Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT

ARAB, MESIR, INDIA, DAN PERSIA SEBELUM


ISLAM

DISUSUN OLEH:

FARHAN DESNA ADILAH (2114090013)

TADRIS IPS (KONSENTRASI SEJARAH) A

DOSEN PEMBIMBING:

Drs. H. RUSLI, M. Ag

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


I. Bangsa Arab Sebelum Islam

Sebelum bangsa Arab mengenal islam, bangsa Arab sudah memiliki berbagai kebudayaan
dan kepercayaan. Biasanya, kebiasaan sebelum mengenal islam itu adalah kebiasaan yang
buruk. Sehingga zaman pra-islam di Arab dikenal sebagai zaman jahiliah, atau zaman
kebodohan.
Budaya jahiliah ini biasanya adalah budaya yang dilandasi oleh hawa nafsu. Sehingga
perbuatan yang terlahir dari hal ini adalah perbuatan buruk yang tentunya bertentangan
dengan moral.
Selain itu, bangsa Arab juga memiliki bermacam-macam kepercayaan.
Adapun mengenai kebudayaan dan kepercayaan bangsa Arab sebelum islam yaitu:

A. Kebudayaan Bangsa Arab Sebelum Islam


1. Menganggap Anak Perempuan Adalah Aib
Menurut masyarakat Arab jahiliah, anak perempuan adalah hal yang
memalukan bagi mereka. Hal itu dikarenakan posisi anak perempuan dianggap
tidak seberguna anak laki-laki. Masyarakat Arab jahiliah memandang anak
laki-laki bisa diajak untuk membela kabilah atau suku mereka. Mereka juga
menganggap anak laki-laki itu kuat dan bisa ikut perang. Sehingga mereka
tidak menyukai anak perempuan.
Jika ada anak perempuan yang lahir dari mereka, biasanya mereka akan
membunuh anak itu. Sahabat Umar bin Khattab bahkan pernah membunuh
anak perempuannya saat ia belum masuk islam.
2. Minum Minuman Keras Dan Berjudi
Orang Arab jahiliah memandang minuman keras adalah minuman yang
mewah dan berkelas. Mereka biasanya menyajikan minuman ini saat ada
perayaan, acara besar, hingga perkawinan.
Selain itu, orang Arab pada saat itu juga menyukai perjudian. Walaupun sudah
ada beberapa kabilah yang melarang hal ini, tetapi masih banyak juga kabilah
lain yang membolehkan perjudian.
3. Mewariskan Janda
Kebiasaan masyarakat Arab jahiliah yang satu ini masih erat kaitannya dengan
kebiasaan memandang anak perempuan itu tidak berharga. Masyarakat Arab
jahiliah sering sekali mewariskan istri-istri mereka kepada anak laki-lakinya.
Juga tidak jarang anak laki-laki yang menikahi ibunya sendiri sepeninggal
ayah mereka.
4. Perang Antar Suku
Sifat masyarakat Arab jahiliah yang melindungi anggota sukunya sudah
mengakar sejak lama. Bahkan mereka akan tetap melindungi sukunya
walaupun mereka tahu bahwa anggotanya berbuat kesalahan. Hal ini sering
memancing perang antar suku yang sebenarnya cuma disebabkan oleh
masalah sepele.
5. Memuliakan Tamu
Dari semua rangkaian sifat buruk masyarakat Arab pra-islam, ternyata mereka
juga memiliki sifat mulia. Mereka suka memuliakan tamu. Bahkan mereka
juga tidak segan mengundang orang yang tidak mereka kenal. Bahkan jika
orang itu memenuhi undangannya, mereka juga tidak segan menjemputnya.
Mereka juga akan menanyakan kabar, bersalaman, mendoakan kebaikan, dan
menghidangkan makanan selayaknya keluarga yang sudah lama tidak
bertemu.

B. Kepercayaan Masyarakat Arab Sebelum Islam


1. Menyembah Malaikat
Masyarakat Arab pernah menganggap bahwa malaikat adalah putra putri
Tuhan. Sehingga mereka menyembah malaikat.
2. Menyembah Jin dan Roh
Masyarakat Arab pra-islam juga mempercayai kekuatan roh nenek moyang
serta kekuatan jin. Sehingga mereka menganggap agung hal itu dan
menyembahnya.
3. Menyembah Berhala
Penyembahan terhadap berhala adalah kemusyrikan paling jelas terlihat. Hal
ini bermula ketika Amru bin Luhay meninggalkan Mekkah, lalu pergi ke
Syam. Di sana, ia melihat orang-orang menyembah berhala. Lalu ia membawa
satu berhala yang dinamai Hubal, lalu menyuruh mereka menyembahnya.
Hingga jumlah berhala terus bertambah di sekeliling Kakbah.
4. Agama Hanif
Ini adalah ajaran agama yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim As. Masih ada
masyarakat Arab yang tidak setuju dengan berbagai praktek kemusyrikan yang
dilakukan oleh bangsa Arab. Sehingga mereka masih memegang teguh ajaran
Nabi Ibrahim As.

