Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ANALISA RISET JURNAL

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA PELAYANAN PASIEN


DIRUMAH SAKIT

“Apakah Mutu Layanan Keperawatan Pada Pasien Kronis Melalui Telenursing


Lebih Efektif Dibandingkan Dengan Layanan Konvensional”

Oleh:
Kelompok 3

Acik Wijayanti 206070302111005


Abu Bakar 206070300111033
Mohamad Taji 206070302111012
Betty Isana 206070302111018
Cici Indah Setiowati 206070302111008
Maman Suparman 206070302111014

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Telenursing adalah penggunaan teknologi untuk "memberikan asuhan
dan melakukan praktik keperawatan" (American Telemedicine Association,
2001), serta dapat mendorong perkembangan keperawatan. (Souza-Junior et
al., 2015). Jenis alat telekomunikasi yang digunakan dalam telenursing
beragam seperti telepon, komputer, alat telemonitoring serta internet seperti
video call. Telenursing efisien membantu negara-negara mengatasi hambatan
geografis dan memberikan informasi perawatan kesehatan kepada
penduduknya (Souza-Junior et al., 2015), karena telenursing memiliki biaya
yang rendah dan mudah diakses (Goudarzian et al., 2018). Manfaatnya,
telenursing dapat membantu mempromosikan perawatan primer dan
meningkatkan proses rehabilitasi serta pemeliharaan kesehatan pasien (Souza-
Junior et al., 2015).
Pasien kronis diketahui mengalami kesulitan lebih besar dalam
pengobatan. Adanya telenursing dapat berkontribusi dalam melengkapi, dan
mengintegrasikan sistem pelayanan kesehatan (Souza-Junior et al., 2015),
sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien kronis serta mutu dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Hal ini ditunjang oleh beberapa
penelitian yang menganalisis pengaruh telenursing terhadap kualitas perawatan
pasien kronis diantaranya Ebrahimabadi et al., (2021) yang menyebutkan
dukungan berbasis telepon dapat menjadi metode yang efektif dan alternatif
yang tepat untuk memberikan layanan perawatan suportif bagi pasien kanker,
terutama mereka yang seringkali tidak memiliki akses yang mudah ke layanan
kesehatan. Telenursing dapat memotivasi pasien T1DM (Diabetes Mellitus
type 1) untuk lebih mengontrol penyakit mereka (Kotsani et al., 2018).
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa penerapan penggunaan
telenursing maupun telehealth sangat bergantung pada beberapa faktor.
Terbatasnya sumber daya keuangan sangat berpengaruh dalam promosi dan
penerapan telenursing di rumah sakit, selain itu sangat bergantung pada

2
kemampuan komunikasi dan keterampilan perawat serta tenaga medis
mengenai penyakit kronik (Cheng, 2015). Berdasarkan uraian diatas perlu
dilakukan kajian literature untuk menjawab pertanyaan penelitian apakah mutu
layanan keperawatan pada pasien kronis melalui telenursing lebih efektif
dibandingkan dengan layanan konvensional.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis jurnal terkait
pengembangan teknologi informasi pada pelayanan pasien di rumah sakit
khususnya tentang telehealth/ telenursing dengan metode PICO.

1.3 Manfaat
Dengan penulisan telaah jurnal ini diharapkan dapat membawa manfaat:
1. Memberikan pemahaman terkait telehealth/ telenursing dalam peningkatan
kualitas hidup pasien kronis
2. Menjadi gambaran metode pencarian research menggunakan metode PICO

3
BAB II
ANALISIS JURNAL

2.1 Metode
Metode pencarian jurnal yang digunakan untuk membuat analisis jurnal
adalah dengan menggunakan metode PICO. PICO merupakan metode pencarian
informasi klinis yang merupakan akronim dari 4 komponen: P (patient,
population, problem), I (intervention, prognostic factor, exposure), C
(comparison, control), dan O (outcome). Dengan menggunakan PICO. Pada poin
P (patient, population, problem) mengunakan keyword Chronic care, I
(intervention, prognostic factor, exposure) dengan keyword Telenursing,
telehealth, C (comparison, control) dengan keyword Non Telenursing, Outcome
dengan menggunakan keyword Quality of life. Pencarian menggunakan database
online yaitu Ebsco dengan kriteria inklusi jurnal 10 tahun terkahir (2011-2021),
berbahas Inggris, full akses. Adapun kriteria eksklusi jurnal yaitu
literature/systematic review. Dari pencarian terdapat 81 jurnal kemudian diseleksi
berdasarkan kriteria menjadi 9 jurnal. Dari 9 jurnal dikeluarkan 3 jurnal karena
merupakan jurnal riview, dan kualitatif. Serta dipilih 5 jurnal untuk dilakukan
analisis.

