0
DEPARTEMEN KIMIA
FMIPA UGM
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT yang telah memberikan karuniaNya kepada
Tim Adhoc Disrupsi Departemen Kimia FMIPA UGM 2018 yang telah berhasil menyusun
strategi adaptasi pendidikan 4.0, adaptasi penelitian dan adaptasi pengabdian kepada
masyarakat Departemen Kimia dalam menghadapi tantangan di era Industri 4.0. Tim ini
bekerja berdasarkan SK Dekan FMIPA UGM Nomor 0126/J01.1.28/HK.01.30/2018.
Tiada gading yang tak retak maka masukan dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan
demi sempurnanya dokumen ini.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
INDUSTRI 4.0 DAN PENDIDIKAN TINGGI
Kehadiran internet dan teknologi terkait, seperti internet of things, cloud computing,
cryptocurrencies dan bentuk-bentuk emerging technologies lain dalam beberapa dasawarsa
ini telah berdampak secara signifikan dan memberi efek domino terhadap pola kehidupan
manusia dalam berinteraksi, bertransportasi, berkomunikasi dan bertransaksi. Sebagai contoh
sederhana adalah munculnya fenomena layanan transportasi Uber, suatu fitur aplikasi jasa
transportasi yang mampu menggeser pasar taksi konvensional, meskipun owner Uber
tersebut tidak memiliki armada transportasi, keberadaan media sosial seperti instagram dan
facebook telah mempengaruhi cara manusia untuk berkomunikasi, dari face to face
communication menjadi mediated communication, dan berbagai berbagai fitur-fitur inovasi
lainnya yang secara disruptif akan dan sedang datang untuk mempengaruhi kehidupan
manusia.
Dalam Kimia 4.0 terdapat beberapa pendorong utama dan tantangan yang dapat
dikembangkan seperti penggantian raw materials, energi terbarukan serta digitalisasi dan
konektivitas. Oleh karena itu, diperlukan riset-riset fundamental dalam hal rekayasa material
guna memastikan adanya pasokan raw materials dengan harga terjangkau. Dalam hal
digitalisasi, analisis data besar dan metode statistika diperlukan untuk mendesain material
baru dan menaikkan efisiensi proses kimia (von Knop, 2016).
Kehadiran teknologi disruptif yang memicu munculnya Era Industri 4.0 ini perlu
diantisipasi secara disruptif dan inovatif juga oleh semua elemen masyarakat. Perguruan
tinggi sebagai bagian sistem yang terlibat dan terdampak dari munculnya bentuk teknologi
baru ini harus mampu merespon dan memberi solusi terhadap gangguan ini melalui
pendekatan akademik. Gagasan untuk memperkuat “driving force” disruptive innovation di
Perguruan Tinggi berupa penguatan Resources, Processes and Value (RPV) melalui review
terhadap implementasi aspek-aspek Tri Dharma -yang meliputi Edukasi, Riset dan
Pengabdian kepada Masyarakat- menjadi strategi krusial agar perguruan tinggi mampu
mempersiapkan civitas akademikanya menghadapi datangnya Era Industri 4.0.
Gagasan ini ke depan secara pasti akan memaksa perguruan tinggi untuk beradaptasi
dengan Era Industri 4.0 dalam hal recruitment mahasiswa dan staf, perumusan kurikulum
5
pendidikan, termasuk metode pengajaran, penciptaan atmosfer kerja, penjaminan kualitas
lulusan serta output riset dan pengabdian kepada masyarakat. Strategi seperti penyelenggaran
Massive Open Online Course (MOOC), talent hunting, penyediaan virtual and real
co-working space, penguatan peran Perguruan Tinggi sebagai creative-hub dan
penyelenggaraan riset-riset berbasis nanomaterial serta green material, eksistensinya menjadi
suatu keniscayaan agar Perguruan Tinggi tidak tergagap dalam menghadapi era industri baru
ini. Di dalam ilmu kimia, penelitian yang bisa memanfaatkan teknologi informasi antara lain:
1. Simulasi sistem kimia dalam komputer (ion dalam larutan, proses adsorpsi di permukaan,
mekanisme reaksi kimia dan lain-lain) dengan pendekatan sistem realistis (ribuan-
puluhan ribu atom).
