Anda di halaman 1dari 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Kanker Paru


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Dan Pengobatan Kanker Paru
Sasaran : Masyarakat di Desa Natar
Waktu : 90 Menit
Tempat : Balai Desa Natar
Tujuan Intruksional Umum Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan masyarakat desa diharapkan
mampu memahami perawatan kanker paru dan mampu mengetahui pencegahan dan pengobatan
kanker paru.
Tujuan Instruksional Khusus.

1. Masyarakat mampu memahami pengertian penyakit kanker paru.

2. Masyarakat mampu memahami penyebab dari penyakit kanker paru.

3. Masyarakat mampu memahami tentang pencegahan kanker paru.

4. Masyarakat mampu memahami tentang pengobatan kanker paru.

Tahap Kegiatan:
1.Pembukaan

a) Perkenalan

b) Menjelaskan tujuan

c) Apersepsi dengan cara menggali pengetahuan yang dimiliki Masyarakat di Desa Natar
Waktu : 15 menit.

2. Pelaksanaan

a) Menjelaskan materi tentang pencegahan dan pengobatan penyakit kanker paru..

b) Memberikan kesempatan kepada

c) masyarakat untuk bertanya.

Waktu : 60 menit.

3. Penutupan

a) Menyimpulkan materi penyuluhan

b) Mengevaluasi tentang materi yang telah diberikan

c) Mengakhiri pertemuan
Waktu : 15 menit

Materi
Terlampir
Media
1. LCD
2. Laptop

3. Materi (power point)

4. Leaflet
Metode
1. Ceramah

2. Tanya jawab
Evaluasi: Evaluasi awal: Persiapan
a) Materi sudah siap dan dipelajari 1 hari sebelum penyuluhan.

b) Media sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan.

c) Undangan untuk warga desa Kesambi dan Kepala Desa sudah disampaikan 1 hari sebelum
penyuluhan.

d) Tempat sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan,

e) SAP sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan.


Evaluasi proses: pelaksanaan
a) Leafleat dibagikan pada masyarakat atau audiens.

b) Masyarakat memperhatikan penjelasan penyaji atau narasumber.

c) Masyarakat aktif bertanya

d) Media dapat digunakan secara efektif

Evaluasi hasil
a) Apa yang di maksud dengan kanker paru ?
b) Apa penyebab dari kanker paru ?
c) Bagaimana dari pencegahan kanker paru ?
d) Bagaimana cara pengobatan kanker paru ?
MATERI

A. Pengertian kanker paru


Karsinoma bronkhogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi primer. Tumor ganas
dapat ditemukan di bagian mana saja. Matastasis paru sering ditemukan lebih dulu sebelum lesi
primernya diketahui. Lebih dari 90% tumor paru primer merupakan tumor ganas dan sekitar 95%
tumor ganas ini termasuk karsinoma bronkhogenik. Apabila kita menyebut kanker paru, yang
dimaksudkan adalah karsinoma bronkhogenik, mengingat kebanyakan tumor ganas primer dari
pernapasan bawah bersifat epitel dan berasal dari mukosa percabangan bronchus. Kanker paru adalah
tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru
tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker. Keganasan yang terjadi 90% di
epithelium bronkus yang tumbuh lambat memakan waktu 8-10 tahun dan tumor mencapai ukuran 1
cm, dimana lesi terkecil dapat dideteksi dengan X-Ray.

B.Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang
bertanggung jawab dalam peningkatan insiden tumor paru atau faktor pendukung dari tumor paru,
antara lain : (Price Sylvia, 2006)

1. Merokok dan asap rokok


Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan
sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar risiko untuk
menderita tumor atau kanker paru-paru. Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu
hubungan statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh
batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai
kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok
berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola risiko
bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun.
Kanker paru adalah sepuluh kali lebih umum terjadi pada perokok dibanding pada bukan
perokok. Risiko ditentukan dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun (jumlah bungkus
rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok). Selain itu, makin muda
individu memulai merokok, makin besar resiki terjadinya kanker paru. Faktor lain juga
dipertimbangkan termasuk jenis rokok yang dihisap (kandungan tar, filter dengan tidak
berfilter). Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan
tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita
kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok pasif
pun akan berisiko terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun
pada usia dewasa akan terkena risiko kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang
tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan suami atau pasangan perokok juga terkena
risiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan perokok adalah
berasal dari perokok pasif. Insiden kanker paru pada perempuan di USA dalam 10 tahun
terakhir ini juga naik menjadi 5% per tahun, antara lain karena meningkatnya jumlah
perempuan perokok atau sebagai perokok pasif. Jika seseorang perokok menghentikan
kebiasaan merokok, maka penurunan risiko baru tampak setelah 3 tahun penghentian dan
akan menunjukkan risiko yang sama dengan bukan perokok setelah 10-13 tahun. Perokok
pasif telah diidentifikasi sebagai penyebab yang mungkin dari kanker paru pada bukan
perokok. Dengan kata lain, individu yang secara involunter terpajang pada asap tembakau
dalam lingkungan yang dekat (mobil, gedung) berisiko terhadap terjadinya kanker paru. Opini
publik telah mengarah pada berbagai kampanye untuk melarang merokok pada tempat-tempat
umum seperti restoran, kantor, dan pesawat udara.

