klien dan kesiapan untuk mendengarkan masalah, pikiran, serta perasaan klien.
Mengetahui apa yang diharapkan dapat meningkatkan rasa aman klien (Videbeck, 2001,
hlm. 259).
(b) Terapi Kelompok
Pada terapi kelompok, klien berpartisipasi dalam sesi bersama kelompok individu. Para
anggota kelompok bertujuan sama dan diharapkan memberi kontribusi kepada kelompok
untuk membantu yang lain dan juga mendapat bantuan dari yang lain. Peraturan
kelompok ditetapkan dan harus dipatuhi oleh semua anggota kelompok. Dengan menjadi
anggota kelompok klien dapat, mempelajari cara baru memandang masalah atau cara
koping atau menyelesaikan masalah dan juga membantunya mempelajari keterampilan
interpersonal yang penting (Videbeck, 2001, hlm. 70).
(c) Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang mengikutsertakan klien dan anggota
keluarganya. Tujuannya ialah memahami bagaimana dinamika keluarga memengaruhi
psikopatologi klien, memobilisasi kekuatan dan sumber fungsional keluarga,
merestrukturisasi gaya perilaku keluarga yang maladaptif, dan menguatkan perilaku
penyelesaian masalah keluarga (Steinglass, 1995 dalam Videbeck, 2001, hlm. 71).
(d) Terapi individual
Psikoterapi individu adalah metode yang menimbulkan perubahan pada individu dengan
cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilakunya. Terapi ini memiliki hubungan
personal antara ahli terapi dan klien. Tujuan dari terapi individu yaitu, memahami diri
dan perilaku mereka sendiri, membuat hubungan personal, memperbaiki hubungan
interpersonal, atau berusaha lepas dari sakit hati atau ketidakbahagiaan.
Hubungan antara klien dan ahli terapi terbina melalui tahap yang sama dengan tahap
hubungan perawat-klien: introduksi, kerja, dan terminasi. Upaya pengendalian biaya yang
ditetapkan oleh organisasi pemeliharaan kesehatan dan lembaga asuransi lain mendorong
upaya mempercepat klien ke fase kerja sehingga memperoleh manfaat maksimal yang
mungkin dari terapi (Videbeck, 2001, hlm. 69).

2. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis dapat dibagi menjadi dua metode, yaitu metode psikofarmakologi
dan metode psikososial.

a) Metode Biologik
Berikut adalah beberapa metode biologik untuk penatalaksanaan medis klien dengan
perilaku kekerasan yaitu:
(1) Psikofarmakologi
Penggunaan obat-obatan untuk gangguan jiwa berkembang dari penemuan neurobiologi.
Obat-obatan tersebut memengaruhi sistem saraf pusat (SSP) secara langsung dan
selanjutnya memengaruhi perilaku, persepsi, pemikiran, dan emosi. (Videbeck, 2001,
hlm. 22).
Menurut Stuart dan Laraia (2005, hlm. 643), beberapa kategori obat yang digunakan
untuk mengatasi perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.

 Antianxiety dan Sedative Hipnotics


Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepines seperti
Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan didalam kedaruratan psikiatrik untuk
menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini direkomendasikan untuk dalam waktu lama
karena dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk
gejala depresi.
Selanjutnya pada beberapa klien yang mengalami disinhibiting effect dari
Benzodiazepines dapat mengakibatkan peningkatan perilaku agresif. Buspirone obat
Antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku kekerasan yang berkaitan dengan
kecemasan dan depresi. Ini ditunjukkan dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi
klien dengan cedera kepala, demensia dan ’developmental disability’.

 Antidepressant
Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku agresif klien yang
berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline dan Trazodone, efektif untuk
menghilangkan agresivitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan mental
organik.
(Dr.Budi Anna Keliat, Dkk. 2005)

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan resiko prilaku Kekerasan
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya
koping individu : koping defensif.

