Anda di halaman 1dari 10

TUGAS INDIVIDU

KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN SISTEM KESEHATAN

FitriFebrianti

1510842018

Jurusan Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Andalas

Padang

2017
KB DI KOTA PADANG

KB (KeluargaBerencana) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan


sejahtera dengan membatasi kelahiran. Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang
bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti
kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap
idealnya adalah dua. Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970-an. Sasaran program
Kb yaitu pasangan manusia subur (PUS). Dalam program Kb sudah ada azas kesamaan hak istri
dan suami.Namun istri tetap menjadi sasaran utama dalam program KB tersebut.

Tujuan keluarga berencana itu sendiri adalah :

1. Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang mewujudkan masyarakat sejahtera
dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan
penduduk.
2. Tujuan khusus
- Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
- Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi
- Meningkatkan kesejahteraan kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan
kelahiran.

Manfaat mengikuti program keluarga berencana, yaitu :

1. Menurunkan resiko kanker Rahim dan serviks.


2. Menghindari kehamilan yang tidak diharapkan
3. Mencegah penyakit menular seksual
4. Meningkatkan kesehatan ibu dan bayi
5. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
6. Menghasilkan keluarga yang berkualitas
7. Menjamin pendidikan anak lebih baik

Program KB sendiri di kota Padang, untuk mensukseskan program keluarga berencana dan
untuk mensejahterakan masyarakat. Maka pemerintah membentuk kampung KB. Di kota Padang
sendiri, secara resmi sudah dicangkan kampung KB oleh Gubernur Sumatra Barat pada tanggal 1
Maret 2016. Yang mana lokasinya yaitu di Kelurahan Parupuak Tabing RW 17 Kecamatan Koto
Tangah. Koto Tangah dipilih sebagai kampung KB karena telah memenuhi syarat sebagai
kampung KB itu sendiri. Syaratnya yaitu tersedianya data kependudukan yang akurat di
kecamatan kototangah, dukungan pemerintah karena kecamatan koto tangah merupakan padat
penduduk, dan juga partisipasi masyarakat yang sangat akitif dan mendukung.

Di Kota Padang sendiri, tahun 2017 target aseptor baru 123.5721 sementara pada tahun
2016 sebanyak 153.091 aseptor namun hingga November 2016 yang tercapai 84,85 % atau
129.899 aseptor. Dilihat dari hal tersebut adanya penurunan penggunaan aseptor, hal ini di
akibatkan oleh kurangnya sosialisasi dari pemerintahan sendiri dan juga partisipasi pria juga
kurang. Pria beranggapan bahwa yang melakukan KB itu sendiri adalah bagi kaum wanita saja.
Factor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi pria terhadap program KB ini adalah factor
kultur, sikap egois dari pria itu sendiri, dan juga kurangnya pemahaman pria terhadap KB itu
sendiri. Pria juga beranggapan bahwa KB bagi pria ini sangat rumit dari pada wanita, karena
mereka harus melalui operasi vasektomi dengan biaya yang cukup tinggi. Pada tahun 2015 KB
pria dengan program MOP atau vasektomi yang meningkat lebih dari 1000 %. Ditargetkan
hanya 9 orang, namun tercapai 95 orang.
KUALITAS PELAYANAN RUMAH SAKIT PEMERINTAH (RSUD.
Rr. AchmadMochtar)

Pada masa kemerdekaan (1945-1952) RSUD Achmad Moctar di jadikan RS Tentara.


Tahun 1952 menjadi milik Pemerintahan Daerah Sumatra Barat. Tahun 1979, ditetapkan sebagai
RSU Bukittinggi kelas C dengan kapasitas 250 temat tidur. Tahun 1981 RSY Bukittinggi resmi
berganti nama menjadi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Pada tahun 1987, RSAM
Bukittinggi resmi menjadi RS kelas B dengan 320 tempat tidur.Tahun 1997, RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi ditetapkan RS kelas B Pendidikan.

