ACUAN TEORITIK
Setiap agama pasti memiliki arti atau definisi tersendiri begitu pula
dengan pengertian atau definisi agama Hindu. Dalam agama Hindu kata
Agama adalah hal yang hakiki dan mutlak. Ajaran yang ada dalam
oleh Tuhan Yang Maha Esa. Agama merupakan kebenaran abadi yang
Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi dengan tujuan untuk
agama itu sendiri bersifat sebagai rambu kehidupan yang mengatur pola
1
Gede Rudia Adiputra, Pengertian Dasar Agama Hindu (Jakarta : Sekolah Tinggi Agama
Hindu, 2003), h.1
2
Anak Agung Gede Oka Netra, Tuntunan Dasar Agama Hindu (Jakarta : Hanoman Sakti,
1997), h.8
13
14
dan tingkah laku manusia agar tidak terjerumus ke jalan yang salah.
agama sudah dibawa manusia sejak ia lahir ke dunia. Salah satu kitab
agama Hindu juga mendefinisikan makna dari kata agama itu sendiri.
Dalam kitab Upadesa diuraikan bahwa kata agama terdiri dari a-gam-a
Hindu akan menjadi pedoman yang kekal dan diikuti oleh semua umat
manusia (sedharma).
Tuhan serta segala sesuatu yang bersangkut paut dengan itu.4 Agama
3
Adiputra., Loc.Cit.
4
I Gusti Made Ngurah, dkk, Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi
(Surabaya : Paramita, 2006), h.14
15
mulai dari pendekatan diri kepada sang pencipta sampai dengan ritual
yang berkaitan dengan keyakinan itu.5 Definisi agama Hindu jika dilihat
secara keseluruhan memiliki arti atau makna yang sama yaitu sama-
kita pada satu pegangan yang kokoh. Pegangan itu tiada lain adalah
Tuhan, yang merupakan sumber dari semua yang ada, dan semua yang
agama Hindu. Inilah yang menjadi nilai pokok keimanan agama Hindu.
Adapun nilai pokok agama Hindu dapat dibagi menjadi lima bagian yang
Panca Sradha ini menjadi dasar bagi umat Hindu untuk mengetahui nilai
5
Adiputra, Loc.Cit.
6
Netra., Loc.Cit.
16
bahwa agama Hindu ialah sebuah keyakinan yang bersifat kekal abadi
yang bersangkut paut dengan itu. Agama Hindu mengajarkan para umat
untuk menghormati makhluk lain di luar dari dunia kita dan sebagai
simbol rasa syukur atas segala karunia yang telah diberikan. Selain itu
dalam agama Hindu juga mengajarkan para umat untuk saling mengasihi
7
Mimi Doe & Marsha Walch, 10 Spiritual Parenting Bagaimana menumbuhkan & Merawat
Sukma Anak-Anak Anda (Bandung : Kaifa, 2011), h.39
17
bersikap.
bahwa Tuhan lah yang maha atas segala sesuatunya sehingga, apapun
pengembangan agama ini sudah dibiasakan sejak kecil maka, anak tidak
akan asing lagi dengan segala aturan atau norma yang terkandung
8
Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Rineka Cipta,
2006), h.78-79
18
dan bathin.9 Setiap agama pasti memiliki tujuan yang hendak dicapai
tidak terkecuali pada agama Hindu yang memiliki tujuan untuk para umat
yang ada dalam kitab suci agama Hindu yaitu Veda (Weda) dengan
dengan agama lain terlepas dari apa agama tersebut. Secara umum
dan mengasihi antar sesama, dan lain sebagainya. Selain itu, dapat
bathin.
9
Netra, Loc.Cit.
19
atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam budaya setempat.
Pentingnya membangun karakter bagi anak usia dini karena usia dini
bila seseorang bertingkah atau berkata jahat maka dia dikatakan sebagai
religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat
10
H. Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), h.159
20
dari seluruh kebaikan yang nantinya akan menjadi ciri dari orang yang
masyarakat.