2.2 Analisis Jurnal


JURNAL 1 :
A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal Effect of an Early Palliative Care Telehealth Intervention vs
Usual Care on Patients With Heart Failure The ENABLE CHF-
PC Randomized Clinical Trial
Nama Jurnal JAMA Intern Med. 2020;180(9):1203-1213.
doi:10.1001/jamainternmed.2020.2861 Published online July 27,
2020.
Penulis Jurnal Marie A. Bakitas, DNSc, NP-C; J. Nicholas Dionne-Odom, PhD,
APRN; Deborah B. Ejem, PhD; Rachel Wells, PhD, RN; Andres
Azuero, PhD;Macy L. Stockdill, BSN, RN; Konda Keebler, DNP;
Elizabeth Sockwell, NP-C; Sheri Tims, BSN, RN; Sally Engler,
MPH; Karen Steinhauser, PhD;Elizabeth Kvale, MD, MSPH;
Raegan W. Durant, MD, MPH; Rodney O. Tucker, MD, MMM;

4
Kathryn L. Burgio, PhD; Jose Tallaj, MD; Keith M. Swetz, MD,
MA;Salpy V. Pamboukian, MD

(Bakitas et al., 2020)


Jenis Penelitian Single blind randomized clinical trial comparative

B. Analisis Jurnal Metode PICO (Problem, Intervention, Comparison,


Outcome)
1. Problem
Gagal jantung (HF) menimbulkan beban gejala yang tinggi untuk
penatalaksanaannya, seperti pengambilan keputusan pengobatan dan
keterlibatan keluarga dalam perawatan selama berbulan-bulan hingga bertahun-
tahun. Di Amerika Serikat bagian tenggara tingkat morbiditas dan mortalitas
HF dengan proporsi tertinggi didapatkan pada pasien pedesaan, minoritas,
fasilitas pelayanan kesehatan terbatas dan akses terendah ke layanan perawatan
paliatif. Masalah sosiokultural dan kesulitan akses tersebut perlu mendapatkan
perhatian sehingga pasien yang mengalami gagal jantung dapat mengakses
perawatan dan pelayanan yang optimal.

2. Intervention
Penelitian ini mengembangkan ENABLE CHF-PC (Educate, Nurture, Advise,
Before Life Ends Comprehensive Heartcare for Patient and Caregivers),
intervensi telehealth perawatan paliatif dini berbasis budaya, untuk mengatasi
prioritas klinis dan kesenjangan penelitian.
ENABLE CHF-PC adalah intervensi psikoedukasi berbasis telepon yang
dipimpin perawat untuk pasien dengan gagal jantung lanjut dan masih
memerlukan perawatan berbulan hingga bertahun-tahun dari akhir kehidupan.
Intervensi difokuskan pada mengajarkan pasien dan keluarga keterampilan
untuk membantu mereka mengatasi penyakit serius mereka (misalnya,
pemecahan masalah, gejala dan manajemen perawatan diri, komunikasi,
pengobatan dan pengambilan keputusan perawatan lanjutan, dan tinjauan
hidup).
Intervensi ENABLE CHF-PC yang disesuaikan memberikan perawatan paliatif
yang komprehensif, meliputi:

5
1) konsultasi komprehensif langsung oleh dokter perawatan paliatif
bersertifikat;
2) 6 sesi pelatihan perawat telehealth (berlangsung sekitar 30-40 menit) yang
berfokus pada topik perawatan paliatif esensial menggunakan kurikulum
dan buku panduan terstruktur, Charting Your Course: Sebuah Intervensi
untuk Pasien Gagal Jantung dan Keluarganya;
3) panggilan tindak lanjut bulanan untuk menilai kebutuhan pasien dan untuk
memperkuat konten sebelumnya hingga akhir pengumpulan data (48
minggu) atau kematian pasien.