2. Drug design pada level molekuler, misalnya obat anti malaria, antibiotik, antipiretik dan
lain-lain dengan memanfaatkan modelling meggunakan program komputer.
3. Pengembangan metode kimia komputasi dengan memanfaatkan superkomputer.
4. Pemanfaatan metode statistika dengan data besar (big data) untuk desain dan optimasi
proses reaksi kimia, reaksi secara serempak (concerted reaction) serta desain material
cerdas.
5. Aplikasi kimia dalam ketahanan pangan dan energi.
6
BAB III
DEPARTEMEN KIMIA
Dalam Era Industri 4.0, perubahan Profil Lulusan tidak diperlukan, yang perlu
dilakukan adalah menambahkan kompetensi lulusan yang mampu menjadi leader of
tomorrow di bidang kimia dan dapat beradaptasi dengan baik dengan Era Industri 4.0
(sebagai object perubahan) dan mampu menginisiasi perubahan yang disruptif pada era
tersebut (sebagai perencana dan pelaku aktif setiap perubahan).
Sesuai dengan Dokumen Akademik Kurikulum 2016, Profil Lulusan Prodi S1 Kimia
meliputi
1. Asisten Peneliti
2. Ahli madya dalam kontrol kualitas produk industri kimia
3. Pengelola pada industri pengolahan limbah
4. Konsultan Lingkungan
5. Pembelajar lanjut ke jenjang lebih tinggi (ke jenjang S2)
6. Supervisor industri
7. Teknisi/Laboran
8. Pegawai pemerintah
9. Wirausahawan
7
7. Supervisor industri kimia
8. Pegawai pemerintah
9. Wirausahawan
Setiap lulusan program sarjana kimia memiliki capaian pembelajaran minimal sebagai
berikut:
CPL-2: Menguasai konsep teoritis secara mendalam struktur, reaksi dan energetika, isolasi,
purifikasi, identifikasi, karakterisasi, metrologi atom dan molekul, makromolekul
dan supramolekul, serta prinsip sustainabilitas kimia.
CPL-3: Menguasai konsep teoritis dan aplikasi kimia dalam bidang kimia material, kimia
hayati, kimia lingkungan, kimia industri dan kimia komputasi.
8
CPL-5: Kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi dalam mendukung
pekerjaan dalam bidang kimia.
1. SIKAP:
9
mandiri; dan
j. menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan.
2. PENGETAHUAN:
CPL-2: menguasai konsep teoritis secara mendalam struktur, reaksi dan energetika,
isolasi, purifikasi, identifikasi, karakterisasi, metrologi atom dan molekul,
makromolekul dan supramolekul, serta prinsip sustainabilitas kimia.
a. menguasai konsep teoretis kimia secara mendalam, khususnya struktur atom,
ikatan kimia, sifat kimia, dan perubahan pada energi maupun kinetik molekul;
b. menguasai konsep teoretis reaksi transformasi dan sintesis molekul secara
mendalam;
c. menguasai konsep teoretis, prinsip, metoda, dan teknik identifikasi, karakterisasi,
isolasi (pemisahan), dan analisis kereaktifan molekul;
d. menguasai konsep dan prinsip pelestarian lingkungan secara umum;
e. menguasai konsep umum, prinsip, metode, teknik, dan pengetahuan operasional
lengkap tentang fungsi, cara mengoperasikan instrumen kimia yang umum;
f. menguasai konsep dan metode analisis data dan informasi yang dihasilkan dari
percobaan (eksperimen) kimia;
g. menguasai konsep umum, prinsip, dan teknik aplikasi piranti lunak untuk analisis
dan sintesis pada bidang kimia yang umum dan minimal pada satu bidang yang
lebih spesifik yaitu bidang kimia: organik, biokimia, analitik, kimia fisik, atau
anorganik
h. menguasai pengetahuan faktual tentang teknologi mutakhir di bidang analisis dan
sintesis molekul, makromolekul, dan supramolekul;
CPL-3: menguasai konsep teoritis dan aplikasi kimia dalam bidang kimia material,
kimia hayati, kimia lingkungan, kimia industri dan kimia komputasi.
a. Menguasai penerapan ilmu kimia dalam bidang kimia hayati, termasuk di
dalamnya kimia bahan alam, obat-obatan, pangan dan bioteknologi
b. Menguasai penerapan ilmu kimia dalam bidang industri, meliputi prinsip industri
kimia, konsep penjaminan mutu, energi, katalisis dan industri kosmetika.
