Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

PSIKOLOGI BELAJAR

Tentang

PANDANGAN BEHAVIORAL TERHADAP BELAJAR


CLASSICAL CONDITIONING

Dosen Pembimbing Mata Kuliah:


1. Prof. Dr. Nevi yarni, S., MS, Kons
2. Prof. Dr. Herman Nirwana, MPd., Kons

Disusun Oleh:
Anna Ismawati
NIM: 21151004

PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
RINGKASAN MATERI

PANDANGAN BEHAVIORAL TENTANG BELAJAR

Teori behavioristik memandang belajar sebagai perubahan tingkah laku


sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain,
belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya
untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus
dan respon. Individu dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah lakunya. Sebagai contoh, seorang siswa belum bisa mengerjakan
soal kimia. Padahal ia sudah belajar dengan giat, sudah berusaha untuk memahami
cara penyelesaiannya dan gurunya pun sudah berusaha membantu, namun jika
seorang siswa tersebut belum dapat menyelesaikan soal-soal dengan benar, maka ia
belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan perilaku
sebagai hasil belajar. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input
yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons.

Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus dan respon
dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja
yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons),
semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat
terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut

Andriyani dalam Nahar (2016:67) .Behaviorisme merupakan aliran


psikologi yang memandang individu lebih kepada sisi fenomena jasmaniah dan
mengabaikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan
individu dalam kegiatan belajar. Peristiwa belajar semata-mata dilakukan dengan
melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai
individu. Para ahli behaviorisme berpendapat bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus (S) dengan respons (R). Menurut teori ini, dalam belajar
yang penting adalah adanya input berupa stimulus dan output yang berupa respon.

1) Aplikasi Teori Behavioristik


a) Mementingkan Pengaruh Lingkungan
b) Mementingkan bagian-bagian
c) Mementingkan Peranan Reaksi
d) Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respons
e) Mementingkan perana kemampuan yang telah terbentuk sebelumnya
f) Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
g) Hasil belajar yang dicapai ialah munculnya perilaku yang diinginkan

2) Ciri – ciri Teori Behavioristik

Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya,


melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan.
Pengalamanpengalaman batin di kesampingkan serta gerak-gerak pada badan
yang dipelajari. Oleh sebab itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.
Kedua, segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari
unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatanperbuatan bukan kesadaran
yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu
pengarang. Manusia dianggap sesuatu yang kompleks refleks atau suatu mesin.
Ketiga, behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang
adalah sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa, manusia
hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan
dapat mempengaruhi reflek keinginan hati.
CLASSICAL CONDITIONING

Yurdik (2013:100-102) Classic Conditioning (pengkondisian atau


persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya
terhadap hewan anjing, di mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan
stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang
diinginkan. Dari contoh tentang percobaan dengan hewan anjing bahwa dengan
menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara
dengan mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk
mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak
menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

Desmita (2011) Paradigma kondisioning klasik merupakan karya besar


Ivan P. Pavlov (1849-1936), ilmuan Rusia yang mengembangkan teori perilaku
melalui percobaan tentang anjing dan air liurnya. Proses yang ditemukan oleh
Pavlov, karena perangsang yang asli dan netral atau rangsangan biasanya secara
berulang-ulang dipasangkan dengan unsur penguat yang menyebabkan suatu
reaksi. Perangsang netral disebut perangsang bersyarat atau terkondisionir, yang
disingkat dengan CS (conditioned stimulus). Penguatnya adalah perangsang tidak
bersyarat atau US (unconditioned stimulus). Reaksi alami atau reaksi yang tidak
dipelajari disebut reaksi bersyarat atau CR (conditioned response). Pavlov
mengaplikasikan istilah-istilah tersebut sebagai suatu penguat.Maksudnya setiap
agen seperti makanan, yang mengurangi sebagaian dari suatu kebutuhan. Dengan
demikian dari mulut anjing akan keluar air liur (UR) sebagai reaksi terhadap
makanan (US). Apabila suatu rangsangan netral, seperti sebuah bel atau genta
(CS) dibunyikan bersamaan dengan waktu penyajian maka peristiwa ini akan
memunculkan air liur (CR)