11
Thomas Lickona, Educating For Character Mendidik Untuk Membentuk Karakter (Jakarta : Bumi
Aksara, 2012), h.81
21
positif seperti ini akan diteruskan oleh anak pada lingkungan sosial yang
pada masa ini merupakan masa emas perkembangan (golden age) yang
atau perilaku anak. karakter harus dibangun dan dikembangkan hari demi
hari dengan melalui suatu proses yang tidak instan. Karakter bukanlah
12
www.pendidikankarakter.com
13
Thomas Lickona, Educating For Character Mendidik Untuk Membentuk Karakter (Jakarta : Bumi
Aksara, 2012), h.100
14
Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini (Jogjakarta :
Ar-Ruzz Media, 2013), h.20
22
suatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat di rubah melainkan, karakter
another person was beyond the capacity of very young infants.15 Imitasi
adalah belajar meniru perilaku orang lain. Meniru orang lain mulai dari
mewakili perilaku orang lain dan kemudian kadang menerima perilaku ini
proses meniru sesuatu tetapi tidak hanya sekedar meniru karena sudah
mempunyai suatu alasan yang kuat kenapa dia meniru. Menurut Berk
15
Laura E. Berk, Infants And Children Prenatal Trought Early Childhood (USA : ,1994), h.189
16
John W. Santrock, Perkembangan Anak (Jakarta : Erlangga, 2007), h.53
23
ingin menjadi sama dengan pihak lain. Orang tua terutama berperan
positif. Oleh karena itu, orang tua yang memegang kendali dalam
17
Laura E. Berk, Infants And Children Prenatal Trought Early Childhood (USA : ,1994), h.351
18
www.pendidikankarakter.com
24
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Anak yang telah tertanam
1. Kurikulum
akan diberikan kepada anak didik. Menurut UU. No. 20 Tahun 2003
ialah sejumlah mata ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh
lebih kompleks.
dalam maupun di luar kelas yang akan dilakukan oleh anak. Hal ini
19
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2012), h.6
20
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008), h.16
26
bersama dengan anak. Program yang dibuat tidak hanya terpaku pada
yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di dalam kelas, di
21
Soemantri Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekolah (Jakarta : Rineka Cipta, 2003),
h.56
22
Arifin, Op.Cit., h.4
27
2. Materi Pembelajaran
mengajar tanpa materi, proses pendidikan tidak akan berjalan. Hal ini
Materi atau bahan ajar memuat semua nilai yang akan diberikan
dalam pembelajaran karena materi berisi konten atau isi yang akan
maka,dapat disintesiskan bahwa materi atau bahan ajar ialah isi atau
24
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung : CV Pustaka Setia, 2011), h.48
25
H.D. Sudjana. S, Strategi Pembelajaran (Bandung : Falah Production, 2000), h.30
29
karena, materi pembelajaran inti dari apa yang akan dilakukan anak
mengajar tidak akan terlaksana karena tidak ada isi yang akan
3. Metode Pemblajaran
di dalam kelas agar anak tidak merasa jenuh atau bosan sehingga,
diharapkan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh J.R David
26
Djamarah dan Zain, Loc.Cit.
27
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.21
30
jenuh.
28
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya (Jakarta : Rineka
Cipta, 2008), h.273
31
didik untuk mencapai tujuan tertentu.29 Oleh sebab itu, penting bagi
yang terjadi di dalam kelas tidak monoton pada satu kegiatan saja
anak lebih aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi.
metode ialah suatu cara yang digunakan guru dalam proses kegiatan
bosan/jenuh.
29
Yamin, Op.Cit., h.149
32
4. Media Pembelajaran
Untuk itu, penting bagi guru dalam memilih media yang tepat
30
Hamdani, Loc.Cit.
31
Harjanto, Perencanaan Pengajaran (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), h.247
33
dengan baik.
32
Warsita, Op.Cit., h.274
33
Hamdani, Op.Cit., h.244
34
yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera,
dan yang ada di sekitar atau dapat dibuat sendiri oleh guru namun
juga harus memikirkan kriteria dari pembuatan media itu sendiri seperti
keamanan dari bahan dan warna yang digunakan, dan beberapa hal
lainnya.