10
c. Menguasai penerapan ilmu dalam bidang kimia lingkungan, meliputi
kemodinamika lingkungan, kimia bahan berbahaya dan beracun dan
pengelolaannya, metode analisis lingkungan, dan prinsip kimia hijau
d. Menguasai penerapan ilmu kimia dalam bidang material, yang meliputi sintesis
dan karakterisasi material komposit, nanomaterial, oilmer anorganik, design dan
rekayasa material serta material katalis
e. Menguasai penerapan ilmu kimia dalam rekayasa molekul dan perancangan obat
melalui pemodelan dan simulasi molekuler
3. KETERAMPILAN KHUSUS:
11
e. mampu menggunakan piranti lunak untuk analisis dan sintesis pada bidang kimia
yang umum dan minimal satu bidang kimia yang lebih spesifik yaitu: organik,
biokimia, analitik, kimia fisik, atau anorganik;
f. mampu menggunakan teknologi informasi dalam konteks pengembangan keilmuan
dan implementasi bidang keahlian;
g. mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan menemukan kembali
data untuk menjamin kesahihan dan mencegah plagiarisme;
h. Mampu mengelola dan memanfaatkan internet of things, berkolaborasi melalui real
dan virtual co-working space dan mengembangkan ilmu secara daring, termasuk di
antaranya pemanfaatan mesin pencari literatur daring (SciFinder, Web of Science)
CPL-6: Kemampuan untuk menerapkan keilmuan kimia dalam kehidupan sehari-
hari, menangani bahan kimia berbahaya, dan menerapkan prinsip sustainabilitas
dalam kimia.
i. mampu memanfaatkan keilmuan kimia dalam kehidupan sehari-hari;
j. memiliki pengetahuan dan keterampilan kewirausahaan dalam bidang kimia
k. mampu melaksanakan pekerjaan dalam bidang kimia dan menangani bahan kimia
berbahaya sesuai referensi teknis (aturan dan standar) nasional dan internasional,
dan standar Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L), serta peraturan
yang berlaku di wilayah kerjanya;
l. mampu mengantisipasi dan mengurangi dampak penggunaan zat kimia berbahaya
terhadap kesehatan dan keamanan lingkungan, sosial, dan ekonomi; dan
m. mampu mengedukasi masyarakat tentang dampak penggunaan zat kimia berbahaya
terhadap kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan secara efektif dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan media komunikasi yang relevan.
4. KETERAMPILAN UMUM:
12
khusus, dalam hal jenis plagiarisme, konsekuensi pelanggaran dan upaya
pencegahannya.mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif
dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang memerhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang
keahliannya;
c. mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
d. mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memerhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan
keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka
menghasilkan solusi;
e. mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di
bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi dan data;
f. mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan pembimbing,
kolega, sejawat baik di dalam maupun di luar lembaganya;
g. mampu bertanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan melakukan
supervisi serta evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan kepada
pekerja yang berada di bawah tanggung jawabnya;
h. mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada di
bawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran secara mandiri;
i. mampu menegakkan integritas akademik secara umum dan mencegah terjadinya
praktik plagiarisme;
j. Mampu bekerja di dalam lingkungan interdisipliner dan pada tim multi-terampil
CPL-8: Kemampuan berkomunikasi
a. menguasai konsep umum, prinsip, dan teknik komunikasi efektif secara lisan dan
tulis, pada lingkup keilmuan kimia;
b. Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik secara tertulis dan lisan
dalam berbagai forum, disiplin dan mampu bekerjasama, dan berorganisasi dalam
tim, serta kemampuan untuk bersaing secara sehat.
c. mampu menggunakan minimal satu bahasa internasional untuk komunikasi lisan
dan tulis.
