Anda di halaman 1dari 5

KEPERAWATAN JIWA

STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL

DOSEN MATA KULIAH:

DUSUSUN OLEH :

PERNANDO HENDRAWAN

1914301035

REGULER 1, TINGKAT 3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KASUS 9
Kelien sudah seminggu dirawat karna memecahkan meja ruang tamu dan memukul anaknya.
Selama satu minggu dirawat, sudah ada kemajuan, dia sudah mampu menarik nafas dalam
dan memukul bantal setiap kali merasa kesal dengan sesama pasien.

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi Klien :
Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Obyektif
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang

2. Diagnosa 1: perilaku kekerasan


3. Tujuan Umum : Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan
lingkungan dan mengontrol emosi.
4.Rencana tindakan
Mengevaluasi Isi pembicaraan Cara berinteraksi
Mempersilahkan klien untuk mulai berinteraksi dengan Satu orang
Mengevaluasi cara pasien berinteraksi

B. STRATEGI PELAKSANAAN

1. Orientasi :

 Salam Teraupetik
Perawat :“Selamat pagi Mbak. Perkenalkan nama saya Pernando hendrawan, panggil saja
Ando. Nama Mbak siapa dan suka dipanggil apa?
Pasien : mita
Perawat: Baiklah mulai sekarang saya akan pangil Mbak Mita ya”
Pasien: mengganguk

 Evaluasi/validasi
Perawat: “kalau boleh tahu, sudah berapa lama Mbak Mita di sini ? Apakah Mbak Mita
masih ingat siapa yang membawa kesini ? bagaimana perasaan Mbak saat ini? Saya lihat
Mbak sering tampak marah dan kesal, sekarang Mbak masih merasa kesal atau marah ?”
Pasien: menggaguk

 Kontrak
Perawat: “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang membuat Mbak Mita
marah dan bagaimana cara mengontrolnya? Ok. Mbak?”
Pasien: mengguk
“ Tidak lama kok, 15 menit saja”.
“Mbak senangnya kita berbicaranya dimana?. Dimana saja boleh kok, asal Mbak merasa
nyaman. Baiklah, berarti kita berbicara disini saja ya, Mbak”

2. Kerja :

Perawat: “Nah, sekarang coba Mbak ceritakan Apa yang membuat Mbak Mita merasa
marah? ”
Apakah sebelumnya mbak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang?”
“Lalu saat Mbak sedang marah apa yang akan Mbak rasakan? Apakah Mbak merasa sangat
kesal, dada Mbak berdebar-debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup rapat dan
ingin mengamuk? ”
Pasien: mengangguk
Perawat: “Setelah itu apa yang Mbak Mita lakukan? ”
“Apakah dengnan cara itu marah/kesal Mbak dapat terselesaikan? ” Ya tentu tidak, apa
kerugian yang Mbak Mita alami?”
“Menurut Mbak Mita adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Mbak Mita belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
Pasien: menggelengka kepala
Perawat: ”Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Mbak. Salah satunya adalah
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Namanya teknik napas
dalam”
”Begini Mbak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Mbak rasakan, maka Mbak berdiri atau
duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup perlahan
–lahan melalui mulut”
“Ayo Mbak coba lakukan, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah,
lakukan 5 kali. “
“Bagus sekali, Mbak sudah bisa melakukannya”
“ Nah..Mbak Mita tadi telah melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam, sebaiknya
latihan ini Mbak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul
Mbak sudah terbiasa melakukannya”

3. Terminasi :

 Evaluasi
Evaluasi subjektif:
Perawat: “Bagaiman perasaan Mbak setelah kita berbincang-bincang dan melakukan latihan
teknik relaksasi napas dalam tadi?
Pasien: baik
Ya...betul, dan kelihatannya Mbak terlihat sudah lebih rileks”.

Evaluasi objektif
”Coba Mbak sebutkan lagi apa yang membuat Mbak marah, lalu apa yang Mbak rasakan saat
itu dan apa yang akan Mbak lakukan. Kemudian apa akibatnya...”
“Wah...bagus, Mbak masih ingat semua...”

 Tindak lanjut
Perawat:“Bagaimana kalau latihan ini kita masukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari
Mbak?”
Pasien: mengangguk
Perawat: “Kapan waktu yang Mbak inginkan untuk melakukan latihan ini? Bagaimana kalau
setiap jam 11pagi?”
Pasien: mengangguk

 Kontrak yang akan datang


“ Nah, Mbak. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah satu dari teknik saja. Masih ada cara
yang bisa digunakan untuk mengatasi marah Mbak. Cara yang kedua yaitu dengan teknik
memukul bantal atau kasur.
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok, Mbak maunya kita bertemu besok
jam berapa?”“Kita latihannya dimana, Mbak? Disini saja lagi , Mbak” “ok, Mbak. Kalau
begitu saya pamit dulu ya, Mbak.... Assalamualaikum”

Anda mungkin juga menyukai