RENCANA TINDAKAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI

Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24


jam Klien dapat berinteraksi dengan orang lain baik secara individu maupun secara
berkelompok dengan kriteria hasil :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
3. Dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
4. Dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
§ Klien SP 1
o Bina hubungan saling percaya
o Identifikasi penyebab isolasi sosial
SP 2
o Diskusikan bersama Klien keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian
tidak
berinteraksi dengan orang lain
o Ajarkan kepada Klien cara
berkenalan dengan satu orang
o Anjurkan kepada Klien untuk

5. Dapat berkenalan dan bercakap- cakap dengan orang lain secara bertahap.
6. Terlibat dalam aktivitas sehari- hari

memasukan kegiatan berkenalan dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian
dirumah
SP 3
o Evaluasi pelaksanaan dari
jadwal kegiatan harian Klien
o Beri kesempatan pada Klien mempraktekan cara berkenalan dengan dua orang
o Ajarkan Klien berbincang-
bincang dengan dua orang tetang topik tertentu
o Anjurkan kepada Klien untuk memasukan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain dalam jadwal kegiatan harian dirumah
SP 4
o Evaluasi pelaksanaan dari
jadwal kegiatan harian Klien
o Jelaskan tentang obat yang diberikan (Jenis, dosis, waktu, manfaat dan efek samping
obat)
o Anjurkan Klien memasukan kegiatan
bersosialisasi dalam jadwal kegiat an harian dirumah
o Anjurkan Klien untuk bersosialisasi dengan orang lain
§ Keluraga
o Diskusikan masalah yang

dirasakan kelura dalam merawat Klien


o Jelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami Klien dan proses
terjadinya
o Jelaskan dan latih keluarga cara-cara merawat Klien

TINDAKAN PSIKOFARMAKA
§ Beri obat-obatan sesuai
program
§ Pantau keefektifan dan efek sampig obat yang diminum
§ Ukur vital sign secara periodik

TINDAKAN MANIPULASI LINGKUNGAN


§ Libatkan dalam makan bersama
§ Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak singkat tapi sering
§ Berikan reinforcement positif setiap Klien berhasil melakukan suatu tindakan
§ Orientasikan Klien pada waktu, tempat, dan orang sesuai kebutuhannya

Gangguan konsep diri: Resiko prilaku kekerasan


berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu : koping

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x pertemuan klien mempunyai


konsep diri yang
positif dengan criteria hasil:
1. Dapat membina hubungan saling

TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK
Pasien:
§ Bina hubungan saling percaya
§ Identifikasi kemampuan dan
defensif. percaya
§ Dapat mengidentifikasi aspek
positif yang dimiliki
§ Dapat mengembangkan kemampuan yang telah diajarkan
§ Dapat terlibat dalam terapi aktivitas kelompok orientasi realita dan stimulasi persepsi
§ Dapat mengikuti aktivitas di rumah
§ Dapat minum obat dengan
bantuan minimal

aspek positif yang dimiliki klien (individu, keluarga, dan masyarakat)


§ Antu klien menilai kemampuan klien yang dapat digunakan
§ Bantu klien memilih kegiatan dan melatih sesuai dengan kemampuan klien
§ Melatih kemampuan kedua
§ Anjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian Keluarga:
§ Diskusikan masalah yang dirasakan keluargadalam merawat klien
§ Jelaskan pengertian, tanda, dan gejala harga diri rendah yang dialami klien beserta
proses terjadinya
§ Jelaskan cara-cara merawat klien harga diri rendah
§ Latih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien harga diri rendah
dirumah
§ Bantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat
§ Jelaskan follow up klien

TINDAKAN PSIKOFARMAKA
§ Berikan obat-obatan sesuai
program pengobatan klien
§ Pantau keefektifan dan efek
a. Pengkajian
a. IdentitasKlien
i. Inisial :Tn. S
ii. Jeniskelamin : laki-laki
iii. NoCM : 000127XX
iv. Umur :47 tahun
v. Diagnosamedis :SkizofrenParanoid
vi. Tanggalpengkajian:27Agustus2019

b. AlasanMasuk
KlienmengatakandibawakeRSJkarenamengamuk,membantingbarang-
barang di rumah. Istri klien mengatakan melihat pasien
bicarasendiri.Klienmengatakansebulanyanglalumendengarbisikan-
bisikanyangmengganggu,tetapisaatinisudahtidakmendengarbisikanters
ebut.