13
CPL-9: Kemampuan untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat
a. menguasai pengetahuan faktual dan metode aplikasi dari referensi teknis (aturan dan
standar) nasional dan internasional, serta peraturan yang berlaku di wilayah
kerjanya untuk melakukan eksperimen kimia;
b. menguasai pengetahuan faktual dari isu kekinian dalam masalah ekonomi, sosial,
ekologi secara umum yang terkait dengan pemanfaatan bahan-bahan kimia oleh
masyarakat.
c. Memiliki daya adaptasi dan fleksibilitas terhadap perubahan yang cepat.
d. mampu beradaptasi, bekerja sama, berkreasi, berkontribusi, dan berinovasi dalam
menerapkan ilmu pengetahuan pada kehidupan bermasyarakat serta mampu
berperan sebagai warga dunia yang berwawasan global
(1) Sikap dan tata nilai (Attitude), (2) penguasaan bidang ilmu (Subject Specific Skill), (3)
kemampuan kerja (Generic Skills), dan (4) kemampuan manajerial (Manajemen Skills)
CPL Deskripsi
CPL-02 Memiliki pemahaman yang mendalam tentang fundamental ilmu kimia melalui
penguasaan konsep-konsep kunci dalam empat cabang utama ilmu kimia yaitu
kimia fisik, kimia organik, kimia anorganik dan kimia analitik.
CPL-04 Mampu memahami peran sentral ilmu kimia dan menggunakannya sebagai
dasar dalam menyelesaikan masalah masyarakat luas yang menuntut inisiatif
dan originalitas terutama terkait dengan penggunaan bahan kimia yang aman,
masalah lingkungan, energi, pangan, dan kesehatan.
14
handal, merespon dan beradaptasi dengan perubahan yang cepat, membuat
keputusan yang tepat, memecahkan masalah, dan mengevaluasi tindakan terkait
dengan cabang utama ilmu kimia (analitik, organik, fisik, anorganik) dan
terapannya.
(1) Sikap dan tata nilai, (2) penguasaan pengetahuan, (3) kemampuan kerja, dan (4)
kemampuan manajerial
CPL Deskripsi
CPL-04 Mampu berkontribusi pada munculnya wawasan ilmiah baru atau inovasi
aplikasi baru dari penelitian di bidang kimia.
15
memecahkan masalah, dan mengevaluasi tindakan di bidang dasar kimia
(analitik, organik, fisik, anorganik) dan kimia terapan serta penggunaannya di
dalam masyarakat secara luas.
CPL-06 Kemampuan merencanakan dan melaksanakan riset yang siap untuk publikasi
(paten dan jurnal ilmiah)
Sesuai dengan Dokumen Akademik Kurikulum 2016, Kompetensi Lulusan Prodi S1 Kimia
dikelompokkan dalam:
1. Sikap (Attitute)
2. Pengetahuan (Knowledge)
3. Keterampilan Khusus (Subject Specific Skills)
4. Keterampilan Umum (Generic Skills)
5. Pengembangan Diri (Self Development)
Setiap Profil Lulusan perlu memenuhi kompetensi tertentu untuk menjamin Profil Lulusan
yang kuat (mainstream skills sebagai object perubahan Era Industri 4.0). Untuk mampu
menginisiasi perubahan yang disruptif pada era tersebut (sebagai Subject Aktif perubahan),
Kompetensi Lulusan perlu ditambahkan kompetensi tambahan, yang akan disebut
Kompetensi Disruptif (KD).
1. Sikap
S1 Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religious.
16
S3 Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban berdasarkan Pancasila.
S4 Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki
nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa.
2. Pengetahuan
17
T11 Isu-isu terbaru dalam kemajuan dan penelitian bidang kimia.
3. Keterampilan Umum
TU4 Menganalisis, interpretasi dan sintesis dari data dan informasi kimia.