3. Comparison
Peneltian ini membandingkan kelompok intevensi dengan kelompok kontrol
(tanpa intevensi tambahan). Pasien yang masuk dalam kelompok kontrol
mendapatkan perawatan biasa dan menerima manajemen rawat jalan yang
sama seperti sebelum mendaftar dalam penelitian. Berdasarkan pedoman HF
nasional, 40 pasien ditindaklanjuti dalam program manajemen penyakit HF
oleh ahli jantung subspesialisasi HF. Pasien terlihat di klinik pada interval yang
ditentukan oleh dokter berdasarkan evaluasi klinis, dan memiliki akses telepon
ke perawat gagal jantung di antara kunjungan. Edukasi gagal jantung diberikan
secara lisan dan melalui materi cetak oleh dokter dan perawat berdasarkan
kebutuhan pasien yang dirasakan. Layanan konsultatif tambahan, seperti
perawatan paliatif, diminta berdasarkan evaluasi klinis. Pasien rawat inap
dikelola oleh layanan rawat inap mereka (kardiologi atau hospitalist)

4. Outcome
Kualitas hidup (QOL) dan suasana hati adalah hasil utama dari uji klinis acak
tersamar tunggal yang membandingkan ENABLE CHF-PC dengan perawatan
HF biasa. Hasil sekunder adalah nyeri, kesehatan global, dan penggunaan
sumber daya (hari-hari di rumah sakit dan kunjungan gawat darurat). Keluarga
penanggung jawab pasien menerima intervensi paralel, dilaporkan secara
terpisah.

6
Sejumlah 415 pasien yang diacak untuk menerima intervensi ENABLE CHF-
PC (n = 208) atau perawatan biasa (n = 207) Sebanyak 402 peserta (96,9%)
memiliki HF kelas III NYHA, dengan skor ringkasan klinis KCCQ rata-rata
(SD) 52,6 (21,0), menunjukkan QOL spesifik HF dasar yang "cukup baik".
Hasil uji tidak menunjukkan peningkatan kualitas hidup atau suasana hati
dengan intervensi telehealth perawatan paliatif awal 16 minggu.

JURNAL 2 :
A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal A RCT of telehealth for COPD patient’s quality of life: the
whole system demonstrator evaluation
Nama Jurnal The Clinical Respiratory Journal (2017) • ISSN 1752-6981
VC 2015 John Wiley & Sons Ltd
Penulis Jurnal Lorna Rixon, Shashivadan P. Hirani, Martin Cartwright,
Michelle Beynon, Helen Doll, Adam Steventon, Catherine
Henderson and Stanton P. Newman

(Rixon et al., 2017)


Jenis Penelitian clustered randomised controlled trial (RCT)

B. Analisis Jurnal Metode PICO (Problem, Intervention, Comparison,


Outcome) (A. KathyJensen, MHA, 2017)
1. Problem
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) menyebabkan sejumlah gejala yang
melumpuhkan dan menurunkan kualitas hidup pasien (QoL). PPOK dikaitkan
dengan risiko kecemasan dan depresi yang lebih besar. Kecemasan yang lebih
tinggi dikaitkan dengan risiko eksaserbasi, sementara depresi dikaitkan dengan
insiden rawat inap yang lebih besar.
Terlepas dari beberapa kekhawatiran bahwa Telehealth (TH) dapat
menyebabkan isolasi sosial dan penurunan kualitas hidup, penetitian ini
memeriksa apakah TH dapat meningkatkan kualitas hidup. Pada PPOK, bukti
yang tersedia tentang dampak TH pada kualitas hidup masih terbatas.