2. Paparan zat karsinogen (asbestos, radiasi ion, radon arse)


Pemajanan (paparan) kronik terhadap karsinogen industrial, seperti arsenic, asbestos, gas
mustard, krom, asap oven untuk memasak, nikel, minyak, dan radiasi telah dikaitkan dengan
terjadinya tumor atau kanker paru. Hukum telah dibuat untuk mengendalikan pemajanan
terhadap elemen tersebut ditempat kerja.
Radon adalah gas tidak berwarna, tidak berbau yang ditemukan dalam tanah dan bebatuan.
Gas berat yg mengandung radioaktif, berasal dari peluruhan radium, yang terberat dikenal
dengan nomor massa 222 dan termasuk seri radioaktif uranium. Selama bertahun-tahun, gas
ini telah dikaitkan dengan pertambangan uranium tetapi sekarang diketahui gas tersebut dapat
menyusup ke rumah-rumah melalui bebatuan didasar tanah. Insiden karsinoma paru yang
tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih
dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam
bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif. Bahan-bahan industri yang
paling banyak dihubungkan dengan karsinoma bronkogenik adalah asbestos. Dinyatakan
bahwa asbestos dapat meningkatkan risiko kanker 6-10 kali. Paparan industri ini baru tampak
pengaruhnya setelah 15-20 tahun. Lapangan pekerjaan lain yang dikaitkan dengan
peningkatan risiko terhadap kemungkinan menderita kanker paru adalah penambang nikel,
industri ion exchange resin yang menggunakan klormetil eter dan bisklorometil eter,
penambang biji kromit serta industri pemakai arsenikum. Bekerja dengan asbes, radiasi,
arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan
kanker paru-paru. Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil
nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru-paru
hematite) dan orang-orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami
peningkataninsiden.

3. Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari pada
mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari industri dan
uap diesel dalam atmosfer di kota. Berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk di
dalamnya adalah sulfur, emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan pabrik.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa insiden kanker paru lebih besar di daerah perkotaan sebagai
akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan bermotor.

C.Pencegahan
Tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker paru-paru, tetapi dapat mengurangi risiko jika
kita melakukan hal-hal berikut :

1) Tidak merokok. Jika belum pernah merokok, jangan mulai. Bicaralah dengan anak-
anak untuk tidak merokok sehingga mereka bisa memahami bagaimana untuk
menghindari faktor risiko utama kanker paru-paru. Banyak perokok mulai merokok di
usia remaja. Memulai percakapan tentang bahaya merokok dengan anak-anak lebih
awal sehingga mereka tahu bagaimana harus bereaksi terhadap tekanan teman sebaya.

2) Berhenti merokok. Berhenti merokok sekarang. Berhenti merokok mengurangi risiko


kanker paru-paru, bahkan jika telah merokok selama bertahun-tahun. Berhenti
merokok dapat mengurangi resiko terkena kanker paru. Penelitian darikelompok
merokok yang berusaha berhenti merokok, hanya 30% yang berhasil. Konsultasi
dengan dokter tentang strategi dan bantuan berhenti merokok yang dapat membantu
berhenti. Pilihan meliputi produk pengganti nikotin, obat-obatan dan kelompok-
kelompok pendukung.

3) Hindari asap rokok. Hindari daerah di mana orang merokok, seperti bar dan restoran,
dan memilih area bebas asap.
4) Tes radon rumah. Periksa kadar radon di rumah, terutama jika tinggal di daerah
dimana radon diketahui menjadi masalah. Kadar radon yang tinggi dapat diperbaiki
untuk membuat rumah lebih aman. Untuk informasi mengenai tes radon, hubungi
departemen kesehatan.

5) Hindari karsinogen di tempat kerja. Tindakan pencegahan untuk melindungi diri dari
paparan bahan kimia beracun di tempat kerja. Perusahaan harus memberitahu jika
terkena bahan kimia berbahaya di tempat kerja. Misalnya, jika diberi masker untuk
perlindungan, selalu memakainya. Tanyakan kepada dokter apa lagi yang bisa
lakukan untuk melindungi diri di tempat kerja. Risiko kerusakan paru-paru dari
karsinogen ini meningkat jika merokok.