c. FaktorPredisposisi
Klien mengatakan pernah dirawat di RSJ dan sampai sebelum
dirawatmasihseringcontrolkepolijiwa.Istriklienmengatakansuaminyaper
nah dirawat terakhir tahun 2008. Istri klien mengatakan
suaminyapernahmencobaminumobatdanoli.Pengobatansebelumnyatidak
berhasil karena klien sempat putus obat. Klien mengatakan tidak
pernahmemilikiriwayatmelakukananiayafisikmaupunmenjadikorbanania
yaoranglain.Klienmengatakansejakdulujikamarahiaharusmembantingses
uatu. Klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang
pernahdirawt di RSJ.

d. StressorPresipitasi
Klienmengatakaniajengkeltetapijelaspenyebabnya.Klienkemudian
marahsampaiterdengarolehtetangganya.Klienmengatakan
saatditegurolehtetangganyaiamerasasemakinmarahkemudianmembantin
gbarang-barangdirumah.Saatdirawatklienpernahmemukul temannya
karena ia merasa jengkel saat temannya
memaksaistrinyayangsaatitusedang
menjengukdiRSJuntukmemberikanminumanpadatemannyatersebut.Klie
njugamerasakesalkarenatemannya jorok dan tidak menjaga kebersihan
sehingga
membuatnyamarah.Klientampakkesalsambalmenunjuktemanyangiapuk
ulkemarin
MasalahKeperawatan:Risikoperilakukekerasan

e. PemeriksaanFisik
Tandavital: TD: 139/98 mmHg
HR: 80x/
menitT: 36,5OC
RR:16x/menit
TB:158 BB: 55kg
Keluhanfisik:tidakada

f. Psikososial
i. Genogram

Keterangan:

:laki-laki atau :meninggal


:perempuan :tinggalserumah

: klien :keturunan

:perkawinan
Klien tinggal serumah bersama istri dan kedua anaknya.
Klienmemiliki hubungan yang kadang kurang baik dengan istrinya
ketikaistrinya berbuat salah, tidak sepaham atau membuat klien
jengkel.Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang mengalami
gangguanjiwa

ii. KonsepDiri
1. GambaranDiri
Klienmengatakankepalanyabotak,tetapiiatidakmempermasalahk
anhaltersebutkarenajustrumemudahkanklien untuk tidak perlu
menyisir rambut. Klien mengatakan gigidepannya sudah tidak
lengkap dan hitam. Orang lain seringmenertawakan klien
karena gigi klien ompong dan
kepalanyayangbotak,tetapiklientidakmasalahjikaoranglainmene
rtawakan dirinya. Klien ingin membuat gigi palsu
supayagiginyatidak ompong.

2. IdentitasDiri
Klien mengatakan ia adalah laki-laki berumur 47 tahun.
Klienmengatakan dirinya sudah tua. Klien mengatakan
memiliki
istridanmerupakanayahdaritigaanaknya.Klienmengatakantetang
ganyatahubahwaiaadalahpasienrumahsakitjiwa.Klienberharapte
tangganyatidakmempermasalahkanhaltersebut.

3. Peran
Klienmengatakaniabiasanyamembantumenyapuhalamanrumah
dan melakukan aktivitas ringan lainnya. Selama di rawatklien
hanya membantu menata kursi untuk sarapan bersama
dantidakmelakukanaktivitasapa-
apalagi.Klienmengatakanoranglaintidakpernahmempermasalah
kanjikadirinyatidakmemiliki
pekerjaan tertentu. Klien berharap bisa segera pulang agar
bisakembaliberaktivitas di rumah.
4. IdealDiri
Klien mengatakan seharusnya ia sudah bisa pulang ke
rumahkarena kondisinya sekarang sudah baik dan tidak marah-
marahKlienmengatakanseharusnyabisamengontrolmarahtetapi
memangsudahmenjadiwataknyakalaumarahharusmembanting
sesuatu lagi. Ia tidak tahu bagaimana orang lainmenilai
tentangdirinya.