2. Intervention

7
Peserta dalam kelompok percobaan menerima monitoring tekanan darah dan
pulse oximeter, timbangan berat badan dan terapi periferal tambahan
tergantung pada kebutuhan klinis (misalnya glukometer untuk pasien yang juga
menderita diabetes).
Perangkat periferal dilampirkan ke sistem pemantauan rumah yang terdiri dari
perangkat layar LCD yang memungkinkan pertanyaan tentang pesan kesehatan
dan pendidikan ditransmisikan ke peserta, atau dekoder yang terhubung ke
televisi yang memungkinkan pertanyaan gejala, video pendidikan, dan sejarah
grafis dari pembacaan klinis.
Data ditransmisikan oleh peserta ke pusat pemantauan, kemudian ditinjau oleh
tenaga kesehatan profesional agar direspons secara tepat seperti meminta
pembacaan ulang, menghubungi peserta atau pengasuh informal yang ditunjuk,
mengatur kunjungan rumah oleh komunitas mereka atau merujuk ke layanan
perawatan kesehatan lain.

3. Comparison
Perawatan standar (kelompok kontrol)
Kelompok perawatan standar diberitahu bahwa mereka akan ditawarkan
layanan TH pada akhir percobaan, asalkan mereka masih memenuhi syarat.

4. Outcome
Ukuran hasil yang dilaporkan pasien termasuk tiga instrumen QoL yaitu
Kuesioner Pernafasan Kronis (CRQ) (untuk mengukur persepsi penguasaan
penyakit, kelelahan, dampak emosional dari penyakit dan sesak napas.), status
kesehatan umum, dan tingkat kecemasan serta depresi.
Sebanyak 447 peserta menyelesaikan uji coba dan tindak lanjut jangka pendek
(4 bulan) atau jangka panjang (12 bulan). Ada tren peningkatan kualitas hidup
dan suasana hati pada kelompok TH pada tindak lanjut jangka panjang, tetapi
tidak pada tindak lanjut jangka pendek. Terlepas dari kenyataan bahwa fungsi
emosional dan penguasaan menunjukkan beberapa perbaikan yang signifikan
pada kelompok intervensi, dan perubahan dari waktu ke waktu pada kelompok

8
intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol, efek yang diamati tidak
mencapai besaran bermakna secara klinis yang diusulkan.

JURNAL 3 :
A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal Effect of Mobile Device–Supported Single-Patient Multi-
crossover Trials on Treatment of Chronic Musculoskeletal Pain A
Randomized Clinical Trial
Nama Jurnal JAMA Intern Med. 2018;178(10):1368-1378.
doi:10.1001/jamainternmed.2018.3981 Published online
September 4, 2018.
Penulis Jurnal Richard L. Kravitz, MD, MSPH; Christopher H. Schmid, PhD;
Maria Marois, PhD, MPH; Barth Wilsey, MD; Deborah Ward,
PhD, RN; Ron D. Hays, PhD; Naihua Duan, PhD; Youdan Wang,
MS; Scott MacDonald, MD; Anthony Jerant, MD; Joseph L.
Servadio, MSc; David Haddad, MSc; Ida Sim, PhD, MD

(Kravitz et al., 2018)


Jenis Penelitian Randomized clinical trial comparative

B. Analisis Jurnal Metode PICO (Problem, Intervention, Comparison,


Outcome)
1. Problem
Pasien dengan nyeri muskuloskeletal kronis (CMSP) berada pada risiko tinggi
cacat fisik, tekanan emosional, dan absen kerja. Obat analgesik adalah terapi
utama pengobatan CMSP, tetapi kekhawatiran terkait opioid telah mendorong
dokter untuk mempertimbangkan alternatif lain seperti telehealth.

2. Intervention
Pasien pada kelompok intervensi mendapatkan pelayanan online dengan dokter
mereka menggunakan layar PC untuk memilih perawatan dan parameter
percobaan yang membandingkan 2 rejimen manajemen nyeri. Aplikasi
mHealth memberikan pengingat untuk mengambil perawatan yang ditentukan
pada hari yang ditentukan dan mengunggah tanggapan atas pertanyaan harian
tentang rasa sakit dan efek samping terkait pengobatan.

9
3. Comparison
Kelompok kontrol adalah pasien menerima perawatan seperti biasa.

