Ada banyak hal yang bisa mempengaruhi terbentuknya karakter seseorang, di antaranya:
1. Dorongan kekuatan spiritual.
Manusia adalah makhluk spiritual, makanya kekuatan spiritual itulah sangat berpengaruh pada kepribadian dan watak seseorang. Manusia sebelum lahir ke dunia sudah terikat perjanjian spiritual dengan Allah. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat al-A’raf ayat 172: 2. Keluarga terdekat meliputi orang tua, saudara, dan lainnya. Setiap anak lahir, diasuh, dan dibesarkan melalui sebuah keluarga. Lingkungan terdekat inilah yang sangat berpengaruh pada pembentukan karakternya. Dalam kaitan inilah, Rasulullah SAW. bersabda: َما ِمنْ َم ْولُو ٍد إِاَّل يُو َل ُد َع َلى ْالف ِْط َر ِة َفأ َ َب َواهُ ُي َهوِّ دَا ِن ِه َو ُي َنص َِّرا ِن ِه َو ُي َمجِّ َسانِه Tidaklah seseorang itu lahir kecuali dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah menyebabkan bisa menjadi Yahudi, Nasrani atau pun Majusi. (HR. Muslim dari Abu Hurairah). 3. Sahabat terdekat. Pihak-pihak yang ikut andil berpengaruh dalam pembentukan sifat dan karakter anak dan seseorang adalah sahabat terdekat, sahabat setia, apalagi sahabat yang dianggap sebagai kekasih. Nabi SAW. bersabda:
ظرْ أَ َح ُد ُك ْم َمنْ ي َُخالِ ُل
ُ ين َخلِيلِ ِه َف ْل َي ْن ِ الرَّ ُج ُل َع َلى ِد Seseorang itu mengikuti agama sahabat setianya (kekasihnya). Maka, perhatikanlah di antara kalian, siapakah sahabat setianyaa. (HR. Abu Daud dari Abu Hurairah). Oleh karena itu, mencari dan memilih sahabat setia perlu selektif. Bukan berarti mengabaikan sahabat-sahabat lainnya. 4. Lingkungan Sosial Orang yang tinggal di suatu lingkungan sosial yang sudah terbiasa hidup teratur, hidup bersih, hidup disiplin, hidup saling menghargai, maka ia akan ikut dengan kebiasaan seperti itu, walau pun yang bersangkutan tidak banyak tahu hukum agama, tidak tahu ayat dan hadis. Mereka seperti dipaksa oleh situasi dan keadaan untuk harus ikut dengan lingkungan sosialnya. 5. Lembaga pendidikan formal ataupun informal Sebagaimana halnya keluarga dan lingkungan, maka lembaga pendidikan, baik formal maupun informal pasti berpengaruh terhadap anak dan seseorang dalam proses pertumbuhan kepribadian dan karakternya. 6. Media yang dinikmati Keberadaan Media sudah menjadi keperluan dan keniscayaan. Akan tetapi harus selektif dan kritis, sebab media juga berpengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang, terutama media yang dinikmati penuh keseriusan. Bisa saja, ada orang yang sebelum aktif menggunakan media sosial, tutur katanya baik dan lembut, sikapnya sopan dan santun. Akan tetapi, setelah cukup lama dan setiap saat disuguhi berita yang isinya hanya kejelekan orang, menjelek-jelekkan orang dan kelompok tertentu, maka terjadi perubahan dalam dirinya, meniru-niru apa yang sering dibaca dari media tersebut. Akhirnya, suka berpikiran negati kepada orang lain. 7. Masalah dan tekanan hidup Masalah sekecil apa pun yang menimpa seseorang, apalagi sampai hidupnya tertekan pasti berpengaruh pada proses pembentukan kepribadian yang bersangkutan. Beberapa tahun lalu, saya sempat berkunjung ke Kairo di Mesir, ada suatu kebiasaan masyarakatnya yang bagus, ketika kita berada di suatu ruang public, fasilitas umum, misalnya di bis kota, ada seseorang sudah duduk di kursi, tiba-tiba ada orang tua naik dan berdiri, maka yang muda segera berdiri mempersilakan duduk orang yang lebih tua. Begitu juga penghargaan mereka terhadap perempuan sangat bagus. Di halte tempat menunggu bis, masing-masing sibuk membaca al- Qur’an dengan memegang mushaf al-Qur’an di tangan masing-masing, atau buku- buku. bahkan dalam bis kota, bis umum, penumpangnya masing-masing sibuk membaca al-Qur’an dengan mushaf di tangan masing-masing. Pemandangan seperti ini di Kairo sudah biasa, dan akan berpengaruh kepada orang-orang yang tinggal di lingkungan seperti itu. Kalau kebiasaan memegang mushaf dan membaca al-Qur’an di atas bis atau di tengah-tengah keramaian seperti ini dibawa ke Indonesia atau ke Pontianak, bisa jadi, kita akan dilihat-lihati atau diplototi, bahkan bisa jadi kita dianggap sok alim, karena lingkungannya belum terbiasa. Begitu juga, pengalaman saya beberapa bulan lalu, ketika berkunjung ke Washington DC., Detroit, dan Los Angeles Amerika Serikat, salah satu kesannya adalah masyarakat dan lingkungannya hidup teratur, disiplin, dan bersih. Maka orang-orang yang tinggal di lingkuan seperti itu akan ikut dengan kebiasaan tidak membuang sampah sembarangan, tidak menyeberang jalan sembarangan, tidak menyepelekan apalagi membuang-buang waktu, dan seterusnya. Sebaliknya, ketika tinggal di lingkungan sosial yang sudah terbiasa parkir kendaraan sembarangan tidak memperhitungkan orang lain dan lingkungan sekitarnya, membuang sampah sembarangan, tidak tahu antri, tidak tahu menghargai orang tua, dan kebiasaan buruk lainnya, maka yang bersangkutan juga dengan mudah ikut- ikutan dan terpengaruh, walaupun hapal ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis tentang kebersihan, keteraturan, dan saling menghargai. Ini sekedar contoh, bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh.