Anda di halaman 1dari 4

Public Private Partnership

Anggota Kelompok 5
1. Rahman Syarif M. (2010533012)
2. Salsabila Putri Nita (2010532044)
3. Shifa Putri A (2010531025)
Konsep dan Implementasi Public Private Partnership
1. Konsep Public Private Partnership (PPP)
Kerjasama Pemerintah dan Swas ta yang disingka t dengan is tilah "KPS" a tau dalam bahasa
Inggris disebut dengan "Public Priva te Partnership" a tau "PPP" adalah sua tu kerjasama dalam
penyediaan infrastruktur antara Pemerintah, baik i tu Pemerintah Pusa t a taupun Pemerintah Daerah
(Kabupa ten/Kota) dengan mi tra badan usaha swas ta, baik badan usaha dalam negeri a taupun badan
usaha asing. Kerjasama tersebut meliputi pekerjaan kons truksi untuk membangun, meningka tkan
kemampuan pengelolaan, dan pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningka tkan kuanti tas dan
kuali tas pelayanan publik (Bappenas, 2009).

PPP memiliki definisi yang beragam. Secara sempi t, PPP dapa t diartikan sebagai kesepaka tan
formal seperti penyediaan infrastruktur a tau diarti-kan secara luas yang mencakup segala jenis
kerjasama antara pihak pemerintah dan swas ta (LaRocque, 2008: p.7).

Di Indonesia, PPP dia tur dalam Pera turan Presiden No. 5 Tahun 2015 tentang Ta ta Cara
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.

Secara umum PPP memiliki beberapa karakteristik, yai tu:

a. Bersifat formal

b. Merupakan hubungan jangka panjang bagi para pihak

c. Berfokus pada hasil

d. Ada unsur berbagi risiko bagi para pihak

e. Pihak swas ta mencakup lembaga komersial dan sukarelawan

Pemerintah berperan dalam menentukan lingkup kerja sama; membua t priori tas, target, dan
hasil; dan menyusun s tandar pengukuran kinerja bagi pengelola PPP. Sedangkan pihak swas ta
berperan dalam mencapai tujuan PPP, yai tu memberikan nilai tambah bagi pemerintah.
PPP lebih berfokus pada peningka tan kuali tas layanan yang disediakan kedua pihak tersebut
dengan menekankan pada aspek efisiensi, efektifi tas, kuali tas, pendanaan,dan pertanggungjawaban.

2. Jenis-Jenis Public Private Partnership (PPP)


Bui l d and Transf er (BT), adalah sua tu perjanjian di mana kedudukan kontraktor hanya
membangun proyek tersebut setelah selesai dibangunnya proyek tersebut maka proyek yang
bersangkutan diserahkan kembali kepada pihak bowler tanpa hak kontraktor untuk
mengelola/memungut hasil dari proyek tersebut

Bui l d, Operate, Transf er (BOT)aaalah ,setelah membangun proyek tersebut pihak swas ta
kemudian berhakmengelola a tau mengoperasikan proyek tersebut dalam waktu tertentu, dan
dengan pengoperasian tersebut pihak swas ta memperoleh keuntungan, dan setelah jangka waktu
disepaka ti emudian proyek tersebut diserahkankepada pihak swas ta tanpa memperoleh pembayaran
dari pemerintah.

Kerjasam a Bang un, Kel ol a, Sew a, dan Serah (Bui l d, Operate, Leasehol d, and Transf er, (BOLT))
adalahperjanjian antara pemerintah dengan pihak swas ta dengan syara t, sebagai berikut: (a)
pemerintah daerah memiliki aset (tanah); (b) pihak ketiga membangun di a tas tanah milik
pemerintah daerah; (c) pihak ketiga mengelola, mengoperasikan dengan menyewakan kepada pihak
lain a tau kepada pemerintah daerah i tu sendiri; (d) pihak ketiga memberikan kontribusi dari hasil
sewa kepada pemerintahdaerah yang besarnya di tetapkan sesuai dengan kesepaka tan; (e) jangka
waktukerjasama sesuai kesepaka tan bersama; (f) setelah berakhirnya kerjasama pihakketiga
menyerahkan seluruh bangunan kepada pemerintah daerah.

Kerjasam a Bang un, Serah, dan Kel ol a (Bui l d, Transf er, and Operate (BO)) adalah perjanjian
antara pemerintah dengan pihak swas ta dengan syara t, sebagai berikut: (a) pemerintah daerah
memiliki aset ( tanah); (b) pihak ketiga membangun di a tas tanahpemerintah daerah; (c) setelah
pembangunan selesai pihak ketiga menyerahkan bangunan kepada pemerintah daerah; (d) pihak
ketiga mengelola bangunan tersebut selama kerjasama; (e) pihak ketiga memberikan imbalan berupa
uang a tau bangunan lain kepada pemerintah daerah sesuaiMkesepaka tan; (f) risiko selama masa
kerjasama di tanggung oleh pihak ketiga; (g) setelah berakhirnya kerjasama, tanah dan bangunan
tersebut diserahkan kembali kepada pemerintah daerah

Kerjasam a Rehabi l i tasi , Guna, dan Serah (Renovate, Operate, and Transf er ROT)) memiliki
syara t yang harus dipenuhi, sebagai berikut: (a) pemerintah daerah memiliki aset (tanah dan
bangunan); (b) pihak ketiga memiliki modal untuk merehabili tasi bangunan; (c) pihak ketiga
mengelolabangunan selama kerjasama; (d) hasil pengelolaan seluruhnya menjadi hak pihak ketiga; (e)
pihak ketiga tidakMboleh mengagunkan bangunan; (f) jangka waktu kerjasama di tetapkan maksimal
lima tahun; (g) setelah berakhirnya masa kerjasama, tanah danNbangunan diserahkan kepada
pemerintah daerah dalam keadaan baik.