4. Outcome
Hasil utama adalah perubahan dalam PROMIS (Patient-Reported Outcomes
Measurement Information System) gangguan terkait nyeri skala bentuk pendek
8 item (rentang skala penuh, 41-78) dari awal hingga 6 bulan. Hasil sekunder
termasuk intensitas nyeri yang dilaporkan pasien, seperti kesehatan secara
keseluruhan, kepatuhan analgesik, kepercayaan pada dokter, kepuasan dengan
perawatan, pengambilan keputusan bersama terkait pengobatan, keterlibatan
dan pengalaman peserta.
Di antara 215 pasien (108 diacak untuk kelompok intervensi dan 107 untuk
kelompok kontrol), 102 (47%) adalah perempuan. Pada follow-up 6 bulan,
gangguan nyeri berkurang pada kedua kelompok, meskipun tidak ada
perbedaan antara kelompok intervensi dan control. Tidak ada keuntungan
dalam hasil sekunder untuk pasien intervensi vs pasien kontrol kecuali untuk
pengambilan keputusan bersama terkait pengobatan yang lebih tinggi pada 6
bulan. Di antara pasien yang ditugaskan ke kelompok, 88% (n = 86)
menegaskan bahwa aplikasi mHealth dapat membantu orang-orang seperti
mereka mengelola rasa sakit.
Dalam populasi pasien dengan CMSP ini, uji coba yang didukung mHealth
terbukti layak dan terkait dengan pengalaman pengguna yang memuaskan,
tetapi tidak secara signifikan menurunkan gangguan nyeri pada 6 bulan
dibanding perawatan biasa.

JURNAL 4 :
A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal Evaluation of a Nurse-Led Educational Telephone Intervention to
Support Self-Management of Patients With Chronic Obstructive
Pulmonary Disease: A Randomized Feasibility Study
Nama Jurnal COPD Journal Of Chronic Obstructive Pulmonary Disease,
12:395–403, 2015 ISSN: 1541-2555 print / 1541-2563 online
DOI: 10.3109/15412555.2014.974735

10
Penulis Jurnal Julia Billington, Samantha Coster, Trevor Murrells, and Ian
Norman
Jenis Penelitian Randomized Feasibility Study

B. Analisis Jurnal Metode PICO (Problem, Intervention, Comparison,


Outcome)
1. Problem
Sikap pasien PPOK dan staf perawatan kesehatan terhadap rencana tindakan
memainkan peran penting dalam menjelaskan bagaimana pasien
melaksanakannya. Pasien juga dapat mengalami kesulitan mendapatkan dan
mengingat informasi yang disajikan selama kunjungan klinik. Penelitian juga
menunjukkan bahwa "pengelola diri yang sukses" yang diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas yang dilaporkan sendiri mengikuti kursus manajemen
diri, cenderung lebih muda dan tinggal bersama orang lain. Studi ini mencoba
menemukan apakah tindak lanjut telepon efektif dalam meningkatkan persepsi
diri pasien dalam mengelola dispnea, serta mengurangi jumlah kunjungan ke
departemen kecelakaan dan gawat darurat.

2. Intervention
Manajemen diri pada pasien PPOK akan diberikan berupa dukungan telepon
(telenursing) dari perawat. Selama periode 6 minggu, peserta dalam kelompok
intervensi dihubungi dua kali oleh seorang praktisi perawat tingkat lanjut,
yakni minggu ketiga dan kelima pasca kunjungan awal. dengan janji temu
telepon yang dijadwalkan. Intervensi tanpa naskah (berpusat pada pasien)
paling efektif untuk meningkatkan keterampilan manajemen diri pada orang-
orang dari kelompok rentan dan bahwa panggilan yang direncanakan
(terjadwal) membantu mempromosikan hubungan antara pasien dan penyedia
layanan kesehatan mereka. Durasi panggilan telepon maksimal 25 menit dan
membahas topik yang disajikan, seperti yang dipersyaratkan oleh pasien.

3. Comparison

11
Pasien PPOK yang menerima menerima perawatan standar termasuk rencana
manajemen diri yang disesuaikan untuk setiap pasien, yang terdiri dari rencana
tindakan standar dengan pedoman untuk membantu pasien mengenali gejala
eksaserbasi mereka, cara minum obat darurat jika sesuai, dan instruksi untuk
membuat janji operasi dalam waktu 3 hari sejak dimulainya pengobatan
darurat.

