Latar Belakang
Tujuan Khusus:
1. Mengetahui pelaksanaan pengkodean diagnosis neoplasma di RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten.
2. Mengetahui tingkat ketepatan pengodean diagnosis kasus neoplasma di RSUP
dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
3. Mengetahui faktor yang mengakibatkan ketidaktepatan pengodean kasus
neoplasma di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosis:
Menyebutkan suatu penyakit yang diderita seorang pasien atau keadaan yang
dapat menyebabkan seorang pasien memerlukan atau mencari atau menerima
asuhan medis guna memperoleh pelayanan pengobatan, pencegahan
memburuknya masalah kesehatan atau juga untuk peningkatan kesehatan
Neoplasma:
Penyakit pertumbuhan sel yaitu terdiri dari sel-sel baru yang mempunyai
bentuk, sifat dan kinetika yang berbeda dari sel normal asalnya.
Dibutuhkan tindakan dan runtutan pengobatan yang kompleks sehingga
diperlukan kode penyakit yang yang lebih spesifik sehingga dapat
menggambarkan kondisi penyakit secara lebih detail/lengkap (Sinta Listani,
2016).
Koding:
Kegiatan memberikan kode diagnosis utama dan diagnosis sekunder sesuai dengan ICD-10
serta memberikan kode prosedur sesuai dengan ICD-9-CM. Koding sangat menentukan
dalam sistem pembiayaan prospektif yang akan menentukan besarnya biaya yang
dibayarkan ke Rumah Sakit.
Koding bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cidera, gejala, dan
faktor yang mempengaruhi kesehatan (Depkes RI, 2006).
Ketepatan dan kecepatan pengodean sangat dipengaruhi oleh pelaksana yang menangani
rekam medis, salah satunya kelengkapan penulisan diagnosis oleh dokter, karena hanya
profesi dokter yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab untuk menentukan diagnosis
utama pasien. Petugas pengodean (coding) sebagai pemberi kode bertanggung jawab atas
ketepatan kode diagnosis utama yang sudah ditetapkan oleh dokter (Hatta, 2008).
BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Kegiatan
1. Gambaran Umum RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Sejarah Rumah Sakit:
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten didirikan pada tanggal
20 Desember 1927 oleh perkebunan-perkebunan (onderneming) milik pemerintah Hindia
Belanda (kini Indonesia), yang beralamatkan di Jl. KRT. dr. Soeradji Tirtonegoro No.1,
Klaten Selatan, Klaten, Jawa Tengah.
Visi, Misi, dan Motto:
a. Visi : Unggul Dalam Pelayanan Publik
b. Misi:
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bercirikan Smart and Inteligent Hospital
yang mengedepankan mutu dan keselamatan pasien.
Meningkatkan pendidikan kedokteran, keperawatan, dan tenaga kesehatan lain
serta penelitian internasional.
Meningkatkan kepuasan pelayanan publik melalui zona integritas.
Meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui mengedepankan Academic
Health System (AHS) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM).
c. Motto: Bersih, Nyaman, Akurat
2. Pelaksanaan Pengkodean Diagnosis Neoplasma di RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten
1. Tepat 4 karakter 22 73 %
2. Tepat 3 karakter 6 20 %
3. Tepat 2 karakter 0 0
4. Tepat 1 karakter 0 0
5. Tidak Tepat 2 7%
6. Tidak Dikode 0 0
Jumlah 30 100%
Kode topografi yang tidak tepat sejumlah 2 dokumen rekam medis (7%)
4. Faktor yang mengakibatkan ketidaktepatan pengodean kasus neoplasma di
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
A.
Kesimpulan
1.Pelaksanaan pengodean diagnosis neoplasma di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten belum sesuai dengan aturan penggunaan
ICD-10, karena proses pengodean diagnosis neoplasma hanya memberikan kode topografi berdasarkan ICD-10 dan tidak
memberikan kode morfologi.
2.Ketepatan kode morfologi kasus neoplasma di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten masih rendah, dari 30 berkas rekam medis
diagnosis neoplasma diperoleh hasil persentase kode morfologi 0 (100%) tidak dikode, sedangkan untuk ketepatan kode topografi
adalah 22 (73%).
3.Faktor yang menyebabkan ketidaktepatan dalam pengodean di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dikarenakan hasil Patologi
Anatomi belum jadi pada saat pasien pulang atau pada saat berkas rekam medis dikembalikan ke Instalasi Rekam Medis. Selain itu
SOP tentang pengodean belum menjelaskan secara spesifik tentang aturan pengodean morfologi pada kasus neoplasma.
B. Saran
1. Untuk mendapatkan kode diagnosis yang tepat, sebaiknya dalam
pengodean diagnosis tetap mengikuti kaidah dan aturan yang ada
pada ICD-10.
2. Melakukan Koordinasi dengan bagian Laboratorium Patologi
Anatomi agar segera memberikan hasil Patologi Anatomi setiap
pasien, sebelum berkas rekam medis dikembalikan ke instalasi
rekam medis. Sehingga dokter dapat menegakkan diagnosa dengan
benar dan tepat, begitu juga coder dapat melakukan pengodean
morfologi dari neoplasma secara tepat.
3. Melakukan revisi SOP tentang pelaksanaan pengodean diagnosis
pada kasus neoplasma untuk menambahkan kode morfologi.
TERIMA KASIH