4. Keterampilan Khusus
Kode Rumusan Capaian Pembelajaran
TK6 Melakukan penelusuran informasi kimia dengan cepat, akurat dan terkini.
TK7 Memanfaatkan mesin pengolah data dan teknologi informasi dalam bidang
kimia.
TK8 Menggunakan bahasa lisan dan tertulis baik untuk Bahasa Indonesia
maupun Bahasa Inggris.
TK9 Menyajikan laporan dan karya ilmiah secara lisan dan tertulis.
18
5. Pengembangan Diri
PD1 Berkomunikasi dengan baik secara tertulis dan lisan dalam berbagai forum
ilmiah.
KD4 Penguasaan metode pengolahan data besar dan metode statistik untuk
desain material, analisis kimia dan optimasi proses kimia.
KD6 Berpikir kritis dalam hal analisis data dan desain eksperimen.
19
KD10 Memiliki daya adaptasi dan fleksibilitas yang tinggi.
KD11 Mampu bekerja pada lingkungan interdisipliner dan pada tim multi-
terampil
20
BAB IV
ADAPTASI PENDIDIKAN 4.0 DI DEPARTEMEN KIMIA
Calon mahasiswa yang sudah memiliki skill dan prestasi memiliki nilai tambah,
seperti telah mendapat medali olimpiade sains nasional maupun internasional di tingkat SMA
maupun kompetisi non akademik lainnya. Peserta olimpiade sains nasional di bidang kimia
biasanya memiliki cara berpikir kritis karena sudah terbiasa menghadapi soal-soal yang
memiliki banyak variasi, sesuai dengan kompetensi lulusan yang diharapkan.
Adanya dinding penyekat baik secara fisik maupun virtual inter dan antar
laboratorium menjadi salah satu permasalahan yang harus diatasi, mengingat belakangan ini
trend penelitian sudah bergeser ke arah riset aplikatif dan melibatkan disiplin ilmu yang
beragam, serta pembelajaran sudah ke arah student centered learning.
Dalam konteks penelitian, tidak seperti laboratorium pada umumnya, dimana
laboratorium (dalam konteks kimia adalah laboratorium eksperimen maupun komputasi)
secara fisik dipisah berdasarkan minat, maka ide dari laboratorium terpadu adalah para
peneliti, baik dosen (muda), mahasiswa S1, S2 dan S3 dari berbagai macam minat dan latar
belakang menempati ruang yang sama sehingga para peneliti dapat berdiskusi secara intensif
untuk menyelesaikan permasalah-permasalahan penelitian dari berbagai sudut pandang.
Nama laboratorium/minat tetap ada, dan kepala laboratorium/minat tetap bertanggung jawab
atas laboratorium dan minat yang dipimpinnya.
Selain itu, juga dalam rangka merealisasikan konsep student-centered learning, ruang
kerja (kantor) juga tidak ada sekat antar sivitas akademika sehingga bisa berdiskusi dengan
cukup intensif juga untuk membuat rancangan paten, publikasi dan rencana penelitian ke
depan maupun berdiskusi tentang materi ajar.
21
Dosen dan mahasiswa juga seharusnya bisa bekerja di ruangan yang sama yang bisa
dibuat dengan senyaman mungkin. Menurut Suarez (2014), co-working space meliputi area
untuk bekerja sama (ruang besar terbuka dengan banyak meja kerja), ruang untuk rapat dan
makan dan minum. Kyrö dan Artto (2015) dan Sankari, dkk. (2018) berpendapat bahwa
co-working space untuk dunia akademik meliputi: area untuk untuk presentasi, tempat untuk
rapat dan belajar berkelompok, dapur, ruang terbuka untuk studi dan pertemuan, dan ruang
praktek sesuai dengan bidang keahliannya. Dengan demikian, interaksi yang terjadi
diharapkan dapat memacu riset dan paten yang sudah ada. Hal ini didukung oleh riset yang
dilakukan oleh Bouncken dan Reuschl (2016). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
co-working space dapat meningkatkan keampuhan, komunitas, dan kepercayaan individu.
