Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas
karunia dan rahmat-Nya lah tulisan yang berjudul “Urolitiasis” dapat penulis selesaikan
Adapun tulisan ini masih jauh dari sempurna dan perlu kajian yang lebih dalam
lagi. Penulis membuka diri jika ada saran dan kritik yang ditujukan pada tulisan ini.
Penulis juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu
dalam penelitian ini, semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa melimpahkan
Penulis
i
ABSTRAK
UROLITIASIS
ii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...…………………………………………........... ii
1. Definisi .............................................................................. 1
2. Epidemiologi .............................................................................. 1
5. Patofisiologi .............................................................................. 5
8. Diagnosis ............................................................................... 12
iii
8.4. Pemeriksaan Penunjang ................................................ 13
9. Penanganan .................................................... 16
iv
DAFTAR SINGKATAN
USG : Ultrasonography
URS : Ureteroscopi
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
1
1. DEFINISI
urinarius. Kalkuli yang ditemukan pada ginjal disebut nephrolitiasis dan kasus ini
paling sering ditemukan. Jika kalkuli ditemukan pada ureter dan vesica urinaria
sebagian besar berasal dari ginjal.1,2 Urolitiasis adalah penyebab umum adanya
keluhan ditemukan darah dalam urin dan nyeri di abdomen, pelvis, atau inguinal.
Urolitiasis terjadi pada 1 dari 20 orang pada suatu waktu dalam kehidupan
mereka.3
2. EPIDEMIOLOGI
keluhan. Setiap tahunnya berkisar 1 dari 1000 populasi yang dirawat di rumah
dibandingkan perempuan, dengan rasio 3:1. Dan setiap tahun rasio ini semakin
menurun. Dari segi umur, yang memiliki risiko tinggi menderita urolitiasis adalah
3. FAKTOR RISIKO
yang menyebabkan terjadinya urin yang stasis yang berkaitan dengan menurun
dibandingkan perempuan.
2
menderita urolitiasis.
C.
pasir.
urolitiasis.
membawa urin dari ginjal menju vesica urinaria. Bagian superior dari ureter yaitu
pelvis renalis dibentuk oleh 2-3 calyc major dan masing-masing calyc major
dibentuk oleh 2-3 calyc minor. Apex dari pyramidum renalis yaitu paila renalis
akan masuk menekuk ke dalam calyc minor.5,6 Pars abdominalis dari ureter
3
major dan ujung dari processus transversus vertebrae lumbalis dan menyilang
arteri iliaca externa tepat di luar percabangan arteri iliaca commonis. Kemudian
berjalan di dinding lateral dari pelvis untuk memasuki vesica urinaria secara
oblique.5
bervariasi pada tiga tempat, yaitu: 1). Junctura ureteropelvicum, 2). Saat ureter
melwati tepi dari aditus pelvicum, dan 3). Saat melewati dinding vesica urinaria.
Area-area yang menyempit ini merupakan lokasi yang potensial untuk terjadinya
Pada saat kedua ureter memasuki vesica urinaria mereka berjarak sekitar 5
cm. Dan saat vesica urinaria terisi penuh, muara dari kedua ureter ini berjarak
sama sekitar 5 cm, tetapi saat vesica urinaria dalam keadaan kosong muara dari
kedua ureter berjarak sekitar 2,5 cm. Diameter lumen dari ureter di junctura
arteri iliaca externa sekitar 4 mm, dan di junctura ureterovesicalis sekitar 3-4
mm.6
persepsi nyeri dari kolik renalis. Reseptor ini terletak pada bagian sub mukosa
dari pelvis renalis, calyx, capsula renalis, dan ureter pars superior. Terjadinya
distensi yang akut merupakan faktor penting dalam perkembangan nyeri kolik
pada peripelvis capsula renalis menyebabkan nyeri pada regio flank, sedangkan
5
rangsangan pada pelvis renalis dan calyx menyebabkan nyeri berupa kolik renalis.
Iritasi pada mukosa juga dapat dirasakan oleh kemoreseptor pada pelvis renalis
dengan derajat yang bervariasi, tetapi iritasi ini berperan sangat kecil dalam
aortorenal, celiac, dan mesenterika inferior juga terlibat. Sinyal transmisi dari
Pada ureter bagian bawah, sinyal nyeri juga didistribusikan melalui saraf
intramural dan kandung kemih, bertanggung jawab atas beberapa gejala kandung
5. PATOFISIOLOGI
6
batu, termasuk kalsium, oksalat, dan asam urat. Kristal atau benda asing dapat
bertindak sebagai matriks kalkuli, dimana ion dari bentuk kristal super jenuh
matriks kalsium di papilla renalis, yang biasanya merupakan plakat Randall (yang
selalu terdiri dari kalsium fosfat). Kalsium fosfat mengendap di membran dasar
terakumulasi di ruang subepitel papilla renalis. Deposit subepitel, yang telah lama
Matriks batu, kalsium fosfat, dan kalsium oksalat secara bertahap diendapkan
Gejala pasti dari urolitiasis tergantung pada lokasi dan ukuran kalkuli
dalam traktus urinarius. Jika kalkuli berukuran kecil tidak menunjukkan gejala.
seperti:2,6,7
kemaluan.