RSUD Dr. Acmhmad Moctar Bukittinggi adalah Rumah Sakit Pemerintah yang
merupakan SKPD yang ada dibawah wilayah Profinsi Sumatra Barat. Anggran maupun laporan
keuangannya langsung ketingkat Provinsi.RSUD Achmad Mochtar sejak beberapa tahun
menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yang menuntut
adanya akuntabilitas keuangan dan layanan.

Keputusan Mentri pemberdayaan dan Aparatur Negara (KEPMENPAN) No.25 tahun


2004 mewajibkan setiap badan dan layanan pemerintah untuk menyelenggarakan survey
kepuasan masyarakat. Dalam Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 129 Tahun
2008 diatur tentang Standar Pelayanan Minimum Rumah Sakit (SPMRS) yang harus di penuhi
oleh setiap rumah sakit di Indonesia. SPMRS itu mengatur tentang kepuasan pelanggan, baik
untuk layanan di unit produksi, maupun di unit penunjang. Pada unit produksi, SPMRS kepuasan
pelanggan di Instalasi Rawat Jalan adalah 90%, di Instalasi Rawat Inap 90%, di Instalasi Gawat
Darurat 70%, dan di Kamar Bersalin dan Perinatologi 80%. Pada unit penunjang, SPMRS di unit
farmasi, laboratorium, dan radiologi masing-masing 80%.

Pelayanan yang diberikan oleh RSUD Achmad Mochtar ,yaitu :

1. Dokter umumnya berjumlah 25 orang


2. Dokter spesialisnya 30 orang beserta dokter subspesialis.
3. Jumlah perawatnya 319 orang, yang berada di rawat inap 221 orang dengan 17 rawat
inap.
4. Jenis pelayanan yang disediakan yaitu berupa spesialis (poliklinikjantung, poli penyakit
dalam, poli bedah, obgyn, poli anak, poli mata, poli tht, poli kulit kelamin, poli jiwa, poli
neuro, poli gigi danmulut, poli gizi, poli MPK, poli jantung, dan poli keluarga berencana)
dan pelayanan subspesialistik (onkologi, dan bedah digestive).

Kualitas pelayanan itu dilihat dari kepuasan pelanggan dalam menerima pelayanan yang
diberikan oleh instansi tersebut. Kepuasan pasien pada rumah sakit, memahami kebutuhan
dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah hal yang penting yang mempengaruhi
kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila
pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika
pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang
lain tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan
atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh pasien
yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya.
Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan
berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat merebut pelanggan.

Tingkat kepuasan pasien terhadap RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi, yaitu :

TAHUN CAPAIN TARGET


2013 75 90
2014 75,15 90
2015 81,56 90
2016 81,27 81

Dilihat dari tabel tersebut, capaian target mengalami penurunan, yang pada tahun 2013-
2015 dengan 90 % dan pada tahun 2016 menjadi 81%. Hal ini disebabkan oleh berkuranganya
pengunjung pada RSUD Achmad Mochtar karena kepuasan pasien yang kurang meningkat.
Ketidakpuasan pasien pada RSUD Achmad Mochtar dilihat pada sikap pegawai, perilaku
petugas rumah sakit antara lain keterlambatan pelayanan dokter dan perawat, dokter yang kurang
komunikatif, perawat yang tidak ramah, keterbatasan peralatan, ketersediaan sarana yang
kuranag memadai, kemudahan mendapatkan informasi serta ketertiban dan kebersihan
lingkungan,

Untuk mempertahankan dan meningkatkan sikap dan perilaku yang sudah baik dan
memperbaiki hal-hal yang masih kurang dalam proses pelayanan yang diberikan untuk mencapai
kenyamanan dan kepuasan pasien.
BPJS KESEHATAN

BPJS Kesehatan itu sendiri adalah badan usaha milik negara yang diberikan tugas khusus
oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan untuk seluruh rakyat
Indonesia, terutama untuk PNS, penerima pension PNS dan Polri atau TNI, Veteran, Perintis
kemerdekaan, serta keluarganya dan badan usaha lainnya rakyat biasa.