Desmita dalam Nahar (2016) Melalui paradigma kondisioning klasiknya,


Pavlov memperlihatkan anjing dapat dilatih mengeluarkan air liur bukan
terhadap rangsang semula (makanan), melainkan terhadap rangsang bunyi. Hal
ini terjadi pada waktu memperlihatkan makanan kepada anjing sebagai rangsang
yang menimbulkan air liur, dilanjutkan dengan membunyikan lonceng atau bel
berkali-kali, akhirnya anjing akan mengeluarkan air liur apabila mendengar
bunyi lonceng atau bel, walaupun makanan tidak diperlihatkan atau diberikan.
Disini terlihat bahwa rangsang makanan telah berpindah ke rangsang bunyi untuk
memperlihatkan jawaban yang sama, yakni pengeluaran air liur. Paradigma
kondioning klasik ini menjadi paradigma bermacammacam pembentukan tingkah
laku yang merupakan rangkaian dari satu kepada yang lain. Kondisoning klasik
ini berhubungan pula dengan susunan syaraf tak sadar serta otot-ototnya. Dengan
demikian emosional merupakan sesuatu yang terbentuk melalui kondisioning
klasik.

SUMBER

Rizka dkk. Teori Behavioristik. Sidoarjo: Mahasiswa Fakultas Agma Islam


Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Nahar, N. 2016. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses


Pembelajaran. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial. Sumatera Barat: Anggota
DPRD Kabupaten Agam Sumatera Barat.

Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. Remaja


Rosdakarya

Yudrik, J. Psikologi Perkembangan. 2013. Jakarta. Kencana Prenamadia Group.


hlm: 100- 102
KOMENTAR

Teori Paplov ini teori mengenai pengkondisian tingkah laku, yang diuji
cobakan terhadap hewan yaitu anjing. Dalam pengimplikasikannya ternyata bisa
diterapkan pada manusia, khusunya dalam proses pembelajaran. Teori belajar
pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan karena satu
stimulus dan rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lainnya dalam
mengembangkan suatu respon. Prosedur ini disebut klasik karena prioritas
historisnya seperti dikembangkan Pavlov. Kata clasical yang mengawali nama teori
ini semata-mata dipakai untuk menghargai karya Pavlov yang dianggap paling
dahulu dibidang conditioning (upaya pengkondisian) dan untuk membedakannya
dari teori conditioning lainnya. Perasaan orang belajar bersifat pasif karena untuk
mengadakan respon perlu adanya suatu stimulus tertentu, sedangkan mengenai
penguat menurut pavlov bahwa stimulus yang tidak terkontrol (unconditioned
stimulus) mempunyai hubungan dengan penguatan. Stimulus itu yang menyebabkan
adanya pengulangan tingkah laku dan berfungsi sebagai penguat
LAPORAN DISKUSI

TANYA/JAWAB

1. Pertanyaan Nada
Implikasi layanan BK terhadap classical conditioning, contoh
Jawab
a. Jawaban Putri:
guru BK menghadapi berbagai macam siswa, bagaimana guru
mengkondisikan siswa, contohnya dalam bimbingan kelompok, peserta tidak
mau menyampaikan pendapat, maka guru bk bertanya terus sampai sswa
berani bersuara.
b. Ditambahkan Faris:
Guru BK memancing siswa berbicara terus diberikan dorongan sehingga ada
respon dari siswa
2. Pertanyaan Irfah
Low of classical conditioning
Low of responden conditioning
Jawaban putri
Ditambahkan izwar
Kedua hal tersebut berkaitan
3. Pertanyaan izwar
Apakah bisa diterapkan pada manusia
Jawaban faris
Bisa, contohnya mengkondisikan anak-anak untuk tidak menggunkan hp
4. Pertanyaan Anna
Alasan kenapa paplov memilih anjing sebagai objek
Jawaban faris
Karena paplov sangat anti dengan ilmu faal atau psikologi oleh karena itu
memilih hewan
Ditambahkan oleh irfah
Karena anjing merupkan hewan yang memiliki daya respon yang tinggi

Penambahan dari Prof Herman:

Awalnya paplov ingin melihat pengaruh konsumsi daging terhadap air liur.

2 versi pengkondisian

Yang pertama ketika pintu di buka lampu menyala, yang kedua ointu di buka bel
berbunyi

Anda mungkin juga menyukai