3.1 Hasil
3.1.1 Konsep Klasfikasi dan Kodefikasi Penyakit
Berdasarakan KMK no.312 tahun 2020 tentang standard profesi
perekam medis dan informasi kesehatan dijelaskan bahwa salah satu
kompetensi perekam medis dan informasi kesehatan adalah klasifikasi
klinis, kodefikasi penyakit dan masalah kesehatan lainya serta prosedur
klinis. Kodefikasi diagnosa (coding) merupakan kegiatan mengubah
diagnose penyakit menjadi kode yang terdiri dari huruf dan angka.
Loren, et al. 2020 J-REMI. 1. (3) Analisis Faktor Kualitatif Kode tepat 38%.
Penyebab Deskriptif, Kode tidak tepat
Ketidaktepatan wawancara 62%
Kode Diagnosis
Penyakit
Diabetes
Miletus Di RSU
Haji Surabaya
16
17
Erlindai dan Jurnal Ilmiah Faktor-faktor yang Kuantitatif, Kode tepat 32%,
Auliya. 2018 Perekam dan mempengaruhi cross sectional kode tidak tepat
Informasi ketidaktepatan 68%
Kesehatan kode pada
Imelda persalinan section
caesarea di RSU
Imelda pekerja
Indonesia medan
Berdasarkan tabel 3.1 ketepatan kode diagnosa pada kategori baik >50%
terdapat pada hasil penelitian; [1] dan [5] Sedangkan ketepatan kode diagnosa
pada kategori buruk <50% terdapat pada penelitian; [2]. [3], [4], [6], [7], [8].
Ketidaktepatan kode diagnosa kode diagnosa pada kategori baik >50%
terdapat pada hasil penelitian; [1] dan [5], sedangkan ketidaktepatan kode
diagnose pada kategori buruk terdapat pada penelitian; [2]. [3], [4], [6], [7], [8].
19
1. Ketepatan data diagnose sangat krusial dibidang [1], [2], [4], [6], [8]
manajemen data klinis, penagihan kembali biaya,
beserta hal-hal umum yang berkaitan dengan
asuhan dan pelayanan kesehatan
2. Kesalahan atau ketidaktepatan kode diagnosa [1], [2], [3], [5], [8]
akan berpengaruh terhadap tarif INA-CBG’S
3. Mempengaruhi validitas pelaporan data dan [2], [3], [5], [6], [7]
informasi
3.2 Pembahasan
3.2.1 Ketidaktepatan kode diagnosa
Berdasarakan KMK no.312 tahun 2020 tentang standard profesi
perekam medis dan informasi kesehatan dijelaskan bahwa salah satu
kompetensi perekam medis dan informasi kesehatan adalah klasifikasi
klinis, kodefikasi penyakit dan masalah kesehatan lainya serta prosedur
klinis. Suatu kode diagnosa harus dikode dengan tepat karena kualitas
data terkode merupakan hal penting instansi kesehatan. Hasil dari
penelitian menunjukan bahwa ketidaktepatan kode diagnosa secara
keseluruhan dapat dikatakan masih rendah karena angka persentase
ketidaktepatan >90%.
Hal ini sejalan dengan penelitian Maryati, et al (2019) Di Rsud Dr.
Moewardi dengan sampel sebanyak 90 dokumen rekam
medis,didapatkan keakuratan kode sebanyak 14 (15,56%) dokumen
sedangkan kode yang tidak akurat 76 (84,44%) dokumen. Penelitian
Irmawati (2019) pada puskesmas kagok juga didapatkan 57 rekam
medis dengan kategori kode diagnose akurat yaitu 18 rekam medis
(32%) dan untuk kategori kode diagnosa tidak akurat yaitu 39 rekam
medis (68%).
