Sebagai contoh kita ambil Penguat suara ( AF Amplifier ). Nada rendah dari penguat
tersebut tidak bekerja dengan baik dan hanya memberikan suara yang lemah serta cacat.
Catu daya yang ada padanya dapat berfungsi dengan baik.Untuk menguji coba penguat ini dapat
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
Dari kiri kekanan dapat terlihat bagian-bagian kelompok fungsi : input untuk mikrofon
dan penguat depan, Filter, Highpass( pelalu atas ), Penguat nada tinggi dan speaker nada tinggi.
Parallel dengan itu juga terdapat Lowpass( pelalu bawah ), Penguat jembatan nada rendah dan
speaker nada rendah.
Sebelum kita memulai mencari kesalahan pada rangkaian secara menyeluruh , kita dapat
melokalisir kesalahan secara kasar berdasarkan dari sesuatu yang nampak dan juga dari skema
secara blok.. Jika skema secara blok tidak ada kita dapat memulai dengan membuat sketsa, hal ini
sangat berarti dan mempunyai dua keuntungan.
Pertama, kita dapat menganalisa pada gambar rangkaian kedalam masing-masing kesatuan fungsi,
dan yang kedua adalah, melalui skema secara blok kita mempunyai gambaran fungsi peralatan
tersebut.
Penguat suara ( AF Amplifier ) secara mendasar dapat dikelompokan menjadi enam
kelompok unit fungsi.Unit fungsi-unit fungsi ini secara urut sesuai dengan perjalanan fungsi diuji.
Pertama kita coba pada masukan “ Mikro ” dan “ Nf ”, dan mengukur sinyal pada titik
pengukuran “1”, oleh karena itu pada masukan ini kita berikan sinyal yang frekuensi maupun
amplitudenya konstan dari pembangkit sinyal.Secara jelas dapat digambarkan seperti dibawah.
Jika sinyal pada titik pengukuran “ 1 “ adalah baik , kemudian dilakukan pengujian pada
titik pengukuran “ 2 “ dan “ 3 “.
Kemudian kita lakukan pengukuran pada keluaran Lowpass( pelalu bawah ) .Hasil
pengukuran sinyal dari titik pengukuran “ 4 “ tidak memberikan sinyal, oleh karena itu diperoleh
informasi di daerah Lowpass dan penguat jembatan merupakan sumber kesalahan.( dengan asumsi
sebelumnya bahwa speaker untuk nada rendah masih berfungsi ).
Pertama orang memulai dengan batas kesalahan yang besar ( lingkaran terluar ) dan
selanjutnya semakin memperkacil batasan lingkaran kesalahan .
Contoh ini mendemonstrasikan satu pencarian kesalahan secara metodik dan berlaku
secara umum , yang mana pengalaman tekniker dalam melihat kerusakan , pengetahuan bekerjanya
serta pengalaman-pengalaman yang lain ikut berpengaruh.
Pencarian kesalahan secara metodik akan menjadi lebih efektif dan berhasil jika
pengalaman pribadi dan pengetahuan tentang alat dari montir yang berpengalaman ikut
dimasukkan.
Sebagai contoh seorang tekniker yang sudah mengenal bahwa penguat daya adalah sumber
kesalahan yang paling sering, maka dia bisa melompati titik pengukuran no 2 dan langsung
melompat pada penguat daya sebagai titik ukur no 2. Jika itu tidak berhasil maka dia akan kembali
sesuai dengan urutan yang logis.
Dikarenakan secara praktis dikenal bahwa bagian yang menggunakan arus yang paling
besar - dalam hal ini penguat daya adalah bagian yang paling sering mengalami kerusakan, orang
membalik urutan pengujian dari belakang ke depan.