M
DENGAN HIPERTENSI DI DUSUN LUMARING
DESA LUMARING
OLEH :
SINTA SRI DEWI, S.kep
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-Nya tugas
asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada Tn.
M didusun Larompong desa Lumaring kecamatan Lrompong kabupaten luwu”
inidapat selesai.
Adapun tujuanpenyusunan asuhan keperawatanini adalah untuk memenuhi
tugas stase Gerontik dan syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir stase.
Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini
masih terdapat banyak kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan berbagai
kritik dan saran yang membangun sebagai evaluasi demi penyempurnaan asuhan
keperawatan ini selanjutnya.
Semoga laporan Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat.Terimakasih.
A. Latar Belakang
Lansia adalah mereka yang telah berusia 65 tahun ke atas. Masalah yang
biasa dialami lansia adalah hidup sendiri, depresi, fungsi organ tubuh menurun
dan mengalami menopause. Status kesehatan lansia tidak boleh terlupakan
karena berpengaruh dalam penilaian kebutuhan akan zat gizi. Ada lansia yang
tergolong sehat, dan ada pula yang mengidap penyakit kronis.Di samping itu,
sebagian lansia masih mampu mengurus diri sendiri, sementara sebagian lansia
sangat bergantung pada “belas kasihan” orang lain. Kebutuhan zat gizi mereka
yang tergolong aktif biasanya tidak berbeda dengan orang dewasa sehat. Namun
penuaan sangat berpengaruh terhadap kesehatan jika asupan gizi tidak dijaga
Di Indonesia, prevalensi penyakit degeneratif sangat rentan terkena pada
lansia. Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat sebanyak
7,2% dari estimasi tahun 2010. Data tahun 2007-2010 menunjukkan bahwa
sebanyak 81,5% penderita hipertensi menyadari bahwa bahwa mereka menderita
hipertensi, 74,9% menerima pengobatan dengan 52,5% pasien yang tekanan
darahnya terkontrol (tekanan darah sistolik). Sekitar 69% pasien serangan
jantung, 77% pasien stroke, dan 74% pasien congestive heart failure (CHF)
menderita hipertensi dengan tekanan darah >140/90 mmHg. Hipertensi
menyebabkan kematian pada 45% penderita penyakit jantung dan 51% kematian
pada penderita penyakit stroke pada tahun 2008 (WHO, 2013).
Hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya pada rumah sakit di
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan penyebab kematian tertinggi (Dinkes
DIY, 2013). Hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 menempatkan D.I
Yogyakarta sebagai urutan ketiga jumlah kasus hipertensi di Indonesia
berdasarkan diagnosis 3 dan/atau riwayat minum obat. Hal ini mengalami
kenaikan jika dibandingkan dari hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2007,
dimana D.I Yogyakarta menempati urutan kesepuluh dalam jumlah kasus
hipertensi berdasarkan diagnosis dan/atau riwayat minum obat (Kemenkes RI,
2013).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami hipertensi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mampu melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan penyakit
hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami gangguan rasa nyaman(nyeri).
b. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia
hipertensi yang mengalami insomnia.
c. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami risiko jatuh.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menjelaskan cara mengatasi penyebab kekambuhan hipertensi seperti
kualitas tidur sehingga dapat digunakan sebagai kerangka dalam
mengembangkan terapi hipertensi non farmakologi agar tidak meningkaktan
nyeri pada lansia.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan laporan asuhan keperawatan ini dapat menjadi tambahan
informasi bagi petugas kesehatan khususnya mengenali nyeri pada lansia
terhadap tingkat kekambuhan pada pasien hipertensi.
3. Bagi lansia
Dapat meningkatkan kualitas tidur sebagai upaya untuk melakukan kontrol
untuk meningkatkan rasa nyaman.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Lanjut Usia
1. Pengertian lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13
Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).
Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia)
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan
ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
2. Batasan lansia
Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak et all, 2006) membagi
lansia sebagai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai senium
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan
umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1
ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia
60 (enam puluh) tahun ke atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun,
lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90
tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah
40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase
senium) ialah 65 hingga tutup usia. d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato
Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun.
Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan
umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( >
80 tahun) (Efendi, 2009).
3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Menurut Mubarak et all (2006), perubahan yang terjadi pada lansia
meliputi perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental, perubahan
psikososial, perubahan kognitif dan perubahan spiritual.
a. Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan tingkat sel sampai ke semua
organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestin
al, genitourinaria, endokrin dan integumen.
1) Keseluruhan
Berkurangnya tinggi badan dan berat badan, bertambahnya fat-to-
lean body mass ratio dan berkuranya cairan tubuh.
b. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang
elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa, kulit
pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah
ke kulit dan menurunnya sel-sel yang memproduksi pigmen, kuku pada
jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh, pada wanita usia > 60
tahun rambut wajah meningkat, rambut menipis atau botak dan warna
rambut kelabu, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
Fungsi kulit sebagai proteksi sudah menurun
1) Temperatur tubuh
Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memprodu
ksi panas yang banyak diakibatkan oleh rendahnya aktifitas otot.
2) Sistem muskular
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang,
pengecilan otot akibat menurunnya serabut otot, pada otot polos
tidak begitu terpengaruh.
3) Sistem kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun 1% per tahun. Berkurangnya cardiac
output, berkurangnya heart rate terhadap respon stres, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer, bertaTn. Sanjang
dan lekukan, arteria termasuk aorta, intima bertambah tebal,
fibrosis.
4) Sistem perkemiha
Ginjal mengecil, nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, filtrasi glomerulus menurun sampai 50%,
fungsi tubulus berkurang akibatnya kurang mampu mempekatkan
urin, BJ urin menurun, proteinuria, BUN meningkat, ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat, kapasitas kandung kemih menurun
200 ml karena otot-otot yang melemah, frekuensi berkemih
meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria akibatnya
retensi urin meningkat, pembesaran prostat (75% usia di atas 65
tahun), bertambahnya glomeruli yang abnormal, berkurangnya renal
blood flow, berat ginjal menurun 39-50% dan jumlah nephron
menurun, kemampuan memekatkan atau mengencerkan oleh ginjal
menurun.
5) Sistem pernafasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktifitas cilia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli
ukurannya melebar dari biasa dan jumlah berkurang, oksigen arteri
menurun menjadi 75 mmHg, berkurangnya maximal oxygen
uptake, berkurangnya reflek batuk.
6) Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus melebar, rasa
lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan
lambung menurun, peristaltik melemah sehingga dapat mengakibatk
an konstipasi, kemampuan absorbsi menurun, produksi saliva
menurun, produksi HCL dan pepsin menurun pada lambung.
7) Rangka tubuh
Osteoartritis, hilangnya bone substance.
8) Sistem penglihatan
Korne lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul sklerosis dan
hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh,
meningkatnya ambang pengamatan sinar (daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat cahaya gelap), berkurangnya
atau hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang
(berkurangnya luas pandangan, berkurangnya sensitivitas terhadap
warna yaitu menurunnya daya membedakan warna hijau atau biru
pada skala dan depth perception).
9) Sistem pendengaran
Presbiakusis atau penurunan pendengaran pada lansia, membran
timpani menjadi atropi menyebabkan otoklerosis, penumpukan
serumen sehingga mengeras karena meningkatnya keratin,
perubahan degeneratif osikel, bertambahnya obstruksi tuba
eustachii, berkurangnya persepsi nada tinggi.
10) Sistem syaraf
Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel kortikol,
reaksi menjadi lambat, kurang sensitiv terhadap sentuhan,
berkurangnya aktifitas sel T, hantaran neuron motorik melemah,
kemunduran fungsi saraf otonom.
11) Sistem endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun, berkurangnya ATCH,
TSH, FSH dan LH, menurunnya aktivitas tiroid akibatnya basal
metabolisme menurun, menurunnya produksi aldosteron,
menurunnya sekresi hormon gonads yaitu progesteron, estrogen dan
aldosteron. Bertambahnya insulin, norefinefrin, parathormon.