Sejauh ini Departemen Kimia juga sudah mengadakan acara makan bersama paling
tidak setiap hari Jumat. Di acara makan bersama juga sering timbul interaksi yang
memberikan dampak positif untuk kemajuan Departemen Kimia, FMIPA dan UGM secara
umum.
22
IV.2.3 Akses literatur
Pada era pendidikan dan riset 4.0, informasi seharusnya bisa didapat dengan mudah.
Akan tetapi, masih banyak jurnal elektronik maupun buku yang tidak bisa diakses karena
belum dilanggan oleh lembaga (UGM). Walaupun sekarang ada piranti lunak untuk
mengunduh hampir semua referensi yang ada, tetapi legalitasnya masih dipertanyakan.
Secara naif bisa dikatakan bahwa metode membajak jurnal online merupakan salah satu
bentuk disruptif kepada para penerbit jurnal dimana seharusnya akses yang diberikan adalah
gratis, walaupun ada juga banyak jurnal yang memberlakukan akses terbuka tetapi penulis
harus membayar untuk menerbitkannya Selain itu, mesin pencari literatur juga masih sangat
terbatas. Sejauh ini, untuk mencari literatur hanya mengandalkan mesin pencari gratis seperti
Google Scholar yang tingkat relevansi pencariannya sangat rendah. Oleh karenanya
diperlukan piranti lunak yang lebih canggih seperi SciFinder aau Web of Science yang
mampu mencari lebih spesifik.
Instrumentasi merupakan tulang punggung dari kimia, baik untuk penelitian maupun
pendidikan. Dengan adanya teknologi mutakhir dari instrumen kimia (termasuk sarana
komputer untuk kimia komputasi), diharapkan dapat membantu pendidikan dan
menghasilkan penelitian-penelitian yang berkualitas.
23
Metode pembelajaran ini cocok diterapkan di mata kuliah yang cukup dasar, misalkan
antara semester 1-5 prodi Sarjana. Pada prakteknya, mahasiswa diberi tugas untuk
menyelesaikan contoh-contoh soal, baik secara individu maupun berkelompok. Hasilnya
akan didiskusikan dan dipresentasikan. Feedback akan diberikan oleh dosen dan
mahasiswa lain. Soal yang diberikan berupa soal-soal yang jawabannya sudah pasti
maupun masih butuh pemahaman lebih lanjut. Hasil yang diharapkan dari metode
pembelajaran ini adalah (Smith, 1992):
● Peserta didik mendapat pengetahuan dari berbagai sudut pandang dari orang-orang
dengan latar belakang yang beragam.
● Peserta didik belajar berkembang dalam lingkungan dimana interaksi antar peserta
didik terjadi.
● Dalam lingkungan collaborative learning, para peserta didik ditantang secara sosial
dan emosional untuk mendengarkan perspektif yang berbeda, dan dituntut untuk
mempertahankan ide-ide mereka. Dengan demikian, para peserta didik mulai
menciptakan kerangka konseptual unik mereka sendiri dan tidak hanya mengandalkan
dosen dan buku teks. Dengan demikian, dalam pengaturan pembelajaran kolaboratif,
peserta memiliki kesempatan untuk berbicara dengan teman sebaya,
mempresentasikan dan mempertahankan ide, bertukar keyakinan yang beragam,
mempertanyakan kerangka konseptual lainnya, dan terlibat secara aktif.
2. Case-based learning
Metode pembelajaran ini lebih cocok diterapkan di mata kuliah pilihan multidisipliner
(seperti Kimia Lingkungan, dll). Dosen akan memberikan tugas berupa kasus-kasus
terkini di dunia nyata dalam ruang lingkup kimia. Mahasiswa diminta mendiskusikan
kasus-kasus tersebut dan menggunakan pengetahuan yang sudah diperoleh untuk
menyelesaikan kasus tersebut.
3. Problem-based learning
Metode pembelajaran ini mirip dengan case-based learning, bedanya adalah bahwa
masalah yang diberikan kepada mahasiswa bisa memiliki solusi yang beragam, dan
fasilitator (dosen) berperan lebih sedikit dibandingkan dengan case-based learning. Dosen
harus mampu mejadi fasilitator bagi para mahasiswa untuk melatih dirinya dalam studi
kasus dan cara pemecahannya.