5. HargaDiri
Klien mengatakan ia tidak masalah dengan tubuhnya
walaupunorang lain ada yang menyebut dirinya botak. Klien
mengatakanbahwa ia tidak malu dengan dirinya saat ini. Ia
berharap
oranglaintetapmenghargainyameskipuniaadalahorangyangpema
rahdan pernah dirawat di RSJ.

iii. HubunganSosial
Klienmengatakanseringmengobroldengankeluarganyatetapikalau
sudah marah ia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.
Klienterkadang ikut kegiatan di masyarakat seperti kerja bakti.
Selamadirawat klien sering mengobrol dengan temannya tetapi ia
tidakhafal nama teman-temannya. Klien mengatakan pernah
berselisihdanmarahterhadapseorangtemannyakarenatemannyayangj
orok.Klien mengatakan memukul temannya agar sadar bahwa
temannyasalah.

iv. Spiritual
Klien mengatakan jarang beribadah. Selama dirawat ia juga
tidakpernahberibadahataupunberdoa.Saatmarahbiasanyaklien
mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak berusaha mengingat
Tuhanagarbisatenang.
Masalahkeperawatan:Distressspiritual

g. StatusMental
i. Penampilan : klien tampak memakai seragam pasien. Gigi
klientampakkotor.Klientidakmengenakanalaskaki.Klienmengataka
nsikat gigi saat pagi hari. Klien mengatakan lebih
nyamantidakmenggunakansandal.
Masalahkeperawatan:Defisitperawatandiri
ii. Pembicaraan:selamaberkomunikasikliendapatmenjawabpertanya
andenganbaik.Pembicaraankohern,dapatdimengertidansuarajelas.
Klienmemilikikontakmatayangbaikdantidakagresif.
iii. Aktivitasmotorik:klienbiasanyamembantuikutmembantumenyapu
rumah atau berkebun. Selama dirawat klien
membantumenyiapkan kursi untuk makan bersama. Klien
biasanya jalan-jalandisekitarruangUPIP agar tidak jenuh.
iv. Alam perasaan : klien mengatakan saat ini tidak sedang marah
ataujengkel.Klienmengatakankemarinsempatjengkelkarenateman
nya.
v. Afek : afek klien sesuai dapat berekspresi senang dan tertawa
saatmelihat kejadian lucu. Klien tampak melotot saat merasa
jengkeldenganoranglain.
vi. Interaksi selama wawancara: selama wawancara klien
kooperatif,kata-
katadapatdimengertidanmampumenjawabpertanyaan.Kontak
mata selama wawancara baik, klien tidak agresif.
Klientampakekspresifsaatmenceritakandirinyamarah-
marahsaatpertamamasukRSJ.
vii. Persepsi : klien saat ini tidak mendengar bisikan-bisikan.
Sebulanyanglaluklienmengatakanpernahmendengarbisikanorang
mengajakbicaradanbercanda.Suarabisikanmunculsaatsiangatau
sore hari dan muncul terus menerus. Klien merespon suara
tersebutdenganmenjawabbisikan-
bisikanyangiadengar.Klienmengatakan setelah minum obat dan
control di poli bisikan-bisikantersebut sudah hilang. Saat ini ia
tidak pernah mendengar bisikantersebutlagi.
viii. Prosespikir:kliendapatberpikirdenganbaik.Tidakterjadiblockingata
upengulangansaatberbicara,kienmampumenyelesaikanhitunganse
derhanadanmenjawabpertanyaanperawat.
ix. Isipikir:klienmengatakaniatidakpernahmerasaketakutanterhadaps
esuatu.Klienpercayapadahal-hal‘klenik’sepertidukun.
x. Tingkatkesadaran:klienmampumenjelaskanidentitasdirinya.Klien