12) Sistem reproduksi
Selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya ovarie dan
uterus, atropi payudara, testis masih dapat memproduksi, meskipun
adanya penurunan berangsur-angsur dan dorongan seks menetap
sampai di atas usia 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik,
penghentian produksi ovum pada saat menopause.
13) Daya pengecap dan pembauan
Menurunnya kemampuan untuk melakukan pengecapan dan
pembauan, sensitivitas terhadap empat rasa menurun yaitu gula,
garam, mentega, asam, setelah usia 50 tahun.
c. Perubahan kondisi mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Dari segi mental emosional sering muncul perasaan
pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan
mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut
diterlantarkan karena tidak berguna lagi. Faktor yang mempengaruhi
perubahan kondisi mental yaitu:
1) Perubahan fisik, terutama organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8) Kehilangan hubungan dengan teman dan famili
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
d. Perubahan psikososial
Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja
mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa
pensiun. Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri
untuk pensiun dengan menciptakan minat untuk memanfaatkan waktu,
sehingga masa pensiun memberikan kesempatan untuk menikmati sisa
hidupnya. Tetapi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari
lingkungan dan teman-teman yang akrab dan disingkirkan untuk duduk-
duduk di rumah. Perubahan psikososial yang lain adalah merasakan atau
sadar akan kematian, kesepian akibat pengasingan diri lingkungan
sosial, kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga, hilangnya
kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan konsep diri dan kematian
pasangan hidup.
e. Perubahan kognitif
Perubahan fungsi kognitif di antaranya adalah:
1) Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang
membutuhkan kecepatan dan tugas tugas yang memerlukan memori
jangka pendek.
2) Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
3) Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan
menetap bila tidak ada penyakit.
f. Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler:
universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai
dan keadilan
B. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian
dalam arteri saat darah dipompa ke seluruh sistem peredaran darah. Tekanan
darah tidak pernah konstan. Tekanan darah dapat berubah drastis dalam
hitungan detik dan menyesuaikan diri dengan tuntutan pada saat itu (Herbert
Benson,dkk,2012). Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah
tinggi adalah penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan
hampir tidak konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung
ketika memompa darah. Hipertensi berkaitan dengan meningkatnya tekanan
pada arterial sistemik baik diastolik maupun sistolik atau kedua-duanya
secara terus-menerus (Sutanto,2010).
2. Klasifikasi Hipertensi
WHO (World Health Organization) dan ISH (International Society
of Hypertension) mengelompokan hipertensi sebagai berikut:
Tabel 1.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH
Kategori Tekanan Tekanan darah
darah diastol (mmHg)
sistol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi ringan) 140-149 90-99
Sub group (perbatasan) 150-159 90-94
Grade 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik ≥140 <90
terisolasi
Sub-group (perbatasan) 140-149 <90
Sumber: (Suparto, 2010)
3. Jenis Hipertensi
Menurut Herbert Benson, dkk, berdasarkan etiologinya hipertensi dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah hipertensi
yang tidak jelas penyebabnya. Hal ini ditandai dengan terjadinya
peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi.
Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini.
Penyebabnya adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik, gaya hidup,
dan lingkungan.
b. Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit sistemik
lainyaitu, seperti renal arteri stenosis, hyperldosteronism, hyperthyroidi
sm,pheochromocytoma, gangguan hormon dan penyakit sistemik
lainnya (Herbert Benson, dkk, 2012).
4. Gejala Hipertensi
Gejala-gejala hipertensi, yaitu: sakit kepala, mimisan, jantung
berdebar-debar, sering buang air kecil di malam hari, sulit bernafas, mudah
lelah, wajah memerah, telinga berdenging, vertigo, pandangan kabur. Pada
orang yang mempunyai riwayat hipertensi kontrol tekanan darah melalui
barorefleks tidak adekuat ataupun kecenderungan yang berlebihan akan
terjadi vasokonstriksi perifer yang akan menyebabkan terjadinya hipertensi
temporer (Kaplan N.M, 2010).
5. Patofisiologi Hipertensi
Peningkatan curah jantung dapat terjadi melalui 2 cara yaitu
peningkatan volume cairan (preload) dan rangsangan syaraf yang
mempengaruhi kontraktilitas jantung.