5. Proses Pembelajaran
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.36 Oleh sebab itu dalam
Semakin aktif anak didik dalam berinteraksi maka semakin baik proses
dimana saja dan kapan saja. Menurut Rahman dan Amri proses
35
Djamarah dan Zain, Op.Cit., h.44
36
Moh. Uzher Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009),
h.4
36
mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui.38 Oleh sebab itu,
pembelajaran adalah inti dari semua rancangan yang telah dibuat yang
pembelajaran itu sendiri tidak harus terjadi di dalam kelas tapi juga
6. Tujuan Pembelajaran
37
Muhammat Rahman dan Sofan Amri, Model Pembelajaran ARIAS Terintegratif (Jakarta :
Prestasi Pustaka Publisher, 2014), h.49
38
Ad. Rooijakkers, Mengajar dengan Sukses (Jakarta : Grasindo, 2003), h.14
37
optimal.
39
Sanjaya, Op.Cit., h.59
40
Hamdani, Loc.Cit.
38
dan tingkah laku anak didik menjadi lebih baik dan sesuai dengan
7. Evaluasi Pembelajaran
nilai dari sesuatu.42 Evaluasi yaitu proses penilaian dari apa yang telah
dikerjakan oleh anak didik, guna melihat apakah semua program yang
akademik anak didik namun, juga sebagai evaluasi guru untuk lebih
pendidikan.
diperoleh lebih akurat dari anak lebih akurat dan guru juga dapat
42
Ibid., h.57
43
Hamdani, Op.Cit., h.296
40
tetapi juga semua data yang berkaitan dengan anak didik tersebut.
44
Ibid., h.297
45
H. Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), h.6
41
penilaian bagi guru atas apa yang telah dilakukannya. Guru dapat
46
Djamarah dan Zain, Op.Cit., h.58
42
1. Pengertian Perkembangan
aspek yang ada dalam diri anak. Adapun definisi serupa tentang
47
Abubakar Bradja, Psikologi Perkembangan (Jakarta : Studia Press, 2005), h.31
48
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2012), h.8
43
pola berpikir, hubungan sosial, dan kemampuan motorik. Selama anak itu
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
dalam dirinya.
49
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan (Jakarta : Kencana, 2011), h.28
50
Ibid.,h.29
44
sangat sederhana menjadi sesuatu yang lebih rumit dan rinci. 51 Dapat
hal yang paling sederhana hingga ke hal yang lebih rumit atau kompleks.
Ini terjadi karena adanya kematangan dalam diri anak yang disebut
sebagai perkembangan.
itu terjadi akibat stimulus yang diberikan oleh orang atau lingkungan di
pada hal yang lebih kompleks. Maka dari itu, pentingnya stimulasi pada
51
K. Eillen Allen dan Lynn R. Marotz, Profil Perkembangan Anak Pra Kelahiran Hingga Usia
12 Tahun (Jakarta : Indeks, 2010), h.21
45
Anak usia 5-6 tahun masih termasuk dalam katagori anak usia
dini dimana, pada masa ini anak sedang berada pada tahap bermain
a. Perkembangan Kognitif
52
Desmita, Op.Cit., h.96
53
Bradja, Loc.Cit.
46
didapatnya.
ini anak masih melihat apa yang diamati sebagai sesuatu yang bersifat
dua hingga tujuh tahun anak sedang berada pada tahap pra-
54
Jahja, Op.Cit., h.185
47
secara langsung.