Kerjasam a Renovasi , Guna Sew a, dan Serah (Renovate, Operate, Leasehol d, and Transf er
(ROLT)) adalah kerjasama antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga dengan syara t- syara t
sebagai berikut: (a) pemerintah daerah memiliki asset (tanah dan bangunan); (b) pihak ketiga
merenovasi bangunan; (c) pihak ketiga mengelola dan mengoperasikan bangunan dan dengan
menyewa dari pemerintah daerah untuk disewakan lagi pada pihak lain a taudipakai sendiri; (d) pihak
ketiga memberikan kontribusi dari hasil sewa kepada pemerintah daerah yang besarnya di tetapkan
sesuai kesepaka tan; (e) pihak ketiga menanggung biaya pemeliharaan dan asuransi; (f) risiko
kerjasama sesuai kesepaka tan.

Kerjasam a Bang un, Serah, dan Sew a (Bui l d, Transf er, Leasehol d (BTL)), adalah kerjasama
antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga dengan ketentuan: (a) pemerintah daerah memiliki
aset ( tanah); (b) pihak ketiga membangunkan di a tas tanah pemerintah; (c) pihak ketiga
menyerahkan bangunan kepada pemerintah daerah setelah selesai; (d) pihak ketiga
mengelolamengoperasikan bangunan dengan cara menyewakan pada orang lain; (e) pihak ketiga
memberikan kontribusi kepada pemerintah daerah dari hasil sewa tersebut yang besarnya sesuai
kesepaka tan; (f) pihak ketiga menanggung biaya pemeliharaan; (g) risiko selama masa kerjasama
di tanggung pihak ketiga.

3. Pr aktik Pengelolaan PPP di Af r ika Selatan


Menca ri nega ra yang mirip dengan ka rakteristik indonesia dan memiliki data
lengkap mengenai praktik PPP menjadi tcintangan tersendiri. Salah satu negara
berkembang dengan luas wilayah yang cukup besar, dan jumlah penduduk yang
juga cukup besar, serta berada di lingkungan negara te tangga yang juga cukup banyak
merupakan negara berkem bang, ialah Afrika Selatan.
PPP di Afrika Selatan dikembangkan lebih kepada sek tor penyediaan yang
lebih banyak orang membu tuhkan. Walaupun PPP dikatakan pen ting bagi
pemerin tah Afrika Selatan, kecepatan pelaksanaannya relatif lambat. Semenjak
tahun 1998, hanya terdapat 24 proyek infras truk tur yang menggunakan PPP
berhasil dibangun. Hal ini lah yang harus diperhatikan mengingat Afrika Selatan
memiliki kedekatan ben tuk pemerin tahan dan negara dengan Indonesia.

 Al asan Memi l ih PPP


Alasan Afrika Selatan memilih Public Private Partnership demi Menggalakkan
Penambahan Penanaman Modal.

 Tuj uan Memi l ih PPP


Tujuan Afrika Selatan memilih Public Private Partnership un tuk membuka
inves tasi.

 Perkembangan PPP di Af ri ka Sel atan


Indonesia dapat banyak belajar dari Afrika dalam mendirikan public private
partnership unit, karena permasalahan yang dihadapi kedua negara ini hampir
sama. Menurut Wibisono, Delmon & Hahm (2011)44, public private partnership
lead agency di Afrika Selatan dan Belanda berada di bawah Kemen terian
Keuangan yang memiliki kekuatan fiskal sehingga skema PPP dapat berjalan
dengan baik.
Afrika Selatan dijadikan re ferensi karena tersedianya data-da ta lengkap yang
merupakan hasil survei OECD. A fr ika Se latan memulai proyek PPP pada periode tahun
1997-2000. Per Februari 2009, tercatat 63 proyek PPP yang tersebar dalam berbagai
tahapan"

 Tahapan Pr aktik Pengelolaan PPP di A fr ika Selatan


1. Memberikan dukungan teknis kepada kementerian keuangan di Korea dalam
melakukan rise t kebijakan dan strategi, termasuk pengembangan rencana
awal PPP yang dilakukan a tas nama kemen ter ian keuangan.
2. Memberikan dukungan kepada kementerian teknis terkait mengevaluasi
proposal proyek PPP dan melakukan uji VfM, termasuk memfo rmulasikan
dokumen undangan penawa ran dan dokumen penting lainnya.
3. Mempromosikan proyek PPP kepada investor asing dan mengembangkan
program peningka tan kapasitas PPP.

Anda mungkin juga menyukai