6. Pathway Hipertensi
Perubahan struktur
vasokonstriksi
Gangguan sirkulasi
otak
Nyeri tengkuk/kepala
7. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena tekanan
darah.
b. Dapat terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner yang
aterosklerotik tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh tersebut.
c. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomelurus. Dengan rusaknya
glomelurus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna. Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang
interstisium di seluruh susunan saraf pusat (Huda Nurarif & Kusuma H,
2015).
8. Cara Pencegahan Hipertensi
a. Penurunan berat badan
b. Mengurangi tingkat stress
c. Olahraga
d. Mengontrolkan diri rutin jika mempunyai riwayat hipertensi
keturunan(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viscositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi
ginjal.
3) Glukosa: hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat di
akibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan adanya DM.
b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. RKG: dapat menunjukan pola regangan dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan
ginjal.
e. Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
10. Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penanganan secara farmakologi
Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis kalsium, golongan
penghambat konversi rennin angiotensi(Huda Nurarif & Kusuma H,
2015).
b. Penanganan secara non-farmakologi
1) Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi
darah, dan inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot tegang akan
meningkatkan keseimbangan dan koordinasisehingga tidur bisa
lebih nyenyak dan sebagai pengobat nyeri secara non-farmakologi.
2) Menurunkan berat badan apabila terjadi gizi berlebih (obesitas).
3) Meningkatkan kegiatan atau aktifitas fisik.
4) Mengurangi asupan natrium.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
A. Pengkajian
1. Data Biografi
a. Nama : Tn. K
b. Umur : 87 Tahun
c. Alamat : Dusun rapi, desa lumaring
d. Pendidikan : SD
e. Jenis kelamin : laki-laki
f. Suku : Bugis
g. Agama : Islam
h. Status perkawinan : kawin
i. Tanggal pengkajian : Senin, 23 Agustus 2021
B. Riwayat Keluarga
Genogram :
X X X
x X
62 61
Tn.M
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Garis hubungan
= Garis keturunan
= Meninggal
.………. = Tinggal 1 rumah
? = Tanda Tanya
= Klien
DenahRumah
Kamar 1 Ruang
Ruang makan
tamu
Pintu
belakan
g
Pintu Pintu
dapur
depan depan
Ruang Kamar 3
Teras
Kamar 2 Wc 1
tamu 1
rumah
Pintu samping
5. Tinjauan sistem
a. Keadaan umum : Composmentis (E4V5M6).
b. Integumen : Kulit terlihat keriput warna kulit sawo matang.
c. Kepala : Bentuk bulat, distribusi rambut merata, warna hitam
keputihan.
d. Mata : Simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva tidak
Anemis.
e. Telinga : Simetris,Tampak bersih, pendengaran baik, tidak ada
benjolan, tidak cairan yang keluar.
f. Mulut & tenggorokan :Mulut bersih, gigi hanya 2 yang pindah, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
g. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis.
h. Dada : Simetris, tidak ada pembengkakan.
i. Sistem pernafasan : Pernafasan normal, tidak ada masalah
j. Sistem kardiovaskuler : TD 150/80 mmHg
k. Sistem gastrointestinal: Tidak ada masalah, terdengar suara bising
usus,Makan 3x sehari hanya bisa menghabiskan 1 porsi, BAB 1x sehari.
l. Sistem perkemihan : BAK lancar 2-x3 sehari, tidak ada inkontinensia urin.
Interpretasi hasil:
a. Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu salah 1 sehingga
disimpulkan Ny. K memiliki fungsi intelektual utuh.
Penilaian:
Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut :
a. Tidak i. Ya
b. Ya j. Ya
c. Ya k. Tidak
d. Ya l. Ya
e. Tidak m. Tidak
f. Ya n. Ya
g. Tidak o. Ya
h. Ya
Skor :3
5-9 : kemungkinan depresi
10 atau lebih : depresi
Kesimpulan : Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu 3 sehingga
disimpulkan Tn. K kemungkinan depresi.
Do:
1. Klien tampak gemetar saat memegang gelas
berisi susu yang mau dipindahkan ke kamar.