6) Makan-makanan yang mengandung buah-buahan dan sayuran. Pilih diet sehat dengan
berbagai buah-buahan dan sayuran. Makanan sumber vitamin dan nutrisi yang
terbaik. Hindari mengambil dosis besar vitamin dalam bentuk pil, karena mungkin
akan berbahaya. Sebagai contoh, para peneliti berharap untuk mengurangi risiko
kanker paru-paru pada perokok berat memberi mereka suplemen beta karoten.
Hasilnya menunjukkan suplemen benar-benar meningkatkan risiko kanker pada
perokok.

7) Minum alkohol dalam jumlah sedang, jika bisa sama sekali tidak. Batasi diri untuk
satu gelas sehari. Jika seorang wanita atau dua gelas sehari jika seorang laki-laki.
Setiap orang usia 65 atau lebih tua harus minum alkohol tidak lebih dari satu gelas
satu hari.

8) Olah raga. Capai minimal 30 menit olah raga pada setiap hari dalam seminggu.
Periksa dengan dokter terlebih dahulu jika belum berolahraga secara teratur.

9) Akhir-akhir ini pencegahan dengan Chemoprevention banyak dilakukan, yakni


dengan memakai derivate asam retinoid, carotenoid, vitamin C, selenium, dan lain-
lain. Jika seseorang berisiko terkena kanker paru maka penggunaan betakaroten,
retinol,nisotetrinoin ataupun N-acetyl-cystein dapat meningkatkan risiko kanker paru
pada perokok. Untuk itu, penggunaan kemopreventif ini masih memerlukan
penelitian lebih lanjut sebelum akhirnya direkomendasi untuk digunakan. Hingga saat
ini belum ada consensus yang diterima oleh semua pihak.
D.Pengobatan
Tujuan pengobatan kanker adalah:

1. Kuratif : menyembuhkan atau memperpanjang masa bebas penyakit dan mening-


katkan angka harapan hidup pasien.

2. Paliatif : mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.

3. Rawat rumah ( hospice care ) pada kasus terminal : mengurangi dampak fisik maupun
psikologi kanker baik pada pasien maupun keluarga.

4. Suportif : menunjang pengobatan kuratif paliatif dan terminal seperti pemberian


nutrisi, transfuse darah dan komponen darah, growth factors obat anti nyeri dan obat
anti infeksi
Secara umum, pengobatan kanker paru dapat mencakup pembedahan, terapi radiasi,
dankemoterapi.
1. Pembedahan reseksi
Pembedahan reseksi bedah adalah metoda yang lebih dipilih untuk pasien dengan ksnker setempat
tanpa adanya penyebaran metastasis dan mereka yang fungsi jantung parunya baik. Reseksi
bedah jarang menghasilkan penyembuhan sempurna. Tumor bronchial jinak biasanya diangkat
melalui pembedahan untuk menghindari tersumbatnya bronki kadang dilakukan pembedahan
pada kanker selain karsinoma sel kecil yang belum menyebar. Sekitar 10-35% kanker bisa di
angkat melalui pembedahan, tetapi pembedahan tidak selalu membawa kesembuhan. Sekitar 25-
40% penderita tumor yang terisolasi dan tumbuh secara perlahan, memiliki harapan hidup sampai
5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Penderita ini harus melakukan pemeriksaan rutin
karena kanker paru-paru kambuh kembali pada 6-12% penderita yang telah menjalani
pembedahan.
Sebelum pembedahan, dilakukan tes fungsi paru-paru untuk menetukan apakah paru-paru yang
tersisa masih bisa menjalankan funsinya dengan baik atau tidak. Pembedahan tidak perlu
dilakukan jika:
1) Kanker telah menyebar keluar paru-paru
2) Kanker terlalu dekat dengan trekhea
3) Penderita memiliki keadaan yang serius (misalnya penyakit jantung/ penyakit paru-paru yang
berat)

