TINJAUAN PUSTAKA
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan
2.3.5.2 Identifikasi
Menurut Budi (2011) tentang manajemen unit kerja
rekam medis, Identifikasi adalah proses pengumpulan data
dan pencatatan segala keterangan tentang bukti-bukti dari
seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan
mempersamakan keterangan tersebut dengan individu
seseorang, dengan kata lain bahwa dengan identifikasi kita
dapat mengetahui identitas sesorang dan dengan identitas
tersebut kita dapat mengenal sesorang dengan
membedakan dari orang lain. Cara pengumpulan data pada
kegiatan identifikasi di TPP dapat dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu:
1. Wawancara langsung dengan sumbernya atau orang lain
2. Orang yang bersangkutan mengisi formulir identifikasi
yang telah disiapkan
3. Pengumpulan data identitas yang lain dapat dilakukan
dengan menggunakan gabungan antara wawancara dan
mengisi formulir
Menurut Budi (2011) tentang manajemen unit kerja
rekam medis, hal-hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan identifikasi, adalah:
1. Petugas harus tenang, ramah, sopan dalm melayani
pasien, mendengarkan dengan penuh perhatian dan
sabar menjelaskan hal-hal yang ditanyakan.
2. Petugas harus teliti dalam mencatat atau entri data
identitas pasien
3. Harus ada petunjuk tertulis Standar Prosedur
Operasional (SPO) atau Prosedur Tetap (PROTAP)
tentang cara pencatatan atau penulisan yang harus
diikuti oleh semua petugas.
2.3.5.3 Penamaan
Menurut DEPKES RI (2006) tentang Pedoman
Penyelenggaraan dan Proedur Rekam Medis Rumah Sakit
di Indonesia, nama merupakan identitas pribadi yang
sangat dibutuhkan dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan pada seorang atau pasien yang bertujuan untuk
membedakan satu pasien dengan pasien lain. Sistem
pemberian nama seseorang atau pasien menurut
kebangsaan, suku dan marga mempunyai cara dan ciri
masing-masing yang berbeda-beda.
Berikut ini cara menulis dan mengindeks nama
pada formulir rekam medis menurut Budi (2011) tentang
manajemen unit kerja rekam medis:
1. Penulisan nama pasien diikuti singkatan yang menunjukan
status pasien. Singkatan ini bisa dituliskan di depan nama
atau di belakang nama pasien, pada dasarnya di fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut sebaiknya konsisten
penulisnya, untuk menunjukan status pasien yang disertakan
pada nama pasien dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
2.3.5.4 Penomoran
Menurut Budi (2011) tentang Manajemen Unit Kerja
Rekam Medis, sistem penomoran adalah tata cara
penulisan nomor yang diberikan kepada pasien yang
datang berobat sebagai bagian dari identitas pribadi pasien
yang bersangkutan.
Nomor rekam medis memliki berbagai kegunaan atau
tujuan yaitu:
1. Sebagai petunjuk pemilik berkas rekam medis pasien.
2. Untuk pedoman dalam tata cara penyimpanan
(penjajaran) berkas rekam medis.
3. Sebagai petunjuk dalam pencarian berkas rekam medis
yang telah tersimpan di filing.
Ada tiga sistem pemberian nomor pasien masuk
(Admission Numbering System), yaitu:
2.3.6.2 Coding
Menurut Budi (2011) tentang Manajemen Unit Kerja
Rekam Medis, kegiatan pengkodean adalah pemberian
penetapan kode dengan menggunakan huruf dan angka
atau kombinasi antara huruf serta tangka yang mewakili
komponen data. Kegiatan yang dilakukan dalam coding
meliputi kegiatan pengkodean diagnosis penyakit dan
pengkodean tindakan medis. Tenaga rekam medis sebagai
pemberi kode bertanggungjawab atas keakuratan kode.
Kecepatan dan ketepatan coding dari suatu diagnosis
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya tulisan
dokter yang sulit dibaca, diagnosis yang tidak spesifik, dan
keterampilan peugas coding dalam pemilihan kode. Dalam
proses coding mungkin terjadi kemungkinan, yaitu:
1. Penetapan diagnosis yang salah sehingga menyebabkan
hasil pengkodean salah
2. Penetapan diagnosis yang benar, tetapi petugas
pengkodean salah menentukan kode, sehingga hasil
pengkodean salah
3. Penetapan diagnosis dokter kurang jelas, kemudian
dibaca salah oleh petugas pengkodean, sehingga hasil
pengkodean salah
Oleh karena itu kualitas hasil pengkodean
bergantung pada kelengkapan diagnosis, kejelasan tulisan
dokter, serta profesionalisme dokter dan petugas
pengkodean.
Menurut PERMENKES Nomor 5 Tahun 2014
tentang panduan praktek klinis bagi dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan primer, kode penyakit dengan
menggunakan ketentuan sebagai berikut:
1. Kode International Classification of Primary Care
(ICPC) 2, merupakan kodefikasi yang dirancang khusus
untuk fasilitas pelayanan primer. Kode disusun
berdasarkan atas alasan kedatangan, diagnosis dan
penatalaksanaan. Alasan kedatangan dapat berupa
keluhan, gejala, masalah kesehatan, tindakan maupun
temuan klinik.