II. Bangsa Mesir Sebelum Islam

A. Kebudayaan Bangsa Mesir Sebelum Islam


Bangsa Mesir adalah bangsa yang memiliki peradaban tinggi. Mereka mampu
membangun berbagai bangunan menakjubkan dengan arsitektur yang khas.
Yang di mana pada zaman itu, bangunan-bangunan itu tidak mungkin untuk
dibangun. Beberapa bangunan yang mereka bangun di antaranya adalah
Piramida, Sphinx, dan Obelisk. Selain itu, mereka juga membangun kuil-kuil
yang sampai sekarang masih bertahan.
Bangsa Mesir juga telah memahami baca tulis. Hal itu terlihat dari pahatan
hieroglif, yaitu simbol-simbol di dinding yang memiliki arti tertentu.
Selain itu, bangsa Mesir pada saat itu juga sudah mengenal sistem irigasi.
Mereka mengalirkan air dari Sungai Nik untuk ladang-ladang pertanian
mereka. Sehingga Mesir pada saat itu menjadi wilayah yang subur dan sangat
kaya.
B. Kepercayaan Masyarakat Mesir Sebelum Islam
Masyarakat Mesir sebelum kedatangan islam menganut sistem kepercayaan
politheisme (banyak dewa). Mereka meyakini dua dewa tertinggi. Yaitu Amun
dan Ra. Selain itu, mereka juga meyakini dewa lain, seperti Osiris, Seth,
Anubis, Horus, Isis, Thoth, Amun, Mut, Hathor, Sekhmet, Geb, dan lain-lain.
Untuk mendukung pemujaan mereka terhadap dewa-dewa tersebut, bangsa
Mesir juga membangun berbagai bangunan seperti kuil dan obelisk. Di
antaranya adalah Kuil Abu Simbel yang masih dapat dilihat hingga saat ini.

III. Bangsa India Sebelum Islam


A. Kebudayaan Bangsa India Sebelum Islam
Bangsa India sebelum islam sudah memiliki kebudayaan di tepi sungai Indus.
Mereka membangun peradaban sejak 2500 SM. Mereka juga memiliki kota-
kota dengan sistem irigasi dan pengendalian banjir yang baik.
Pertanian yang dijalankan oleh mereka di antaranya adalah gandum dan
kacang polong. Di kota-kota itu, mereka juga membangun bangsal-bangsal
sebagai tempat para pemimpin dan aparat mengadakan pertemuan guna
mendiskusikan jalannya sistem pemerintahan
B. Kepercayaan Masyarakat India Sebelum Islam
Kepercayaan masyarakat di lembah Sungai Indus memuja dewa-dewa
(polyhteisme). Pemujaan-pemujaan tersebut disertai juga dengan kegiatan
ritual atau upacara keagamaan.Pemujaan tersebut sebagai tanda-tanda terima
kasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan
perdamaian.Jenis pemujaan kepada dewa dikelompokkan menjadi tiga macam,
yakni:
1. Pemujaan terhadap dewa-dewa
Dewa yang menempati urutan pertama adalah Dewi Ibu atau Dewi
Alam (Mother Goddess atau Nature Goddess). Di setiap desa, Dewi
alam dianggap sebagai pelindung dan dikenal dengan berbagai
nama misalnya Mata, Amba, Amma, Kali dan Karali.
2. Pemujaan terhadap hewan
Pemujaan terhadap hewan adalah hewan-hewan cerita, hewan
penjaga kota dan hewan biasa.
3. Pemujaan terhadap pohon
Pemujaan terhadap pohon merupakan pemujaan pohon yang
dianggap keramat, seperti pohon pipal (beringin).

IV. Bangsa Persia Sebelum Islam


A. Kebudayaan Bangsa Persia Sebelum Islam
Kemerosotan moral dan akhlak sangat terlihat jelas saat sebelum kehadiran
islam di Persia. Perkawinan sedarah adalah hal yang lumrah di masa itu.
Bahkan banyak sekali Kisra yang menikahi keluarganya sendiri. Seperti
saudarinya, ibunya, dan lain-lain.
Rakyat Persia juga hidup di bawah komunisme rezim sang Kisra. Orang lemah
akan ditindas dan diambil hartanya oleh orang yang kuat. Kepemilikan pribadi
adalah hal yang sulit diwujudkan oleh rakyat. Bahkan rakyat harus menutup
mulutnya saat Kisra lewat agar tidak mencemari udara yang dihirup oleh
Kisra.
Rakyat juga hidup sengsara dalam sistem kasta yang membelenggu mereka.
Bahkan mereka sering sekali dirantai dalam peperangan karena kasta mereka
ada di bawah.
B. Kepercayaan Bangsa Persia Sebelum Islam
Agama yang tersebar di Persia adalah penyembahan terhadap api, yaitu ajaran
Zarathustra (Zoroaster) yang menyeru kepada penyucian api. Zoroaster
mengatakan bahwa cahaya tuhan memacar dari segala yang bersinar dan
menyala. Ia mengharamkan pekerjaan yang menggunakan api, sehingga ia
hanya membolehkan pertanian dan perdagangan. Penulis buku Seratus Tokoh
Paling Berpengaruh di Dunia memasukkan Zoroaster sebagai salah satu tokoh
yang paling berpengaruh di dunia. Penulis meletakkannya pada nomor 89,
karena agama yang ia bawa masih bersifat lokal, sementara agama
Muhammad Saw. dan agama Isa As. bersifat global (mendunia). Tentu saja ini
merupakan standar penilaian yang sangat buruk, karena ia menyandingkan
para nabi agung yang menerima wahyu dari Allah dengan para pendusta dan
penipu yang membuat-buat agama lalu menjajakannya kepada orang banyak.
Oleh ketika api tidak dapat menurunkan wahyu berbentuk hukum dan
bimbingan hidup kepada para penyembahnya, mereka pun menciptakan ajaran
untuk diri mereka sendiri sesuai keinginan nafsu mereka, sehingga kerusakan
pun merajalela di Persia dalam segala hal. 

Anda mungkin juga menyukai