2. Terapi radiasi
Terapi radiasi dapat menyembukan pasien dalam persentasi kecil, namun bermanfaat dalam
pengendalian neoplasma yang tidak dapat di reseksi tetapi yang responsif terhadap radiasi.
Radiasi dapat digunakan untuk mengurangi ukuran kanker dan dapat digunakan sebagai
pengobatan paliatif untuk menghilangkan tekanan kanker, radiasi dapat membantu
menghilangkan batuk, nyeri dada, dispnea, hemoplisis, dan nyeri tulang serta hepar.
Pada beberapa kasus yang inoperable radioterapi dilakukan sebagai pengobatan terapi dan bisa
juga sebagai terapi adjuvant atau paliatif pada tumor dengankomplikasi seperti mengurangi efek
abstruksi atau penekanan terdapat pembuluh darah atau bronkus. Efek samping yang sering
adalah disvagia karna esophagus post radiasi, sedangkan pneumonitis post radiasi jarang terjadi
( <10%). Radiasi dengan dosis paru yang bertujuan kuratif sacara teoritis bermanfaat pada kasus
yang inoperable tapi belum disokong data percobaan klinis yang sahih. Keberhasilan
memperpanjang survival sampai 20% dengan cara radioasi dosis paru ini didapat dari kasus kasus
stadium 1 usia lanjut, kasus dengan penyakit penyerta sebagai penyulit operasi atau pasien yang
menolak dioperasi. Pasien dengan metastasis sebatas N1– N2 atau saat operasi terlihat tumor
sudah merambat sebatas sayatan operasi maka radiasi post operasi dianjurkan untuk diberikan.
Radiasi preoperasi untuk mengecilkan ukuran tumor agar misalnya pada reseksi lebih komplit
pada pancoast tumor atau stadium 3b dilaporkan bermanfaat dari beberapa sentra kanker.Radiasi
paliatif . pada kasus dari studi lain nilai negatif palsu pada mediastinoskopi didapat sebesar 8-12
(diikuti dengan torakotomi). Torakotomi untuk diagnostik kanker paru dikerjakan bila berbagai
prosedur non invasive dan invasive sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

3. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk menganggu pola pertumbuhan kanker, untuk menangani pasien
dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasis luas, untuk melengkapi bedah atau terapi
radiasi. Terapi bedah adalah pilihan pertama pada stadium I atau II pada pasien dengan sisa
cadangan parenkim parunya yang adekuat. Reseksi paru biasanya ditoleransi baik bila
diprediktif ‘’post Reseksi FEV ‘’yang didapat dari pemeriksaan spirometri preoperative dan
kuantitatif ventilasi perkusi scaning melebihi 1000 ml. luasnya penyebaran intra torax.
Pasien stadium III B dan 4 tidak dioperasi combined modality therapy
yaitu gabungan radiasi, kemoterapi dengan operasi (2 atau 3 modalitas) dilaporkan
memperpanjang survival dari studi-studi yang masih berlangsung. Terapi penyinaran dilakukan
pada penderita yang tidak dapat menjalani pembedahan karena mereka memiliki penyakit lain
yang serius. Tujuan penyinaran adalah memperlambat pertubuhan kanker, bukan untuk
penyembuhan. Terapi penyinaran juga bisa mengurangi nyeri otot, sindroma vena kava superior
dan penekanan saraf tulang belakang. Tetapi terapi penyinaran bisa menyebabkan radang paru-
paru (pneuminitis karena penyinaran), dengan gejala berupa batuk, sesak nafas dan demam.
Gejala ini bisa dikurangi dengan corticosteroid (misalnya prednisone). Pada saat terdiagnosis,
karsinoma sel kecil hamper selalu telah menyebar kebagian tubuh lainnya, sehingga tidak
mungkin dilakukan pembedahan. Sehingga kanker harus diobati dengan kemoterapi, yang kadang
disertai terapi penyinaran. Penderita kanker paru=paru banyak yang mengalami penurunan fungsi
paru-paru. Untuk mengurangi gangguan pernafasan bisa diberikan terapi oksigen dan obat yang
melebarkan saluran udara.

DAFTAR PUSTAKA

WH. Sastrosudarmo.Kanker The Silent Killer. 978-602-97447-1-2. garda media Sudoyo, aru.
Ahmad Dikrullah, dkk. 2014.Satuan Acara Penyuluhan Ca Bronchogenic (Kanker Paru).
Diunduh dari http://laporan-pendahuluan.asuhan-keperawatan.com/sap-kanker-paru-50493/ pada
tanggal 13 Januari 2016 pukul 10:17 WIB
Indrasari, Astried. 2003.Diagnosis Dini Kanker Paru. Diunduh dari
https://id.scribd.com/doc/79638724/REFRAT-KANKER-PARU oleh marlina sihombing pada
tanggal 11 November 2015 pukul 14.07 WIB
Diunduh dari https://id.scribd.com/doc/87190282/Kanker-paru oleh tpuspitasary pada tanggal 11
November 2015 pukul 14.09 WIB
Hasanuddin, Muhammad sidik. 2011. Refrat Tumor Paru.
Diunduh dari https://id.scribd.com/doc/91209529/Tumor-Paru-Referat oleh muhammad sidik
hasanuddin pada tanggal 11 November 2015 pukul 14.06 WIB
Diunduh dari https://www.academia.edu/5218241/MAKALAH-KMB-TUMOR-PARU oleh
muhammad hakim pada tanggal 11 November 2015 pukul 14.10 WIB

Anda mungkin juga menyukai