Piaget, pada usia 2-7 tahun anak berada dalam tahap praoperational
lain maka, kita sebagai orang yang lebih dewasa haruslah memahami
karakteristik dari setiap tahapan yang dilalui agar, apa yang kita
b. Perkembangan Moral
cultures suggest they are concerned with human morality and willing to
48
pujian.
hal yang penting dalam diri setiap anak karena dalam lingkungan
Moral seorang anak didapat dari apa yang dia lihat dan
55
Vassilis Saroglou, Religion, Personality, and Social Behavior (New York, Psycology Press,
2014), h.149
56
Desmita, Op.Cit., h.258
49
estate or affair wich is desired (tata nilai adalah suatu objek rohani atas
tata nilai yang mengandung unsur rohani yang telah dipilih oleh
than 8, belives that the rules of game can’t be changed because they
57
Abu Ahmadi & Munawar Soleh, Psikologi Perkembangan (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005),
h.104
58
Helen Bee & Denise Boyd, The Developing Child (Boston : Pearson Education Inc
Publishing, 2010), h.324
50
Dikatakan bahwa anak yang usianya lebih muda dari usia anak 8
kekal. Ini disebabkan karena usia anak yang masih muda belum
59
Ibid.,h.324
60
Robert Coles, The Moral Intelligence of Children (United States of America : Permission of
Howard Axelrod, 1997), h.5
51
satu sama lain dapat bertukar pikiran dan memahami perbedaan dari
masing-masing individu.
proses yang tidak instan. Seperti yang dikatakan ole Bee and Boyd
bahwa :
karakter, baik itu terjadi pada suatu keluarga di dalam rumah atau
disebut kognisi sosial, adalah jantung dari karakter itu sendiri. Dalam
61
Bee & Boyd, Op.Cit., h.313
52
pendidikan karakter ditanamkan sejak usia dini agar kelak jika anak
terus menerus yang akhirnya semua itu tertanam pada diri anak
kejadian tertentu dengan cara seperti ini anak akan menelaah suatu
tindakan yang baik atau buruk dan menemukan solusi yang terbaik.
Tahun
sejak anak masih usia dini karena, sifat dari perkembangan ialah terus
53
ibadah dan hal-hal yang mendasar lainnya juga akan membiasakan anak
untuk taat kepada agamanya. Akan sangat baik jika kegiatan ini
maupun guru di sekolah karena anak memiliki model atau figur yang baik
untuk dicontoh.
telah ada semenjak anak lahir ke dunia, ia memiliki “fitrah” untuk beriman
konsep keagamaan ini anak masih memerlukan bimbingan dari orang tua
62
Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
(Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), h.190
63
Ahmadi & Soleh, Op.Cit., h.109
54
orang atau anak beragama itu dikarenakan orang tuanya beragama, atau
beragama akan menjadi contoh teladan yang akan ditiru anak dalam
sejak dini karena sudah tertanam jiwa agama pada diri anak. dengan
begitu, orang tua dapat lebih mudah mengarahkan anak agar tidak
64
Ibid.
65
Zakiah Drajat, Ilmu Jawa Agama (Jakarta : Bulan Bintang, 1996), h.55
55
Anak usia dini adalah cerminan dari orang tua mereka maka
positif agar anak dapat menjadi peniru yang baik. Hal ini sejalan dengan
spiritual yaitu tahap intuitive projective faith, yang berlangsung antara 2-7
ini anak menjadikan orang tua atau guru sebagai model dalam
optimal apabila orang sekitar yang menjadi contoh dapat berperilaku baik
dan sesuai dengan agama karena anak akan meniru dan mencontoh
sudah dibawa sejak anak lahir ke dunia hanya saja untuk lebih
66
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2012), h.279
56
anak mereka karena, anak akan meniru dari orang terdekat dan yang
sering ia lihat. Disini orang tua atau keluarga menjadi pendidik pertama
dan utama bagi anak. Alangkah baiknya jika orang tua selalu
hakekatnya ialah anak adalah cermianan dari orang tua mereka. Maka,
jika orang tua yang paham akan agama pasti mereka juga akan
ritual kecil lainnya. Jika, hal ini telah diterapkan di rumah sejak dini
niscaya akan tertanam jiwa agama dalam diri anak dan anak akan
anak dapat dilihat dari tujuan yang meliputi moral knowing, moral feeling,
usia dini akan menumbuhkan karakter baik pada anak selain itu
berkarakter.
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu kreatif,
67
Yodenih, Strategi Pengembangan Karakter Pada Anak Usia 4-5 Tahun Skripsi (Jakarta :
FIP, UNJ, 2008).
68
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jnfc