2. Hasil postural hypotensi lebih dari 20 mmHg
pada tekanan diastolik.
3. Hasil reach test <6 inchi
4. Pada saat diminta berdiri dan mengangkat
satu kaki klien hanya melakukan sebentar dan
kembali duduk.
5. Hasil TUG Test 24 detik.
D. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit
2. Insomnia berhubungan dengan ansietas
3. Risiko jatuh berhubungan dengan kesulitan gaya berjalan
O:
TD: 140/90 mmHg,
Nadi: 80x/menit,
RR: 22x/menit.
A: Masalah nyeri
kronis belum teratasi
P:
1. Kaji nyeri
klien
2. Evaluasi
senam
ergonomis
Rabu, 25 16.00 1. Mengkaji S:
Agustus nyeri klien P: klien
2021 2. Evaluasi mengatakan
senam nyeri mulai
ergonomis berkurang
3. Mengukur Q: nyeri terasa
TTV mencengkram
R: nyeri di
tengkuk
S: skala 4
T: hilang timbul
O: TD: 140/70
mmHg, Nadi:
84x/menit, ,
RR: 20x/menit.
A: Masalah nyeri
kronis teratasisebagian
P:
1. Kaji nyeri
klien
2. Motivasi klien
untuk
melakukan
senam
ergonomis
Kamis, 12.30 1. Mengkaji S:
26 nyeri klien P: klien
Agustus 2. Evaluasi mengatakan
2021 senam nyeri sudah
ergonomis berkurang
3. Mengukur Q: nyeri terasa
TTV mencengkram
R: nyeri di
tengkuk
S: skala 2
T: hilang timbul
O: TD: 140/80
mmHg, Nadi:
80x/menit, ,
RR: 22x/menit.
A: Masalah nyeri
kronis teratasisebagian
P:
1. Kaji nyeri
klien
2. Motivasi klien
untuk selalu
melakukan
senam
ergonomis.
2 Insomnia Selasa, 13.00 1. Mengukur S:
berhubung 24 tekanan Klien mengatakan
an dengan Agustus darah senang diajarkan
ansietas 2021 2. Mengajarka senam relaksasi
n klien otot progresif.
tentang O:
relaksasi Klien nampak
otot mempraktikan
progresif: relaksasi otot
a. Relaksa progresif sesuai
si otot intruksi meskipun
tangan ada beberapa
b. Relaksa gerakan yang
si otot kurang tepat.
muka TD : 140/90
c. Relaksa mmHg
si otot A:
perut Masalah
d. Relaksa keperawatan
si otot insomnia teratasi
kaki sebagian.
P:
Motivasi klien
untuk melakukan
relaksasi otot
progresif setiap
sebelum.bangun
tidur.
Selasa, 16.30 1. Mengukur S:
25 tekanan 1. Klien
Agustus darah mengatakan
2021 2. Mengevalu masih ada
asi tentang beberapa
relaksasi gerakan yang
otot belum di
progresif kuasai.
2. Klien
mengatakan
dapat tidur
pada siang hari
15 menit tetapi
tidur pada
malam hari
masih
terbangun.
O:
Klien mampu
melakukan gerakan
senam relaksasi
progresif tetapi
masih sering lupa.
TD : 140/70 mmHg
A:
Masalah
keperawatan
insomnia teratasi
sebagian
P:
Motivasi klien
untuk melakukan
relaksasi otot
progresif setiap
hari
(Cindy PS. H.J)
26 13.00 1. Mengukur S:
Agustus tekanan 1.
2020 darah sudah
2. Mengevalu mempraktekkan
asi tentang setelah bangun
relaksasi tidur.
otot 2.
progresif masih terbangun
di malam hari
karena pipis
O:
Klien mampu
mempraktekkan
kembali senam
seralksasi otot
progresif,
meskipun tidak
berurutan.
TD : 140/70 mmHg
A:
Masalah
keperawatan
insomnia teratasi
sebagian
P:
Motivasi klien
untuk melakukan
relaksasi otot
progresif setiap
hari
3 Risiko 24Agust 13.00 1. Mengajark S:
jatuh us 2021 an klien 1. Klien
tentang mengatakan
latihan senang diajarkan
keseimban tentang latihan
gan. keseimbangan.
