Beban Gempa
Analisis beban gempa dilakukan dengan 2 cara, yatu metode analisis statik
ekivalen dan analisis dinamis respon spektrum. Pedoman yang dipakai adalah
Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
3. Kategori resiko: II
Spektra Indonesia dari Pekerjaan Umum (PU) atau menentukan secara manual
dari peta zonasi gempa sesuai SNI 1784-2012. Untuk hasil data hasil dari
Konstruksi gedung ini berada pada kelas situs SE (tanah lunak) dengan nilai
(a)
(b)
Gambar 4.12. Peta Spektra Gempa Indonesia: (a) Peta Respon Spektra Percepatan 0.2
Detik (SS) di Batuan Dasar (SB) Untuk Probabilitas Terlampaui 10% dalam 50 Tahun ; (b)
Peta Respon Spektra Percepatan 1.0 Detik (S1) di Batuan Dasar (SB) Untuk Probabilitas
Terlampaui 10% dalam 50 Tahun.
Fungsi gedung ini sebagai hotel yang mana jika terjadi kegagalan akan
digunakan nilai faktor keutamaan gempa (Ie) sebesar 1,0. Kategori resiko dan
Nilai spektral respons percepatan (spectral respon acceleration) SDS dan SD1,
yaitu:
Menentukan KDS berdasarkan nilai SDS dan SD1 sesuai dengan tabel 4.10 dan
4.11, dan dipilih yang paling menentukan (yang tingkatannya paling tinggi).
Tabel 4.10. Kategori desain seismik berdasarkan parameter respon percepatan pada periode
pendek
Tabel 4.11. Kategori desain seismic berdasarkan parameter respon percepatan pada periode 1
detik.
(SRPMK) karena termasuk dalam kategori resiko gempa tinggi (D) sehingga
B C Dd Ed Fe
1. Dinding Penumpu
a. Dinding Geser Beton Biasa 4 2,5 4 TB TB
b. Dinding Geser beton Khusus 5 2,5 5 TB TB 48 48 30
2. Sistem Rangka Gedung (Beban
gempa dipikul dinding geser)
a. Dinding Geser Beton Biasa 5 2,5 4,5 TB TB TI TI TI
b. Dinding Geser beton Khusus 6 2,5 5 TB TB 48 48 30
3. Sistem Rangka Pemikul
Momen
a. Sistem Rangka Pemikul
3 3 2,5 TB TI TI TI TI
Momen Biasa
b. Sistem Rangka Pemikul
5 3 4,5 TB TB TI TI TI
Momen Menengah
c. Sistem Rangka Pemikul
8 3 5,5 TB TB TB TB TB
Momen Khusus
4. Sistem Ganda (25% beban
gempa dipikul rangka pemikul
momen)
a. Rangka Pemikul Momen
Menengah Dinding Geser 5,5 2,5 4,5 TB TB TI TI TI
Biasa
b. Rangka Pemikul Momen
Menengah Dinding Geser 6,5 2,5 5 TB TB 48 30 30
Khusus
c. Rangka Pemikul Momen
6 2,5 5 TB TB TI TI TI
Khusus Dinding Geser Biasa
d. Rangka Pemikul Momen
7 2,5 5,5 TB TB TB TB TB
Khusus Dinding Geser Khusus
TB = Tidak Dibatasi dan TI = Tidak Diijinkan
Sumber : SNI 03-1726-2012, 2012.
Lantai tingkat, atap beton dan sistem lantai dengan ikatan suatu struktur
gedung dapat dianggap sangat kaku dalam bidangnya dan karenanya dapat
persamaan (2.5):
Ta = Ct x hnx
Keterangan :
hn adalah ketinggian struktur (m)
Tabel 4.13. (a) Nilai Parameter Perioda Pendekatan Ct dan x. ; (b) Koefisien untuk batas atas
pada perioda yang dihitung SD1.
Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100
persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau
dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan
mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa
Rangka baja pemikul momen 0,0724 0,8
Rangka beton pemikul momen 0,0466 0,9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 0,75
Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,731 0,75
Semua sistem struktur 0,0488 0,75
Tinggi struktur (hn) = 7,2 m
Ta = Ct x hnx
SD1 = 0,611 g
(a)
Parameter percepatan respons Koefisien Cu
spektral desain pada 1 detik, SD1
≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7
Sumber : SNI 03-1726-2012, 2012.
(b)
- T = Cu . Ta
0,35 < 0,4 < 0,39 gunakan T = 0,5 (kondisi aktual sap)
0,35 < 0,315 < 0,39 gunakan T = 0,335 (kondisi aktual sap)
(a)
(b)
Gambar 4.15. (a) Output Periode Waktu Getar Alami Mode 1 pada ETABS ; (b) Output
Periode Waktu Getar Alami Mode 2 pada ETABS.
J. Input Beban Gempa Pada ETABS
Sumbu X
Sumbu Y