mengatakan ia dibawa ke RSJ karena marah-marah
bukankarenabingung.
xi. Memori:klienmengalamigangguanmemorijangkaPanjang.Klienmen
gatakan agak lupa kapan terakhir dirawat karena sudah
lama.Klienmampu menyebutkan beberapanama saudaranya.
xii. Tingkat konsentrasi danberhitung: klienmampu
menyelesaikanhitungan sederhana. Klien mampu berkonsentrasi
dan menjawabpertanyaanperawat.
xiii. Kemampuan penilaian: klien tidak mengalami gangguan
penilaianringan. Misalnya saat diberi pertanyaan mandi dulu atau
makandulu,klienmampumemberikeputusanmandidulusebelumsar
apanpagi.
xiv. Daya tilik diri: klien mengatakan bahwa marah adalah hal
wajar.Menurut klien, ia marah karena orang lain yang membuat
dirinyajengkel. Klien tidak mau disalahkan karena membanting
barangmiliknya. Klien merasa barang yang dirusak adalah miliknya
bukanmilikoranglain sehinggahaltersebut tidak masalah.
h. KebutuhanPersiapanPulang
i. Makan:klienmengatakanmakan3xseharidenganmenudarirumah
sakit. Klien mampu makan sendiri dan mampu
membantumenyiapkankursi untukmakanBersama.
ii. Mandi : klien mengatan mandi sehari sekali yaitu saat pagi
harisebelum sarapan. Ia tidak mandi sore karena airnya dingin.
Klienmengatakanselalumenggosokkepalanyadengansabunsaatma
ndi.Klien tidak memotong kuku. Klien tidak menggunakan alas
kakikarenamerasalebih nyaman.
Masalahkeperawatan:deficitperawatandiri
iii. Istirahatdantidur:klienmengatakanbisatidurdimalamhari.Tidakadar
itual apapunsebelumtidur ataupunsetelah banguntidur.
iv. Penggunaanobat:klienmengatakanselaluminumobatselamadirawa
tkarenaselalu diingatkan.
v. Pemeliharaan kesehatan: klien mengatakan jika sudah pulang
bisakontrol lagi ke RSJ jika obatnya sudah habis. Biasanya ia
diantaristrinyajika kontrol.
vi. Kegiatandidalamrumah:klienmengatakanbiasamembantumenyiap
kan minum dan menyiapkan kursi untuk makan. Jika dirumahia
biasamembantu membersihkan halaman.

i. MekanismeKoping
Mekanismekopingpasienmaladaptifkarenajikaklienmendapatmasalah
dan merasa jengkel maka ia akan marah-marah, mengeluarkankata-
kata kasar dan bicara keras. Jika sangat marah klien
membantingbarang yang ada didekatnya tanpa berpikir terlebih dahulu
dampaknya.Masalahkeperawatan: Koping individutidak efekif
j. MasalahPsikososialdanLingkungan
Klien mengatakan meskipun sering marah tetapi ia masih
mengajakbicaratemanataupuntetangganyaselamamerekatidakmencarim
asalahdengan klien,

k. PengetahuanKurang
Klien kurang mengetahui penyebab penyakitnya dan tidak tahu
tentangbagaimana pengobatannya. Klien tidak tahu terapi yang harus
dijalaniselama diirawat di RS dan ketika kembali ke rumah. Klien
hanya tahubahwaia harus kontrol jikaobatnyahabis.
Masalahkeperawatan:Kurangpengetahuan

l. Terapimedis
p.oChlorpromazin50mg/24jam
p.o Trihexyphenidyl 2mg/ 12
jamPO.Haloperidol5 mg/12jam

b. DaftarMasalah Keperawatan
a. RisikoPerilakuKekerasan
b. Kopingindividu tidakefektif
c. Kurangpengetahuan
d. Deficitperawatandiri
e. Distressspiritual
c. PohonMasalah

