Anda di halaman 1dari 3

PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP DI INDONESIA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen dan Kebijakan


Transportasi

Fitri Febrianti

1510842018

Jurusan Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Andalas

Padang

2018
Public Private Partnership

Public Private Partnership (PPP) menurut wikipedia Bahasa Indonesia adalah suatu
perjanjian kontrak antara pemerintahan, baik pusat ataupun daerah dengan mitra swasta.
Melalui perjanjian ini, keahlian dan aset dari kedua belah pihak (pemerintah dan swasta)
dikerjasamakan dalam menyediakan pelayanan kepada masyarakat.

Di Indonesia, jenis proyek infrastruktur yang akan dan dapat dikerjasamakan dengan
investor swasta meliputi :

1. Transportasi (pelabuhan laut, sungai atau danau, pelabuhan udara, jaringan rel dan
stasiun kereta api)
2. Jalan (jalan tol dan jembatan tol)
3. Pengairan (saluran pembawa air baku)
4. Air minum (bangunan pengambilan air baku, jaringan transmisi, jaringan
distribusi, instalasi pengolahan air minum)
5. Air limbah (instalasi pengolahan air limbah, jaringan pengumpul dan jaringan
utama) serta sarana persampahan (pengangkutan dan tempat pembuangan)
6. Telekomunikasi (jaringan telekomunikasi)
7. Ketenagalistrikan(pembangkit, transmisi, dan distribusi tenaga listrik)
8. Minyak dan gas bumi (pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, transmisi atau
distribusi migas).

Pemerintah Indonesia berencana untuk melakukan tender 4 proyek untuk sektor


swasta melalui skema Kemitraan Pemerintahan Swasta (KPS). Proyek-proyek ini
mencangkup pembangunan jalan to Balikpapan-Samarinda, jalan tol Manado-Bitung, sara
suplai air minum di Semarang, dan jalur kereta Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Pembangunan proyek ini 3 dari 4 proyek tersebut akan di tawarkan pada sektor swasta di
akhir 2015. Keempat proyek tersebut bisa di menghabiskan mencapai Rp 40,5 triliun.
Kasus Pembangunan Jalan Kelok 9

Pembangunan jalan kelok 9 sudah berjalan satu dekade, dan di tahun 2012 diharapkan
menjadi tahun terakhir untuk menyelesaikan pembangunan konstruksinya. Selama
pembangunan jembatan kelok 9 sepanjang total 970 m tersebut telah menelan dana APBN
sebesar lebih dari Rp 544 miliyar. Mengingat biaya yang cukup besar, penulis melihat ada
tanggapan dari sebuah skripsi yang mengatakan bahwasanya proyek kelok 9 merupan Publik
Private Partnership dengan bentuk kontrak yang diterapkan adalah Build and Transfer (BT).
Setelah penulis membaca beberapa artikel, awalnya direncanakan akan dibiayai dengan
sistem PPP (Public Private Partnership) dengan pengambilan dari toil fee sesuai dengan
willingness to pay masyarakat, dan tentunya disertai dukungan fiskal pemerintah melalui
APBN. Namun karena belum ada kapasitas kesanggupan pemerintah maka sangat sulit
mengharapkan investor untuk berpartisipasi. Sementara sumber dana PLN juga sangat ketat
dengan persyaratan teknis (JBIC inginj adanya porsi komponen material Jepang, manakala
bank dunia masih belum banyak berpengalaman membiayai jenis struktur yang kompleks),
sehingga pilihan terakhir hanyalah dengan dana APBN bertahap. Proyek jalan kelok 9
akhirnya didanai oleh APBN mulai tahun 2003 sampai dengan 2012 dengan terus-terus
meningkat setiap tahunnya serta puncaknya terjadi 2012 dengan alokasi Rp 183 miliyar,
sehingga total dananya menjadi Rp 544 miliyar.

Anda mungkin juga menyukai