4. Outcome
Kontak telepon yang dipimpin perawat memberikan peningkatan signifikan
dalam status kesehatan dibandingkan dengan perawatan biasa, yang merupakan
ketentuan dari rencana manajemen diri saja. Sebuah buku harian untuk
mencatat bagaimana intervensi mempengaruhi manajemen diri pasien dan
apakah mereka menggunakan rencana tindakan selama eksaserbasi akan
menjadi tambahan yang berguna untuk studi masa depan.
Studi ini telah menunjukkan bahwa layak untuk memperkenalkan intervensi
telepon perawat sederhana, yang membutuhkan sumber daya minimal dalam
hal pelatihan atau waktu perawat. Intervensi ini tampaknya menarik bagi
pasien yang puas menerima panggilan telepon pada waktu yang diatur untuk
kenyamanan mereka.

JURNAL 5 :
A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal Telecare for Diabetes, CHF or COPD: Effect on Quality of
Life, Hospital Use and Costs. A Randomised Controlled
Trial and Qualitative Evaluation
Nama Jurnal PLOS ONE | DOI:10.1371/journal.pone.0116188 March 13,
2015
Penulis Jurnal Timothy W. Kenealy1, Matthew J. G. Parsons2, A. Paul B.
Rouse3, Robert N. Doughty, Nicolette F. Sheridan, Jennifer
K. Harré Hindmarsh, Sarah C. Masson5, Harry H. Rea
Jenis Penelitian Randomised Controlled Trial and Qualitative
Evaluation

B. Analisis Jurnal Metode PICO (Problem, Intervention, Comparison,


Outcome) (A. KathyJensen, MHA, 2017)

12
1 Problem
Kondisi kronis adalah penyebab utama dari hasil kesehatan yang tidak setara
di seluruh kelompok sosial. Telecare seperti yang digunakan di sini, adalah
penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi elektronik untuk
mendukung perawatan kesehatan klinis jarak jauh 24 jam dan asinkron. Studi
tentang efektivitas telecare menjanjikan tetapi memberikan hasil yang
beragam, menunjukkan bahwa masih banyak yang harus dipelajari tentang
pemasangan telecare ke dalam sistem kesehatan yang kompleks.

2 Intervention
Pasien kelompok intervensi diberikan layanan online oleh Docobo. Hub,
perangkat kecil dengan layar LCD untuk memberikan instruksi, mengajukan
pertanyaan spesifik penyakit yang telah diprogram sebelumnya, atau
menyampaikan pesan singkat dari perawat yang memantau data. Pasien
memasukkan data secara manual menggunakan tombol pada hub. Pasien
dengan CHF diberikan timbangan elektronik, monitor tekanan darah dan
oksimeter pulsa. Pasien dengan PPOK diberikan timbangan dan oksimeter
pulsa. Pasien dengan diabetes diberikan timbangan, glukometer, monitor
tekanan darah, dan oksimeter nadi. Data dikumpulkan oleh Docobo dan
diteruskan ke stasiun pemantauan di mana mereka dilihat pada antarmuka
berbasis web yang dipatenkan.

3 Comparison
Penelitian menggunakan kelompok kontrol dimana pasien tidak menerima
intervensi berupa informasi melalui telenursing.

4 Outcome
Hasil kualitatif menunjukkan bahwa telecare diterima dengan baik oleh
pasien, banyak dari mereka merasa lebih aman, lebih mengetahui tentang
kesehatan mereka, lebih terlibat dalam perawatan diri dan bersyukur atas
peningkatan pemahaman dan dukungan dari keluarga mereka. Beberapa staf
menganggap bahwa peningkatan pengetahuan keluarga bisa menjadi manfaat