Resikomencederaidiri, oranglaindanlingkungan

PerilakuKekerasan/amuk
CoreProblem

Kopingindividu tidak efektif

d. DiagnosaKeperawatan
a. Risikoperilakukekerasan
b. Risikomencideraidiri,oranglaindanlingkungan
c. KopingIndividutidakefektif

e. AnalisaData
Data Masalah
DS: Risikoperilakukekerasan
1) Klienmengatakansejakduluji
ka marah ia
harusmembantingsesuatu
2) Klien mengatakan
jikamarah klien
membantingbarangyangada
didekatnyatanpa berpikir
terlebihdahulu
3) Saatdirawatklienpernah
memukultemannya
4) Klien tidak mau
disalahkankarena
membanting
barangmiliknya.
DO:
- Klien tampak melotot
saatmerasajengkeldengan
oranglain

DS: Risikomencideraidiri,oranglainda
nlingkungan
1. Istri klien
mengatakansuaminya
dulu pernahmencoba
minum obat danoli.
2. Klien mengatakan
jikamarah akan
membantingbarang
3. Klien mengatakan
kemarinmemukul
temannya karenajengkel
DO:
4. Klientampakkesal sambal
menunjuktemanyangiap
ukulkemarin

DS: Kopingindividu tidakefektif


- klien mendapat masalah
danmerasajengkelmakaiaaka
nmarah-marah,
mengeluarkankata-kata
kasar dan bicarakeras
- klienmengatakanjikasangat
marah klien
membantingbarang yang
ada didekatnyatanpaberpikir
terlebih
dahulu
DO:
Klien tampak ekspresif
saatmenceritakandirinyamarah-
marah
saatpertama masukrsj.
Dx Tujuan Kriteriahasil Intervensi Ttd
keperawatan
Tanggal27-8-2019
Pukul08.30wib

Risiko TUM: Klien 1. klienmaumembalass a. Berisalampanggilnama Dina


perilakukekera dapatmelanjutkanperans alam
b. sebutkannamaperawat
san esuaidengan tanggung 2. klienmau menyebutnama
jawab.TUK1: c. jelaskanmaksudhubunganinteraksi
3. klienmautersenyum
a. Klien
d. jelaskankontrakyangakandibahas
dapatmembina 4. klienmau kontakmata
hubungansalingper e. berirasa amandansimpati
5. klienmaumengetahuin
caya.
amaperawat f. lakukankontakmatasingkattapise
ring
TUK2:
6. klien
b. Klien mengungkapkanperas 1. beri kesempatan
dapatmengidentifik aanya untukmengungkapkanper
asikemampuanpeny 7. klien asaan
ebabkekerasan dapatmengungkapkanpen 2. bantuklienuntukmengungkapkanp
yebabperasaanmarah enyebabperasaanjengkel/kesal
darilingkunganatauorang 3. Anjurkanklienmengungkapkanapa
yangdialamidan dirasakansaat
lain marah
- klien 1) Observasi tanda-tanda
mampumengungkapkan perilakukekerasanpadaklien
perasaansaatmarah/jengk 2) Simpulkan bersama klien tanda
el dangejalakesalyangdi alami
- kliendapatmenyimpulkant
anda-
tandamarahyangdialami.