2. Kode International Classification of Diseased (ICD)
10, merupakan kodefikasi yang dirancang untuk rumah
sakit. Kodefikasi dalam bentuk nomenklatur
berdasarkan sistem tubuh, etiologi, dan lain-lain.
2.3.6.3 Indexing
Menurut Budi (2011) tentang Manajemen Unit Kerja
Rekam Medis, Index dalam arti bahasa yaitu daftar kata
atau istilah penting yang terdapat dalam buku tersusun
menurut abjad yang memberi informasi tentang halaman
tempat kata atau istilah tersebut ditemukan. Kegiatan
pengidekan adalah pembuatan tubulasi sesuai dengan kode
yang sudah di buat ke dalam kartu index. Hasil
pengumpulan kode yang berasal dari kata penyakit,
operasi pasien dan pengumpulan data dari index yang lain
sebagan pengkodean adalah pemberian penetapan kode
dengan menggunakan huruf dan angka atau kombinasi
antara huruf dan angka yang mewakili komponen data.
Menurut Hatta (2013) tentang Pedoman Manajemen
Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan, Jenis
indeks yang biasa dibuat adalah:
1. Indeks Pasien
Indeks pasien adalah satu tabulasi kartu katalog
yang berisi nama semua pasien yang pernah berobat di
rumah sakit.
2. Indeks Penyakit (diagnosis) dan operasi
Indeks dokter adalah satu kartu katalog yang berisi
kode penyakit dan kode operasi yang berobat di rumah
sakit.
3. Indeks Dokter
Indeks dokter adalah satu kartu katalog yang berisi
nama dokter yang memeberikan pelayanan medik
kepada pasien. kegunaan untuk menilai pekerjaan
dokter dan bukti pengadilan.
4. Indeks Kematian
Informasi yang ada dalam indeks kematian yaitu
nama penderita, nomor rekam medis, jenis kelamin,
umur, kematian kurang dari sejam post-operasi, dokter
yang merawat, hari perawatan, wilayah. Kegunaan
indeks kematian: statistik menilai mutu pelayanan dasar
menambah dan meningkatkan peralatan/tenaga.
2.3.6.4 Filling
Menurut Budi (2011) tentang manajemen unit kerja
rekam medis, Filling adalah sistem yang digunakan pada
penyimpanan berkas rekam medis agar kemudahan kerja
penyimpanan dapat diciptakan dan penemuan dengan cepat
bila dibutuhkan.
Menurut DEPKES (2006) tentang pedoman
penyelenggaraan dan prosedur rekam medis rumah sakit di
Indonesia, Ada 2 sistem penyimpanan dalam pengelolaan
rekam medis yaitu:
1. Sentralisasi
Sentralisasi adalah penyimpanan rekam medis
pasien dalam satu kesatuan baik catatan kunjungan
poliklinik maupun catatan selama seorang pasien
dirawat, disimpan pada satu tempat yaitu bagian rekam
medis.
Kelebihan:
1) Mengurangi terjadinya duplikasi dalam
pemeliharaan dan penyimpanan berkas rekam
medis.
2) Mengurangi jumlah biaya yang dipergunakan untuk
peralatan dan ruangan
3) Tata kerja dan aturan mengenai kegiatan pencatan
medis mudah distandarisasikan
4) Memingkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas
penyimpanan
5) Mudah untuk menerapkan sistenm unit record
Kekurangan:
1) Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus
menangani unit rawat jalan dan unit rawat inap.
2) Tempat penerimaan pasien harus bertugas selama
24 jam
2. Desentralisasi
Sistem penyimpanan secara desentralisasi yaitu
suatu sistem penyimpanan dengan cara memisahkan
formulir rekam medis milik pasien dimana dokumen
rekam medis rawat jalan, rawat inap, gawat darurat,
milik seseorang pasien dipisahkan pada folder (map)
yang berbeda.
Kelebihan:
1) Efisiensi waktu, sehingga pasien mendapat
pelayanan lebih cepat
2) Beban kerja yang dilaksanakan petugas lebih
ringan.
Kekurangan:
1) Terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis
2) Biaya yang diperlukan untuk perlatan dan ruangan
lebih banyak.
Menurut Budi (2011) tentang Manajemen Unit
Kerja Rekam Medis, ditinjau dari jenis penyimpanan,
maka cara penyimpanan dibagi menjadi 5, yaitu:
1) Sistem Penyimpanan Alphabetic
Jenis penyimpanan berkas rekam medis
berdsarkan urutan abjad. Huruf depan dari nama
pasien akan dijadikan huruf kunci untuk pencarian
pada rak penyimpanan. Pada jenis penyimpanan ini
membutuhkan waktu kerja yang lama dan
mempunyai resiko tinggi terhadap timbulnya banya
kesalahan, misalnya nama yang berubah dan nama
yang salah eja. Selain itu, tidak dapat melakukan
perkiraan terhadap kebutuhan penggunaan area rak
tertentu, karena petugas tidak dapat memprediksi
nama-nama pasien yang akan berobat nantinya. Hal
ini menyebabkan tidak adanya control terhadap
pengelolaan pada tempat penyimpanan berkas
rekam medis. Kekurangan lain dari jenis
penyimpanan ini adalah petugas harus teliti melihat
satu persatu dari urutan huruf pada nama pasien.
Dengan demikian, jenis penyimpanan ini cocok
untuk fasilitas pelayanan kesehatan dengan julah
pasien yang masih sedikit.