13
jangka panjang yang paling penting dari telecare. Staf umumnya menyambut
positif setelah kesulitan teknis awal dengan peralatan, dan melaporkan
banyak contoh peningkatan perawatan pasien.
Namun, hasil kuantitatif tidak menunjukkan bukti bahwa telecare
meningkatkan kualitas hidup terkait kesehatan. Skor kecemasan dan depresi
menunjukkan peningkatan yang signifikan.
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kelima literatur di atas menunjukkan hasil beragam tentang efektivitas
layanan keperawatan pada pasien kronis melalui telenursing dibandingkan dengan
layanan konvensional. Artikel pada jurnal pertama menunjukkan hasil tidak ada
perbedaan efektivitas antara pemberian layanan telenursing dengan layanan
konvensional. Jurnal kedua, ketiga, dan kelima menunjukkan hasil adanya
perbedaan dampak layanan telenursing dengan layanan konvensional terhadap
peningkatan kualitas hidup pasien namun belum signifikan. Jurnal keempat satu-
satunya yang menyebutkan adanya perbedaan signifikan dampak telenursing
terhadap kualitas hidup pasien dibandingkan layanan konvensional.
Telenursing bertujuan untuk membangun hubungan antara pasien dengan
perawat, menilai kondisi, memecahkan masalah bersama dan memilih solusi yang
sesuai pada berbagai penyakit kronik yang memerlukan perawatan yang kontinu dan
berkelanjutan. Telenursing berpotensi menjadi sarana untuk memperluas pelayanan
kesehatan kepada pasien khususnya dengan penyakit kronik.

4.2 Saran
Telenursing perlu dikembangkan dengan berbagai metode yang lebih baik
dalam usaha peningkatan mutu layanan keperawatan pada pasien kronik khususnya
di Indonesia. Selanjutnya, penerapan, dan penelitian perlu dilakukan untuk
mengevaluasi dampaknya pada peningkatan mutu layanan keperawatan

14
DAFTAR PUSTAKA

A. KathyJensen, MHA, R. (2017). 7 Steps To the Perfect Pico Search. EBSCO


Health.
Bakitas, M. A., Dionne-Odom, J. N., Ejem, D. B., Wells, R., Azuero, A.,
Stockdill, M. L., Keebler, K., Sockwell, E., Tims, S., Engler, S., Steinhauser,
K., Kvale, E., Durant, R. W., Tucker, R. O., Burgio, K. L., Tallaj, J., Swetz,
K. M., & Pamboukian, S. V. (2020). Effect of an Early Palliative Care
Telehealth Intervention vs Usual Care on Patients with Heart Failure: The
ENABLE CHF-PC Randomized Clinical Trial. JAMA Internal Medicine,
180(9), 1203–1213. https://doi.org/10.1001/jamainternmed.2020.2861
Billington, J., Coster, S., Murrells, T., & Norman, I. (2015). Evaluation of a
nurse-led educational telephone intervention to support self-management of
patients with chronic obstructive pulmonary disease: a randomized feasibility
study. COPD: Journal of Chronic Obstructive Pulmonary Disease, 12(4),
395-403.
Kenealy TW, Parsons MJG, Rouse APB, Doughty RN, Sheridan NF, Hindmarsh
JKH, et al. (2015) Telecare for Diabetes, CHF or COPD: Effect on Quality of
Life, Hospital Use and Costs. A Randomised Controlled Trial and
Qualitative Evaluation. PLoS ONE 10(3): e0116188. doi:10.1371/
journal.pone.0116188
Kravitz, R. L., Schmid, C. H., Marois, M., Wilsey, B., Ward, D., Hays, R. D.,
Duan, N., Wang, Y., Macdonald, S., Jerant, A., Servadio, J. L., Haddad, D.,
& Sim, I. (2018). Effect of Mobile Device-Supported Single-Patient Multi-
crossover Trials on Treatment of Chronic Musculoskeletal Pain: A
Randomized Clinical Trial. JAMA Internal Medicine, 178(10), 1368–1377.
https://doi.org/10.1001/jamainternmed.2018.3981
Rixon, L., Hirani, S. P., Cartwright, M., Beynon, M., Doll, H., Steventon, A.,
Henderson, C., & Newman, S. P. (2017). A RCT of telehealth for COPD
patient’s quality of life: the whole system demonstrator evaluation. Clinical
Respiratory Journal, 11(4), 459–469. https://doi.org/10.1111/crj.12359

15

Anda mungkin juga menyukai