- Demam.
perkembangan di saluran kemih akan menimbulkan gejala seperti rasa nyeri (kolik
sumbatan, spasme otot polos, atau terputarnya organ berongga. Kolik renal berarti
nyeri tajam yang disebabkan sumbatan atau spasme otot polos pada saluran ginjal
Nyeri klasik pada pasien dengan kolik renal akut ditandai dengan nyeri
berat dan tiba-tiba yang awalnya dirasakan pada regio flank dan menyebar ke
anterior dan inferior. Hampir 50% dari pasien merakan keluhan mual dan mutah.5
Kolik ginjal biasanya nyeri berat, pasien tidak bisa istirahat (posisi irrespektif).
Berbeda dengan pasien peritonitis yang cenderung berbaring saja dan tidak mau
bergerak. Gejala lain adalah lemas, berkeringat, dan nyeri ringan saat palpasi
abdominal ginjal. Namun untuk batu staghorn walaupun besar sering tanpa gejala
nyeri karena jenis batu ini membesar mengikuti system anatomi saluran ginjal.
Gejala dari batu ginjal atau batu ureter dapat diprediksi dari pengetahuan tempat
terjadinya obstruksi. Nyeri yang khas dirasakan pada testis untuk pasien pria dan
(pengeluaran urin yang lambat dan nyeri akibat spasme uretra dan
kandung kemih).
lumbar
majora
urin posisional
7. KLASIFIKASI UROLITIASIS
infeksi, non infeksi, genetik, atau efek samping obat. Dapat dilihat pada tabel 1.
9
a. Kalsium oksalat
b. Kalsium phospat
c. Asam urat
b. Karbonat apatit
c. Amonium urat
Genetik
a. Cistin
b. Xanthin
c. 2,8-dihidroksiadenin
Obat
diagnostik dan penanganan lebih lanjut. Kalkuli sering dibentuk oleh substansi
campuran. Pada tabel 2 di bawah menyajikan komposisi dari kalkuli yang relevan
monohidrat
10
phospat
phospat
monohidrat
phospat
phospat trihidrat
phospat monohidrat
Sistin [SCH2CH(NH2)COOH]2
Xantin
2,8-Dihidroksiadenin
Protein
Kolesterol
Kalsit
Potasium urat
Trimagnesium phospat
Melamin
Matrix
Corpus alienum di
kalkuli
cm, 4-10 cm, 10-20 cm, dan > 20 cm. Sedangkan berdasarkan posisi anatominya
kalkuli dibagi menjadi: calyx superior, medius, atau inferior; pelvis renali; ureter
yaitu: radiopak, radiopak lemah, dan radiolusen. Yang bersifat radiopak yaitu:
phospat, apatite, dan sistin. Dan yang tergolong radiolusen: kalkuli asam urat,
8. DIAGNOSIS
8.1 Anamnesis
adanya keluhan klasik berupa kolik renalis. Bagaimana onset, kualitas dan durasi
dari kolik renalis tersebut. Nyeri pada kolik renalis ditandai nyeri akut dan berat
pada regio flank yang menjalar ke anterior dan inferior abdomen. Pasien terlihat
tidak bisa diam, selalu menggeliat berbeda dengan nyeri karena peritonitis dimana
pasien selalu diam dan berbaring. Pada saat wawancara juga ditanyakan adanya
urolitiasis.4,5,12
Pemeriksaan fisik vital sign jangan pernah lupa dilakukan. Demam juga
bisa dijumpai saat muncul kolik renalis, jika ada infeksi pada kasus hidronefrosis,
pienefrosis atau abses perinephritik. Adanya takikardia dan berkeringat juga bisa
dan genetalia biasanya meragukan (harus hati-hati). Bila pasien merasakan nyeri
didaerah terebut, tapi tanda-tanda kelainan tidak ada dijumpai, maka kemungkinan
Pada 85% dari pasien yang mengalami kolik renalis pada pemeriksaan
besar batu atau kemungkinan lewatnya suatu batu. Tidak dijumpai hematuria
saluran kemih, dan lebih kurang 10% penderita batu urin dijumpai darah didalam
urinnya.4,12
menderita infeksi saluran kencing (ISK). Meskipun ISK bukan secara langsung
merupakan konsekuensi dari batu, tapi ISK dapat terjadi setelah instrumentasi
atau pemakaian alat seperti kateter pada bedah traktus urinarius ataupun dalam
pengobatan batu ginjal.5 Urinalisis harus dilakukan dalam pada semua pasien
perlu diperhatikan adalah pH urin dan adanya kristal, yang dapat membantu
mengidentifikasi komposisi batu. Penderita batu asam urat biasanya memiliki urin
yang bersifat asam, dan mereka yang memiliki formasi batu akibat infeksi
harus dilakukan secara rutin. Pyuria terbatas adalah respon yang cukup umum
terhadap iritasi yang disebabkan oleh batu dan, dengan tidak adanya bakteriuria,