BPJS Kesehatan itu mulai beroperasi di Indonesia pada tanggal 1 Januari 2014. BPJS
Kesehatan sebelumnya dikenal dengan ASKES (Asuransi Kesehatan), yang dikelola oleh PT
Askes Indonesia (Persero), namun sesuai dengan ketentuan dalam UU No.2 Tahun 2011
mengenai BPJS, PT Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak mulai
diberlakukannya pada tanggal 1 Januari 2014.

Peserta BPJS, WNI dan WNA yang sudah berdiam datau tinggal di Indonesia selama
minimal 6 bulan wajib untuk menjadi anggota BPJS Kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan Pasal
14 UU BPJS. Peserta BPJS ini tidak hanya wajib bagi pekerja di sector formal namun juga bisa
sector informal. Peserta BPJS Kesehatan itu dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Peserta BPJS Kesehatan PBI (Penerima Bantuan Iuran), yaitu peserta jaminan kesehatan
yang ditujukan pada fakir miskin dan orang yang tidak mampu yang iurannya dibayarkan
langsung oleh pemerintah sebagai peserta program BPJS Kesehatan, yang ditetapkan oleh
pemerintah dan diatur melalui peraturan pemerintah. Yang berhak ikut adalah orang yang
mengalami cacat total tetap dan tidak mampu.
2. Peserta BPJS Kesehatan Non PBI, yaitu ditujukan kepada pekerja penerima upah dan
anggota keluarganya, pekerja pekerja upah dan enggota keluarganya, dan bukan pekrja
dan keluarganya.

BPJS hanya bisa menggung kelurganya paling banyak 5 orang kalau peserta memiliki
keluarga lebih dari 5 orang, maka mereka dapat mengikutisertakan anggota keluarga yang lain
dengan membayar iuran tambahan.

BPJS ini memiliki tarif perkelasnya, yaitu:

1. Tariff kelas 1 sebesar Rp.80.000, awalnya hanya berkisar Rp.59.000, tapi setah 1 April
2016 Presiden Joko Widodo menyetujui untuk menaikkan tariff iuran, keputusan ini
diambil sesuai dengan Peraturan Presiden yang telah dirubah sebelumnya. Tariff kelas 1
memiliki fasilitas seperti : mereka akan memiliki hak kamar kelas 1 (terdiri dari 2-4
tempat tidur), yang harus bergabung dengan peserta lainnya yang sama-sama kelas 1
juga. Jika pasien kelas 1 menginginkan ruangan VIP, mereka bisa membayar dengan
selisih biaya opersional kamar kelas 1 dengan kamar VIP.
2. Tariff kelas 2 yaitu Rp.51.000, tariff kelas 2 juga mengalami penaikan dari yang
sebelumnya yaitu Rp.42.500. fasilitas yang didapat pada kelas 2 ini memiliki satu tingkat
di bawah kelas 1. Pasien kelas 2 ini berhak meningkatkan fasilitas perawatan dari kelas 2
menjadi kelas 1. Peserta kelas 2 yang meningkatkan fasilitas tersebut wajib membayar
selisih biaya perawatan kesehatan berdasarkan pada aplikasi INA-CBGS.
3. Tariff kelas 3 yaitu Rp.25.000, pada kelas 3 ini tidak ada mengalami penaikan iuran
masih tetap, dengan alsan banyak warga dengan strata ekonomi rendah yang aktif pada
zona tersebut. Fasilitas yang mereka terima yaitu kamar inap kelas 3 yang satu ruangan
terdiri dari 4-6 tempat tidur. Mereka juga berhak untuk meningkatkan fasilitas kesehatan
menjadi kelas 2, yang pasti dengan mereka harus membayar biaya selisih operasional
antar kelas 3 dan kelas 2.

Manfaat adanya BPJS Kesehatan


1. Manfaat medisnya tidak terkai dengan besarnya iuran
2. Manfaat non medis, meliputi : manfaat akomodasi dan manfaat ambulans, yang
hanya diberikan kepada pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi
tertentu yang ditetapkan BPJS Kesehatan.
3. Manfaat pelayanan promotif dan prefentif, maliputi : penyuluhan kesehatan
perorangan, imunisasi dasar, KB, dan skrining kesehatan.

