Sebelum Timor Timur berintegarasi dengan Indonesia, Timor Timur telah
terpecah belah akibat politik devide at impera. Pada 1910 terjadi pemberontakan yang dilakukan rakyat Timor Timur sebelum Perang Dunia II, dikenal dengan Perang Manufahi (1910-1912). Pada tanggal 25 April 1974 terjadi Revolusi Bunga di Portugal. Kebijakan dekolonisasi diterapkan di Timor Timur. Tahun 1975 terjadi Perang Saudara, yang dipicu kegagalan dekolonisasi. Akhirnya Portugal meninggalkan Timor Timur. Setelah Portugal meninggalkan Timor Timur, kelompok Fretilin dan kelompok UDT, Apodeti, Trabalhista, dan KOTA saling bersengketa mengenai masa depan Timor Timur, yang berujung pada perang saudara. Uniao Democratica de Timorense (UDT) yang haluan politiknya merdeka, tetapi tetap menginduk pada Portugal, Frete Revolucionaria de Timor Leste Independente (Fretilin) berhaluan politik merdeka penuh, serta Associacao Social Democratico de Timor (AST) yang kemudian berubah menjadi Associacao Popular Democratico de Timor (Apodeti) dan berhaluan politik integrasi dengan Indonesia. Dalam perjalanananya memperjuangkan kemerdekaan untuk wilayahnya, partai- partai politik di Timor-Timur mengalami perpecahan dan mengalami perbedaan dalam tujuan. Ada partai yang pro kemerdekaan dan pro integrasi, perbedaan ini disebabkan adanya penyusup dari kelompok Komunis Internasional, yang menyusup kedalam salah satu partai politik di Timor Timur untuk memanfaatkan situasi demi memperluas penyebaran ideologinya. Peristiwa inilah yang dijadikan alasan oleh Indonesia untuk menyatukan wilayah Timor Timur ke dalam willayah NKRI. Perbedaan tujuan antara partai-partai politik di Timor Timur menyebabkan pecahnya perang saudara, antara kolompok yang pro kemardekaan dan kelompok yang pro integrasi. Puncak dari perselisihan yang tidak memiliki titik temu diantara kedua belah pihak yang bertikai, memicu salah satu pihak yang pro kemardekaan mendeklarasikan kemerdekaan Timor Timur secara sepihak. Peristiwa ini memancing pihak yang pro integrasi juga mendeklarasikan integrasi wilayah Timor Timur kedalam wilayah Republik Indonesia di Balibo. Selain faktor keinginan masyarakat Timor Timur sen diri yang ingin berintegrasi terhadap Indonesia, invasi militer yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia juga menjadi faktor penting terlaksananny integrasi Timor Timur ke dalam wilayah Indonesia. Setelah peristiwa diatas terjadi, Indonesia menindaklanjuti petisi yang disampaikan oleh masyarakat Timor Timur yang pro integrasi dengan melakukan pencarian fakta untuk membuktikan kebenaran jikalau masyarakat Timor Timur ingin dan tanpa paksaan untuk berintegrasi dengan Indonesia. Setelah pencarian fakta selesai dilakukan presiden Soeharto menyetujui petisi tersebut dan pada tanggal 27 Juli 1976 Presiden Soeharto menandatangani undang- undang yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia meresmikan tindakan Indonesia mengintegrasikan Timor Timur. Ahmad Syahrul Muarifin 5014201069
Setelah keinginan sebagian masyarakat Timor Timur dan Indonesia tercapai
untuk berintegrasi dan menghalang penyebaran Komunis Internasional tercapai, keadaan di Timor Timur tidak juga kunjung membaik, justru cenderung memburuk. Konflik sosial semakin meruncing sehingga menimbulkan konflik sosial yang menyebabkan posisi Indonesia terpojok dimata masyarakat dunia bahkan masyarakt Indonesia sendiri mengutuk perbuatan Indonesia terhadap masyarakt Timor Timur. Protes masyarakat dunia terhadap pendudukan Indonesia terhadap Timor Timur ini disebabkan terpublikasinya kekerasan sosial yang terjadi di Timor Timur. Seperti tragedi sosial Santa Cruz. Keadaan perekonomian Timor Timur semangkin terpuruk, kelaparan,penyakit melanda masyarakat dan mengakibatkan banyak kematian di Timor Timor. Keadaan politik Timor Timur pun tidak jauh berbeda, banyak pertikaian yang di sebabkan perbedaan pandangan politik ini bahkan pertikaian yang disebabkan perbedaan politik ini bukan hanya pada mereka yang pro dan kontra terhadap interasi saja, didalam pihak Fretilin yang mendukung kemerdekaan pun mengalami perpecahan dan pembunuhan terhadap sesamanya. Melihat konflik yang tak kunjung selesai di Timor Timur, PBB segera mendesak Indonesia dan Portugal sebagai pihak yang berkepentingan dalam penyelesaian masalah Timor Timur, dan mempasilitasi pertemuan keduanya. PBB juga terlibat dalam menyatukan rakyat Timor Timur dari semua atar belakang untuk bersama-sama membahas berbagai perbedaan mereka untuk mencari landasan yang sama. Ketika krisis financial ASIA melanda Indonesia, Indonesia diwarnai dengan berbagai demonsrasi yang memaksa mundurnya Presiden Soeharto dari jabatannya. Dan melihat kekacauan yang semangkin mengenaskan di Indonesia akhirnya Presiden Soeharto memutuskan untuk mengundurkan diri, dan jabatan Presiden digantikan oleh wakinya B.J Habibie. Presiden Habibie kemudian membuat keputusan yang mengejutkan mengenai Timor Timur, beliau menyatakan bahwa Indonesia akan memperbolehkan masyarakat Timor Timur untuk memilih dan menentukan sediri masa depan mereka sendiri. Pada tanggal 30 Agustus 1999 merupakan hari bersejarah bagi Timor Timur, hari ini merupakakn hari dimana mereka dapat memilih dan menentukan masa depan mereka sendiri. Kemudian pada tanggal 4 September 1999 meupakan pembacaan hasil pemungutan suara yang hasilnya 78,5% memilih pemisahan diri dari Indonesia. Dengan demikian terjawablah keinginan masyarakat yang berada di daerah konflik ini.