(IVP) dan foto polos abdomen atau Blass Nier Overzicht (BNO). Namun pada
keadaan tertentu misalnya wanita hamil, ada riwayat tak tahan dengan zat kontras,
IVP, namun juga dikatakan bahwa USG tidak dapat mendeteksi batu ureter
cepat dan sensitif terhadap kalkuli ginjal, hampir sulit mendeteksi adanya batu
daripada kalkuli ginjal. Namun, jika batu ureter itu ada, divisualisasikan dengan
ukuran dan lokasi kalkuli yang bersifat radiopaque. Batu yang mengandung
kalsium, seperti batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, paling mudah dideteksi
dengan radiografi. Batu yang bersifat radiopaque lemah, seperti batu asam urat
murni dan batu yang terutama terdiri dari sistin atau magnesium amonium fosfat,
mungkin sulit, jika tidak mungkin, untuk dideteksi pada radiografi film biasa.4,5,12
atau gas usus, dan batu-batu ureter yang melintang di atas processus transversus
empedu, tinja dan phlebolith (vena pelvis yang mengandung kalsifikasi), dapat
disalahartikan sebagai batu. Meskipun 90% kalkuli urin secara historis dianggap
15
tingkat obstruksi), serta unit ginjal kontralateral (fungsi, anomali). IVP tersedia
nonurologis.10,12
dan efek buruk kontras yang merugikan. Media dapat diminimalkan dengan
ini memerlukan waktu dan seringkali tidak bisa dilakukan saat pasien dalam
kondisi darurat. Dibandingkan dengan USG abdomen dan BNO, IVP memiliki
sensitivitas yang lebih tinggi (64-87%) dan spesifisitas (92-94%) untuk deteksi
pengisian." Selanjutnya, pada pasien dengan obstruksi tingkat tinggi, bahkan IVP
nefrotoksik yang telah terbukti. Kadar serum kreatini harus diukur sebelum media
kontras diberikan. Meskipun kadar serum kreatinin lebih besar dari 1,5 mg/dL
diabetes melitus, penyakit kardiovaskular atau mieloma multipel. Resiko ini dapat
9. PENANGANAN
(ureter), termasuk jika ada indikasi untuk intervensi pembedahan, dan terapi
medis untuk kalkulinya. Dalam keadaan darurat dimana ada kekhawatiran tentang
cedera ginjal akut akibat nefrotoksisitas kontras, terutama pada pasien. dengan
azotemia yang sudah ada sebelumnya (kreatinin > 2 mg/dL), diabetes, dehidrasi,
atau multiple myeloma. Hidrasi intravena yang adekuat sangat penting untuk
Kasus yang lebih serius dengan nyeri yang sulit ditangani mungkin memerlukan
drainase dengan memasang stent nefrostomi stent atau perkutan. Stent ureter
interna biasanya lebih disukai dalam situasi ini karena dapat menurunkan angka
morbiditas.4,5
17
secara spontan. Dan menurun sebesar 20% jika batu berdiameter >8mm. Tapi
perjalanan batu pada traktus urinarius juga tergantung pada bentuk dan lokasi
pasti dari batu, dan anatomi dari traktus urinarius bagian superior. Jika terjadi
sehingga dapat melewati traktus urinarius dengan mudah. Selain itu bertujuan
pada pasien yang memiliki risiko tinggi seperti menderita urolitiasis sebelum
umur 30 tahun, memiliki keluarga yang sama menderita urolitiasis, dan pasien
Batu yang berdiameter lebih besar (yaitu, ≥ 7 mm) yang tidak mungkin
beberapa kasus, pasien dengan batu berukuran besar perlu menjalani rawat inap di
rumah sakit. Namun, kebanyakan pasien dengan kolik ginjal akut dapat diobati
secara rawat jalan. Sekitar 15-20% pasien memerlukan intervensi invasif karena
ukuran batu yang besar, penyumbatan, infeksi, atau nyeri yang sulit diatasi.
Teknik yang tersedia untuk ahli urologi saat batu tersebut gagal melewati traktus
- Penempatan stent
18
- Nefrostomi perkutan
- Ureteroscopi (URS)
- Nephrostolithotomi Perkutan
- Open nephrostomy
- Anatrophic nephrolithotomy
19
DAFTAR PUSTAKA
11. Kim SC, Burns EK, Lingeman JE, et al. Cystine calculi: correlation of CT-
visible structure, CT number, and stone
morphology with fragmentation by shock wave lithotripsy. Urol Res 2007
Dec;35(6):319-24.
12. Kim SC, Burns EK, Lingeman JE, et al. Cystine calculi: correlation of CT-
visible structure, CT number, and stone
morphology with fragmentation by shock wave lithotripsy. Urol Res 2007
Dec;35(6):319-24.