 Klien 1. Anjurkan klien


dapatmengungkapkanper untukmengungkapkanperilakukeke
TUK3 : ilakukekerasan yang rasanyangbiasadilakukan klien .
biasadilakukan 2. Bantu klien bermain peran
1. Klien
 Klien dapat bermain sesuaidenganperilakukekerasanyangb
dapatmengidentifi
perandengan perilaku iasadilakukan.
kasitanda-
kekerasanyangbiasadilaku 3. Bicarakan dengan klien
tandaperilakukeke
kan apakahdengancarayangdilakukan
rasan
 Klien dapat klienmasalahnyaselesai
TUK4;
mengetahuicarayangbiasa
2. Klien dilakukanuntukmenyeles
dapatmengidentifi aikan
kasiperilaku masalah
kekerasanyangbia
sa
dilakukan
TUK5; 1. Kliendapatmenjelaskana 1. bicarakanakibatdancarayangdi
kibatdaricarayangdiguna lakukanklien
- Klien
kan 2. bersamaklienmenyimpulkanakibatc
dapatmengiden
2. Akibatpadakliensendiri arayangdigunakanoleh klien
tikasiakibat
3. Tanya pada klien apakah ia
perilakukekera 3. Akibatpadaoranglain,a
inginmempelajaricarayangbarudanya
san kibatpadalingkungan
ngsehat.

1. Bantuklienmemilihcara
TUK6 : 4. klien dapat yangpalingtepatuntuk klien
menyebutkancontoh 2. Bantuklienmengidentifikasimanfaatc
- Klien
pencegahanperilakukekera arayangtelah dipilih
dapatmendemonstr
sansecara:Fisik: Tarik 3. Bantuklienuntukmenstimulasikanc
asikancara
nafas dalam ,olah raga, aratersebut atau denganroleplay
mengontrolperilaku
memukul 4. Beri reinforcement positif
kekerasan
bantalVerbal:Mengatakans ataskeberhasilan klien
ecara langsung menstimulasikancaratersebut
dengantidakmenyakiti. 5. Anjurkanklienuntukmenggunakan
5. kliendapat
mendemonstrasikancara
fisik (memukul carayangdipelajarisaatjengkelatauma
bantal)untukmencegahpe rah.
rilakukekerasan.
 Spiritual:berdzikir,wudhu
 Klien dapat menyebut
kanobat – obat yang di
minumdankegunaanya(jen
is
,waktu,dosis,danefek)

 Kliendapatminumobats
esuai A. Jelaskanjenis-
TUK7 : programpengobatan jenisobatyangdiminumpadaklie
ndankeluarga.
- Klien
B. Diskusikan manfaat minum obat
dapatmenggunaka
dankerugian berhenti minum obat
n obatdengan
tanpaseijindokter
benar (sesuai
C. Jelaskan prinsip benar
denganprogram)
minumobat(bacanamaygterterapd
botolobat,dosis obat ,waktu dan
caraminum)
D. Anjurkanklienminumobattepat
waktu
a. Anjurkan klien melaporkan
padaperawatataudokterjikamerasak
anefekyangtidakmenyenangkan
b. Beripujian jikaklienminum obat
denganbenar.
IMPLEMENTASI

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


27/ 8/ 19 Risiko SP1: S: Dina
perilakukekera
Jam0 a. membina - klien mengatakan senang
san
9.00 bisaberkenalan
hubungansalingperca - klienmengatakanmudah jengkel
ya
b. menanyakanp - klientidaksukajikatemannyati
erasaanklien dakmenjagakebersihan
c. mendiskusikanpenye - klien marah jika
bab oranglainmelarangterlalu
perilakukekerasan, banyak
d. mendiskusikantandap - klien jika marah
erilakukekerasanyang membantingbarang,bicaraker
terjadipadaklien asdankasar
e. mendiskusikan - klien jika sudah
akibatdancarapasien membantingbarangmerasapuasda
mengontrolperilaku nmarahnyaberkurang
kekerasan - klien mengatakan tidak bisa
jikamenahanmarah
- klienmengatakan akibatdari
perbuatannya, barang
dirumahnyarusak,gelaspecahda
dibawakeRSJ
O:
1. klientampakkooperatifsaatdiaja
rkomunikasi
2. kontakmatabaik
3. klientampakmenceritakansaatia
arah-marah

A:SP1
BHSP,mengidentifikasipenyebabperila
kekerasan, tanda perilakukekerasan dan
akibat perilaku kekerasantercapai
P:LanjutkankeSP2latihkliencarame
ngontrolperilakukekerasan

Anda mungkin juga menyukai