TELAAHAN STAF
I. Persoalan
3. Sejak sebelum era jaminan kesehatan nasional (BPJS) yang dimulai tahun 2015,
sudah ada kegiatan pengkodingan diagnosa oleh DPJP dan hal ini dari dulu
sudah dilakukan oleh petugas koding Instalasi Rekam Medis. Bukti kegiatan
tersebut adalah adanya laporan :
- morbiditas pasien 10 diagnosa terbanyak rawat inap
- indeks penyakit rawat inap berdasarkan kode ICD 10
Laporan tersebut tidak akan bisa dibuat jika tidak ada proses pengkodingan
diagnosa berdasarkan ICD 10 sebelumnya.
4. Waktu awal era BPJS dimulai tahun 2015 yang dikenal sebagai koder hanyalah
petugas koding dari instalasi rekam medis. Saat itu dokter yang berada di JPKM
bertindak sebagai verifikator internal dari kode yang dibuat oleh petugas koding
Inst. Rekam Medis. Seiring berjalannya waktu ada pergeseran persepsi tentang
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDOEL WAHAB SJAHRANIE
Jalan Palang Merah Indonesia No. 1 Samarinda 75123
Telepon (0541) 738118 (Hunting System) Fax. (0541) 741793
SAMARINDA
koding yang dibuat oleh petugas koding Inst. Rekam Medis dimana persepsi
tersebut bahwa petugas koding Inst. Rekam Medis bukan koder.
5. Terlebih lagi setelah adanya pelatihan koding INA CBG pada tanggal 8-9
Oktober 2021 dimana narasumber pelatihan tersebut mengatakan bahwa yang
dikoding oleh petugas koding Inst. Rekam Medis hanya koding mortalitas bukan
koding morbiditas. Sehingga menimbulkan kerancuan petugas koding Inst.
Rekam Medis itu perannya dimana.
6. Persoalan lain yang timbul ada 2 ……..
11. Analisis
Dasar hukum yang memuat bahwa Perekam Medis mempunyai
kewenangan dalam melaksanakan sistem klasifikasi klinis dan kodefikasi penyakit
(PMK 55 th 2013) selaras dengan definisi koding berdasarkan PMK 26 tahun 2021.
Uraian tugas klasifikasi klinis juga ditemui dalamPermenpan 30 tahun 2013. Jadi
dapat disimpulkan bahwa …………….
Dalam definisi koding diPMK no 26 tahun 2021 yang merupakan dasar
hokum utama tentang INA CBG tidak ditemui istilah maupun pengklasifikasian
koding berdasarkan koding morbiditas atau koding klinis atau koding mortalitas.
TAnggung jwab koder menurut PMK 26 tahun 2021 selaras dengan kewenangan
Perekam Medis yang termuat dalam PMK 55 tahun 2013 dan kompetensi PMIK
yang termuat di PMK 302 tahun 2020.
Jadi berdasarkan dasar hukum yang ada khsuusnya PMK 26 athun 2021 tentang
INA CBG hanya mengenal istilah koding diagnosis berdasarkan ICD 10 dan
tindakan berdasarkan ICD 9 CM. DiPMK tersebut juga disebutkan tugas dan
tanggung jawab dokter yaitu menegakkan dan menuliskan diagnosis utama,
diagnosis sekunder dan tindakan / prosedur yang telah dilaksankana serta
membuat resume medis pasien secara lengkap, jelas dan spesifik selama pasien
dirawat di rumah sakit.
12. Kesimpulan
Perekam medis mempunyai kewenagan untuk melaksanakan kegiatan
pengklasifikasian penyakit (koding) berdasarkan ICD 10 dan tindakan berdasarkan
ICD 9 CM. Resume medis pasien dibuat oleh DPJP secara lengkap, jelas dan
spesifik menentukan keakuratan dan ketepatan koding yang dibuat oleh petugas
koding INst. Rekam MEdis.
1. Penggabungan petugas kode INst. Rekam MEdis ke tim casemix akan dapat
melakukan efisiensi terhadap waktu pengkodingan dan pengimputan indeks
penyakit.
13. Saran
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDOEL WAHAB SJAHRANIE
Jalan Palang Merah Indonesia No. 1 Samarinda 75123
Telepon (0541) 738118 (Hunting System) Fax. (0541) 741793
SAMARINDA
2. Sosialisasi kepada DPJP untuk pengisian resume medis yang lengkap, jelas dan
spesifik karena formulir ini yang dipakai untuk dasar pengkodingan baik itu untuk
klaim pembiayaan dan statistik.
3. Petugas koding Inst. Rekam MEdis diberi kesempatan untuk terlibat dalam
penginputan aplikasi INA-CBG
4. Untuk lebih meyakinkan tentang kedudukan petugas koding Inst. Rekam Medis
dengan tim casemix dan mendapatkan second information bisa dilakukan studi
banding ke rumah sakit lain.
Wadir Pelayanan