Anda di halaman 1dari 22

I Gusti Ngurah Bagus Trilaksana

agunglaksana@unud.ac.id
0817556929

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
Lahir Melahirkan

Abortus
Pubertas Masa tenang /
Anestrus postpartum
Kematian Bunting
embrio

Aktivitas
ovarium Gagal
Fertilisasi

Konsepsi

Kawin /
Inseminasi
Tujuan Pemeriksaan Kebuntingan

ØMenentukan apakah ternak bunting atau tidak


dengan ketepatan (akurasi) 100 % tanpa
adanya positif atau negatif semu
ØMenentukan umur kebuntingan
ØMenentukan hidup atau mati dari fetus
ØMenentukan kemungkinan jenis kelamin fetus
(USG)
Cara Pemeriksaan Kebuntingan
ØPerubahan fisik / indikasi luar
ØSiklus birahi terhenti
ØPeningkatan berat badan dan pembesaran abdomen
ØPerkembangan kelenjar susu
ØPerabaan (palpasi) per rektal (pada hewan besar)
ØPemeriksaan Kadar Hormon (P4, PMSG, HCG)
ØPenggunaan Ultra Sono Grafi (USG)
ØPerabaan abdomen (pada hewan kecil)
Pemeriksaan Palpasi per Rektal

vMerupakan pemeriksaan kebuntingan yang


paling murah, cepat dan akurat serta relatif
mudah dilakukan
vDapat dilakukan mulai hari ke 45 pasca
kawin (IB atau kawin alam)
vBagi pemula, sebaiknya dilakukan diatas hari
ke 60 pasca kawin
Prosedur Pelaksanaan
Persiapan :
v Kuku petugas harus dipotong pendek dan
dihaluskan
v Sarung tangan (glove) plastik panjang
v Bahan pelumas : sabun (tidak / sedikit
mengandung soda), vaselin atau pelumas
lainnya
v Ember, air dan lap (tissue)
v Kandang jepit (kandang restrain)
Pelaksanaan :
ØSapi yang akan diperiksa dimasukkan kedalam
kandang restrain (kandang jepit)
ØPetugas memakai glove yang dilumuri dengan
pelumas. Bila menggunakan sabun beri sedikit
air tetapi jangan terlalu banyak busa
ØPegang ekor pada 1/3 bagian ujung ekor dan
masukkan tangan yang menggunakan glove
kedalam anus dengan ujung kelima jari tangan
membentuk kerucut dan masukkan dengan cara
memutar ujung tangan dan sedikit mendorong
ØBila tangan telah berada dalam rektum maka
lakukan rangsangan terhadap spinchter ani
sehingga mendorong feses keluar
ØBila tidak ada dorongan untuk pengeluaran feses
maka feses dikeluarkan secara manual dengan
perlahan (hati hati jangan sampai terjadi
balloning)
ØBila kontraksi rektum terlalu keras maka lakukan
penekanan pada bagian dorsal (tulang belakang)
untuk mengurangi kontraksinya
ØPalpasi dilakukan dimulai dari lantai rongga
pelvis untuk meraba cervix, bila cervix telah
teraba selanjutnya ditelusuri kearah depan
(cranial) untuk menemukan kornua uteri
ØBila kornua uteri telah ditemukan lakukan
perabaan untuk merasakan ukuran kedua
kornua uteri
ØTanda awal terjadinya kebuntingan adalah
terjadinya pembesaran yang signifikan salah satu
kornua uteri.
ØPemeriksaan selanjutnya dilakukan untuk
menemukan tanda tanda umur kebuntingan
seperti adanya kantong amnion, kotiledon,
fremitus arteria uterina mediana atau bahkan
bagian tubuh dari fetus seperti kepala atau
ekstremitasnya (kaki)
ØPerhatikan agar tidak terjadi kesalahan diagnosa
akibat terjadi pembesaran pada kornua uteri
akibat adanya cairan (air, mukus atau nanah)
ØBila terjadi keraguan, lakukan pemeriksaan ulang
beberapa hari atau minggu kemudian
Interpretasi perabaan per rektal
1. Tidak terjadi kebuntingan
Ø Cervix dan kornua uteri teraba pada lantai rongga
pelvis
Ø Kedua kornua teraba kosong dengan ukuran relatif
simetris dan melengkung kebawah dan
kebelakang
Ø Pada hewan tua dan sering melahirkan cervix dan
kornua uteri tertarik kedalam rongga abdomen
sehingga untuk menemukan perlu retraksi kearah
rongga pelvis, keadaan yang sama juga ditemukan
pada hewan pasca melahirkan dimana involusi
uteri belum sempurna
2. Umur Kebuntingan
Ø Umur 1 bulan :
qTidak direkomendasikan dilakukan oleh petugas pemula
qSalah satu kornua akan lebih besar dan tebal, teraba
seperti berisi cairan
qUterus masih teraba di lantai pelvis

ØUmur 2 bulan :
qPembesaran salah satu kornua teraba lebih jelas
qDapat dirasakan terjadi membrane slip
qUterus mulai tertarik kearah cavum abdomen tetapi
cervix masih teraba di lantai pelvis
Ø Umur 3 bulan :
qPembesaran uterus jelas teraba
qCervix mulai tertarik kearah cavum abdomen
qTeraba kotiledon
qTeraba desiran (fremitus) arteri uterina

ØUmur 4 bulan :
qKotiledon jelas teraba
qUkuran arteria uterina menjadi lebih besar sehingga
fremitus jelas teraba
qFetus mulai teraba dengan cara menepuk (bumping
fetus)
qPosisi uterus tertarik kearah bawah menuju arah
lantai abdomen
Ø Umur 5 bulan :
qUterus berada dilantai cavum abdomen sehingga
tidak dapat diraba secara keseluruhan, hanya bagian
dorsal uterus yang dapat diraba
qKotiledon semakin jelas teraba
qUkuran arteria uterina semakin besar sehingga
desirannya jelas teraba

ØUmur 6 bulan :
qUkuran uterus semakin besar sehingga bagian
dorsalnya lebih mudah teraba
qBagian fetus mulai teraba seperti bagian kepala atau
ekstremitasnya
qDesiran arteria uterina jelas teraba
Ø Umur 7 bulan :
qBagian fetus jelas teraba sehingga dapat ditentukan
presentasinya (anterior atau posterior)
qFetus mulai mengarah ke cavum pelvis

ØUmur 8 bulan :
qBagian fetus semakin jelas teraba dan mulai dapat
dirasakan reaksi fetus bila diberi rangsangan (dicubit)
qFetus sudah mendekati cavum pelvis

ØUmur 9 bulan :
ØFetus sudah masuk ke cavum pelvis
ØReaksi (reflex) fetus semakin jelas
Presentasi dan Posisi Fetus Menjelang Kelahiran
Berbagai Presentasi dan Posisi Fetus
Menjelang Kelahiran

Anda mungkin juga menyukai