2. Klien
mengatakan
akan melakukan
latihan
keseimbangan
setiap hari.
O:
Klien tampak
mampu
mempraktekkan
latihan
keseimbangan.
A:
Masalah
keperawatan resiko
jatuh teratasi
sebagian.
P:
Evaluasi latihan
keseimbangan.
25Agust 13.00 1. Mengeval S:
us 2021 uasi Klien mengatakan
latihan masih ingat
keseimba sebagian gerakan
ngan. latihan
keseimbangan.
O:
Klien mampu
mempraktekkan
latihan
keseimbangan,
meskipun gerakan
yang lainnya masih
lupa.
A:
Masalah
keperawatan resiko
jatuh teratasi
sebagian.
P:
Motivasi klien
untuk latihan
keseimbangan.
26Agust 13.00 1. Mengeval S:
us 2021 uasi Klien mengatakan
latihan belum perlu
keseimba menggunakan alat
ngan. bantu untuk
berjalan.
O:
Klien masih
mampu berjalan
tanpa
menggunakan alat
bantu.
A:
Masalah
keperawatan resiko
jatuh teratasi
sebagian.
P:
Motivasi klien
untuk latihan
keseimbangan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Gerontik pada klienTn. K dengan
insomnia dan risiko jatuh di rumah Tn. K di Dusun Rapi desa Lumaring selama
3 x 12 jam didapatkan hasil :
1. Nyeri kronis pada Tn. Kdi Dusun Rapi desa Lumaringmasalah teratasi
sebagian, ditunjukkan dengan klien mengatakan nyeri sudah berkurang
dengan skala 2.
2. Insomnia pada Tn. K di Dusun Rapi desa Lumaringmasalah teratasi
sebagian, ditunjukkan dengan klien mengatakan masih terbangun di malam
hari karena pipis.
3. Resiko jatuh pada Tn. K di Dusun Rapi desa Lumaring masalah teratasi
sebagian, ditunjukkan dengan klien mengatakan belum perlu menggunakan
alat bantu untuk berjalan.
B. Saran
a. Bagi petugas kesehatan
1) Bagi perawat dalam memiliki tanggung jawab untuk selalu
memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya perawat juga harus
memperhatikan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien
khususnya lansia yang mengalami hipertensi untuk menerapkan terapi
relakasi otot progresif untuk dilakukan sehari-hari.
b. Bagi lansia
1) Bagi lansia relaksasi otot progresif ini di harapkan dapat menjadi terapi
mandiri untuk lansia saat lansia mengalami hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Delta Agustin. 2015. Pemberian Massage Punggung Terhadap Kualitas Tidur Pada
Asuhan Keperawatan Ny.U dengan Stroke Non Haemorogik di Ruang
Anggrek II RSUD dr. Muwardi Surakarta. Surakarta : Karya Tulis Stikes
Kusuma Husada.
Depkes. 2009. Pedoman Nasional Penanggulangan Hipertensi. Jakarta.
Dinas Kesehatan Sleman. 2013. Kesehatan Usia Lanjut. http://dinkes.slemankab.
go.id/kesehatan-usia-lanjut. Dikutip pada tanggal 27 April 2016.
Herbert Benson, dkk. 2012. Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta: Gramedia.
Huda Nurarif & Kusuma H,.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Jogja: Medi
Action.
Kaplan N, M. 2010.Primary Hypertension: Patogenesis, Kaplan Clinical
Hypertension. 10th Edition: Lippincot Williams & Wilkins, USA.
Herdman, Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011.Jakarta : EGC
Hidayat. 2009. Konsep Personal Hygiene diakses dalam http://hidayat2.wordpress.com
diakses tanggal 18 Juli 2013
PPNP-SIK STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. 2012. Buku Evaluasi Mahasiswa
KeperawatanGerontik. Yogyakarta: STIKES ‘Aisyiyah
Wilkinson, Judith M. 2007,Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC
DOKUMENTASI