Dapat disimpulkan bahwa angka persentase ketidaktepan kode
diagnose dapat dikatakan masih tinggi melihat pada hasil penelitian
pada literature review dan penelitian sebelumnya yang memang angka
ketidaktepan mencapai >90%. Maka hal ini perlu menjadi perhatian
khusus bagi pelayanan kesehatan terutama pada instansi kesehatan yang
bekerja sama dengan penyelenggara jaminan kesehatan nasional
24
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Dari hasil mereview literature, factor-faktor yang mempengaruhi
ketidaktepatan kode diagnosa dapat dilihat dari unsur 5M (Man, Material,
Method, Machine, Money) yang sejalan dengan penelitian pada tahun-tahun
sebelumnya di Indonesia. Pada beberapa penelitian factor penyebab
ketidaktepatan kode diagnosa dibeberapa literature, diantaranya dijelaskan
adalah pengetahuan petugas coding maupun tenaga pemberi pelayanan
kesehatan tentang pentingnya akurasi kode diagnosa , pemahaman coder
mengenai terminology medis, aturan-aturan ICD-10, kurangnya catatan yang
dibuat dokter, kejelasan dan kelengkapan dokumen rekam medis, penggunaan
singkatan yang tidak sesuai standart, beban kerja serta pendidikan coder,
seorang coder disarankan aktif berkonsultasi kepada dokter tentang kasus sulit
dimana koder memiliki pengetahuan terbatas.
Ketidaktepatan kode diagnosa bisa mempengaruhi banyak hal
diantaranya dibidang manajemen data klinis, penagihan kembali biaya,
beserta hal-hal umum yang berkaitan dengan asuhan dan pelayanan kesehatan.
Untuk meminimalisasi ketidaktepatan kode diagnosa ini perlu dilakukan
strategi strategi. Missal untuk faktor ketidakjelasan dan kelengkapan dokumen
rekam medis terutama pada penegakan diagnosa maka diperlukan evaluasi
atau audit mengenai hal tersebut. Dan pemberlakuan system reward kepada
para tenaga kesehatan yang mengisi dokumen rekam medis untuk
melengkapinya. Karena ketidaktepatan kode diagnose juga akan
mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan.
27
28
4.2 Saran
1. Man
a. Sebaiknya melakukan analisis beban kerja, agar setiap tenaga kesehatan
dapat memberikan pelayanan secara maksimal seperti salah satunya
melengkapi rekam medis.
b. Petugas Pemberi Kode Diagnosis sebaiknya memiliki pengetahuan
tentang rekam medis, mengikutsertakan Petugas Pemberi Kode
Diagnosis untuk ikut dalam pelatiha, seminar, workshop yang berkaitan
dengan kode diagnosis penyakit menggunakan ICD. Serta menggunakan
ICD-10 yang ada untuk menetapkan kode diagnosis penyakit.
c. Meningkatkan komunikasi dan Meningkatkan ketelitian Petugas
Pemberi Kode Diagnosis dalam menentukan kode diagnosis penyakit
agar lebih spesifik sampai pada digit ke 4 dengan mengikuti pelatihan
mengenai kompetensi coding.
2. Material
a. Dilakukan sosialisasi pentingnya buku ICD sebagai pedoman dalam
penentuan kode diagnosa medis yang tepat
b. Dokter harus membuat pola kerja disiplin mengenai penulisan diagnosa
pada lembar ringkasan masuk dan keluar dan pada lembar resume, serta
memperbaiki pola kerja perawat atau tenaga medis lainnya yang terlibat
dalam penulisan diagnose
c. Pemberlakuan SOP mengenai kelengkapan penulisan diagnosa,
terminology medis serta singkatan yang akan digunakan dalam
penegakan diagnosa
29
3. Method
a. sebaiknya segera dilakukan evaluasi / audit setiap bulan atau triwulan
b. petugas coder harus memverifikasi kode diagnose seperti teori who
yaitu melihat pada volume 1
4. Mechine
a. Melengkapi sarana dan prasarana seperti penggunaan SIM RS atau
aplikasi lain yang digunakan untuk menunjang kelengkapan kode
diagnosa
5. Money
a. Pengajuan pihak RS dalam mengadakan pelatihan untuk petugas
koding dan tenaga medis tentang pengisian kelengkapan data dan
informasi serta tata cara mengkoding dengan benar. Sehingga dapat
memperbaiki kinerja petugas dalam melakukan pekerjaannya.
b. Pengajuan pengadaan stempel nama untuk DPJP dalam melakukan
pengisian berkas rekam medis secara lengkap.
c. Pengajuan pengadaan perbaikan komputer yang memiliki keadaan
fisik kurang baik agar tidak mengakibatkan komputer yang tiba-tiba
mati
30