Program pelaksanan Jaminan Kesehatan ini juga memiliki beberapa permasalahan yang
membuat masyarakat sering kecewa. Problema BPJS pada saat ini yaitu adanya penambahan
jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang ditakutkan mereka tidak terlayani dengan baik.
Hal itu disebabkan oleh sebaran dokter dan fasilitas kesehatan di Tanah Air itu belum merata,
apalagi belum semua rumah sakit yang melayani peserta program BPJS. Dengan penambahan
jumalah peseta Jaminan Kesehatan ini dapat membuat permasalah yang semakin banyak. Hal ini
juga bisa menimbulkan masalah pada kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit
tersebut. Dengan pelayanan yang kurang baik maka masyarakat sering kecewa terhadap program
BPJS tersebut.

Pada tahun terakhir ini, banyaknya muncul mengenai permasalah tentang BPJS tersbut.
Permasalahan-permasalahan pada program BPJS ini dilihat pada tingkat lapangan, regulasi dan
tingkat pengawasan. Permaslahan ini juga berasala dari kurangnya sosialisasi dalam
mengimplementasikan Pasal 16 Ayat 1 UU No.40 tahun 2004 dan regulasi Peraturan Menteri
Kesehatan serta Peraturan Dit BPJS Kesehatan. Salah satu masalah yang sangat hangat akhir ini
yaitu kasus bayi Debora. Berdasarkan pengakuan RS, bahwa pihak keluarga tak menyebutkan
apabila mereka akan mendaftarkan perawatan Debora menggunakan BPJS Kesehatan. Dan juga
RS tidak mengetahui saat bayi Debora masuk PICU dia merupaka peserta BPJS dan
diketahuinya sesudah 6 jam kemudian, karena pasien yang masuk ruang PICU mengurus biaya
administrasi masuk. Keluarga bayi Debora hanya mampu membayar Rp 5 juta, sedangkan
syaratnya harus membayar uang mungka sebesar 5 persen. Pihak rumah sakit beralasan bahwa
bayi Debora tidak diterima di RS tersebut karena RS tersebut tidak menerima pasien BPJS dan
mereka akan memberikan surat rujukan kerumah sakit yang menerima pasien BPJS.

Dari sekian permasalahan yang diamalami oleh BPJS ini, saya melihat kesalahan ini
berasal dari kesalahan sistemnya itu sendiri. Jika sistemnya dari awal sudah salah, maka
pelaksanaannya pun juga bermasalah.
PENYAKIT MENULAR (RABIES)

Penyakit menular atau penyakit infeksi adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh
sebuah agen biologi (seperti virus, bakteri, atau parasit), bukan disebabkan oleh faktor fisik
(seperti luka bakar) atau kimia (seperti keracunan). Dan juga penyakit menular juga merupakan
penyakit yang dapat berpindah dari seseorang ke orang lain.

Cara-cara penularan penyakit menular, yaitu :

a. Melalui kontak jasmani, bisa kontak langsung dan kontak tidak langsung. dengan kontak
langsung, penyakit dapat menular kepada orang lain karena adanya kontak langsung
antara anggota badan dengan anggota badan orang yang ditulari seperti penyakit kelamin
dan penyakit kulit. Melalui kontak langsung, menular kepada orang lain melalui
perantara benda-benda yang telah terkontaminasi oleh penderita seperti handuk, pakaian,
dan sapu tangan.
b. Melalui makanan dan minuman, penyakit yang menular melalui makanan dan minuman
ini berhubungan dengan penyakit saluran pencernaan seperti kolera, tifus, poliomyelitis,
hepatitis, dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh cacing.
c. Melalui serangga, penyakit menular melalui beberapa serangga seperti malaria, demam
berdarah, demam kuning, kaki gajah, dll
d. Melalui udara, penyakit menular dengan cara ini terutama pada penyakit saluran
pernapasan.