24
4. Project-based learning
Metode pembelajaran ini lebih cocok diterapkan di mata kuliah pilihan yang ke arah
industri/wirausaha (Kimia Industri). Dosen akan memberikan tugas berupa membuat suatu
proyek yang berhubungan dengan terapan kimia untuk industri atau wirausaha.
5. Research-based learning
Metode pembelajaran ini lebih cocok diterapkan di mata kuliah pilihan multidisipliner
(seperti Kimia Lingkungan, dll), maupun mata kuliah dasar tetapi yang tingkatannya
sudah agak tinggi (seperti Analisis Instrumentasi). Dosen bisa mengambil rujukan dari
penelitian-penelitian terbaru untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran. Mahasiswa
bisa diminta merasionalisasikan relevansi penelitian-penelitian tersebut dengan materi
yang akan diajarkan.
Secara teknis, dosen dan mahasiswa juga dapat memanfaatkan media online yang
sudah dibuat oleh UGM seperti ELISA, ELOK dan “Menara Air UGM” maupun media
seperti Google classroom. Dosen dalam pembelajaran 4.0 hanya perlu berperan sebagai
fasilitator dan pengarah, dimana semua media pembelajaran dapat diakses dari mana saja.
Selain itu, waktu pelaksanaan perkuliahan juga seharusnya tidak terikat waktu dalam 1
semester saja, tetapi bisa lebih fleksibel seperti dalam 1 tahun atau bahkan kurang dari 1
semester. Metode penyampaian materi juga bisa langsung terjun ke lapangan, misalkan
mengikuti summer course berkolaborasi dengan universitas di luar negeri.
Startup company merupakan salah satu bisnis yang sedang berkembang di era saat
ini. Perusahaan Startup umumnya didominasi dari industri Information, Communication
Technology (ICT). Pada era disruptif pekerjaan akan lebih sukar diperoleh sehingga
25
mahasiswa kimia perlu dibekali pengetahuan kewirausahaan berbasis kimia agar mereka
mampu berkompetisi di Era 4.0 dengan membangun usaha-usaha start-up.
Melakukan edukasi masyarakat untuk hidup sesuai prinsip kimia hijau yaitu reduce,
reuse, recycle dalam konteks hemat energi, hemat air, pengelolaan limbah kimia domestik.
Mereka juga harus mendapatkan informasi yang benar mengenai penggunaan bahan kimia
dalam rumah tangga seperti bahan aditif makanan, deterjen, insektisida, pestisida, dan lain-
lain secara benar.
26
DAFTAR PUSTAKA
Bouncken, R.B. and Reuschl, A.J., 2016, “Coworking-spaces: how a phenomenon of the
sharing economy builds a novel trend for the workplace and for entrepreneurship”,
Review of Managerial Science, 12 (1), 1-18.
Kyrö, R. and Artto, K., 2015, “The development path of an academic co-working space on
campus: case energy garage”, Procedia Economics and Finance, 21, 431-438.
Sankari, I., Peltokorpi, A. Nenonen, S., 2018, "A call for co-working – users’ expectations
regarding learning spaces in higher education", Journal of Corporate Real Estate, 20
(2), 117-137.
Schwab, K., 2016, The Fourth Industrial Revolution, World Economic Forum Switzerland
www.weforum.org
Smith, B. L., and MacGregor, J. T., 1992, "What is collaborative learning?" In Goodsell, A.
S., Maher, M. R., and Tinto, V. (Eds.), Collaborative Learning: A Sourcebook for
Higher Education. National Center on Postsecondary Teaching, Learning, &
Assessment, Syracuse University.
Suarez, R., 2014, The Coworking Handbook: The Guide for Owners and Managers, Amazon,
Great Britain.
von Knop, Jan, 2016, Chemistry 4.0 Challenges and Solutions for the Digital
Transformation, Croat. Chem. Acta, 89 (4), 397-402.
27