PENYAKIT MENULAR RABIES

Penyakit rabies merupakan penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies. Penyakit rabies ini juga bisa dikatakan penyakit anjing gila,
penyakit anjing gila ini mempunyai sifat zoonotic yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari
hewan kepada manusia, dengan penularannya melalui gigitan hewan tersebut.

Virus rabies itu sendiri hidup di beberapa jenis hewan yang berperan sebagai perantara
penularan. Hewan-hewan yang menjadi perantara rabies antara lain rakun, sigung, rubah merah,
dan anjing. Hewan perantara tersebut menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau
manusia melalui gigitan. Infeksi tersbut juga bisa terjadi melalui jilatan hewan tersebut pada kulit
yang terluka. Setelah terinfeksi, virus tersebut akan masuk ke saraf-saraf menuju ke sumsum
tulang belakang dan otak dan bereplikasi disana. Kemudian virus itu akan berpindah lagi melalui
saraf ke jaringan non saraf. Virus rabies itu terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi tersebut.
Penyakit rabies itu sendiri di Indonesia masih tertular 16 profinsi yaitu : Pulau Sumatra
(Sumatra utara Sumatra barat, Jambi, Bengkulu, Sumsel, Lampung), Pulau Sulawesi (Gorontalo,
Sulut, Sulteng, Sulsel, Sulawesi tenggara), Pulau Kalimantan (Kalimantan tengah, Kalimantan
selatan , Kalimantan timur), pulau flores dan juga terakhir pada profinsi Maluku (Ambon dan
pulau seram. Bagian daerah profinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat telah dinyatakan bebas
dari rabies melalui SK Mentri Pertanian No.566 Tahun 2004 setelah dilakukannya evaluasi dari
hasil surveilans yang dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Wates tidak ditemukan kasus rabies
di Profinsi DKI Jakarta, Banten sejak tahun 1996 dan Profinsi Jawa Barat sejak tahun 2001.

Di daerah Sumatra Barat sendiri, data kasus anjing yang positif rabies yaitu : dari tahun
2008-2012 tercatat 14.920 kasus gigitan hewan penular rabies dengan rata-rata 2500-3000 kasus
gigitan per tahunnya. Kemudaian Dinas peternakan juga mencatat terdapat 72 anjing yang positif
rabies. Pada tahun 2014 ada sekitar 141 kasus dan pada tahun 2013 ada sekitar 150 kasus anjing
yang positif rabies. Pada tahun 2015, tercatat pada bulan Januari-Agustus terjadi 2.601 kasus
rabies. Sumbar termasuk profinsi endemis rabies juga. Berdasarkan data Dinkes, dari 19
kabupaten/kota di Sumatra Barat, kasus rabies terbanyak ditemukan di Kabupaten Solok dengan
302 kasus, Kota Padang dengan 280 kasus, Kabupaten Limapuluh Kota dengan 269 kasus,
Kabupaten Agam dengan 192 kasus, dan Kabupaten Padang Pariaman dengan 167 kasus.
Sumbar peringkat 5 di Indonesia terbanyak adanya kasus rabies tersebut.

Tingginya jumlah masyarkat yang terjangkit penyakit rabies ini berkaitan dengan hobi
masyarakat memeliahara anjing untuk berburu. Hal itu juga diperparah dengan adanya
kepercayaan yang beredar dikalangan masyarakat, bahwa anjing yang diberi vaksin tidak lagi
memiliki kecepatan berlari, hal tersebut membuat masyarakat enggan mengantarkan anjing
peliharaannya untuk di vaksin.

Sejauh ini yang dilakukan oleh Dinkes yaitu menghimbau masyarakat agar memberikan
vaksin kepada hewan peliharaannya seperti kucing, anjing, maupun monyet. Dan juga Dinkes
memprioritaskan pengadaan vaksin rabies, mengingat ketersediaan vaksin rabies di Profinsi
bukan stock utama melainkan bersifat cadangan.

Anda mungkin juga menyukai